Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem gastrointestinal berjalan mulai dari mulut ke anus, yang
berfungsi untuk ingesti dan pendorongan makanan, pencernaannya, serta
penyerapan zat-zat gizi yang penting bagi pertumbuhan dan kehidupan.
Saluran GI berawal di rongga mulut berlanjut ke esofagus dan lambung
dimana makanan sementara disimpan sampai di salurkan ke usus halus.
Setelah diserap di usus makanan disalurkan ke usus besar (colon dan rectum).
Organ-organ tambahan sistem GI meliputi hati, pankreas, kandung empedu
dan apendik. Jika salah satu organ GI terganggu maka akan menimbulkan
gangguan, salah satunya apendik. Apendik cenderung menjadi tersumbat atau
rentan terhadap infeksi bila pengosongan mukusnya tidak efektif dan
lumennya yang kecil kira-kira 7% dari populasi akan mengalami
apendikdisitis. Apendikdisitis sering terjadi antara 20 dan 30 tahun.
Untuk itu diperlukan adanya kerjasama dalam melaksanakan ASKEP pada
klien dengan apendiksitis baik perawat, individu dan keluarga, sehingga
tercapai keperawatan yang komprehensif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melalui makalah ini diharapkan kelompok mampu melaksanakan Askep
pada klien apendik.
2. Tujuan Khusus
Setelah membaca makalah ini kelompok diharapkan :
a. Mampu menjelaskan tentang konsep apendiksitis.
b. Mampu melakukan pengkajian pada klien post apendiktomi
c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan pada klien post
apendiktomi.

d. Mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada klien post


appendiktomi.
e. Mampu melaksanakan evaluasi keperawatan.
C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
adalah studi literatur dimana penyusun menggunakan buku-buku sumber
sebagai bahan acuan dalam pembuatan makalah ini.
D. Sistematika Penulisan
BAB I

: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan

BAB II

: TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum
B. Pengertian
C. Penyebab
D. Gambaran Klinis
E. Klasifikasi
F. Pathofisiologi
G. Evaluasi Diagnostik
H. Penatalaksanaan
I. Komplikasi
Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan

BAB III

: TINJAUAN KASUS

BAB IV

: PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Gambaran Umum
Apendix merupakan organ tambahan pada sistem pencernaan.
Apendiks panjangnya kira-kira 10 cm (4 inchi), melekat pada sekum tepat
dibawah katup ileosekal, apendix berisi mukus dan mengosongkan diri secara
teratur, kedalam sekum, karena pengosongan yang tidak efektif dan lumen
yang kecil apendix cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi.
Kira-kira 7% dari populasi akan mengalami apendixitis pada waktu
yang bersamaan dalam hidup mereka. Pria lebih sering mengalami
apendixitis, dibandingkan wanita, dan remaja lebih sering mengalami daripada
orang dewasa, meskipun sering terjadi pada usia berapapun, apendixitis paling
sering terjadi antara usia 20 dan 30 tahun (Brunner dan Suddarth,
Keperawatan Medikal Bedah 2002. 1097)
B. Pengertian
Apendixitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai
yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi
apendix oleh tinja, atau akibat terpuntirnya apendix atau pembuluh darahnya.
(Curwin, Patohofisiologi, 2001. 529)
C. Penyebab
Penyebab dari apendixitis ialah terjadinya obstruksi pada lumen
apendix. Obstruksi pada Lumen apendix biasanya diakibatkan oleh:
-

Fecalith

Cacing

Pembesaran jaringan limpoid

Infeksi Virus

Efek samping dari tindakan barium enema.

Biji-bijian

Tumor

D. Gambaran Klinis
Nyeri pada daerah abdomen kuadran kanan bawah dan biasanya
disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan,
terdapatnya nyeri tekan dan nyeri lepas.
Bila apendix melingkar di belakang sekum perasaan nyeri dan nyeri
tekan dapat terasa didaerah lumbar, bila ujung apendix ada pada pelvis, tandatanda ini dapat diketahui hanya dengan pemeriksaan rektal. Nyeri pada saat
berkemih menunjukan letak ujung apendix dekat dengan kandung kemih atau
ureter adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektus kanan dapat terjadi.
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran
bawah kiri, yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa dikuadran
kanan bawah. Apabila apendix telah ruptur nyeri menjadi menyebar, terjadi
distensi abdomen akibat ileus paralitik.
E. Klasifikasi
Apendixitis dapat diklasifikasikan berdasarkan munculnya gejala
sebagai berikut :
1. Apendixitis akut

: yaitu apendixitis yang timbul secara tiba-tiba dan


dirasakan sangat hebat.

2. Apendixitis kronis : yaitu apendixitis yang timbul secara yang dirasakan


hilang timbul dan diketahuinya dalam kondisi yang
sudah berat.

F. Pathofisisologi
Obstruksi lumen apendix oleh
berbagai penyebab

menghambat dan menyumbat pengeluaran mukus


dari lumen apendix

Terjadi reaksi inflamasi/infeksi

Peningkatan tekanan intra luminal


Nyeri abdomen atas/
Menyebar hebat secara progresif

Aliran darah ke dalam apendix


menurun

Dalam beberapa jam nyeri terlokalisasi


di kuadran kanan bawah

Hipoxia pada jaringan


lumen apendix

Nekrosis

Gangren

Perforasi dalam jangka waktu


24-36 jam
G. Evaluasi Diagnostik
-

Pada pemeriksaan laboratium, didapatkan peningkatan jumlah leukosit


lebih dari 10.000/mm3

Pemeriksaan USG menunjukan adanya densitas pada kuadran kanan


bawah abdomen atau adanya aliran udara terlokalisasi.

