Anda di halaman 1dari 31

1.

HIPERTENSI GRAVIDA
2.
3. 2.1 Batasan/Pengertian
4.

Adapun batasan/pengertian Asuhan Kebidanan Multi Gravida dengan


Hypertensi Kronis adalah :

5. 2.1.1
6.

Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan berdasarkan rumusan berbagai pakar dijelaskan

sebagai berikut :
7.

Asuhan Kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilaksanakan

oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/permasalahan khususnya dalam


bidang KIA/KB. (Syahlan. JH, 1993 : 3)
8.

Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan yang diarahkan

untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga kecil


bahagia dan sejahtera. (Santosa. NI, 1995 : 16)
9.

Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan

masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan di dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat. (Santosa.
NI, 1995 : 17)
10. 2.1.2
11.

Multi Gravida
Multigravida adalah seorang wanita yang telah beberapa kali hamil.

(Sastrawinata. S, 1983 : 156)


12.

13.
14. 2.1.3
15.

Hypertensi Kronis Dalam Kehamilan


Hypertensi kronis dalam kehamilan adalah adanya penyakit hypertensi

yang telah terjadi sebelum hamil ataupun diketemukan sebelum usia kehamilan 20
minggu atau hypertensi yang menetap 6 minggu paska persalinan, apapun yang
menjadi sebabnya. (Winardi. B, 1991 : 2)
16.
17. 2.2 Batasan/Konsep Dasar Hypertensi Kronis
18. 2.2.1
19.

Batasan
Penyakit hypertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler

yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan
nifas. (Sastrawinata. S, 1984 : 90)
20. 2.2.2
21.

Klasifikasi Hypertensi
Menurut American Committee and Maternal Welfare yang dikutip oleh

Sulaeman Sastrawinata dalam buku Obstetri Patologi tahun 1981, klasifikasi


hypertensi adalah sebagai berikut :
22. 2.2.2.1

Hypertensi yang hanya terjadi dalam kehamilan dan khas untuk

kehamilan ialah preeklampsia dan eklampsia.


23. 2.2.2.2
24.

Hypertensi Kronis

Diagnosa dibuat atas adanya hypertensi sebelum kehamilan atau penemuan


hypertensi sebelum minggu ke 20 dari kehamilan dan hypertensi ini tetap setelah
kehamialn berakhir.

25. 2.2.2.3

Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi atas dasar hypertensi yang

kronis. Pasien dengan hypertensi yang kronis sering memberat penyakitnya dalam
kehamilan dengan gejala-gejala hypertensi yang naik, proteinuri dan edema serta
kelainan retina.
26. 2.2.2.4
27.

Transient Hypertensi

Diagnosa dibuat kalau timbul hypertesi dalam kehamilan atau dalam 24 jam
pertama dalam nifas pada wanita yang tadinya normotensi dan yang hilang dalam
10 hari post partum.

28.
29.
30. 2.2.3
31.

Derajad Beratnya Hypertensi Akibat Kehamilan


Hypertensi akibat kehamilan dapat diklasifikasikan ke dalam bagian

ringan atau berat, menurut frekuensi dan intensitas kelainannya. Adalah penting untuk
menyadari bahwa suatu keadaan yang kelihatannya ringan dapat menjadi berat.
(Winardi. B, 199: 8)
32. Tabel 2.1 Indikator Derajad Beratnya Hypertensi Akibat Kehamilan
33.

Kelainan

34. Tekanan Distolik

Ringan
< 100mmHg

Berat
> 110mmHg

35. Proteinnuri

1+

2+

36. Sakit kepala

tidak ada

ada

37. Gangguan penglihatan

tidak ada

ada

38. Nyeri perut atas

tidak ada

ada

39. Oliguri

tidak ada

ada

40. Kejang

tidak ada

ada

41. Creatinin serum

normal

meningkat

42. Trombosito penia

tidak ada

ada

43. Hyperbilirubinemia

tidak ada

ada

44.
45. SGOT

minimal

nyata
46. Fetal Growth Retardasion

tidak ada

ada jelas

47. Sumber : Pritcard, Mac Donald, Giant. William Obstetri, 1991 : 612
48.
49. 2.2.4
50.

Patofisiologi Hipertensi Kronis

Terdapat banyak akibat hypertensi karena kehamilan yang terjadi pada ibu,
berikut akan dibahas berdasarkan analisa kelainan kardiovaskuler, hematologik,
endokrin, elektrolit, renal, hepatik dan serebral. (Pritchard, Mac Donald, Gant.
1991: 616)

51. 2.2.4.1
52.

Sistem Kardiovaskuler

Meskipun terdapat peningkatan curah jantung pada ibu hamil normal, tekanan
darah tidak meningkat, tetapi sebenarnya menurun sebagai akibat resistensi
perifer berkurang. Pada ibu hamil dengan hypertensi, curah jantung biasanya
tidak berkurang, karena curah jantung tidak berkurang sedang konstriksi arteriol
dan tahanan perifer naik, maka tekanan darah akan meningkat. (Pritchard, Mac
Donald, Gant. 1991 : 616)

2.2.4.2 Hematologik
53.

Perubahan-perubahan hematologik penting yang ditemukan pada wanita


hypertensi ialah penurunan atau sebenarnya tidak terjadinya hypervolemia yang
normal pada kehamilan, perubahan-perubahan mekanisme koagulasi dan adanya
peningkatan dekstruksi eritrosit. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 619)

54. 2.2.4.3
55.

