PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem gastrointestinal berjalan mulai dari mulut ke anus, yang
berfungsi untuk ingesti dan pendorongan makanan, pencernaannya, serta
penyerapan zat-zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kehidupan.
Saluran GI berawal di rongga mulut berlanjut ke esofagus dan lambung
dimana makanan sementara disimpan sampai di salurkan ke usus halus.
Setelah diserap di usus makanan disalurkan ke usus besar (colon dan rectum).
Organ-organ tambahan sistem GI meliputi hati, pankreas, kandung empedu
dan apendik. Jika salah satu organ GI terganggu maka akan menimbulkan
gangguan, salah satunya apendik. Apendik cenderung menjadi tersumbat atau
rentan terhadap infeksi bila pengosongan mukusnya tidak efektif dan
lumennya yang kecil kira-kira 7% dari populasi akan mengalami
apendikdisitis. Apendikdisitis sering terjadi antara 20 dan 30 tahun.
Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dalam melaksanakan ASKEP pada
klien dengan apendiksitis baik perawat, individu dan keluarga, sehingga
tercapai keperawatan yang komprehensif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui makalah ini diharapkan kelompok mampu melaksanakan Askep
pada klien apendik.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini kelompok diharapkan :
a. Mampu menjelaskan tentang konsep apendiksitis.
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien post apendiktomi
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien post
apendiktomi.
: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
BAB II
: TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum
B. Pengertian
C. Penyebab
D. Gambaran Klinis
E. Klasifikasi
F. Pathofisiologi
G. Evaluasi Diagnostik
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
BAB III
: TINJAUAN KASUS
BAB IV
: PENUTUP
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum
Apendix merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan.
Apendiks panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat
dibawah katup ileosekal, apendix berisi mukus dan mengosongkan diri secara
teratur, kedalam sekum, karena pengosongan yang tidak efektif dan lumen
yang kecil apendix cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendixitis pada waktu
yang bersamaan dalam hidup mereka. Pria lebih sering mengalami
apendixitis, dibandingkan wanita, dan remaja lebih sering mengalami daripada
orang dewasa, meskipun sering terjadi pada usia berapapun, apendixitis paling
sering terjadi antara usia 20 dan 30 tahun (Brunner dan Suddarth,
Keperawatan Medikal Bedah 2002. 1097)
B. Pengertian
Apendixitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai
yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi
apendix oleh tinja, atau akibat terpuntirnya apendix atau pembuluh darahnya.
(Curwin, Patohofisiologi, 2001. 529)
C. Penyebab
Penyebab dari apendixitis ialah terjadinya obstruksi pada lumen
apendix. Obstruksi pada Lumen apendix biasanya diakibatkan oleh:
-
Fecalith
Cacing
Infeksi Virus
Biji-bijian
Tumor
D. Gambaran Klinis
Nyeri pada daerah abdomen kuadran kanan bawah dan biasanya
disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan,
terdapatnya nyeri tekan dan nyeri lepas.
Bila apendix melingkar di belakang sekum perasaan nyeri dan nyeri
tekan dapat terasa didaerah lumbar, bila ujung apendix ada pada pelvis, tandatanda ini dapat diketahui hanya dengan pemeriksaan rektal. Nyeri pada saat
berkemih menunjukan letak ujung apendix dekat dengan kandung kemih atau
ureter adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran
bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran
kanan bawah. Apabila apendix telah ruptur nyeri menjadi menyebar, terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik.
E. Klasifikasi
Apendixitis dapat diklasifikasikan berdasarkan munculnya gejala
sebagai berikut :
1. Apendixitis akut
F. Pathofisisologi
Obstruksi lumen apendix oleh
berbagai penyebab
Nekrosis
Gangren
H. Penatalaksanaan
Pada kasus apendixitis pembedahan diindikasikan bila diagnosa,
apendixitis telah ditegakan, antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai
pembedahan dilakukan.
Apendixtomy dilakukan untuk menurunkan resiko terjadi perforasi.
I. Komplikasi
Komplikasi utama pada apendixitis adalah terjadi apendix perforasi
yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Perforasi terjadi 24
jam setelah awitan nyeri insiden terjadinya apendix perforasi lebih tinggi pada
anak dan lansia.
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN :
I. Pengkajian
a. Identitas Klien.
Perlu dikumpulkan data-data yaitu nama, umur, alamat, dan pekerjaan
klien serta data lain yang diperlukan.
b. Keluhan Utama.