H. Penatalaksanaan
Pada kasus apendixitis pembedahan diindikasikan bila diagnosa,
apendixitis telah ditegakan, antibiotik dan cairan intravena diberikan sampai
pembedahan dilakukan.
Apendixtomy dilakukan untuk menurunkan resiko terjadi perforasi.

I. Komplikasi
Komplikasi utama pada apendixitis adalah terjadi apendix perforasi
yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses. Perforasi terjadi 24
jam setelah awitan nyeri insiden terjadinya apendix perforasi lebih tinggi pada
anak dan lansia.
TINJAUAN TEORI ASUHAN KEPERAWATAN :
I. Pengkajian
a. Identitas Klien.
Perlu dikumpulkan data-data yaitu nama, umur, alamat, dan pekerjaan
klien serta data lain yang diperlukan.
b. Keluhan Utama.
Perlu dikaji adanya rasa nyeri pada abdomen daerah kuadran kanan
bawah.
c. Riwayat Kesehatan.
Kembangkan dari keluhan utama dengan menggunakan PQRST.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu.
-

Kaji apakah pernah klien dioperasi pada bagian abdomen.

Riwayat pernah diberi bubur barium enema.

Riwayat diit tinggi serat.

Riwayat kebiasaan memakan-makanan biji-bijian.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga


Kaji

adakah

kebiasaan

didalam

anggota

keluarga

yang

dapat

menyebabkan apendix.
f. Pemeriksaan Fisik.
Sistem Pernafasan
Adanya takipneu dan pernafasan dangkal akibat adanya rasa nyeri.
Sistem Kardiovaskular.
Adanya takikardi juga akibat perasaan nyeri.
Sistem Percernaan

Pada inspeksi terlihat perilaku klien berhati-hati dan atau tidur


terlentang dengan lutut ditekuk

Penurunan atau tidak adanya bising usus.

Nyeri atau perasan tidak enak pada daerah epigastrium atau nyeri
umbilikal diikuti dengan anorexia, nausea dan atau tanpa vomitus.
Gejala ini berlangsung 1-2 hari selanjutnya nyeri tersebut bergeser
ke daerah kuadran kanan bawah.

Pada palpasi di daerah kuadran kanan bawah terasa ada yg


membengkak dan klien merasa nyeri, nyeri tekan dan nyeri lepas
(+), disertai spasme otot (detense musculer (+)), adanya perasaan
ingin defekasi atau flatus yang sering.

Sistem Persarafan
Ditemukan adanya rasa nyeri, nyeri tekan dan lepas pada abdomen
kuadran kanan bawah.
Sistem Endokrin
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar thyroid
Sistem Genitourinaria
- Pada preoperasi

: Tidak ditemukan adanya kelainan

- Pada post operasi : Sering ditemukan adanya inkontinensia urine


akibat pengaruh anastesi.
Sistem muskuloskeletal
Ditemukan adanya kekakuan otot pada daerah abdomen dan pada
daerah ekstermitas terjadi kelemahan otot karena kurangnya suplai
nutrisi akibat proses infeksi yang terjadi pada daerah usus.
Sistem Integumen
Suhu tubuh meningkat karena adanya proses infeksi.
Sistem penglihatan, pendengaran dan wicara
Tidak ditemukan adanya kelainan pada kasus appendiktomie.

g. Data Psikologis
1) Status emosi
Klien labil karena adanya rasa nyeri.
2) Kecemasan
Meningkat karena akan menghadapi prosedur operasi dan karena
kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakit dan cara perawatan.
3) Gaya komunikasi
Pada dasarnya tidak ada gangguan kecuali ketika klien merasa nyeri.
4) Konsep diri
Yang dikaji adalah gambaran diri, peran diri, harga diri, identitas diri
dan ideal diri.
h. Data Sosial
Berisi hubungan dan pola interaksi antara pasien dan keluarga serta
masyarakat selama ia menderita sakit.
i. Data Spiritual
Mengidentifikasikan tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap
kesembuhan penyakitnya dan gangguan dalam melaksanakan ibadah.
j. Data Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Ditemukan leukositosis, neutropil meningkat sampai 70%, pada
pemeriksaan urine normal tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
2) Rontgen
Foto abdomen dapat dinyatakan adanya pengerasan material pada
appendik, ileus terlokalisir.

II. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul


1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan distensi
jaringan usus akibat inflamasi/adanya insisi bedah
Intervensi :

Bimbing dan ajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam (Pursed Lips
Breathing) dan batuk efektif.

Lakukan teknik distraksi : berikan posisi nyaman sesuai keinginan


klien.

Kolaborasi pemberian analgetik.

Kaji ulang skala nyeri.

2.

Resiko kekurangan nutrisi berhubungan dengan muntah, pra


operasi, pembatasan pasca operasi (puasa), status hipermetabolik
(demam), inflamasi peritonium dengan cairan asing.
Intervensi :

Monitor BU dan flatus setiap satu jam

Monitor adanya kembung dan muntah

Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.