Endokrin

Pada kehamilan normal, kadar plasma renin, angiotensin II dan aldosteron


meningkat. Sebaliknya pada hypertensi karena kehamilan, bahan tersebut
biasanya menurun mendekati batas normal pada keadaan tidak hamil.

56.

Peningkatan aktivitas hormon anti deuritik juga menyebabkan oliguri, kadar


chorionic gonadotropin dalam plasma meningkat secara tidak tetap sebaliknya
lactogen placenta menurun. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 620)

57. 2.2.4.4
58.

Cairan dan Elektrolit

Biasanya volume cairan ekstraselular pada wanita dengan preeklampsia dan


eklampsia sangat bertambah melebihi penambahan volume yang biasanya terjadi
pada kehamilan normal. Mekanisme yang menyebabkan ekspansi cairan yang
patologis belum jelas. (Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 621)

59. 2.2.4.5
60.

Perubahan Hepar

Pada HKK (Hipertensi Karena Kehamilan) yang berat, kadang terdapat


kelainan hasil pemeriksaan hati yang meliputi peningkatan SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminace), hyperbilirubin yang berat jarang terjadi.
(Pritchard, Mac Donald, Gant. 1991 : 623)

61. 2.2.5

Pengaruh Hipertensi Terhadap Kehamilan

62.

Sebagai akibat penurunan sirkulasi uteroplasenta maka konsumsi makanan


terhadap janin juga mengalami penurunan. Gangguan pertumbuhan dan
perkembangan badan janin merupakan akibat yang paling sering, dalam penelitian
mendapatkan frekuensi 15% bayi IUGR dan 27% bayi premature walaupun
dilakukan perawatan standart. (Winardi. B, 1991 : 5)

63.

Diduga bahwa kapasitas nutrisi plasenta dalam keadaan tersebut dipacu oleh
peningkatan tekanan perfusi, dengan ini pula maka peningkatan klirens
dehidroisoandosteron sulfat. (Winardi. B, 1991 : 6)

64.

Solusio placenta sejak lama diketahui lebih sering dijumpai pada ibu dengan
hypertensi. Insiden tertinggi didapatkan pada ekslampsi 23,6% disusul hypertensi
kronis 10% dan pre eklampsi 2,3%.(Winardi. B, 1991 : 6)

65. 2.2.6
66.

Pengaruh Kehamilan Terhadap Hypertensi

Dikatakan 60% dari wanita yang menderita hypertensi kronis, pada saat hamil
akan mengalami kenaikan tekanan darah, 15-30% mempunyai resiko untuk
mendapatkan superimposed pre eklampsia.

67.

Resiko terjadinya superimposed pre eklampsi tidak tergantung pada tingkat


hypertensinya. Bila terjadi penurunan fungsi renal (BUN > 20mg%) kreatinin
serum

> 1,5mg% pada keadaan hypertensi kronis, maka resiko terjadinya

superimposed pre eklampsi mendekati angka 100%.


68.

Dengan meningkatnya tensi pada saat hamil maka resiko lain juga menjadi
lebih tinggi misalnya infark miokard akut, CVA, payah jantung, gagal ginjal,
hematuria. (Winardi. B, 1991 : 6)

69. 2.2.7

Diagnosa

2.2.7.1

Diagnosa hypertensi ditegakkan dengan pengukuran secara serial dalam


waktu berbeda-beda, dengan selang waktu beberapa jam sampai beberapa hari, teknik
pemeriksaan sangat penting diperhatikan, karena harus dilakukan dengan benar.
(Winardi. B, 1991 : 7)
70. 2.2.7.2
71.

Cara Pengukuran
Cara pengukuran tekanan darah yang dianjurkan adalah sebagai

berikut :
72.

1.

Memakai

alat

sphygnomanometer

air

raksa

dengan

menggunakan sthetoscope yang baik (peka)


73.

2. Posisi duduk praktis untuk skrining

74.

3. Posisi berbaring lebih memberikan hasil yang bermakna

75.

4. Lengan atas harus bebas dari baju yang ketat

76.

5. Memakai cuff yang sesuai (dapat melingkari 2/3 panjang lengan

atas). (Winardi. B, 1991 : 7)


2.2.7.2 Diagnosa hypertensi kronis
77.

Diagnosa hypertensi kronis harus memnuhi kriteria sebagai berikut :


1. Terjadi sebelum hamil atau sebelum 20 minggu kehamilan
2. Tidak ada proses mola (Winardi. B, 1991 : 7)

78.

Apabila penderita datang pertama kali sesudah minggu 20-24 kehamilan, sulit
untuk membedakannya dengan PIH. Secara khusus kita bisa mengadakan
diagnosa banding dengan beberapa ciri yang agak berbeda dengan PIH antara lain
sebagai berikut :

79. Tabel 2.2 Perbedaan Hypertensi Kronis dengan PIH


80.

Differensial Diagnosa
81.

