Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi dan sekaligus merupakan sebuah
investasi sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh
setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa agar dapat terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Kesehatan bukanlah tanggung jawab
pemerintah saja melainkan tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat
termasuk swasta. Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan
modal utama atau investasi dalam pembangunan. Kesehatan bersama dengan
pendidikan dan ekonomi merupakan tiga pilar yang sangat mempengaruhi
kualitas hidup sumber daya manusia.
Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan
Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma
sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan
yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya
lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
Secara makro paradigma sehat berarti semua sektor memberikan
kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat, secara
mikro berarti pembangunan kesehatan lebih menekankan upaya promotif dan
preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif serta

pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan. Salah satu


bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah posyandu.
B. Puskesmas Cipedes
1. Gambaran Umum Puskesmas Cipedes
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Kondisi geografis Kecamatan Cipedes terdiri
dari wilayah dataran dan persawahan. Letak Wilayah Kerja Puskesmas
Cipedes merupakan satu dari tiga Puskesmas yang berada di Wilayah
Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.
Wilayah kerja Puskesmas Cipedes terdiri dari satu kelurahan yang
meliputi 13 RW dan 68 RT dengan batas batas sebagai berikut:
Sebelah Utara

Kelurahan Nagarasari Wilayah Kerja UPTD

Sebelah Timur

Puskesmas Cigeureung.
Kelurahan Panglayungan Wilayah Kerja UPTD

Sebelah Selatan

Puskesmas Panglayungan.
Kelurahan Panglayungan Wilayah Kerja UPTD

Sebelah Barat

Puskesmas Panglayungan.
Kelurahan Panyingkiran Wilayah Kerja UPTD
Puskesmas Indihiang.

Secara Administratif Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Cipedes


termasuk ke Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya terdiri dari 1
Kelurahan, 13 RW dan 68 RT.

Luas wilayah kerja Puskesmas Cipedes meliputi 122,70 Ha terdiri dari :


1. Pemukiman

: 82,25 ha

2. Perkantoran

: 10,91 ha

3. Pertanian / sawah

: 31,90 ha

4. Kolam

: 2.64 ha

Sumber; Daftar isian potensi kelurahan

2. KEPENDUDUKAN
1.

Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk ditiap RW, dengan jumlah KK 4.842 meliputi 14.421
jiwa :
Tabel 1.1 Data Jumlah Penduduk

No

Nama RW

Jml
RT

Jml Penduduk
Jml KK

Riil
L

Jml

Proyeks
i

1.

RW. 01

236

328

398

726

797

2.

RW. 02

170

209

221

430

472

3.

RW. 03

327

458

453

911

1001

4.

RW. 04

320

459

459

918

1007

5.

RW. 05

649

855

919

1774

1947

6.

RW. 06

333

434

419

853

938

7.

RW. 07

545

841

813

1654

1817

8.

RW. 08

471

799

776

1575

1729

9.

RW. 09

328

493

491

984

1080

10

RW. 10

335

555

579

1134

1245

11

RW. 11

505

842

780

1622

1781

12.

RW. 12

349

547

494

1041

1142

13.

RW. 13

273

429

370

799

878

Jumlah

68

4842

7249

7172

14421

15834

Sumber : Profil Kel. Cipedes Th 2012

3. Data Sumber Daya


a. Sumber Daya Manusia UPTD Puskesmas Cipedes terdiri dari
Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Kerja
Jenis Tenaga
Jumlah
Dokter Umum
2 orang ( 1 Kepala Puskesmas, 1 dokter Fungsional )
Dokter Gigi
1 orang
Bidan
7 orang ( 5 Bidan Puskesmas, 2 Bidan Kelurahan )
Perawat
12 orang ( 2 Sukwan )
Perawat Gigi
3 orang ( 1 Sukwan )
Pelaksana Gizi
1 orang
Tata Usaha
3 orang ( 1 orang Ka TU, 2 orang pelaksana )
Kesling Pelaksana
1 orang
Laboratorium
2 orang
Pelaksana Farmasi 1 orang
Sumber Data Kepegawaian Puskesmas Cipedes

C. Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna
memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat
dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi.
Posyandu merupakan perpanjangan tangan dari Puskesmas yang
memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang di laksanakan secara

terpadu. Pelayanan yang diberikan di posyandu bersifat terpadu, hal ini


bertujuan untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi masyarakat
karena di posyandu tersebut masyarakat dapat memperolah pelayanan lengkap
pada waktu dan tempat yang sama. Sasaran posyandu adalah seluruh
masyarakat, terutama bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui,
wanita usia subur dan pasangan usia subur.
Wilayah kerja Puskesmas Cipedes melayani / membina sebanyak 20
posyandu, dengan tingkat kemandirian sebagaimana tergambar dalam tabel
berikut :

Tabel 1.3. jenis posyandu


NO

Nama Posyandu

POSYANDU
PRATAMA

MADYA

PURNAMA

MANDIRI

Cendana

An Nur

Anggrek Ungu

Anggrek

Puspa

Kencana

Bunga Matahari

Kemala

Haluma

10

Mawar

11

Melati

12

Harapan Bunda

13

Harapan Kita

14

Al Hamid

15

Tunas Harapan

16

Kartika

17

Annisa

18

Plamboyan

19

Saluyu

20

Kenanga

Sumber Program Promkes/UKBM Puskesmas Cipedes

KETERANGAN :
: Posyandu
Haluma
: Posyandu
Gambar 1.1 Peta Wilayah Posyandu Haluma dan posyandu kemala

Survei Mawas Diri adalah kegiatan pengenalan, pengumpulan dan


pengkajian masalah kesehatan yang dilakukan oleh kader dan tokoh
masyarakat setempat dibawah bimbingan Kepala Desa/Keluarahan dan
petugas kesehatan untuk menunjang terselenggaranya upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian


ini adalah ingin mengetahui tentang gambaran kesehatan dan mencari
penyelesaian tentang masalah yang ada di Rw 06 Kelurahan Cipedes
Tasikmalaya Tahun 2013 .
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui Profil Kesehatan
Posyandu Haluma dan untuk memenuhi tugas kepaniteraan Klinik Senior di
bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran Komunitas Dinas
Kesehatan Kota Tasikmalaya Puskesmas Cipedes.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Berdasarkan Survei Mawas Diri (SMD) yang dilaksanakan di Rw 06
kelurahan Cipedes didapatkan hasil sebagai berikut ini :
A. 1. Data Penduduk
Tabel 2.1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Laki Laki
Perempuan
Total

N
434
419
853

Laki - laki

%
50.88
49.12
100.0

Perempuan

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 333 kepala keluarga, didapatkan
jumlah penduduk berkelamin laki laki yaitu sebanyak 434 (50.88%),
sedangkan jumlah penduduk berkelamin perempuan 419 (49.12%).
A.2. Data Lingkungan Fisik
a. rumah
a. Lantai
Tabel 2.2

Data Jenis Lantai Rumah


Jenis Lantai
Ubin/kerami
k
Total

N
320

%
100,0

320

100.0

Lantai
120
100
80
60
40
20
0
Ubin/keramik

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden,


didapatkan semua rumah (100%) lantainya terbuat dari ubin/keramik.
b. Jendela
Tabel 2.4
Jendela Rumah
Jendela
Ada, Sering dibuka
Ada, Jarang dibuka
Tidak ada jendela
Total

N
256
52
12
320

%
80
16.2
3.8
100.0

10

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden, didapatkan


rumah yang memiliki jendela dan sering dibuka yaitu 30 (40%), yang
memiliki jendela dan jarang dibuka yaitu 45 (60%).
c. ventilasi
Tabel 2.5
Ventilasi
Ventilasi
Ada, Sesuai Standar
Ada, Tidak Sesuai Standar
Total

N
256
64
320

%
80,0
20,0
100.0

11

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden, didapatkan


rumah yang memiliki ventilasi dan sesuai standar yaitu 256 (80,0%), yang
memiliki ventilasi tapi kecil/tidak standar yaitu 64 (20,0%).
d. pencahayaan rumah
Tabel 2.6
Pencahayaan
Pencahayaan
Kurang
Cukup
Total