Lakukan test veeding bila BU dan flatus (+)

Berikan makanan secara bertahap mulai dari cair, lunak, nasi biasa
dengan diit TKTP.

Kolaborasi pemberian terapi antiemetik.

3. Gangguan pemenuhan aktivitas berhubungan dengan kelemahan


Intervensi :

Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya.

Berikan pembatasan tentang pentingnya mobilisasi dini, cara dan


waktunya.

Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.

Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan aktivitas klien.

Berikan kesempatan pada klien untuk memenuhi

kebutuhan

aktivitasnya.
4. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka post
operasi tindakan/prosedur invasif.
Intervensi :

Ganti sprei dan pakaian yang kotor serta potong kuku klien

Lakukan perawatan luka (ganti verban) mulai hari ke-3, selanjutnya


setiap hari dengan teknik aseptik dan antiseptik.

Monitor tanda-tanda vital dan tanda-tanda infeksi di sekitar luka.

Kolaborasi pemberian antibiotik dan antivirus

Kolaborasi pemeriksaan hematokrit, Hb dan leukosit ulang.

5. Pola nafas tidak efektif berhubungan denagn akumulasi sekret akibat


efek samping anasthesi.
Intervensi :

Monitor kepatenan jalan napas, respiratory rate, irama, pola dan bunyi
nafas.

Pertahankan posisi semi fowler.

Berikan terapi O2 sesuai dengan kbutuhan.

Miringkan kepala klien ke salah satu sisi

Bila perlu lakukan suctioning.

6. Gangguan kebutuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan


adanya rasa nyeri.
Intervensi :

Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk tidur.

Anjurkan berdoa, membaca dll yang dapat memberikan ketenangan


saat tidur.

Atur program pengobatan dan perawatan sehingga tidak mengganggu


waktu tidur klien.

Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien saat tidur.

10

Anjurkan klien untuk tidak melakukan aktivitas sebelum tidur dan


anjurkan untuk minum susu hangat.

Kolaborasi untuk pemberian obat tidur, bila diperlukan.

III. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan dan
pelaksanaannya berdasarkan urutan waktu tindakan yang dilakukan.
IV. Evaluasi
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi ini
ditujukan untuk menilai perkembangan klien berupa catatan SOAPIER yang
dibuat untuk menentukan apakah :
1. Tujuan telah tercapai dengan waktu yang ditentukan dalam intervensi.
2. Tujuan hanya tercapai sebagian
3. Terjadi penurunan kondisi klien.

11

BAB III
TINJAUAN KASUS
Pengumpulan Data
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama

: Tn. A

Umur

: 30 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Suku/Bangsa

: Sunda/Indonesia

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Satpam

Alamat

: Tanah Tinggi RT/RW 01/06 Tangerang

Tanggal Masuk

: 11 Januari 2006

Tanggal Pengkajian

: 13 Januari 2006

No. CM

: 04200317

Diagnosa medis

: Apendiksitis

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama

: Ny. S

Umur

: 27 tahun

Agama

: Islam

Pendidikan

: SLTA

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Tanah Tinggi RT/RW 01/06 Tangerang

Hubungan dgn klien

: Istri Klien

2. Riwayat Kesehatan Klien


a. Keluhan utama
Nyeri daerah luka operasi pada bagian abdomen kuadran kanan bawah.

12

b. Riwayat kesehatan sekarang


Sekitar 4 hari sebelum masuk RS klien mengeluh sakit perut, kembung
dan perut terasa mengeras, lalu dibawa ke klinik kesehatan. Klien
didiagnosa typoid abdominalis, lalu klien diberi obat dan pulang. 2 hari
sebelum masuk RS perutnya semakin kembung dan mengeras kemudian
demam dan esoknya klien muntah-muntah. Tanggal 11 Januari 2006, klien
dibawa ke RSU Tangerang dan esoknya dilakukan appendictomy akibat
apendicsitis perforasi. Pada saat dikaji klien mengeluh nyeri pada daerah
luka operasi, nyeri diraskan bertambah berat bila klien berubah posisi
tidur atau tidur dengan kaki diluruskan. Nyeri diraskan oleh klien seperti
diiris-iris dan terasa perih pada daerah operasi, dengan skala nyeri 3 (skala
1-5) nyeri dirasakan + 2 menit dan terasa setiap 10-15 sekali
c. Riwayat kesehatan lalu
Klien belum pernah menderita penyakit yang sama dan belum pernah
menderita penyakit yang berat yang menyebabkan klien dirawat di RS.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Di dalam keluarga klien, tidak ada yang menderita penyakit yang sama
dengan klien, serta penyakit lain seperti asma, TBC, hepatitis, maupun
DM yang dapat memperberat keadaan klien sekarang.