Karakteristik

Hypertensi Kronis

PIH

82. 1. Onset

sebelum hamil/

sesudah minggu 20 -

83.

hamil < 20 21 minggu

24 kecuali penyakit

84.

tropoblast

85. 2. Usia

biasanya relatif tua

relatif muda

86. 3. Paritas

biasanya multi

biasanya primi

87. 4. Nutrisi

diet adekuat

diet protein inadekwat

88. 5. Roll Over Test

negatif

positif

89. 6. Sesudah persalinan

permanen, sesudah 3 bulan

biasanya hilang

90.

6 mg pp selalu hilang

91.

3 bln pp

92. 7. Riwayat keluarga

positif

biasanya negatif

93. 8. Proteinun

seringkali negatif

biasanya positif

94. Sumber : Winardi, B. 1991. Hipertensi Kronis Pada Wanita Hamil : 8


95. 2.2.7.4
96.

Pemeriksaan Labotarium
Pemeriksaan pendahuluan diperlukan untuk menyingkirkan penyakit

yang secara sekunder dapat menyebabkan hypertensi antara lain :


97. 1. Faal ginjal : untuk mengetahui kemungkinan penyakit ginjal menahun seperti
pielonefritis akut, polikistik,dll.
98. 2. Cultur urine
99.

: untuk mengetahui kemungkinan infeksi ginjal.


(Winardi. B, 1991 : 8)

100.

2.2.7.5 Pemeriksaan Penunjang

101.

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk menegakan diagnosa

hipertensi kronis adalah sebagai berikut :


102.

Pemeriksaan mata : dengan funduscopy untuk evaluasi lamanya penyakit

diderita
103.

Pemeriksaan jantung : dengan bantuan ECG dapat kita diagnosa adanya

komplikasi pembesaran jantung yang menggambarkan lamanya proses hypertensi.


104.

(Winardi. B, 1991

: 8)
105.

2.2.7.6 Pemantauan Kesejahteraan Janin


106.

Oleh karena penyakit hypertensi kronis sering kali menyebabkan

gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin, maka pemantauan kesejahteraan


janin mutlak harus dilakukan. Pemantauan bisa dilaksanakan dengan cara paling
sederhana berupa pemantauan pertambahan berat badan, tinggi furdus uteri hingga
paling canggih dengan pamakaian USG, NST dll. (Winardi. B, 1991 : 9)
107.

2.2.8

Penatalaksanaan

108.

Tujuan dari pengelolaan/pengobatan penderita hypertensi kronis pada

wanita hamil adalah :


109.

2.2.8.1 Untuk mempertahankan aliran darah pada uterus terutama pada saat
pembentukan plasenta.

110.

Usaha usaha yang di perlukan untuk mencapai usaha tersebut adalah :

111.

Tirah baring

112.

Tirah baring terutama pada siang hari mulai setidak-tidaknya 1

jam dalam sehari dan ditingkatkan sesuai umur kehamilan. Curet menganjurkan
bed rest selama 4 jam pada siang hari disamping tidur malam 10 jam. (Winardi. B,
1991 : 10)
113.

Keunggulan tirah baring ini dapat meningkatkan perfusi utero

placenta terutama pada posisi tidur miring kiri.


114.

Mekanisme tirah baring dijelaskan sebagai berikut :


115.

Tirah Baring (miring)


116.
117.

Aliran darah rahim

RBF

GFR
118.
119.

Amine endogen

PNM

Epi/Nonepinefrun

TD

Diurisis

120.
121.

1.

122.

Reaktifitas Kardiovaskuler

Na loss

123.Keterangan :
124.

RBF

: Aliran Darah Ginjal

125.

GFR

: Glomerular Filtration Rate

126.

TD

: Tekanan Darah

127.

PNM : Kematian Perinatal

(Winardi. B, 1991

: 10)
128.

Tirah baring absolut tidaklah diperlukan. Dikatakan bahwa absolute

bed rest dapat meningkatkan resiko embas paru. Selain itu dari segi psikologis ibu

kurang menguntungkan. Pada hypertensi yang berat disarankan tirah baring


sampai saat persalinan.
129.Pemberian Obat
130.

Pemberian phenobarbital dikatakan dapat meningkatkan keberhasilan

program tirah baring ini. Apabila tirah baring dan pemberian sedatif ringan tak
memberikan respon, perlu dipikirkan pemberian anti hypertensi. (Winardi. B,
1991: 12)
131.Diet
132.

Diet yang baik diperlukan bagi pertumbuhan janin dalam

rahim. Kandungan protein minimal 90 gr setiap hari. Diet rendah garam tidak ada
keuntungan, bila didapatkan proteinuri maka suplement pengganti protein yang
hilang harus dipikirkan. Pada penderita obesitas ada baiknya menurunkan berat
badan. (Winardi. B, 1991 : 12)
133.

2.2.8.2 Untuk mengendalikan hypertensi dan mencegah superimposed pre


eklampsia/eklampsia.
134.

Pada hypertensi ringan terapi yang diajarkan adalah tirah baring saja

dengan pemantauan yang rutin 2x seminggu, sampai minggu ke 30, sesudahnya


seminggu sekali, bila perlu dapat diberikan phenobarbital, juga diet seimbang
karbohidrat. Sedangkan obat anti hypertensi yang sering dipakai adalah alfa
metildopa, beta blockers, hidralazin, clonidine, prazosun, antagonis kalsium,
diuretikum. (Winardi. B, 1991 : 12)
135.