N
36
284
320

%
11,2
88,8
100.0

12

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden, didapatkan


rumah yang mendapatkan cahaya matahari yang cukup yaitu 284
(88,8%), dan rumah yang mendapatkan cahaya kurang yaitu 36
(11,2%).
e. pekarangan
Tabel 2.7
Pekarangan
Pekarangan
Ada
Tidak Ada
Total

n
44
31
75

%
58,7
41,3
100.0

Pekarangan
80
60
40
20
0
Ada

Tidak Ada

13

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden, didapatkan


rumah yang memiliki pekarangan yaitu 44 (58,7%) dan rumah yang tidak
memiliki pekarangan yaitu 31 (41,3%).
Tabel 2.8
Tumbuhan Pekarangan
Tumbuhan Pekarangan
Ada
Tidak Ada
Total

N
26
18
44

%
59
41
100.0

Tumbuhan Pekarangan
80
60
40
20
0
Ada

Tidak Ada

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 44 responden, didapatkan


rumah yang memiliki tanaman pekarangan yaitu 26 (59%) dan rumah yang
tidak memiliki tanaman pekarangan yaitu 18 (41%).

f. Luas Rumah dengan Penghuni


Tabel 2.9
Kesesuaian Luas Rumah dengan Penghuni
Kesesuaian
Sesuai standar
Tidak sesuai standar
Total

N
292
28
320

%
91,2
8,8
100.0

14

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden,


didapatkan luas rumah sesuai dengan banyaknya penghuni yaitu 292
(91.2%), sedangkan luas rumah yang tidak sesuai dengan banyaknya
penghuni yaitu 28 (8,8%).
g. merokok
Tabel 2.10
Merokok di Dalam Rumah
Merokok dalam rumah
Ada
Tidak ada
Total

n
216
104
320

%
67,5
32,5
100.0

15

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden, didapatkan


masyarakat yang merokok didalam rumah yaitu 216 (67,5%) dan yang
masyarakat yang tidak merokok didalam rumah yaitu 104 (32,5%).
h. sarana/sumber air bersih
Tabel 2.11
Sumber Air Bersih
Sumber
PDAM
Sumur Gali
Sumur Gali+Sanyo
Total

N
4
34
37
75

%
5,3
45,3
49,4
100.0

16

Sumber Air Bersih


60
50
40
30
20
10
0

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden,


didapatkan bahwa perbandingan penggunaan sumur gali dengan
sumur gali + sanyo hampir setara, dimana masyarakat yang
menggunakan sumur gali yaitu 34 (45,3%), masyarakat yang
menggunakan sumur gali + sanyo yaitu 37 (49,4%). Dan yang
menggunakan PDAM yaitu 4 (5,3%).
Tabel 2.12
Jarak Sumber Air dengan Penampungan Air Limbah
Jarak
<10 meter
>10 meter
Total

N
306
14
320

%
95,6
4,4
100.0

17

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden, didapatkan


sebagian besar responden mengatakan bahwa jarak sumber air bersih
dengan penampungan air limbah >14 meter yaitu sebanyak 67 (4,4%), dan
yang <304 meter sebanyak 8 (95,6%).

i. jamban/kakus
Tabel 2.13
Jenis Jamban
Jenis Jamban
Leher angsa
Cemplung
Plengsengan

N
299
5
16

%
93,4
1,6
5,0
18

Total

320

100

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden, didapatkan


bahwa masyarakat menggunakan jenis jamban dengan leher angsa
berjumah 299 orang (93,4), masyarakkat menggunakan jenis jamban
cemplung berjumlah 5 orang (1,6%) dan masyarakat menggunakan jenis
jamban plengsengan berjumlah 16 orang (5,0%).