13

3. Strukutur Keluarga

Keterangan :
= Laki-laki

= Garis keturunan

= Perempuan

= Tinggal serumah

+ = Meninggal

= Klien

= Garis perkawinan
4. Pola Aktivitas Sehari-hari
No
1

Pola Aktivitas
Di Rumah
Nutrisi
3x sehari, porsi kecil

Di RS
Bubur saring/bubur , 3x

Makan

habis, jenis makanan :

sehari, hanya habis nya,

nasi, lauk sayur dan

klien merasa perutnya

buah, tidak ada

mual dan tegang, kadang-

pantangan makan,

kadang makan buah.

makanan yang disukai :


rujak yang pedas.
Minum

5-6 gelas kecil sehari (+

4-5 gelas kecil sehari

1250-1500 cc), jenis air

(1000-1250 cc) air putih,

putih, suka minum kopi, kadang-kadang susu


minum susu kadangkadang.
2

Eliminasi

14

(Peptisol)

BAK

4-5x sehari, warna

2-3x sehari, warna kuning

kuning tua, bau khas,

tua, tidak ada kelainan saat

tidak ada kesulitan pada

BAK.

saat BAK.
BAB

1-2x sehari, konsistensi

Feces keluar dari

lunak, warna kuning

kolostomi, bentuk cair,

tengguli, bau khas tidak

warna kuning, tidak ada

ada kesulitan saat BAB.

darah/nanah.

-Mandi

3xsehari pakai sabun.

1x sehari hanya dilap

-Gosok gigi

3xsehari pakai pasta gigi

Jarang

-Cuci rambut

2-3xsemingu pakai

Belum pernah

Personal
Hygiene

sampho
4

-Gunting kuku
Istirahat dan

1 minggu 1x

Belum pernah

Klien tidur biasanya 4-5

Klien tidur dari Jam

jam dalam sehari dan

22.00-06.00, kurang

tidak tentu karena ia

nyenyak, kadang

bekerja sebagai satpam

terbangun pada malam

dan mendapat tugas

hari karena nyeri pada

malam atau siang hari

luka operasi.

Tidur siang
Aktivitas

Klien bekerja sebagai

Klien jarang tidur siang.


Klien hanya tiduran di

sehari-hari

satpam dan bertugas

tempat tidur.

tidur
Tidur malam

pada malam atau siang


hari
5. Pemeriksaan Fisik
a.
Keadaan umum
Klien tampak sakit sedang dengan kesadaran compos mentis
Tanda-tanda vital meliputi :

15

Tekanan Darah : 120/80 mmHg


Pulse
: 80 x/menit
Respiratori
: 16x/menit
Suhu
: 36,4 oC
b. Kepala
Rambut berwarna hitam pendek lurus, tidak mudah rontok, tidak ada ketombe,
tidak ada lesi pada kulit kepala.
c. Mata
d. Telinga
e. Hidung
f. Mulut
g. Leher
h. Dada
i. Abdomen
j.
Pengkajian Psikososial Spiritual (Klien dan Keluarga)
b. Psikologis
1) Status emosi : Emosi klien tampak stabil
2) Kecemasan : Klien tampak tenang, keluarga tampak gelisah, keluarga
sering menanyakan keadaan klien, dan kemungkinan penyembuhan
klien. Klien tampak cemas.
3) Konsep diri

Body Image : Klien mengatakan semua bagian tubuhnya ia sukai,


klien juga mengatakan tidak menjadi masalah bagi
dirinya dengan keadaannya yang terdapat luka
kolostomi.

Identitas

: Klien mengatakan ia adalah seorang perempuan,


dan ia puas dengan jenis kelaminnya.

Ideal diri

: Klien berharap ia segera sembuh dan kembali


melanjutkan sekolahnya agar ia bisa mencapai citacitanya.

Harga diri

: Klien mengatakan bahwa semua anggota keluarga


menghargai dirinya, keluarganya sekarang mau
menerima keadaannya sekarang, dan tidak ada
yang mengejeknya.

16

Peran

: Klien mengatakan ia adalah anak pertama, yang


harus memberi contoh pada adiknya, dan dengan
keadaannya sekarang klien mengatakan ia tidak
bisa membantu ibunya di rumah.

b. Sosial
Klien mau menerima kehadiran perawat dengan senang hati, klien mau
menerima kehadiran anggota keluarganya dan klien akrab dengan klien
lain yang sekamar dengannya.

17

c. Spiritual
Klien meyakini bahwa ia sakit sakit karena ia sedang diuji oleh Tuhan,
klien juga berharap agar ia cepat sembuh dan segera pulang ke rumah agar
ia dapat meneruskan sekolahnya.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
21 Mei 2004
Hemoglobin

: 9,00 gr%

(N : 12-14 gr%)

Leukosit

: 5.100/mm3

(N : 4000-10.000/mm3)

Hematokrit

: 27%

(N : 36-46%)

22 Mei 2004
Hemoglobin

: 13,7 gr%

Leukosit

: 18.600/mm3

Trombosit

: 359.000

Hematokrit

: 40%

(N : 150.000-450.000/mm3)

b. Ultra sonografi

18

4. Analisa Data
No
1

Data Senjang
DS :
-Klien mengeluh nyeri
pada daerah luka

Kemungkinan Penyebab
dan Dampak
Appendiksitis perforasi

Operasi laparatomi
explorasi

teriris dan terasa perih.


-Nyeri bertambah bila ia
berubah posisi/bila

DO :
-Klien tampak meringis
-Skala nyeri 3 (skala 15)

nyaman : nyeri

Terputusnya kontinuitas
jaringan

Merangsang pengeluaran
histamin, bradikinin dan
prostaglandin

tidur dengan kaki


diluruskan.