2.2.8.3 Pengakhiran kehamilan bila keadaan menjelek atau terjadi gangguan


pertumbuhan janin, apabila janin mampu hidup diluar tubuh ibu.

136.

Oleh karena disfungsi plasenta seringkali terjadi pada hypertensi

esensial yang berat, dan kematian bayi pada umur kehamilan 38 mg tidak berbeda
dengan kehamilan aterm, maka induksi persalinan dianjurkan.
137.

Indikasi penyelesaian kehamilan dapat datang dari ibu maupun janin,

indikasi itu meliputi:


138.

Peningkatan serum kreatinin > 50% dari pemeriksaan sebelumnya, gangguan

neurologik berat, platelet count dibawah 100x109/1, hypertensi tak terkontrol,


peningkatan serum bilirubin.
139.

Indikasi anak : berkurangnya pertumbuhan dan pergerakan janin,


maturitas paru, kardiotokografi abnormal.

140.

Cara penyelesaian persalinan dilakukan sesuai dengan situasi dan

persyaratan yang ada. (Winardi. B, 1991 : 19)


141.
142. 2.3

Konsep Asuhan Kebidanan Pada Ibu Multi Gravida Dengan

Hypertensi Kronis
143.

Penerapan manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktik

kebidanan dilakukan melalui proses yang disebut langkah-langkah proses


manajemen kebidanan. Langkah-langkah itu meliputi : pengkajian, analisa data,
diagnosa, masalah dan kebutuhan, intervensi, implementasi dan evaluasi hasil
tindakan.
144.

Proses manajemen kebidanan merupakan proses yang terus menerus

dilaksanakan, dan kemudian timbul masalah baru maka proses kembali ke


langkah pertama. (Santosa. NI, 1995 : 6)

145.

2.3.1

146.

Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dalam melaksanakan asuhan

kebidanan. Kegiatan yang dilakukan adalah anamnesa, pemeriksaan data obyektif


yang meliputi palpasi, auskultasi, perkusi, inspeksi serta pemeriksaan penunjang.
147.

2.3.1.1 Anamnesa

148.

Anamnesa ialah tanya jawab antara penderita dan petugas kesehatan

tentang data yang diperlukan.


149.

Tujuan anamnesa meliputi : untuk mengetahui keadaan penderita,

membantu menegakkan diagnosa dan agar dapat mengambil tindakan segera bila
diperlukan. (Ibrahim. C,1996 : 80)
150.

Hal-hal yang ditanyakan pada saat anamnesa meliputi :

151. Anamnesa
1. Anamnesa Umum
153.

159.

Biodata terdiri darai nama

152. Rasional
Dengan adanya biodata kita dapat

mengenal

klien

serta

diketahui

klien dan suami, usia, suku bangsa,

permasalahan yang timbul sehingga

agama, pendidikan terakhir, pekerjaan

lebih terbuka membicarakan masalah

dan penghasilan serta alamat.Pada

kepada petugas kesehatan. (Ibrahim.

penderita dengan Hipertensi Kronis,

C, 1996 : 81)

usia biasanya lanjut atau lebih dari 35 160.


tahun.

161.

2. Anamnesa kesehatan keluarga


154.

Terdiri

keluarga

klien,

dari
apa

162.
penyakit 163.

ada

yang

Dengan

penyakit/kesehatan

menanyakan
keluarga

dapat

menderita penyakit keturunan (asma),

diketahui

diabetes

mellitus,

haemophili

mempengaruhi kehamilan, langsung

keturunan

kembar

penyakit

ataupun tak langsung. (Ibrahim. C,

kronis.

Pada

dan

penderita

dengan

penyakit

yang

1996 : 83)

Hipertensi Kronis ditanya pula apakah 164.


dari

pihak

keluarga

ada

yang 165.

menderita penyakit hipertensi.

166.

3. Anamnesa kesehatan klien


155.

Yang

perlu

167.
ditanyakan 168.

Dengan

menanyakan
kepada

gangguan

adalah sakit kepala, gangguan mata,

subyektif

klien

dapat

nyeri perut atas, dan apakah sebelum

membantu menegakkan diagnosa

hamil atau sebelum usia kehamilan 169.


20-21

minggu

pernah

menderita 170.

hipertensi .

171.

4. Anamnesa kebidanan terdiri dari


156.

Riwayat

kehamilan

172.
ini

Dengan

menanyakan

kehamilan

sekarang

riwayat
diharapkan

( keluhan nutrisi, pola eliminasi,

petugas

astifitas,

keadaan kehamilannya. (Ibrahim. C,

pola

istirahat/tidur,

seksualitas, imunisasi)
157.

Riwayat

kesehatan

mengetahui

1996 : 85)
menstruasi 173.

Dengan

(menarche, lama haid, siklus, jumlah

menstruasi

darah haid, dismenorrhae, keluhan,

menegakkan

menanyakan
untuk

riwayat

membantuk

diagnosa

(umur

hari pertama haid terakhir, fluor)


158.

Riwayat

kelahiran) dan tafsiran persalinan

kehamilan, 174.

persalinan, nifas dan KB yang lalu, 175.


apakah

pernah

disertai

dengan

hipertensi.

Dengan

menanyakan

riwayat

kehamilan, persalinan, nifas, KB yang


lalu maka petugas kesehatan dapat
memperkirakan

kelainan

pada

kehamilan maupun persalinan


176.
177.

