: Fitratunnisa
NIM
: 0511120672
Tanggal praktik
: 5 Oktober 2009
Ruangan praktik
: Nuri II
Campak
Pertusis
Infeksi adenovirus
Tuberkulosa
Infeksi jamur
Infeksi mikoplasma
2. Penyumbatan bronkus
-
Tumor paru
3. Cedera penghirupan
-
4. Keadaan genetik
-
Fibrosis kistik
Kekurangan alfa-1-antitripsin
5. Kelainan imunologik
-
Kekurangan koplemen
6. Keadaan lain
-
Infeksi HIV
Sindroma Marfan
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan
dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan. Lapisan dalam
(mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi
saluran pernapasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:
sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikel-partikel
dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernapasan
sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh,
melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernapasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago
(tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernapasan sesuai
kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan
dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus (Sherwood, 2001).
Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan kronis,
dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. Ketegangan dinding bronkus
yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan lemas dan membentuk
kantung yang menyerupai balon kecil. Penambahan lendir menyebabkan kuman
berkembang biak, yang sering menyumbat bronkus dan memicu penumpukan sekresi yang
terinfeksi dan kemudian merusak dinding bronkus (Corwin, 2000).
Peradangan dapat meluas ke kantong udara kecil (alveoli) dan menyebabkan
bronkopneumonia, jaringan parut dan hilangnya fungsi jaringan paru-paru. Pada kasus
yang berat, jaringan parut dan hilangnya pembuluh darah paru-paru dapat melukai jantung.
Peradangan dan peningkatan pembuluh darah pada dinding bronkus juga dapat
menyebabkan batuk darah. Penyumbatan pada saluran pernapasan yang rusak dapat
menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.
5. Manifestasi Klinis
Gejala sering dimulai pada saat anak-anak, 60% gejala timbul sejak pasien berusia 10
tahun. Gejala yang timbul tergantung dari luas, berat, lokasi, serta ada atau tidaknya
komplikasi. Gejala yang sering muncul adalah batuk menahun dengan banyak dahak yang
berbau busuk, batuk darah, batuk semakin memburuk jika penderita berbaring miring,
sesak napas yang semakin memburuk jika penderita melakukan aktivitas, penurunan berat
badan, lelah, clubbing fingers, wheezing, warna kulit kebiruan, pucat , bau mulut..
6. Pemeriksaan penunjang
a. Rontgen dada
b. CT scan dada
c. Bronkoskopi
d. Pemeriksaan laboratorium: biakan sputum, darah, dan urin.
7. Penatalaksanaan Medis
Terapi yang dilakukan bertujuan untuk:
a. Meningkatkan pengeluaran sekret trakeobronkial. Drainase postural dan latihan
fisioterapi untuk pernapasan dan batuk yang produktif, agar sekret dapat
dikeluarkan secara maksimal.
b. Mengontrol infeksi, terutama pada fase eksaserbasi akut. Pilihan antibiotik
berdasarkan pemeriksaan bakteri dari sputum dan resistensinya. Sementara
menunggu hasil biakan kuman, dapat diberikan antibiotik spektrum luas seperti
ampisilin, kotrimoksazol, dan amoksisilin. Antibiotik diberikan sampai produksi
sputum minimal dan tidak purulen. Pengobatan diperlukan untuk waktu yang lama
bila infeksi paru yang diderita telah lanjut.
c. Mengembalikan aliran udara pada saluran napas yang mengalami obstruksi,.