Perlu dikaji adanya rasa nyeri pada abdomen daerah kuadran kanan
bawah.
c. Riwayat Kesehatan.
Kembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu.
-
adakah
kebiasaan
didalam
anggota
keluarga
yang
dapat
menyebabkan apendix.
f. Pemeriksaan Fisik.
Sistem Pernafasan
Adanya takipneu dan pernafasan dangkal akibat adanya rasa nyeri.
Sistem Kardiovaskular.
Adanya takikardi juga akibat perasaan nyeri.
Sistem Percernaan
Nyeri atau perasan tidak enak pada daerah epigastrium atau nyeri
umbilikal diikuti dengan anorexia, nausea dan atau tanpa vomitus.
Gejala ini berlangsung 1-2 hari selanjutnya nyeri tersebut bergeser
ke daerah kuadran kanan bawah.
Sistem Persarafan
Ditemukan adanya rasa nyeri, nyeri tekan dan lepas pada abdomen
kuadran kanan bawah.
Sistem Endokrin
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar thyroid
Sistem Genitourinaria
- Pada preoperasi
g. Data Psikologis
1) Status emosi
Klien labil karena adanya rasa nyeri.
2) Kecemasan
Meningkat karena akan menghadapi prosedur operasi dan karena
kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara perawatan.
3) Gaya komunikasi
Pada dasarnya tidak ada gangguan kecuali ketika klien merasa nyeri.
4) Konsep diri
Yang dikaji adalah gambaran diri, peran diri, harga diri, identitas diri
dan ideal diri.
h. Data Sosial
Berisi hubungan dan pola interaksi antara pasien dan keluarga serta
masyarakat selama ia menderita sakit.
i. Data Spiritual
Mengidentifikasikan tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap
kesembuhan penyakitnya dan gangguan dalam melaksanakan ibadah.
j. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan leukositosis, neutropil meningkat sampai 70%, pada
pemeriksaan urine normal tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
2) Rontgen
Foto abdomen dapat dinyatakan adanya pengerasan material pada
appendik, ileus terlokalisir.
Bimbing dan ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam (Pursed Lips
Breathing) dan batuk efektif.
2.
Berikan makanan secara bertahap mulai dari cair, lunak, nasi biasa
dengan diit TKTP.
kebutuhan
aktivitasnya.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post
operasi tindakan/prosedur invasif.
Intervensi :
Ganti sprei dan pakaian yang kotor serta potong kuku klien
Monitor kepatenan jalan napas, respiratory rate, irama, pola dan bunyi
nafas.
10
III. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
pelaksanaannya berdasarkan urutan waktu tindakan yang dilakukan.
IV. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi ini
ditujukan untuk menilai perkembangan klien berupa catatan SOAPIER yang
dibuat untuk menentukan apakah :
1. Tujuan telah tercapai dengan waktu yang ditentukan dalam intervensi.
2. Tujuan hanya tercapai sebagian
3. Terjadi penurunan kondisi klien.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengumpulan Data
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama
: Tn. A
Umur
: 30 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Sunda/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Satpam
Alamat
Tanggal Masuk
: 11 Januari 2006
Tanggal Pengkajian
: 13 Januari 2006
No. CM
: 04200317
Diagnosa medis
: Apendiksitis
: Ny. S
Umur
: 27 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SLTA
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: Istri Klien
12
13
3. Strukutur Keluarga
Keterangan :
= Laki-laki
= Garis keturunan
= Perempuan
= Tinggal serumah
+ = Meninggal
= Klien
= Garis perkawinan
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
No
1
Pola Aktivitas
Di Rumah
Nutrisi
3x sehari, porsi kecil
Di RS
Bubur saring/bubur , 3x
Makan
pantangan makan,
Eliminasi
14
(Peptisol)
BAK
BAK.
saat BAK.
BAB
darah/nanah.
-Mandi
-Gosok gigi
Jarang
-Cuci rambut
2-3xsemingu pakai
Belum pernah
Personal
Hygiene
sampho
4
-Gunting kuku
Istirahat dan
1 minggu 1x
Belum pernah
22.00-06.00, kurang
nyenyak, kadang
luka operasi.
Tidur siang
Aktivitas
sehari-hari
tempat tidur.
tidur
Tidur malam
15
Identitas
Ideal diri
Harga diri
16
Peran
b. Sosial
Klien mau menerima kehadiran perawat dengan senang hati, klien mau
menerima kehadiran anggota keluarganya dan klien akrab dengan klien
lain yang sekamar dengannya.