2.3.1.2 Pemeriksaan Umum

178.

Pemeriksaan umum adalah pemeriksaan yang lengkap dari penderita

untuk mengetahui keadaan atau kelainan dan penderita.


179.

Tujuan dari pemeriksaan umum : untuk mengetahui kesehatan umum

ibu dan mengetahui adanya kelainan yang dapat mempengaruhi kehamilan.


(Ibrahim. C,1996: 87)
180.

Pemeriksaan umum pada ibu hamil dengan hypertensi kronis meliputi :

181.

182.

No
184. 226.
1.

Pemeriksaan

Keadaan umum meliputi :

Postur tubuh klien (tinggi atau pendek) bentuk

183.
258.

Rasional

Dengan

melihat

keadaan umum pasien

185.

perut klien, ekspresi klien (lesu, pucat atau

atau

klien

186.

senang). (Ibrahim. C, 1996 : 87)

diketahui

dapat

keadaannya

187. 227.

normal

188. 228.

menunjukkan

atau
adanya

189. 229.
190.

Tanda-tanda vital

kelainan

Tekanan darah : pada usia kehamilan 20-30 259.

2.

Pada wanita hamil

minggu. Normalnya pada wanita hamil dibagi

yang

191.

menurut umur sebagai berikut :

darahnya

192.

230.

normal perlu mendapat

193.

mmHg

194. 231.
195.

20 tahun

: Tekanan darah 120/80

: Tekanan darah 110/70

dari

dan

nasehat untuk banyak


istirahat

mmHg

dan

pengaturan denyut

(Ibrahim. C, 1996 : 91).

197.

233.

198.

kronis didapatkan tekanan darah

199.

mmHg sebelum hamil atau sebelum usia 262.

200.

kehamilan 20-21 minggu.

201.

lebih

pengawasan
20-30 tahun

196. 232.

dikatakan

Pada penderita dengan hipertensi 260.


>140/90 261.

263.

Nadi : dihitung 15 menit dikalikan empat, 264.

Pada

penderita

202.

menghitung dengannadi pada pergelangan

yang

mengalami

203.

tangannya. (Bouwhizen. M, 1986 : 28)

kehilangan darah maka

204. 234.

frekuensi denyut nadi

205. 235.

pergelangan

206. 236.

akan meningkat dan

207. 237.

denyutnya lebih sukar

208.

diraba

209.

Suhu : suhu badan normalnya 36,5oC-37.5oC.


(Bouwhizen. M, 1986 : 14)

265.

Pada

tangan

penderita

210. 238.

dengan

suhu

tubuh

211. 239.

lebih

dari

38oC

212. 240.

menunjukkan

orang

213. 241.

yang

214. 242.

mengalami

215. 243.

kalau

216. 244.

kurang dari 35oC maka

217.

Respirasi : respirasi dihitung dari keteraturan

218.

pernapasan

219.

(Bouwhizen. M, 1986 : 28)

normalnya 18-24 x 1 menit.

bersangkutan
demam,

suhu

orang

tubuh

tersebut

mengalami

suhu

rendah.

220. 245.

266.

221. 246.

267.

Dengan

222. 247.

menghitung

223. 248.

pernapasan dapat kita

224. 249.

ketahui

225. 250.
3.

251.

apakah

Mengukur berat badan

pernapasan

Beratbadan pertambahannya sampai hamil

terhenti

penderita

sama sekali

genap bulan lebih kurang 11-11,5 kg sehingga

atau tidak, sehingga

kenaikan rata-rata berat badan setiap minggu

perlu segera diambil

0.5 kg. (Ibrahim. C,1996 : 110)

tindakan

252.

Pada penderita Hipertensi Kronis yang

mengarah kearah superimposed pre eklampsia

menyelamatkan
penderita

untuk

didapatkan kenaikan berat badan yang melebihi 268.


dari normal.

Dengan mengukur

berat

badan

dan

253.

Mengukur tinggi badan

memantau

254.

Pengukuran tinggi badan dilakukan pada ibu

Pada kenaikan berat

yang pertama kali datang. Tinggi badan tidak

badan yang lebih dari

boleh 145 cm. (Manuaba. IBG, 1998 : 37)

0,5

tiap

dan

disertai

255.
256.

Mengukur lingkaran lengan atas (LILA)

normalnya 23,5 cm. (Santosa. NI, 1995 : 67)


257.

hasilnya.

minggunya
adanya

aedema pada trimester


III harus diwaspadai
269.

Dengan mengukur

tinggi badan dapat kita


ketahui
hamil

apakah
masih

ibu

belum

katagori resiko tinggi


atau resiko rendah
270.

Dengan mengukur

LILA dapat diketahui


status gizi ibu (apakah
mengalami kekurangan
energi
tidak)
271.
272.

2.3.1.3 Pemeriksaan fisik dibagi menjadi :

kalori

atau

1.

Pemeriksaan Inspeksi ialah


273.

Pemeriksaan Inspeksi ialah

274.

memeriksa penderita dengan melihat atau memandang.

275.

Tujuan dari inspeksi ialah melihat keadaan umum penderita melihat

gejala-gejala kehamilan dan kemungkinan adanya kelainan-kelainan. (Ibrahim.


