Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
Nama

: Fitratunnisa

NIM

: 0511120672

Tanggal praktik

: 5 Oktober 2009

Ruangan praktik

: Nuri II

1. Diagnosa medik: Bronkiektasis (BE)


2. Definisi
Bronkiektasis adalah dilatasi bronki dan bronkiiolus kronis yang mungkin disebabkan
oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing,
muntahan, atau benda-benda dari saluran pernapasan atas, tekanan akibat tumor, pembuluh
darah yang berdilatasi, dan pembesaran modus limfe (Smeltzer & Bare, 2001).
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari pelebaran bronkus yang
abnormal dan menetap disebabkan kerusakan komponen elastis dan muskular dinding
bronkus. Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai
cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial, baik
secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya. Keadaan ini
mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat.
3. Etiologi
Bronkiektasis dapat disebabkan oleh:
1. Infeksi pernapasan, seperti:
-

Campak

Pertusis

Infeksi adenovirus

Infeksi bakteri contohnya Klebsiella, Staphylococcus atau Pseudomonas

Tuberkulosa

Infeksi jamur

Infeksi mikoplasma

2. Penyumbatan bronkus
-

Benda asing yang terisap

Pembesaran kelenjar getah bening

Tumor paru

Sumbatan oleh lendir

3. Cedera penghirupan
-

Cedera karena asap, gas atau partikel beracun

Menghirup getah lambung dan partikel makanan

4. Keadaan genetik
-

Fibrosis kistik

Diskinesia silia, termasuk sindroma Kartagener

Kekurangan alfa-1-antitripsin

5. Kelainan imunologik
-

Sindroma kekurangan immunoglobulin

Disfungsi sel darah putih

Kekurangan koplemen

Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti rematoid artritis, kolitis


ulserativa

6. Keadaan lain
-

Penyalahgunaan obat (misalnya heroin)

Infeksi HIV

Sindroma Young (azoospermia obstruktif)

Sindroma Marfan

4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan
dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan. Lapisan dalam
(mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi
saluran pernapasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:

sel penghasil lender

sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikel-partikel
dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernapasan

sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh,
melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernapasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago
(tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernapasan sesuai
kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan
dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus (Sherwood, 2001).
Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis,
dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. Ketegangan dinding bronkus
yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk
kantung yang menyerupai balon kecil. Penambahan lendir menyebabkan kuman
berkembang biak, yang sering menyumbat bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang
terinfeksi dan kemudian merusak dinding bronkus (Corwin, 2000).
Peradangan dapat meluas ke kantong udara kecil (alveoli) dan menyebabkan
bronkopneumonia, jaringan parut dan hilangnya fungsi jaringan paru-paru. Pada kasus
yang berat, jaringan parut dan hilangnya pembuluh darah paru-paru dapat melukai jantung.
Peradangan dan peningkatan pembuluh darah pada dinding bronkus juga dapat
menyebabkan batuk darah. Penyumbatan pada saluran pernapasan yang rusak dapat
menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.
5. Manifestasi Klinis
Gejala sering dimulai pada saat anak-anak, 60% gejala timbul sejak pasien berusia 10
tahun. Gejala yang timbul tergantung dari luas, berat, lokasi, serta ada atau tidaknya
komplikasi. Gejala yang sering muncul adalah batuk menahun dengan banyak dahak yang
berbau busuk, batuk darah, batuk semakin memburuk jika penderita berbaring miring,
sesak napas yang semakin memburuk jika penderita melakukan aktivitas, penurunan berat
badan, lelah, clubbing fingers, wheezing, warna kulit kebiruan, pucat , bau mulut..
6. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen dada
b. CT scan dada
c. Bronkoskopi
d. Pemeriksaan laboratorium: biakan sputum, darah, dan urin.

7. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dilakukan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengeluaran sekret trakeobronkial. Drainase postural dan latihan
fisioterapi untuk pernapasan dan batuk yang produktif, agar sekret dapat
dikeluarkan secara maksimal.
b. Mengontrol infeksi, terutama pada fase eksaserbasi akut. Pilihan antibiotik
berdasarkan pemeriksaan bakteri dari sputum dan resistensinya. Sementara
menunggu hasil biakan kuman, dapat diberikan antibiotik spektrum luas seperti
ampisilin, kotrimoksazol, dan amoksisilin. Antibiotik diberikan sampai produksi
sputum minimal dan tidak purulen. Pengobatan diperlukan untuk waktu yang lama
bila infeksi paru yang diderita telah lanjut.
c. Mengembalikan aliran udara pada saluran napas yang mengalami obstruksi,.
Bronkodilator diberikan selain untuk mengatasi bronkospasme, juga untuk
memperbaiki drainase sekret. Alat pelembab dan nebulizer dapat dipakai untuk
melembabkan sekret. Bronkoskopi kadang-kadang perlu untuk pengangkatan benda
asing atau sumbatan mukus. Pasien dianjurkan untuk menghindari rangsangan
bronkus dari asap rokok dan polusi udara yang tercemar berat dan mencegah
pemakaian obat sedatif dan obat yang menekan refleks batuk.
d. Operasi hanya dilakukan bila pasien tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah
mendapat pengobatan konservatif yang adekuat selama 1 tahun atau timbul
hemoptisis yang masif. Pertimbangan operasi berdasarkan fungsi pernapasan, umur,
keadaan, mental, luasnya bronkiektasis, keadaan bronkus pasien lainnya,
kemampuan ahli bedah dan hasil terhadap pengobatan

8. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji penampilan umum dan kemampuan untuk bernapas.
b. Kaji HR, irama dan kualitas.
c. Identifikasi apakah pasien merokok: berapa bungkus sehari, sudah berapa lama
merokok
d. Kaji keluhan susah napas (napas pendek), dyspnea, orthopnea.
e. Kaji posisi yang nyaman bagi pasien

f. Kaji batuk berhubungan dengan: lama, frekuensi, sputum (warna, jumlah, dan
konsistensi)
g. Inspeksi membrane mukosa dan warna kulit
h. Inspeksi: penggunaan otot bantu pernapasan, ukuran thorak (termasuk diameter
anterior dan posterior), bentuk dada, ada tidak tulang belakang deformitas.
i. Palpasi untuk mengetahui: posisi trakea, ada tidak subcutaneous empisema.
j. Auskultasi dada: tipe suara napas.
9. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sekret
b. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea, produksi sputum,
anoreksia
d. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d tidak adekuatnya imunitas
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit b.d kurang informasi
10. Intervensi Keperawatan

11. Daftar Pustaka


Corwin, E. J. (2000). Buku saku patofisiologis. Jakarta: EGC
Dewi, W.N., & Asih, I.D. (2008). Modul pemeriksaan fisik: physical assessment. PSIK
UNRI. Tidak dipublikasikan.
Doenges, M.E. (1999). Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC
Sherwood. L. (2001). Fisiologi manusia: dari sel ke sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.C, & Bare, B.G. (2000). Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan
Bersihan
jalan napas
tidak efektif
b.d
penumpukan
sekret

Tujuan dan kriteria hasil


Setelah dilakukan tindakan
keperawatan jalan napas
kembali paten, dengan
kriteria hasil:
- Batuk efektif
- Bunyi napas bersih
- Tidak sulit bernapas
- RR dalam batas normal
(16-20 x/ menit)

Intervensi
1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya
bunyi napas: mengi, krekels, ronki.
2. Kaji dan observasi frekuensi
pernapasan.
3. Catat adannya dispnea, keluhan lapar
udara, gelisah, distres pernapasan,
ansietas, penggunaan otot bantu.
4. Berikan posisi yang nyaman, seperti
semifowler.
5. Minimalkan polusi ruangan dari debu
atau asap
6. Ajarkan latihan napas abdomen atau
mulut
7. Observasi karakteristik batuk: batuk
menetap. Ajarkan batuk efektif
8. Anjurkan untuk minum air hangat dan
banyak, sesuai toleransi jantung.
9. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi seperti: bronkodilator,
epinefrin, terbutalin, isoetarin,
teofilin, xantin, analgetik
10. Berikan humidifikasi tambahan:
nebuliser ultranik, humidifier aerosol
ruangan
11. Bantu fisioterapi dada