17
c. Spiritual
Klien meyakini bahwa ia sakit sakit karena ia sedang diuji oleh Tuhan,
klien juga berharap agar ia cepat sembuh dan segera pulang ke rumah agar
ia dapat meneruskan sekolahnya.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
21 Mei 2004
Hemoglobin
: 9,00 gr%
(N : 12-14 gr%)
Leukosit
: 5.100/mm3
(N : 4000-10.000/mm3)
Hematokrit
: 27%
(N : 36-46%)
22 Mei 2004
Hemoglobin
: 13,7 gr%
Leukosit
: 18.600/mm3
Trombosit
: 359.000
Hematokrit
: 40%
(N : 150.000-450.000/mm3)
b. Ultra sonografi
18
4. Analisa Data
No
1
Data Senjang
DS :
-Klien mengeluh nyeri
pada daerah luka
Kemungkinan Penyebab
dan Dampak
Appendiksitis perforasi
Operasi laparatomi
explorasi
DO :
-Klien tampak meringis
-Skala nyeri 3 (skala 15)
nyaman : nyeri
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Merangsang pengeluaran
histamin, bradikinin dan
prostaglandin
Gangguan rasa
operasi
-Nyeri dirasakan seperti
Masalah
Rangsang nyeri
disampaikan ke radix
posterior medulla spinalis
Spinotalamicus
-HR : 98x/menit
Talamus
15 cm
Cortex cerebri
DS :
Klien mengatakan jika
ia makan perutnya
Nyeri dipersepsikan
Proses operasi
(laparatomy)
Gangguan
kebutuhan
nutrisi: kurang
Puasa
dari kebutuhan
Peningkatan asam
lambung, sedangkan
lambung dalam keadaan
kosong
makanannya porsi
19
pemenuhan
sumsum
Adanya mual
tegang
Nafsu makan
DS :
-Klien mengatakan nyeri
bertambah bila klien
merubah posisinya.
-Klien mengatakan
sehari-hari ia hanya di
tempat tidur.
-Klien mengatakan takut
ada apa-apa apabila ia
Intoleransi
aktifitas
Kemampuan melakukan
aktifitas sehari-hari
Intoleransi aktivitas
merubah posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis
bila ia merubah
posisinya.
-Tidak ada kekuan
sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
5 5
4 4
DS :
20
Gangguan
-Klien mengatakan
pemenuhan
tidurnya kurang
Nyeri
istirahat dan
nyenyak.
-Klien mengatakan ia
sering terbangun tengah
Merangsang pengaktifan
RAS (Reticulo Activity
System)
Mudah terjaga
DO :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak
mengantuk
-Konjungtiva pucat.
tidur.
DS :
-Keluarga mengatakan
feces yang keluar pada
Gangguan pemenuhan
istirahat dan tidur
Terputusnya kontinuitas
jaringan
kolostomi kadang
merembes pada balutan
luka laparatomi.
DO :
Reaksi inflamasi/
peradangan
laparatomi explorasi +
15 cm dengan posisi
horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka
kolostomi dan
ileostomi dengan
diameter + 7 cm pada
abdomen kuadran
21
Resiko
penyebaran
infeksi.
bawah.
-Operasi yang sekarang
merupakan operasi
yang kedua.
-Keadaan luka terpasang
Agraf sebanyak 20
buah.
-Luka dalam keadaan
basah, kemerahan dan
tampak ada pus.
-Stoma tampak
kemerahan
-Feces dari stoma
kadang-kadang
merembes ke balutan
laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3
6
DS :
-Keluarga sering
menanyakan keadaan
klien, dan
kemungkinan
Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit klien
penyembuhan klien.
-Keluarga mengatakan
Koping inefektif
tidak mengetahui
Cemas
DO :
-Keluarga tampak
cemas.
22
Gangguan rasa
aman : cemas
Perencanaan
Intervensi
Bimbing dan ajarkan
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan rasa nyaman
Tujuan
Tupan :
: nyeri berhubungan
Rasa nyaman
dengan terputusnya
terpenuhi dalam
meningkatkan supai O2
kontinuitas jaringan
waktu 4 hari.
ke otak.
ditandai dengan :
Tupen :
efektif.
DS :
Klien dapat
mengalami rasa
Rasional
Meningkatkan pasokan
mempraktekan
meminimalkan nyeri
perih.
teknik relaksasi
karena gerakan.
lips breathing)
-Klien dapat
diluruskan.
mempraktekkan
DO :
teknik distraksi.