C,1996: 111)
276.
277. Hal-hal yang diperiksa
279. Kepala dan muka (muka, mata, 296.

278. Rasional
Dengan melihat kepala dan muka

hidung, bibir dan gigi), apakah ada

dapat

oedema dan gangguan penglihatan.

sehat, gembira, sakit atau sedih.

280.
281.

keadaan

klien

(Ibrahim. C, 1996 : 112)


Keadaan leher (kelenjar gondok, 297.

linfe,

struma,

pembesaran

vena

jogularis)

Dengan melihat keadaan leher

adalah pembesarannya kemungkinan


adanya gangguan kardiokvasikuler.

282.

(Ibrahim. C, 1996 : 113)

283.
284.

disampaikan

298.
Keadaan buah dada (betuk, warna

kelainan, puting susu, coloustrun)

Dengan melihat keadaan buah

dada dapat diketahui bentuk puting


susu sehingga bila ada kelainan harus

285.

mendapat

286.

pemeliharaan yang baik. (Ibrahim. C,

287.

1996 : 114)

288.

Keadaan

perut

(bentuk

perut, 299.

perawatan

atau

Dengan melihat perut bila ada luka

pembesaran, striae, linea, luka parut)

parut mungkin akan berpengaruh atau

289.

mempengaruhi

290.

persalinan. (Ibrahim. C, 1996 : 114)

291.

Keadaan vulva (aedema, tandu 300.

kehamilan

dan

Dengan melihat keadaan vulva

chadwik, varisei, fluxus, flour, candi

untuk mencegah terjadinya infeksi

lama)

waktu

292.

maupun

nifas.

(Ibrahim. C, 1996 : 115)

293.
294.

persalinan

301.
Keadaan tungkai (aedema, varises,

Dengan melihat anggota bagian

bawah terutama tungkai dapat dipakai

luka dari pangkal paha samapai ujung

untuk

menegakkan

kaki)

(Ibrahim. C, 1996 : 115)

diagnosa.

295.
302.
303.

2. Pemeriksaan Palpasi

304.

Pemeriksaan palpasi ialah memeriksa klien dengan meraba. Tujuan

dari pemeriksaan palpasi meliputi usia kehamilan, posisi, letak dan presentasi
janin serta adanya kelainan.
305.

Hal-hal yang diperiksa meliputi :

308.

306. Pemeriksaan
Leher meliputi kelenjar thygroid, 315.

linfe dan vena jogularis


309.

Dada meliputi benjolan, nyeri

307. Rasional
Dengan pemeriksaan palpasi pada

leher

untuk

mengetahui

kelainan

seacara dini

tekan pada payudara, pengeluaran 316.

Dengan pemeriksaan dada untuk

coloustrum

mengetahui adanya tumor payudara

310.
311.

dan pengeluaran coloustrum


Abdomen meliputi leopold I, II, 317.

III, IV

dapat diketahui usia kehamilan dan

312.
313.
314.

Dengan palpasi abdomen maka

posisi janin
318.

Tungkai

Dengan palpasi tungkai maka

dapat diketahui adanya kelainan yang


menyertai kehamilan. (Ibrahim. C,
1996 : 121)
319.
320.

Untuk menentukan tinggi fundus uteri dan umur kehamilan :


321.

Umur

322.

Tinggi findus

kehamilan
324. 0-12

336.

uteri (jari)
Belum berubah

minggu

337.

325.

16

minggu
326.

20

minggu
327.

24

minggu
328.

28

minggu

jari

jari

bawah 348.

23 cm

349.

26 cm

Setinggi pusat

340.

341.
dan

Antara

20 cm

339.

pusat

345.

uteri (cm)
-

347.

pusat

jari

Tinggi firdus

atas 346.

symphisis
338.

323.

350.

diatas 351.
352.
pusat 353.

processus 354.

30 cm

329.

32

minggu

xyphoideus
342.

330.
331.

33 cm

Lengkungan

tulang iga atau lebih


36

kurang

minggu

jari

dibawah processus

332.

xyphoideus

333.

343.

334.
335.

355.

3 jari dibawah

processus
40

minggu

xyphoideus
344.

(Ibrahim.

C,

1996 : 124)
356.
357.

3. Pemeriksaan Auskultasi
358.

Pemeriksaan auskultasi adalah memeriksa klien dengan

mendengarkan detil jantung janting, untuk menentukan keadaan janin didalam


rahim hidup atau mati. (Ibrahim. C,1996 : 137)
359.
360.

4. Pemeriksaan Perkusi
Pemeriksaan perkusi adalah memeriksa klien dengan mengetuk lutut

bagian depan menggunakan refleks hammer untuk mengetahui kemungkinnan


klien mengalami kekurangan vitamin B1. (Syahlan. JH, 1993 : 68)
361.

2.3.1.4 Pemeriksaan Penunjang

362.

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan labotarium (urin dan

darah) kalau perlu rontgen, ultrasonografi dan Non Stres Test (NST). (Santosa.
NI, 1996 : 6 )
363.

2.3.2

364.

Analisa Data, Diagnosa, Masalah, Kebutuhan


Analisa, diagnosa, masalah adalah interpretasi dan data ke dalam

masalah-masalah yang khusus atau diagnosa-diagnosa. (Varney, 1997 : 25)


365.

Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan

oleh bidan yang disebut diagnosa kebidanan.