Tabel 2.14
Pembuangan Jamban
Pembuangan Jamban
Septik Tank
Kolam
Kali/sungai
Total

N
187
5
128
320

%
58,4
5,6
40,0
100.0

19

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden,


didapatkan masyarakat yang menggunakan septic tank yaitu 187 (58,4%),
masyarakat yang menggunakan kolam yaitu 3 (5,6%), masyarakat yang
menggunakan kali/sungai 128 (40,0%).

j. sampah
Tabel 2.15
Cara Buang Sampah
Cara Buang Sampah
Dikumpulkan dan Dibakar
Penggunaan Jasa
Total

n
26
294
320

%
8,1
91,9
100.0

20

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320responden, didapatkan


bahwa sebagian besar pembuangan sampah menggunakan jasa yaitu
sebanyak 294 (91,9%), sedangkan sisanya memilih untuk dikumpulkan
kemudian dibakar yaitu sebanyak 26 (8,1%).

k. SPAL (Sarana Pembuangan Air Limbah)


Tabel 2.16
Pembuangan SPAL
Pembuangan SPAL
Ada
Total

N
320
320

%
100
100.0

21

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden, didapatkan


bahwa seluruh responden 320 (100%) memiliki sarana pembuangan air
limbah
Tabel 2.17
Sarana Pembuangan Air Limbah
Sarana Pembuangan Air Limbah
Sungai
Selokan
Septitank/peresepan
Total

n
40
264
16
320

%
12,5
82,5
5,0
100

22

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden,


didapatkan bahwa yang menggunakan sarana pembuangan air limbah
(SPAL) ke sungai yaitu 40 (12,5%), menggunakan septitank yaitu
sebanyak 16 (5,0%) dan menggunakan selokan yaitu 264 (82,5%).
Tabel 2.18
Kondisi Saluran SPAL
Kondisi
Tertutup Lancar
Terbuka Lancar
Total

n
140
180
320

%
43,8
56,2
100.0

23

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 320 responden, didapatkan


bahwa masyarakat memiki saluran pembuangan air limbah (SPAL)
tertutup lancar yaitu 140 (43,8%), dan masyarakat yang memiliki SPAL
terbuka lancar yaitu 180 (56,2%).
l. kandang ternak
Tabel 2.19
Kandang Ternak
Jarak
Mempunyai Kandang
Tidak Punya
Total

n
8
67
75

%
10,6
89,4
100.0

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden, didapatkan


bahwa masyarakat memiki kandang ternak sebanyak 8 (10,6%).

24

Tabel 2.20
Jarak kandang dengan rumah
Jarak
Menempel rumah
< 10 m
> 10 m
Total

n
3
4
1
8

%
37,5
50
12,5
100.0

Jarak Kandang ke Rumah


60
50
40
30
20
10
0
Menempel

< 10 m

> 10 m

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 8 responden, didapatkan


bahwa kandang ynang menempel rumah yaitu 3 (37,5%), jaraknya < 10m
yaitu 4 (50%), dan yang jaraknya > 10 m yaitu 1(12,5%).

A.3. Keluarga Berencana (KB)


Tabel 2.21
Jumlah PUS di Wilayah Posyandu Haluma
PUS
Ada
Tidak ada
Total

N
58
17
75

%
77,4
22,6
100.0

25

PUS
100
80
60
40
20
0
Ada

Tidak Ada

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden,


didapatkan terdapat lebih banyak Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu 58
(77,4%), sedangkan yang tidak ada 17 (22.6%).
Tabel 2.22
Peserta KB Aktif
Peserta KB
Ada
Tidak ada
Total

N
43
32
75

%
57,4
42,6
100

Peserta KB Aktif
80
60
40
20
0
Ada

Tidak Ada

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden, didapatkan


peserta KB aktif terdapat 43 (57.6%) dan keluarga yang tidak KB 32 (42,6%).
A.4. Balita
Tabel 2.23
Jumlah Balita
Balita

%
26

Ada
Tidak ada
Total

5
70
75

6,7
93,3
100.0

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 75 responden,


didapatkan jumlah balita yaitu sebanyak 5 (6,7%), sedangkan yang
tidak mempunyai balita yaitu sebanyak 75 (93,3%).
Tabel 2.24
Jumlah Balita yang ditimbang
Balita ditimbang
Ditimbang
Tidak
Total

N
2
3
5

%
40
60
100.0

Balita yang ditimbang


80
60
40
20
0
ditimbang

Tidak

Berdasarkan data diatas yang diambil dari 5 responden,


didapatkan bahwa ibu yang rajin menimbang pada waktu diposyandu
yaitu sebanyak 2 (40%), sedangkan yang tidak menimbang balita
sebanyak 3 (60%).

