PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Audit mencangkup pemerolehan dan penilaian bukti yang mendasari laporan keungan
historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas tersebut. Akuntan
publik yang memberikan jasa audit disebut dengan istilah auditor. Atas dasar audit yng
dilaksanakan terhadap laporan keuangan historis suatu entitas, auditor menyatakan suatu
pendapat mengenai apakah laporan keungan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan dan hasil usaha entitas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian-kejadian
ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai
yang bekepentingan.
Dalam akuntansi, seorang akuntan harus menemempuh beberapa langkah dari pencatatan
bukti transaksi hingga memperoleh laporan keuangan. Begitu pula dalam auditing, terdapat
beberapa langkah yang harus ditempuh oleh auditor sehingga memperoleh perbaikan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, dalam makalah yang berjudul TAHAPAN
AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN ini penulis memaparkan langkah-langkah atau
tahapan yang harus ditempuh auditor dalam mengaudit laporan keuangan.
1.2 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam melakukan audit, seorang auditor haruslah mengetahui langkah-langkah audit apa
yang akan dilakukan. Langkah-langkah audit ini ditempuh untuk memenuhi tujuan audit yaitu
untuk mencapai perbaikan atas berbagai program atau aktivitas dalam pengelolaan perusahaan
yang masih memerlukan perbaikan. Serta perbaikan ini dilakukan terhadap objek-objek audit
yang meliputi keseluruhan perusahaan atau kegiatan yang dikelola oleh perusahaan tersebut
dalam rangka mencapai tujuannya. Adapun langkah-langkah atau proses audit atas laporan
keuangan dibagi menjadi empat tahap yaitu:
2.1 Penerimaan Perikatan Audit
Perikatan adalah kesepakatan dua pihak untuk mengadakan suatu ikatan perjanjian. Dalam
perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu ikatan perjanjian dengan
auditor. Dalam ikatan perjanjian tersebut, klien menyerahkan pekerjaan audit atas laporan
keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan pekerjaan audit tersebut
berdasarkan kompetensi profesionalnya. Langkah awal pekerjaan audit atas laporan keuangan
berupa pengambilan keputusasn untuk menerima atau menolak perikatan audit dari calon klien
atau untuk melanjutkan atau menghentikan perikatan audit dari klien berulang. Ada enam
langkah perlu ditempuh oleh auditor di dalam mempertimbangkan penerimaan perikatan audit
dari calon kliennya, antara lain sebagai berikut:
a. Mengevaluasi integritas manajemen
Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu, utnuk dapat, menerima perikatan audit, auditor
berkepneitngan untuk mengevaluasi integritas manajemen, agar auditor mendapatkan keyakinan
bahwa manajemen perusahaan klien dapat dipercaya, sehingga laporan keuangan yang diaudit
bebas dari salah saji material sebagai akibat dari adanya integritas manajemen.
b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa
Faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko luar biasa
yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien dapat diketahui
dengan cara:
Mengidentifikasi pemakai laporan audit
Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan,
Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit.
c.
d. Menilai independensi
Standar umum yang kedua: dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. Oleh karena itu, sebelum auditor
menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap profesional yang menjadi
anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi yang menjadikan independensi tim
auditnya diragukan oleh pihak yang mengetahui salah satu dari delapan golongan informasi.
e.
f.
Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukkan oleh klien, tujuan
dan lingkup audit, lingkup tanggungjawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya.
2.2 Perencanaan Audit
Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah berikutnya
yang perlu ditempuhhhh adalah merencanakan audit. Ada tujuah tahap yang harus ditempuh oleh
auditor dalam merencanakan auditnya:
a. Memahami bisnis dan industri klien
Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor untuk
memahami bisnis dan industri klien.
b. Melaksanakan prosedur analitik
Prosedur analitik memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik pada
tahap perencanaan audit, pada tahap pengujian dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasil
audit. Prosedur analitik dilaksanakan melalui enam tahap, yaitu:
Menidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
Megembangkan harapan
Melaksanakan perhitungan/perbandingan
Menganalisa data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut
Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit
c.
Perencanaan Audit
Pemahaman & pengujian pengendalian intern
Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika periaktan
dengan klien berupaa audit tahun pertama
Auditor harus menetukan bahwa saldo awal mencerminkan penerpaan kebijakan akuntansi yang
semestinya dan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan
tahun berjalan. Bila terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau penerapnnya, auditor
harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang semestinya dilakuakn, dan
dipertanggungjawabkan, serta diungkapkan.
f.
umumnya ditempuh oleh auditor untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dan secara garis
besar mengenai keadaan keungan dan hasil usaha klien.
b. Pengujian pengendalian
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit yang dirancang untuk memverifikasi
efektivitas pengendalian intern klien. Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk
mendapat informasi mengenai:
Frekunsi pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan,
Mutu pelaksanaan aktivitas pengendalian tersebut
Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
c.