366.

Diagnosa kebidanan mencakup : kondisi klien yang terkait dengan

masalah-masalah utama dan penyebab utamanya (tingkat resiko), masalah


potensial dan prognosa (Syahlan, 1995 : 9)
367.

Masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak

segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien. (Syahlan, 1995 : 10)
368.

Analisa data dalam rangka menentukan diagnosa atau masalah klien

meliputi pengelompokkan data sejenis, yang dapat menunjang untuk merumuskan


suatu diagnosa, masalah ataupun kebutuhan klien. Analisa data pada klien dengan
hypertensi kronis meliputi :
369.

2.3.2.1 Diagnosa
370.

Multi gravida dengan hypertensi kronis

371.

Data pendukung : 1. Kehamilan lebih dari satu kali, 2. Tekanan darah

arteri melebihi 140/90 mmHg, 3. Tidak terdapat protein dalam urine, 4.


Oedema ekstremitas hanya sedikit atau tidak ada. (Muchtar. R, 1998 : 158)
372.

2.3.2.2 Masalah

373.

Adapun masalah-masalah yang timbul pada ibu hamil dengan

hypertensi kronis adalah :


374.

Gangguan rasa nyaman pusing, data pendukung : 1. Klien mengeluh kadang-

kadang kepala pusing, 2. Keadaan umum ibu baik, 3. Tekanan darah 140/90
mmHg atau lebih.
375.
376.

2.3.2.3 Kebutuhan
Nasehat yang dapat dianjurkan pada ibu hamil dengan hypertensi

kronis adalah sebagai berikut :


1. Istirahat (tirah baring)
2. Pemberian obat anti hypertensi
3. Diet nutrisi seimbang
4. Pemantauan kahamilan
5. Pengenalan tanda-tanda persalinan
6. Pengenalan gawat janin
377.
378.

2.3.2.4 Diagnosa Potensial

379.

Diagnosa potensial terhadap kasus hypertensi kronis pada ibu hamil meliputi :

380.

1. Toxemia Gravidarum

381.Data pendukung : 1. Tekanan darah 140/90 mmHg, 2. Terdapat protein


didalam urine, 3. Oedema pada extremitas, 4. Disertai gejala-gejala subyektif
seperti sakit kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan, oliguri dan berat badan
meningkat secara berlebihan.

382.

2. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin

383.
384.

Data pendukung : Non Stres Test (NST)


3. Partus Prematur
Data pendukung : partus usia kehamilan 37 minggu.

385.
386.

4. Solusio Placenta

387.

Data pendukung : 1. Keluarnya darah berwarna kehitaman yang

disertai rasa nyeri, 2. Palpasi rahim teraba keras seperti papan, 3. Anemia, 4. Pada
toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi rahim bertambah).
388.

2.3.3

389.

Perencanaan
Berdasarkan diagnosa, masalah, kebutuhan yang ditegakkan, bidan

menyusun rencana tindakan. Rencana tindakan mencakup tujuan dan langkahlangkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi.
390.

Langkah-langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai

berikut :
391.

2.3.3.1 Menentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan. Di dalam tujuan


dikemukakan sasaran dan hasil yang akan dicapai.

392.

2.3.3.2 Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan tindakan. Kriteria


evaluasi dan hasil tindakan ditentukan untuk mengukur keberhasilan dan
pelaksanaan asuhan yang dilakukan.

393.

2.3.3.3 Menentukan langkah-langkah tindakan sesuai dengan masalah dan


tujuan yang akan dicapai.

394.

Langkah-langkah tindakan mencakup : kegiatan yang dilakukan secara

mandiri, kegiatan kolaborasi dan rujukan. (Syahlan, 1995 : 10-11)


395.

Perencanaan yang terdapat pada kehamilan dengan hypertensi kronis

adalah sebagai berikut :


396.
1. Diagnosa
398.

Rencana

397.
450.

Multigravida

dengan 451.

hypertensi kronis

452.

399.

Tujuan :

400.

Setelah dua minggu dilakukan 454.

asuhan

kebidanan

453.

maka

gejala 455.

hypertensi kronis hilang


401.

Rasional

Kriteria hasil :

456.
457.

Tekanan darah 140/90 mmHg, 458.


459.
pemeriksaan kehamilan normal
460.
461.
403. Rencana
402.

Dengan penjelasan yang diberikan

Jelaskan pada klien tentang

diharapkan

kehamilan nya dan hal-hal yang harus

memahami

diperhatikan

kehamilannya sehingga termotivasi

404.

mengerti

kelainan

dan
pada

untuk mengatasi masalah yang timbul

405.

462.

406.

Keuntungan tirah baring dapat

meningkatkan perfusi uteroplacenta

407.
408.

klien

Anjurkan pada klien istirahat yang

terutama pada posisi tidur miring kiri.

cukup setidakanya 1 jam pada siang 463.


hari dan 10 jam pada tidur malam.
409.

Anjurkan

pada

klien

untuk

mengkonsumsi diet gizi seimbang.


410.

412.

kebutuhan metabolisme klien dan


pertumbuhan janin didalam rahim.
Dengan

melakukan

kolaborasi,

bidan melakukan fungsi dependent


Kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian obat anti hypertensi.

untuk

465.
Jelaskan

tanda-tanda

membantu

mempertahankan

kondisi klien.