B.

Pembahasan
B.1. Lingkungan Fisik/Rumah

27

Sehat menurut World Health Organization (WHO) Sehat adalah suatu


keadaan yang sempurna baik fisik, mental, maupun Sosial Budaya, bukan
hanya keadaan yang bebas dari penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Menurut WHO rumah sehat diartikan sebagai tempat berlindung/ bernaung
dan tempat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang
sempurna baik fisik, rohani maupun sosial.
Sedangkan menurut Depkes berdasarkan KEPMENKES RI NO. 829 /
Menkes / SK / VII / 1999 adalah rumah merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal/hunian yang digunakan
untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, serta
tempat pengembangan kehidupan keluarga.
Rumusan yang dikeluarkan oleh American Public Health Association
(APHA), syarat rumah sehat harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a) Memenuhi kebutuhan fisiologis. Antara lain, pencahayaan, penghawaan
dan ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang
mengganggu.
b) Memenuhi kebutuhan psikologis. Antara lain, privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah.
c) Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni
rumah, yaitu dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan air
limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan
hunian yang berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya

28

makanan dan minuman dari pencemaran, disamping pencahayaan dan


penghawaan yang cukup.
d) Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, baik yang
timbul karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain
persyaratan konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar,
dan tidak cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.
Beberapa indikator penilaian untuk rumah sehat yaitu :
1. Komponen Rumah
2. Sarana Sanitasi
3. Perilaku Penghuni
1 Indikator penilaian komponen rumah meliputi beberapa parameter
sebagai berikut :
a. lantai
Lantai yang baik adalah lantai yang kedap air dan mudah
dibersihkan, contohnya seperti disemen, keramik dan sejenisnya. Ubin,
semen, keramik sangat baik karena kedap air dan mudah dibersihkan,
namun tidak cocok untuk kondisi ekonomi pedesaan. Lantai kayu
sering terdapat pada rumah-rumah orang yang mampu di pedesaan,
dan ini pun mahal. Oleh karena itu, untuk lantai rumah pedesaan
cukuplah tanah biasa yang dipadatkan.
Syarat yang penting di sini adalah tidak berdebu pada musim
kemarau dan tidak basah pada musim hujan. Untuk mencegah
masuknya air ke dalam rumah, sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira
20 cm dari permukaan tanah. Untuk memperoleh lantai tanah yang
padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air kemudian

29

dipadatkan dengan benda - benda yang berat, dan dilakukan berkalikali. Lantai yang basah dan berdebu merupakan sarang penyakit.
b. jendela
Seyogyanya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang
kurangnya 10 % sampai 20% dari luas lantai yang terdapat di dalam
ruangan rumah. Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela
diusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam
ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain.
Fungsi jendela di sini, di samping sebagai ventilasi, juga sebagai
jalan masuk cahaya. Lokasi penempatan jendela pun harus
diperhatikan dan diusahakan agar sinar matahari lama menyinari lantai
(bukan menyinari dinding). Maka sebaiknya jendela itu harus di
tengah-tengah tinggi dinding (tembok).
c. ventilasi
Berdasarkan penelitian disebutkan bahwa ventilasi yang baik
adalah luas ventilasi setidaknya 10 20 % dari luas lantai rumah.
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar.
Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni
rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan
kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat
racun bagi penghuninya menjadi meningkat.
Disamping itu tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadinya proses

30

penguapan cairan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan


merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen (bakteri bakteri penyebab penyakit).
Fungsi kedua dari pada ventilasi adalah untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena di
situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus. Bakteri yang
terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk
menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di dalam kelembaban
(humudity) yang optimum. Diamping itu fungsi dari ventilasi adalah
sebagai lubang masuknya cahaya dari luar seperti cahaya matahari,
sehingga didalam rumah tidak gelap pada waktu pagi, siang hari
maupun sore hari. Oleh karena itu untuk suatu rumah yang memenuhi
syarat kesehatan, ventilasi mutlak harus ada. Suatu ruangan yang
tidak memiliki sistem ventilasi yang baik akan menimbulkan keadaan
yang merugikan kesehatan.