Rasional
- Bronkiektasis dimanifestasikan adanya
kelainan bunyi napas.
- Takipnea ditemukan selama proses infeksi
akut. Pernapasan dapat melambat dan
ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.
- Disfungsi pernapasan selama proses kronis
perawatan di rumah sakit
- Posisi semifowler memudahkan fungsi
pernapasan.
- Pencetus reaksi alergi pernapasan yang dapat
memperberat kondisi klien
- Mengatasi dan mengontrol dispnea
- Batuk efektif membantu mengeluarkan secret
- Mengencerkan secret sehingga mempermudah
untuk mengeluarkan
- Terapi obat-obatan membantu proses
penyembuhan
- Kelembaban menurunkan kekentalan secret
dan mempermudah pengeluaran, membantu
menurunkan pembentukan mukosa tebal pada
bronkus
- Membantu mengeluarkan secret yang kental

Kerusakan
pertukaran
gas b.d
gangguan
sulai oksigen

Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh b.d

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan oksigenasi
jaringan adekuat, dengan KH:
- Nilai AGD dalam batas
normal
- Bebas gejala distres
pernapasan
- Tolerasi terhadap
aktivitas

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan klien
menunjukkan peningkatan
berat badan, dengan KH:
- Tidak lemah

1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan.


Catat penggunaan otot bantu, napas
bibir, ketidakmampuan bicara
2. Berikan posisi semifowler

Mengevaluasi derajat distress pernapasan dan


proses penyakit

3. Kaji rutin warna kulit dan membrane


mukosa
4. Ajarkan batuk efektif, atau suction
jika diperlukan
5. Auskultasi bunyi napas

Suplai oksigen dapat dibantu dengan posisi


duduk tinggi
Sianosis perifer mengindikasikan hipoksemia

6. Palpasi fremitus

7. Kontrol tingkat kesadaran

8. Evaluasi tingkat toleransi aktivitas.


Berikan lingkungan yang tenang dan
nyaman. Batasi aktivitas fisik
9. Kaji TTV dan irama jantung

10. Kolaborasi pemberian oksigen


tambahan
11. Kaji AGD dan nadi oksimetri
12. Berikan penekan SSP: antiansietas,
sedatif

PaCO2 meningkat, dan PaO2 menurun


Mengontrol ansietas/ gelisah yang
meningkatkan konsumsi oksigen

1. Kaji kebiasaan diet, masukan


makanan saat ini. Evaluasi BB dan
ukuran tubuh
2. Auskultasi bunyi usus

Pasien distress pernapasan sering anoreksia,


dispnea, produksi sputum, dan obat

Penurunan bunyi usus menunjukkan


penurunan motilitas gaster dan kontipasi

Penumpukan secret yang mengganggu


pertukaran gas.
Kelainan bunyi napas mengindikasikan
spasme bronkus, dekompensasi jantung
Penurunan getaran vibrasi diduga
penumpukan cairan
Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
hipoksia
Selama distress pernapasan pasien tidak
mampu melakukan aktivitas sehari-hari
karena hipoksemia dan dispnea.
Takikardi, disritmia, dan perubahan TD
menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada
fungsi jantung
Memperbaiki hipoksia

dispnea,
produksi
sputum,
anoreksia

Mau makan
Tidak pucat
BB meningkat

3. Berikan perawatan oral

4. Berikan makan porsi kecil tapi sering

5. Hindari makanan penghasil gas dan


minuman karbonat
6. Hindari makanan yang sangat panas
dan sangat dingin
7. Konsul ahli gizi: jenis makanan dan
pemberian makanan
8. Berikan vitamin/ mineral/ elektrolit
sesuai indikasi
9. Berikan oksigen tambahan selama
makan sesuai indikasi

yang disebabkan pembatasan masukan


cairan, penurunan aktivitas, dan hipoksemia
Mulut yang bersih meningkatkan nafsu
makan
Menurunkan kelemahan dan meningkatkan
masukan kalori
Menyebabkan distensi abdomen yang
mengganggu napas abdomen, dispnea
Suhu ekstrim pencetus spasme batuk
Jenis makanan dan metode makan
disesuaikan kebutuhan individu
Mengatasi kekurangan nutrisi
Menurunkan dipnea, dan meningkatkan
energy untuk makan

Anda mungkin juga menyukai