Bronkodilator diberikan selain untuk mengatasi bronkospasme, juga untuk
memperbaiki drainase sekret. Alat pelembab dan nebulizer dapat dipakai untuk
melembabkan sekret. Bronkoskopi kadang-kadang perlu untuk pengangkatan benda
asing atau sumbatan mukus. Pasien dianjurkan untuk menghindari rangsangan
bronkus dari asap rokok dan polusi udara yang tercemar berat dan mencegah
pemakaian obat sedatif dan obat yang menekan refleks batuk.
d. Operasi hanya dilakukan bila pasien tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah
mendapat pengobatan konservatif yang adekuat selama 1 tahun atau timbul
hemoptisis yang masif. Pertimbangan operasi berdasarkan fungsi pernapasan, umur,
keadaan, mental, luasnya bronkiektasis, keadaan bronkus pasien lainnya,
kemampuan ahli bedah dan hasil terhadap pengobatan
8. Pemeriksaan Fisik
a. Kaji penampilan umum dan kemampuan untuk bernapas.
b. Kaji HR, irama dan kualitas.
c. Identifikasi apakah pasien merokok: berapa bungkus sehari, sudah berapa lama
merokok
d. Kaji keluhan susah napas (napas pendek), dyspnea, orthopnea.
e. Kaji posisi yang nyaman bagi pasien
f. Kaji batuk berhubungan dengan: lama, frekuensi, sputum (warna, jumlah, dan
konsistensi)
g. Inspeksi membrane mukosa dan warna kulit
h. Inspeksi: penggunaan otot bantu pernapasan, ukuran thorak (termasuk diameter
anterior dan posterior), bentuk dada, ada tidak tulang belakang deformitas.
i. Palpasi untuk mengetahui: posisi trakea, ada tidak subcutaneous empisema.
j. Auskultasi dada: tipe suara napas.
9. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d penumpukan sekret
b. Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea, produksi sputum,
anoreksia
d. Risiko tinggi terhadap infeksi b.d tidak adekuatnya imunitas
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakit b.d kurang informasi
10. Intervensi Keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan
Bersihan
jalan napas
tidak efektif
b.d
penumpukan
sekret
Intervensi
1. Auskultasi bunyi napas. Catat adanya
bunyi napas: mengi, krekels, ronki.
2. Kaji dan observasi frekuensi
pernapasan.
3. Catat adannya dispnea, keluhan lapar
udara, gelisah, distres pernapasan,
ansietas, penggunaan otot bantu.
4. Berikan posisi yang nyaman, seperti
semifowler.
5. Minimalkan polusi ruangan dari debu
atau asap
6. Ajarkan latihan napas abdomen atau
mulut
7. Observasi karakteristik batuk: batuk
menetap. Ajarkan batuk efektif
8. Anjurkan untuk minum air hangat dan
banyak, sesuai toleransi jantung.
9. Kolaborasi pemberian obat sesuai
indikasi seperti: bronkodilator,
epinefrin, terbutalin, isoetarin,
teofilin, xantin, analgetik
10. Berikan humidifikasi tambahan:
nebuliser ultranik, humidifier aerosol
ruangan
11. Bantu fisioterapi dada
Rasional
- Bronkiektasis dimanifestasikan adanya
kelainan bunyi napas.
- Takipnea ditemukan selama proses infeksi
akut. Pernapasan dapat melambat dan
ekspirasi memanjang disbanding inspirasi.
- Disfungsi pernapasan selama proses kronis
perawatan di rumah sakit
- Posisi semifowler memudahkan fungsi
pernapasan.
- Pencetus reaksi alergi pernapasan yang dapat
memperberat kondisi klien
- Mengatasi dan mengontrol dispnea
- Batuk efektif membantu mengeluarkan secret
- Mengencerkan secret sehingga mempermudah
untuk mengeluarkan
- Terapi obat-obatan membantu proses
penyembuhan
- Kelembaban menurunkan kekentalan secret
dan mempermudah pengeluaran, membantu
menurunkan pembentukan mukosa tebal pada
bronkus
- Membantu mengeluarkan secret yang kental
Kerusakan
pertukaran
gas b.d
gangguan
sulai oksigen
Perubahan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh b.d
6. Palpasi fremitus
dispnea,
produksi
sputum,
anoreksia
Mau makan
Tidak pucat
BB meningkat