Pengujian substantif
Pengujian substantif merupakan prosedur audit yang dirancang untuk menemukan kemungkinan
kesalahan moneter yang secara langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Kesalahan moneter yang terdapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
kemungkinan terjadi karena dalam:
Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia
Tidak diterapkannya prinsip akuntasni bertrima umum di Indonesia.
Ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip akuntasi berterima umum di Indonesia.
Perhitungan.
Pekerjaan penyajian penggolangan dan peringkasan informasi.
Pencatuman pengungkapan unsur tertnetu dalam laporan keuangan.
Prosedur pengujian substantif meliputi:
1. Verifikasi atas ketepatann saldo kas dan sekdul kas.
2. Penerapan prosedur analitis.
3. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas.
4. Melaksanakan pengujian pisah batas kas.
5. Konfirmasi saldo simpanan pinjaman di bank.
6. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank.
7. Melakukan pemindaian (sacnning) penelaahan, atau pembeuatan rekonsiliasi bank.
8. Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank.
9. Melakukan pengujia pisah batas penerimaan kas.
10. Mengusut transfer bank
11. Menyiapkan pembuktian kas.
12. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2.4 Pelaporan Audit
Bagian akhir dari proses audit adalah pelaporan hasil audit. Isi laporan audit terikat pada
format yang telah diterapkan oleh IAI. Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh
auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor
menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keungan auditnya. Pendapat auditor
tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku.
Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf:
a. Paragraf pengantar
Paragraf pengantar dicantumkan sebagai paragraf perteman laporan audit baku. Terdapat tiga
fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf pengantar yaitu: tipe jasa yang diberikan
oleh auditor, objek yang diaudit, serta pengungkapan tanggungjawab manajemen atas laporan
keungan dan tanggungjawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keungan
berdasarkan hasil auditnya.
b. Parangraf lingkup
Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh
auditor.
c. Paragraf pendapat
Paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai pendapat.
Laporan memuat kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit dan
rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki berbagai kekurangan yang terjadi serta rencana
tindak lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi tersebut.Implementasi tindak lanjut atas
rekomendasi yang diberikan auditor merupakan bentuk komitmen manajemen dalam
meningkatkan proses dan kinerja perusahaan atas beberapa kelemahan/kekurangan yang masih
terjadi. Auditor tidak memiliki kewenangan memaksa dan menuntut manajemen untuk
melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan, tetapi lebih
menempatkan diri sebagai supervisor atas rencana, pelaksanaan, dan pengendalian tindak lanjut
yang dilakukan. Rekomendasi seharusnya merupakan hasil diskusi dan rumusan bersama antara
manajemen dan auditor, dan juga harus menyajikan analisis dan manfaat yang diperoleh
perusahaan jika rekomendasi tersebut dilaksanakan, serta kerugian yang mungkin terjadi jika
rekomendasi tidak dilaksanakan karena tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan perusahaan.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Langkah-langkah audit meliputi empat tahap, yaitu:
a. Penerimaan Perikatan Audit terdiri dari: mengevaluasi integritas manajemen, mengidentifikasi
keadaan khusus dan risiko luar biasa, menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit,
menilai independensi, menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan kecermatan dan keseksamaan dan membuat surat perikatan audit.
b. Perencanaan Audit, terdiri dari: memahami bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur
analitik, mempertimbangkan tingkat materialitas awal, mempertimbangkan risiko bawaan,
mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika periaktan
dengan klien berupaa audit tahun pertama, dan memahami pengendalian intern klien.
c. Pelaksanaan Pengujian Audit, ada tiga golongan: pengujian analitik, pengujian pengendalian dan
pengujian substantif.
d. Pelaporan Audit, Isi laporan audit terikat pada format yang telah diterapkan oleh IAI. Laporan
audit baku terdiri dari tiga paragraf; paragraf pengantar, paragraf lingkup dan paragraf pendapat.
Seluruh tahapan audit ini pada akhirnya akan menghasilkan rekomendasi yang kemudian
harus ditindaklanjuti, yang menyajikan analisis dan manfaat yang diperoleh perusahaan jika
rekomendasi tersebut dilaksanakan, serta kerugian yang mungkin terjadi jika rekomendasi tidak
dilaksanakan karena tidak ada tindakan perbaikan yang dilakukan perusahaan.
3.2 Saran
Agar setiap perusahaan yang diaudit mempertimbangkan dengan baik rekomendasi yang
diberikan oleh auditor sehingga memperoleh keputusan yang bermanfaat serta bijaksana.
Langkah-Langkah Dalam
Proses Audit
Seperti sudah saya kemukakan di awal tulisan, seorang auditor menjalankan proses
audit melalui 7 (tujuh) tahapan atau langkah. Yaitu:
Langkah-1: Membuat
Perencanaan Audit (Audit
Planning)
Perencanaan audit yang dikenal dengan istilah audit planning dimulai dengan
mempelajari permintaan (pesanan) dari klien. Berdasarka permintaan ini, auditor
membuat rencana kerja audit.