Gangguan rasa

operasi
-Nyeri dirasakan seperti

Masalah

Merangsang reseptor nyeri


delta C

Rangsang nyeri
disampaikan ke radix
posterior medulla spinalis

Spinotalamicus

-HR : 98x/menit

-Terdapat luka operasi

Talamus

pada abdomen bawah +

15 cm

Cortex cerebri

DS :
Klien mengatakan jika
ia makan perutnya

Nyeri dipersepsikan
Proses operasi
(laparatomy)

Gangguan

Bising usus menurun

kebutuhan

terasa mual dan terasa


tegang.
DO :
-Klien hanya
menghabiskan

nutrisi: kurang

Puasa

dari kebutuhan

Peningkatan asam
lambung, sedangkan
lambung dalam keadaan
kosong

makanannya porsi

19

pemenuhan

-Jenis makanan klien


bubur saring/bubur

Rangsangan pada refleks


vomiting center di
hipotalamus

sumsum

Adanya mual

-Perut klien terasa

tegang

Nafsu makan

-Refleks menelan baik.


-Bising usus (+)
8x/menit
3

DS :
-Klien mengatakan nyeri
bertambah bila klien
merubah posisinya.
-Klien mengatakan
sehari-hari ia hanya di
tempat tidur.
-Klien mengatakan takut
ada apa-apa apabila ia

Pemenuhan nutrisi kurang


dari kebutuhan
Adanya luka operasi

Nyeri bila berubah posisi

Intoleransi
aktifitas

Klien merasa takut untuk


merubah posisi

Kemampuan melakukan
aktifitas sehari-hari

Intoleransi aktivitas

merubah posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis
bila ia merubah
posisinya.
-Tidak ada kekuan
sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
5 5
4 4

DS :

Adanya luka operasi

20

Gangguan

-Klien mengatakan

pemenuhan

tidurnya kurang

Nyeri

istirahat dan

nyenyak.
-Klien mengatakan ia
sering terbangun tengah

Merangsang pengaktifan
RAS (Reticulo Activity
System)

malam karena nyeri.

Mudah terjaga

DO :
-Klien tampak lemas
-Klien tampak
mengantuk
-Konjungtiva pucat.

tidur.

Sering terbangun tengah


malam

Tahap tidur tidak terlalu

Kebutuhan tidur tidak


perpenuhi

DS :
-Keluarga mengatakan
feces yang keluar pada

Gangguan pemenuhan
istirahat dan tidur
Terputusnya kontinuitas
jaringan

Merupakan port of entry

kolostomi kadang
merembes pada balutan
luka laparatomi.

Reaksi pertahanan tubuh


dengan suplay darah dan
leukosit pada daerah luka

DO :

Reaksi inflamasi/
peradangan

-Terdapat luka operasi

laparatomi explorasi +
15 cm dengan posisi
horizontal di bawah

Akumulasi pus sebagai


produksi dari reaksi
peradangan

umbilicus.
-Terdapat luka
kolostomi dan
ileostomi dengan
diameter + 7 cm pada

Merupakan media yang


baik untuk pertumbuhan
bakteri

Resiko penyebaran infeksi

abdomen kuadran

21

Resiko
penyebaran
infeksi.

bawah.
-Operasi yang sekarang
merupakan operasi
yang kedua.
-Keadaan luka terpasang
Agraf sebanyak 20
buah.
-Luka dalam keadaan
basah, kemerahan dan
tampak ada pus.
-Stoma tampak
kemerahan
-Feces dari stoma
kadang-kadang
merembes ke balutan
laparatomi.
-Suhu 370C
-Leukosit 18.600/mm3
6

DS :
-Keluarga sering
menanyakan keadaan
klien, dan
kemungkinan

Kurangnya informasi dari


petugas kesehatan

Kurangnya pengetahuan
tentang penyakit klien

penyembuhan klien.

Stressor bagi klien/


Keluarga

-Keluarga mengatakan

Koping inefektif

tidak mengetahui

keadaan penyakit klien.

Cemas

DO :
-Keluarga tampak
cemas.

22

Gangguan rasa
aman : cemas

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. E


DENGAN POST OP LAPARATOMI EXPLORASI ATAS INDIKASI APENDIKSITIS PERFORASI
NO
1

Perencanaan
Intervensi
Bimbing dan ajarkan

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan rasa nyaman

Tujuan
Tupan :

: nyeri berhubungan

Rasa nyaman

klien teknik relaksasi

O2 kepada jaringan serta

ajarkan klien teknik

dengan terputusnya

terpenuhi dalam

nafas dalam (pursed lips

meningkatkan supai O2

relaksasi nafas dalam

kontinuitas jaringan

waktu 4 hari.

breathing) dan batuk

ke otak.

(pursed lips breathing)

ditandai dengan :

Tupen :

efektif.

DS :

Klien dapat

-Klien mengeluh nyeri

mengalami rasa

Rasional
Meningkatkan pasokan

Berikan posisi nyaman

sesuai keinginan klien.

Perubahan posisi semi

hari dengan kriteria :

karena gravitasi dan


membantu

teriris dan terasa

mempraktekan

meminimalkan nyeri

perih.

teknik relaksasi

karena gerakan.

lips breathing)

tidur dengan kaki

-Klien dapat

diluruskan.

mempraktekkan

DO :

teknik distraksi.