413.
414.

seimbang diharapkan dapat memenuhi

464.

411.

Dengan mengkonsumsi diet gizi

Dengan mengetahui tanda-tanda

bahaya

berbahaya kehamilan diharapkan klien

kehamilan dan anjurkan untuk segera

dapat segera mengambil keputusan

ke rumah sakit bila ada tanda-tanda

yang cepat dan tepat.

itu.

466.

415.
416.

Dengan kontrol teratur diharapkan

kesejahteraan ibu dan janin dapat


Anjurkan pada klien untuk kontrol

dipantau dengan baik.

satu minggu atau sewaktu-waktu bila 467.


ada keluhan.

468.

417.

Masalah

469.

418.

Gangguan rasa nyaman, pusing

470.

419.

Tujuan :

471.

420.

Setelah 7 hari dilaksanakan asuhan 472.

kebidanan

pada

klien

dengan 473.

hypertensi

kronis

rasa

nyaman 474.

terpenuhi

475.

421.

Kriteria :

476.

422.

Keluhan kepala pusing tidak ada 477.

tekanan darah 140/90 mm Hg klien 478.


merasa nyaman

Dengan mengetahui penyebab rasa

pusing,

intervens

423.

Rencana :

diharapkan

424.

Kaji penyebab timbulnya rasa

faktor penyebabnya.

pusing pada klien

479.

dapat

yang

diberikan

lebih

mengena

Dengan penjelasan alternatif-

425.

alternatif cara mengatasi/mengurangi

426.

pusing diharapkan dapat mengurangi

427.

Jelaskan pada klien tentang cara

mengatasi rasa pusing

masalah klien
480.

Dengan

jalan-jalan

pagi

akan

428.

menyebabkan relaxasi otot sehingga

429.

kehamilan

dan

persalinan

dapat

Anjurkan pada klien untuk sering

berlangsung dengan baik, dan yang

jalan-jalan pagi hari sesuai batas

lebih penting klien akan nampak

kemampuan

selalu segar dan sehat

430.

431.

481.

432.

482.

433.

483.

434.

484.

435.

Kebutuhan:

436.

HE

tentang kehamilan resiko 486.

tinggi .

487.

437.

Tujuan :

438.

Setelah

485.

488.
diberikan

kebidanan

pada

asuhan 489.

ibu

hamil 490.

multigravida dengan hypertensi kronis 491.


selama 24 jam, klien memahami akan 492.
kehamilannya.

493.

Cemas

yang

berlebihan

dapat

439.

Kriteria :

menyebabkan vasukonstriksi sehingga

440.

Ekspresi wajah tenang

terjadi

441.

perasaan khawatir hilang

menambah peningkatan tekanan darah

442.

istirahat cukup

443.

Rencana :

dapat mengurangi tingkat kecemasan

444.

Kaji penyebab rasa cemas dan

klien

494.

vasuspasme

dan

akhirnya

Dengan pengetahuan diharapkan

pengaruh rasa cemas dan pengaruh 495.


cemas terhadap kehamilan

496.

445.
446.

orang
Anjurkan pada klien untuk sering

menyimak

berita

soal

kehamilan

seperti majalah, TV atau radio


447.

Dengan dukungan dari orangterdekat,

diharapkan

dapat

mengurangi beban psikis klien karena


lingkungan

banyak

yang

peduli

kontrol

teratur,

dapat

terhadap klien

Berikan dukungan dan juga dari 497.

Dengan

keluarga secara ramah dan tenang

dipantau kesejahteraan janin sehingga

terhadap kehamilan klien

mengurangi kecemasan klien terhadap

448.
449.

keadaan bayinya
Anjurkan untuk kontrol teratur

setiap satu minggu sekali


498.
499.

2.3.4

Pelaksanaan

500.

Pelaksanaan tindakan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah

disusun. Beberapa prinsip dalam pelaksanaan tindakan meliputi :


501.

2.3.4.1 Tindakan kebidanan apa yang dapat dikerjakan sendiri, dibantu atau
dilimpahkan kepada staf lainnya, kepala klien atau keluarga serta di rujuk
kepada tenaga lain dari team kesehatan.

502.

2.3.4.2 Penguasaan pengetahuan dan ketrampilan bidan tentang tindakan yang


dilakukan.

503.

2.3.4.3 Mengamati hasil dari tindakan yang diberikan petugas kesehatan.


504.

dan mengadakan konsultasi atau Mencatat jika perlu dilakukan

rujukan. (Santosa. NI, 1993 : 131-132)


2.2.4.4 Mencatat dan mengadakan konsultasi jika perlu di lakukan perujukan
(Santosa. NI, 1993 : 131-132)
505.
506.
507.

2.3.5 Evaluasi

508.

Evaluasi tindakan merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan

manajemen kebidanan. Setelah dilakukan evaluasi, bidan merencanakan pada


klien yang telah dilakukan tindakan kebidanan, perlu atau tidak melakukan follow
up. Apabila perlu dilakukan follow up, harus direncanakan bentuk dan waktu
follow up terhadap klien. Sehingga klien mendapatkan asuhan kebidanan yang
kompresiensif dan berkesinambungan. (Santosa. NI, 1993 : 132)
509.
510.
511.
512.

Anda mungkin juga menyukai