Tingkat kepadatan aktivitas dan waktu yang dibutuhkan dalam fase ini, bervariasi
tergantung apakah auditee (perusahaan yang akan diaudit) baru pertamakalinya
ditangani atau sudah kesekian kalinya; perusahaan auditee baru biasanya
membutuhkan perencanaan yang lebih banyak, sehingga membutuhkan waktu
yang lebih panjang.
Dalam penyusunan rencana audit, ada beberapa faktor yang penting untuk
dipertimbangkan oleh auditor, diantaranya:
1. Ekonomi Secara teori, ada berbagai faktor ekonomi (lokal, nasional, dan
internasional), terutama yang dianggap mempengaruhi situasi bidang usaha
perusahaan auditee, yang perlu dipertimbangkan dalam penyusunan rencana
audit. Namun dalam prakteknya sangat jarang dilakukankecuali untuk situasi
yang sangat menghebohkan.
2. Bidang Usaha Perusahaan Auditee Misalnya: bidang usaha perusahaan
auditee adalah kontraktor, maka situasi umum bidang usaha perkontraktoran perlu
menjadi pertimbangan dalam penyusunan rencana audit. Khusus faktor ini, auditor
biasanya menggunakan pengalamannya di perusahaan-perusahaan lain yang
sejenis.
3. Aktivitas Bisnis Perusahaan Auditee Untuk perusahaan auditee baru, ini
membutuhkan waktu yang relative lebih lama (dengan tingkat kepadatan aktivitas
yang lebih tinggi) jika dibandingkan dengan perusahaan yang sudah pernah diaudit
sebelumnya. Pemahaman mengenai aktivitas bisnis perusahaan auditee
(khususnya auditee baru) diperoleh melalui berbagai aktivitas, antara lain:
Mempelajari laporan hasil audit pajak (jika sudah pernah diaudit); dan
Jadwal kerja audit (menyangkut waktu, lokasi, dan obyek yang akan diaudit
dan siapa yang akan melaksanakan). Kecuali audit investigasi, ini biasanya
disesuaikan dengan kebijakan operasional perusahaan, agar tidak
menimbulkan polemic yang tidak perlu selama proses audit nantinya.
Langkah-2: Mengumpulkan
dan Mengevaluasi Informasi
Sehubungan dengan Auditee
dan Lingkungannya
Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi sehubungan dengan Auditee dan
lingkungannya adalah aktivitas penting yang harus dilakukan oleh auditor untuk:
Fase kedua ini, diidentikan dengan apa yang disebut Risk Assessmentyang
esensinya tiada lain adalah pemetaan kemungkinan adanya kesalahan dan
penyimpangan (dalam obyek audit) lebih dinisebelum risk
assessmentsesungguhnya dilakukan (di langkah berikutnya). Prosedur risk
assessment di tahapan ini biasanya dilakukan dengan berbagai macam aktivitas,
antara lain: meminta susunan kepemilikan perusahaan, susunan manajemen dan
strukur organisasi secara keseluruhan, melakukan observasi dan inspeksi.
Melalui risk assessment procedure ini, auditor juga berusaha untuk memperoleh
berbagai informasi sehubungan dengan: alur operasi perusahaan, kepemilikan,
hubungannya dengan pemerintah, hubungan-hubungan istimewa dengan pihak
tertentu, metode pembiayaan (debt/equity) jangka pendek dan panjang, misi dan
visi perusahaan, strategi dan manajemen risiko yang diterapkanyang menjadi
dasar pijakan pihak manajemen perusahaan auditee dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan dan penyusunan sistim pengendalian internalnya.
Dengan melakuan itu semua, auditor bisa memperoleh gambaran awal
mengenai asersi ( terdiri dari: saldo akun, kelompok transaksi dan disclosure)yang
Lingkungan pengendalian
Pemeriksaan risiko
Aktivitas pengendalian
Pengawasan (monitoring)
Note: lebih detailnya, silahkan baca COSO Framework, yang baru-baru ini (per
2012) mengalami perubahan yang cukup signifikan.
Karena begitu pentingnya aspek pengendalian intern, dalam proses audit, maka
auditor diwajibkan untuk memperoleh pemahaman yang cukup mengenai setiap
penerapan kompenen internal control tersebut, di dalam perusahaan auditee,
Inherent Risk Risiko salah-saji yang bersifat inherent alias tidak ada
internal control (dalam hal ini, sistim pengendalian internal perusahaan auditee
dianggap mengalami gagal fungsi atau minimal kurang efektif).
Untuk memastikan apakah risiko salah-saji besifat material memang ada
atau tidak, konkretnya, auditor melakukan pemeriksaan terhadap: transaksi,
saldo akun dan disklosur, yang dalam langkah-2 sebelumnya diperkirakan
mengandung risiko salah saji yang tinggi. Untuk masing-masing asersi (transaksi,
saldo akun dan disklosur), auditor mencari tahu:
bisa mencegah risiko tersebut (sering disebut control test saja); dan
Melakukan prosedur substantive (sering disebut substantive test saja),