-Klien tampak meringis

-Klien mengatakan

Memberikan posisi
keinginan klien.

operasi

-Nyeri dirasakan seperti -Klien dapat

nyaman sesuai

drainase cairan/luka

ia berubah posisi/bila

Membimbing dan

fowler memudahkan

nyeri dalam waktu 2

nafas dalam (pussed

dan batuk efektif.

pada daerah luka

-Nyeri bertambah bila

Implementasi

Kaji ulang rasa nyeri

(skala 1-5)

Intervensi yang diberikan

dapat lebih tepat guna

Mengkaji ulang rasa


nyeri (skala 1-5)

untuk menangani nyeri

Berikan obat sesuai


indikasi (Analgetik)

Menurunkan laju
metabolik dan iritasi usus
karena toksin

23

Memberikan obat
Analgetik

-Skala nyeri 3 (skala 1-

nyeri berkurang.

sirkulasi/lokal, yang

5)

membantu

-HR : 98x/menit

menghilangkan nyeri dan

-Terdapat luka operasi

meningkatkan

pada abdomen bawah +

penyembuhan.

15 cm
Pemenuhan nutrisi

Tupan :

kurang dari kebutuhan

Kebutuhan nutrisi

berhubungan dengan

terpenuhi dalam 1

rangasangan pada

minggu.

refleks vomiting center

Tupen :

di hipotalamus,

Monitor bising usus dan

flatus setiap jam.

Menandakan adanya

gangguan pada daerah

Memonitor bising usus


dan flatus setiap jam.

abdomen.

Monitor adanya kembung

dan muntah.

Penurunan peristaltik

Melakukan monitor

usus dapat menyebabkan

adanya kembung dan

Berat badan klien

adanya muntah dan

muntah.

ditandai dengan :

dapat bertahan dan

kembung.

DS :

naik dalam waktu 4

Klien mengatakan jika

hari dengan kriteria :

Lanjutkan pemberian

nutrisi parenteral.

Pemberian nutrisi
perenteral mempercepat

ia makan perutnya

-BB tidak turun dan

proses absorbsi makanan

terasa mual dan terasa

dapat meningkat.

dalam tubuh.

tegang.

-Klien mengatakan

DO :

mual berkurang atau

-Klien hanya

hilang.

menghabiskan

-Porsi makan

makanannya porsi

meningkat porsi.

Berikan makanan secara

Meningkatkan kerja

bertahap dengan diit

organ pencernaan,

TKTP.

mempercepat proses

Melanjutkan pemberian
nutrisi parenteral.

Memberikan bubur
saring.

absorpsi.

Kolaborasi pemberian
24

Menurunkan

Memberikan terapi

-Jenis makanan klien

-Intake output stabil.

terapi antiemetik.

mual/muntah.

sesuai indikasi.

bubur saring/bubur
sumsum
-Perut klien terasa
tegang
-Refleks menelan baik.
-Bising usus (+)
8x/menit
-Klien terkadang
muntah bila selesai
makan.
3

-BB : 23 kg
Intoleransi aktivitas

Tupan :

berhubungan dengan

ADL terpenuhi

kemampuan melakukan

dalam waktu 1

aktivitas sehari-hari

minggu.

menurun ditandai

Tupen :

mobilisasi secara

dilakukan bertahap dapat

mobilisasi secara

dengan:

Klien dapat

bertahap.

bersifat tepat dan efektif.

bertahap.

DS :

memenuhi

-Klien mengatakan

kebutuhan sehari-

memenuhi kebutuhan

keluarga dalam

dalam memenuhi

hari.

aktivitas klien.

perawatan klien di rumah.

kebutuhan aktivitas

nyeri bertambah bila

Bantu klien memenuhi

kebutuhan aktivitasnya.

Menjaga ADL klien tetap

terpenuhi.

Membantu klien
memenuhi kebutuhan
aktivitasnya.

Berikan latihan

Libatkan keluarga dalam

klien merubah

Mobilisasi yang

Dapat memandirikan

Memberikan latihan

Melibatkan keluarga

klien.
25

posisinya.
-Klien mengatakan
sehari-hari ia hanya di

Berikan kesempatan klien

Memberikan pengajaran

Memberikan

untuk memenuhi

pada klien bagaimana

kesempatan klien untuk

kebutuhannya.

pemenuhan ADL secara

memenuhi

mandiri.

kebutuhannya

tempat tidur.
-Klien mengatakan

aktivitasnya.

takut ada apa-apa


apabila ia merubah
posisinya.
DO :
-Klien tampak meringis
bila ia merubah
posisinya.
-Tidak ada kekuan
sendi.
-Massa otot isotoni
-Kekuatan otot
5 5
4 4

Gangguan pemenuhan

Tupan :

istirahat : tidur

Kebutuhan istirahat

Ciptakan lingkungan
yang tenang dan nyaman
26

Stimulus lingkungan
yang besar akan membuat

Menjaga lingkungan
yang tenang dan

berhubungan dengan

tidur terpenuhi

rangsangan RAS

selama 4 hari.

(Reticulo Activity

Tupen :

dan perawatan sehingga

kepada klien untuk

therapi dan perawatan

System) ditandai

Klien dapat

tidak mengganggu tidur

melaksanakan REM dan

sebelum waktu

dengan :

melakukan tindakan

klien.

non REM secara bertahap

istirahat.

DS :

untuk memenuhi

-Klien mengatakan

kebutuhan istirahat

tidurnya kurang

tidur selama 2 hari

menemani klien saat

nyenyak.

dengan kriteria :

menjelang tidur.