-Klien mengatakan
Memberikan posisi
keinginan klien.
operasi
nyaman sesuai
drainase cairan/luka
ia berubah posisi/bila
Membimbing dan
fowler memudahkan
Implementasi
(skala 1-5)
Menurunkan laju
metabolik dan iritasi usus
karena toksin
23
Memberikan obat
Analgetik
nyeri berkurang.
sirkulasi/lokal, yang
5)
membantu
-HR : 98x/menit
meningkatkan
penyembuhan.
15 cm
Pemenuhan nutrisi
Tupan :
Kebutuhan nutrisi
berhubungan dengan
terpenuhi dalam 1
rangasangan pada
minggu.
Tupen :
di hipotalamus,
Menandakan adanya
abdomen.
dan muntah.
Penurunan peristaltik
Melakukan monitor
muntah.
ditandai dengan :
kembung.
DS :
Lanjutkan pemberian
nutrisi parenteral.
Pemberian nutrisi
perenteral mempercepat
ia makan perutnya
dapat meningkat.
dalam tubuh.
tegang.
-Klien mengatakan
DO :
-Klien hanya
hilang.
menghabiskan
-Porsi makan
makanannya porsi
meningkat porsi.
Meningkatkan kerja
organ pencernaan,
TKTP.
mempercepat proses
Melanjutkan pemberian
nutrisi parenteral.
Memberikan bubur
saring.
absorpsi.
Kolaborasi pemberian
24
Menurunkan
Memberikan terapi
terapi antiemetik.
mual/muntah.
sesuai indikasi.
bubur saring/bubur
sumsum
-Perut klien terasa
tegang
-Refleks menelan baik.
-Bising usus (+)
8x/menit
-Klien terkadang
muntah bila selesai
makan.
3
-BB : 23 kg
Intoleransi aktivitas
Tupan :
berhubungan dengan
ADL terpenuhi
kemampuan melakukan
dalam waktu 1
aktivitas sehari-hari
minggu.
menurun ditandai
Tupen :
mobilisasi secara
mobilisasi secara
dengan:
Klien dapat
bertahap.
bertahap.
DS :
memenuhi
-Klien mengatakan
kebutuhan sehari-
memenuhi kebutuhan
keluarga dalam
dalam memenuhi
hari.
aktivitas klien.
kebutuhan aktivitas
kebutuhan aktivitasnya.
terpenuhi.
Membantu klien
memenuhi kebutuhan
aktivitasnya.
Berikan latihan
klien merubah
Mobilisasi yang
Dapat memandirikan
Memberikan latihan
Melibatkan keluarga
klien.
25
posisinya.
-Klien mengatakan
sehari-hari ia hanya di
Memberikan pengajaran
Memberikan
untuk memenuhi
kebutuhannya.
memenuhi
mandiri.
kebutuhannya
tempat tidur.
-Klien mengatakan
aktivitasnya.
Gangguan pemenuhan
Tupan :
istirahat : tidur
Kebutuhan istirahat
Ciptakan lingkungan
yang tenang dan nyaman
26
Stimulus lingkungan
yang besar akan membuat
Menjaga lingkungan
yang tenang dan
berhubungan dengan
tidur terpenuhi
rangsangan RAS
selama 4 hari.
(Reticulo Activity
Tupen :
System) ditandai
Klien dapat
sebelum waktu
dengan :
melakukan tindakan
klien.
istirahat.
DS :
untuk memenuhi
-Klien mengatakan
kebutuhan istirahat
tidurnya kurang
nyenyak.
dengan kriteria :
menjelang tidur.
-Klien mengatakan ia
untuk tidur.
Memberikan kesempatan
Memberikan program
tanpa gangguan.
Menganjurkan pada
keluarga untuk
mendampingi klien saat
-Klien mengatakan
tidur.
sering terbangun
menjelang tidur.
nyeri.
-Klien mengetahui
aktifitas menjelang
DO :
cara penanganan
tidur.
gangguan istirahat :
-Klien tampak
tidur.
Menganjurkan klien
mengantuk
-Konjungtiva pucat
5
Resiko penyebaran
Penyebaran infeksi
infeksi berhubungan
1 minggu.
kuku klien.
Tupen :
Infeksi dapat
ditandai dengan :
ditanggulangi
DS :
selama 5 hari
antiseptik.
-Keluarga mengatakan
dengan kriteria :
kolostomi kadang
(kering, terdapat
merembes pada
jaringan baru).
mikroorganisme patogen.