-Klien mengatakan ia

untuk tidur.

RAS tetap terjaga.

Atur program pengobatan

Memberikan kesempatan

nyaman untuk tidur.

Memberikan program

tanpa gangguan.

Anjurkan keluarga untuk

Memberikan rasa tenang

dan aman bagi klien.

Menganjurkan pada
keluarga untuk
mendampingi klien saat

-Klien mengatakan

tidur.

sering terbangun

nyeri berkurang saat

tengah malam karena

menjelang tidur.

tidak melakukan aktifitas

akan menstimulasi kerja

untuk tidak melakukan

nyeri.

-Klien mengetahui

sebelum tidur dan

otak untuk tetap terjaga,

aktifitas menjelang

DO :

cara penanganan

anjurkan klien untuk

susu hangat membuat

tidur.

-Klien tampak lemas

gangguan istirahat :

minum susu hangat.

RAS non aktif sebagai

-Klien tampak

tidur.

Anjurkan klien untuk

Aktivitas sebelum tidur

Menganjurkan klien

akibat kerja triptopan

mengantuk

dalam protein dan susu. `

-Konjungtiva pucat
5

Resiko penyebaran

Penyebaran infeksi

infeksi berhubungan

tidak terjadi selama

dengan akumulasi pus

1 minggu.

Ganti laken dan pakaian


serta potong kuku klien.
27

Laken, pakaian, serta

Mengganti laken dan

kuku klien yang panjang

pakaian serta potong

dapat menjadi perantara

kuku klien.

sebagai akibat produksi

Tupen :

dari reaksi peradangan

Infeksi dapat

ditandai dengan :

ditanggulangi

dengan teknik aseptik dan

efektif dan optimal akan

luka dengan teknik

DS :

selama 5 hari

antiseptik.

mencegah infeksi serta

aseptik dan antiseptik.

-Keluarga mengatakan

dengan kriteria :

feces yang keluar pada

-Keadaan luka baik

kolostomi kadang

(kering, terdapat

merembes pada

jaringan baru).

mikroorganisme patogen.

Lakukan perawatan luka

Perawatan luka yang

Melakukan perawatan

penyebaran infeksi.

Monitor TTV serta tanda


infeksi sekitar luka.

TTV yang tidak stabil

tanda infeksi sekitar

reaksi tubuh untuk

luka.

proteksi terhadap

laparatomi.

peradangan.

-Terdapat luka operasi


laparatomi explorasi +
15 cm dengan posisi
horizontal di bawah
umbilicus.
-Terdapat luka
kolostomi dan
ileostomi dengan
diameter + 7 cm pada
abdomen kuadran
bawah.
28

Memonitor TTV serta

menandakan adanya

balutan luka
DO :

-Operasi yang sekarang


merupakan operasi
yang kedua.
-Keadaan luka
terpasang Agraf
sebanyak 20 buah.
-Luka dalam keadaan
basah, kemerahan dan
tampak ada pus.
-Stoma tampak
kemerahan
-Feces dari stoma
kadang-kadang
merembes ke balutan
laparatomi.
-Suhu 370C
6

-Leukosit 18.600/mm3
Gangguan rasa aman :

Tupan :

cemas berhubungan

Rasa cemas tidak

ekspresi verbal perasaan

sedang keberat, tingkat

cemas, ekspresi verbal

dengan kurangnya

dirasakan oleh

tentang prognosa dan

cemas akan tinggi akan

perasaan tentang

pengetahuan klien dan

keluarga dalam

pengaruh pada gaya

gatal beradaptasi

prognosa dan pengaruh

keluarga tentang

waktu 1 minggu.

hidup.

kebiasan dan kemampuan

pada gaya hidup.

Kaji tingkat cemas,

29

Rentang cemas dari

Mengkaji tingkat

penyakit klien, ditandai

Tupen :

dengan :

Keluarga mengerti

DS :

tindakan yang

-Keluarga sering

dilakukan pada

koping.

Kaji tingkat penggunaan

Kebiasaan pemecahan

Mengkaji tingkat

mekanisme koping,

masalah diperlukan untuk

penggunaan mekanisme

kemampuan menjelaskan

koping dengan penyakit

koping, kemampuan

menanyakan keadaan

klien, dengan

klien, dan

kriteria :

kemungkinan

-Keluarga dapat

penyembuhan klien.

mengerti tindakan

untuk koping dengan

kekuatan kepribadian

sumber untuk koping

yang dilakukan pada

stress dan kecemasan.

dapat membantu dalam

dengan stress dan


kecemasan.

-Keluarga mengatakan

masalah.

menjelaskan masalah.

Kaji kepribadian, sumber

Sistem pendukung dan

tidak mengetahui

klien.

perkembangan

keadaan penyakit

-Keluarga merasa

kemampuan koping.

klien.

tenang terhadap

DO :

perawatan yang

-Keluarga tampak

diberikan pada klien.

cemas

Berikan informasi

Berikan dukungan

Mengkaji kepribadian,

Memberikan informasi

penerimaan tidak

emosional ketika

penerimaan tidak

menyesuaikan/memutusk

mengungkapkan, klien

menyesuaikan/memutus

an sikap tanpa perasaan

mengontrol lingkungan.

kan sikap tanpa

kecewa, ketidak sadaran

perasaan kecewa,

atau marah.

ketidak sadaran atau


marah.

Ciptakan lingkungan
yang mencegah
kecemasan, situasi
30

Penurunan kecemasan
dengan menghindari

Menciptakan
lingkungan yang
mencegah kecemasan,

kemajemukan.

rangsangan tambahan.

Anjurkan teknik relaksasi


seperti penyimpangan

situasi kemajemukan.
Menganjurkan teknik

Mengurangi cemas dan

relaksasi seperti

lingkungan, kegiatan

meningkatkan istirahat

penyimpangan

relaksasi otot, musik.

dan ketenagaan.

lingkungan, kegiatan

relaksasi otot.

Berikan informasi
prognosa penyakit dan
pengaruhnya perubahan
gaya hidup mengontrol
gejala dengan pengobatan

Dapat meningkatkan
pemahanan ssakit dan
petunjuk untuk diikuti

Memberikan informasi
prognosa penyakit dan
pengaruhnya perubahan
gaya hidup mengontrol
gejala dengan

dan keluhan obat

pengobatan dan keluhan

berpantang.

obat berpantang.

31

CATATAN PERKEMBANGAN
NO.DP

TANGGAL

28-5-04

EVALUASI

S:
Klien mengatakan masih terasa nyeri jika dilakukan
perawatan luka operasi.
O:
-Keadaan luka basah.
-Klien meringis saat dilakukan perawatan luka
-Skala nyeri 3 (skala 1-5)
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Kaji ulang skala nyeri
-Berikan obat sesuai indikasi.

II

28-5-04

-Lakukan perawatan luka


S:
Klien mengatakan masih merasa mual dan tidak nafsu
makan.
O:
-Porsi makan habis porsi
-Klien tidak muntah setelah selesai makan.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I:
-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.

III

28-5-04

-Berikan makanan secara bertahap.


S:
Klien mengatakan sudah dapat miring kiri-miring
32

kanan dan duduk.


O:
-Klien tampak dalam posisi setengah duduk.
-Klien dapat/mau makan sendiri.
-Klien tampak meringis saat berubah posisi.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai
I:
-Berikan latihan mobilisasi secara bertahap.
-Berikan kesempatan klien untuk memenuhi kebutuhan
IV

28-5-04

aktivitasnya.
S:
-Klien mengatakan dapat tidur pada malam hari
-Klien mengatakan masih terasa sekit pada luka
operasi.
O:
-Klien tampak tertidur pada sore hari.
-Klien terlihat lebih segar.
A:

28-5-04

Masalah teratasi.
S:
Keluarga mengatakan cairan dari stoma kadang
merembes pada luka laparatomi.
O:
Keadaan luka basah, pus (-), adanya kemerahan pada
sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:

33

Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
VI

28-5-04

-Monitor TTV serta tanda-tanda infeksi pada luka


S:
Keluarga mengerti tindakan yang dilakukan pada klien.
O:
Keluarga tampak menerima tindakan yang dilakukan
pada klien.
A:

29-5-04

Masalah teratasi.
S:
Klien mengatakan daerah luka op masih terasa nyeri.
O:
-Keadaan luka basah, kemerahan.
-Klien meringis dan menangis saat dilakukan perawatan
luka
-Pus (-)
A:
Masalah sebagian teratasi
P:
Lanjutkan intervensi yang belum tercapai.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-petang.
-Berikan therapi sesuai indikasi.

II

29-5-04

S:
Klien mengatakan tidak nafsu makan karena merasa
kenyang.
O:
-Terdapat distensi abdomen.
34

-Porsi makan habis porsi


A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Berikan diit TKTP secara bertahap.
V

31-5-04

-Lanjutkan pemberian nutrisi parenteral.


S:
Keluarga mengatakan cairan dari stoma merembes pada
luka laparatomi.
O:
Keadaan luka op basah, pus (-), adanya kemerahan
pada sekitar luka.
A:
Masalah sebagian teratasi.
P:
Lanjutkan intervensi.
I:
-Lakukan perawatan luka extra pagi-sore.
-Monitor TTV, tanda-tanda peradangan sistemik.
-Berikan therapi sesuai program.

35

BAB IV
PE N UTU P
Kesimpulan :
Apendiksitis adalah peradangan apendix yang relatif sering dijumpai yang
dapat timbul tanpa sebab yang jelas atau timbul setelah obstruksi apendix oleh
tinja, atau akibat terpuntirnya apendix atau pembuluhnya.
Pada kasus apendiksitis pembedahan dapat diindikasikan bila diagnosa
telah ditegakkan. Dilakukan untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi
laparatomi explorasi atas indikasi apendiksitis perforasi. Dimana ditemukan
diagnosa keperawatan :
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan.
2. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan rangasangan
pada refleks vomiting center di hipotalamus.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas
sehari-hari menurun.
4. Gangguan pemenuhan istirahat : tidur berhubungan dengan rangsangan RAS
(Reticulo Activity System).
5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan akumulasi pus sebagai akibat
produksi dari reaksi peradangan.
6. Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
klien dan keluarga tentang penyakit klien.

36

DAFTAR PUSTAKA
1. Suddarth Brunner, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit EGC, Jakarta :
2002.
2. Corwin, Elizabeth J, Patofisiologi, Penerbit EGC, Jakarta : 2000.
3. Doengoes, Marilynn, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit EGC, Jakarta :
1999.

37

Anda mungkin juga menyukai