Melakukan perawatan
penyebaran infeksi.
luka.
proteksi terhadap
laparatomi.
peradangan.
menandakan adanya
balutan luka
DO :
-Leukosit 18.600/mm3
Gangguan rasa aman :
Tupan :
cemas berhubungan
dengan kurangnya
dirasakan oleh
perasaan tentang
keluarga dalam
gatal beradaptasi
keluarga tentang
waktu 1 minggu.
hidup.
29
Mengkaji tingkat
Tupen :
dengan :
Keluarga mengerti
DS :
tindakan yang
-Keluarga sering
dilakukan pada
koping.
Kebiasaan pemecahan
Mengkaji tingkat
mekanisme koping,
penggunaan mekanisme
kemampuan menjelaskan
koping, kemampuan
menanyakan keadaan
klien, dengan
klien, dan
kriteria :
kemungkinan
-Keluarga dapat
penyembuhan klien.
mengerti tindakan
kekuatan kepribadian
-Keluarga mengatakan
masalah.
menjelaskan masalah.
tidak mengetahui
klien.
perkembangan
keadaan penyakit
-Keluarga merasa
kemampuan koping.
klien.
tenang terhadap
DO :
perawatan yang
-Keluarga tampak
cemas
Berikan informasi
Berikan dukungan
Mengkaji kepribadian,
Memberikan informasi
penerimaan tidak
emosional ketika
penerimaan tidak
menyesuaikan/memutusk
mengungkapkan, klien
menyesuaikan/memutus
mengontrol lingkungan.
perasaan kecewa,
atau marah.
Ciptakan lingkungan
yang mencegah
kecemasan, situasi
30
Penurunan kecemasan
dengan menghindari
Menciptakan
lingkungan yang
mencegah kecemasan,
kemajemukan.
rangsangan tambahan.
situasi kemajemukan.
Menganjurkan teknik
relaksasi seperti
lingkungan, kegiatan
meningkatkan istirahat
penyimpangan
dan ketenagaan.
lingkungan, kegiatan
relaksasi otot.
Berikan informasi
prognosa penyakit dan
pengaruhnya perubahan
gaya hidup mengontrol
gejala dengan pengobatan
Dapat meningkatkan
pemahanan ssakit dan
petunjuk untuk diikuti
Memberikan informasi
prognosa penyakit dan
pengaruhnya perubahan
gaya hidup mengontrol
gejala dengan
berpantang.
obat berpantang.
31
CATATAN PERKEMBANGAN
NO.DP
TANGGAL
28-5-04
EVALUASI
S:
Klien mengatakan masih terasa nyeri jika dilakukan
perawatan luka operasi.
O:
-Keadaan luka basah.
-Klien meringis saat dilakukan perawatan luka
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Kaji ulang skala nyeri
-Berikan obat sesuai indikasi.
II
28-5-04
III
28-5-04
28-5-04
aktivitasnya.
S:
-Klien mengatakan dapat tidur pada malam hari
-Klien mengatakan masih terasa sekit pada luka
operasi.
O:
-Klien tampak tertidur pada sore hari.
-Klien terlihat lebih segar.
A:
28-5-04
Masalah teratasi.
S:
Keluarga mengatakan cairan dari stoma kadang
merembes pada luka laparatomi.
O:
Keadaan luka basah, pus (-), adanya kemerahan pada
sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
33
Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
VI
28-5-04
29-5-04
Masalah teratasi.
S:
Klien mengatakan daerah luka op masih terasa nyeri.
O:
-Keadaan luka basah, kemerahan.
-Klien meringis dan menangis saat dilakukan perawatan
luka
-Pus (-)
A:
Masalah sebagian teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-petang.
-Berikan therapi sesuai indikasi.
II
29-5-04
S:
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa
kenyang.
O:
-Terdapat distensi abdomen.
34
31-5-04
35
BAB IV
PE N UTU P
Kesimpulan :
Apendiksitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai yang
dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendix oleh
tinja, atau akibat terpuntirnya apendix atau pembuluhnya.
Pada kasus apendiksitis pembedahan dapat diindikasikan bila diagnosa
telah ditegakkan. Dilakukan untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi
laparatomi explorasi atas indikasi apendiksitis perforasi. Dimana ditemukan
diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rangasangan
pada refleks vomiting center di hipotalamus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari menurun.
4. Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan rangsangan RAS
(Reticulo Activity System).
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan akumulasi pus sebagai akibat
produksi dari reaksi peradangan.
6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit klien.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Suddarth Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit EGC, Jakarta :
2002.
2. Corwin, Elizabeth J, Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta : 2000.
3. Doengoes, Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta :
1999.
37