d. pencahayaan
Pencahayaan di dalam rumah adalah juga merupakan unsur yang
esensial untuk rumah sehat. Secara umum pencahayaan di dalam
rumah terdiri dari pencahayaan buatan dan pencahayaan alami.
Pencahayaan buatan dapat di peroleh dengan penggunaan lampu yang
efektif dan efisien di dalam rumah. Sedangkan pencahayaan alami di
dapat dari cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang
dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam
31

ruangan rumah, terutama cahaya matahari disamping kurang nyaman,


juga merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya
di dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat
merusakkan mata.
Persyaratan standar untuk bukaan yang bisa memasukkan sinar
matahari pada suatu ruangan dibutuhkan luas minimum 1/10 x luas
lantai ruangan. Dan separuh dari padanya atau sekitar 1/20 dari luas
lantai tadi berupa bukaan yang bisa dibuka dan ditutup (tidak termasuk
bukaan tempat keluar dan masuk orang ke ruangan tersebut).
Untuk bukaan yang memasukkan penghawaan atau lubang angin
untuk suatu ruangan, standartnya diperlukan luas minimum 35% x luas
lantai ruangan itu.
Berikut ini adalah pedoman standart secara umum bukaan untuk
ruang tertentu di dalam rumah tinggal agar dapat mewujudkan rumah
sehat adalah sebagai berikut :
1. Kamar Tidur, diperlukan tidak kurang dari 1/6 x luas lantai (tidak
termasuk pintu)
2. Ruang Duduk, diperlukan sekitar antara 1/6 sampai dengan 1/7 x
luas lantai ruangan (tidak termasuk pintu).
3. Gudang, diperlukan kurang lebih 1/10 x luas lantainya (tidak
termasuk pintu).
Dengan masing-masing ruang tersebut memiliki lubang
penghawaan (ventilasi udara) sekitar kurang lebih minimumnya 1/40
sampai dengan 1/10 x luas lantai ruangan masing-masing. Itulah
semua standar secara umum luas yang diperlukan untuk lubanglubang dinding (bukaan) yang kita perlukan agar tercapai secara

32

optimum wujud rumah sehat dengan ventilasi dan pencahayaan alami


yang baik.
e. pekarangan
Pemanfaatan pekarangan dengan tanaman produktif seperti
tanaman holtikultura (tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan
tanaman hias), rempah - rempah, obat - obatan, bumbu-bumbuan dan
lainnya akan memberikan keuntungan yang berlipat ganda, baik dari
segi keamanan pangan (aman dari zat pencemar maupun aman dari
ketersediaannya), menopang ekonomi keluarga maupun keuntungan
dari segi estetika (keindahan lingkungan).
f. kesesuaian luas lantai
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni
di dalamnya, artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan
dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan yang tidak sebanding
dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan penghuni
(overcrowded). Semakin banyak jumlah penghuni rumah maka
semakin cepat udara ruangan mengalami pencemaran gas atau bakteri.
Dengan banyaknya penghuni, maka kadar oksigen dalam ruangan
menurun dan diikuti oleh peningkatan CO 2 ruangan dan dampak dari
peningkatan CO2 ruangan adalah penurunan kualitas udara dalam
rumah.
Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena
penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota keluarga yang

33

lain. Luas bangunan yang optimum adalah apabila dapat menyediakan


2,5 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).
g. merokok
Dari hasil survei yang didapatkan diwilayah posyandu haluma
didapatkan bahwa masih banyak warga yang merokok didalam rumah.
Dalam hal ini masyarakat masih belum memahami bahaya merokok
terhadap diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Sehingga merokok
masih menjadi kebiasaan sehari hari sama halnya dengan makan.
Terlebih mereka merokok didalam rumah, mengapa karena asap yang
dihasilkan dari rokok tersebut akan berputar putar diruangan
tersebut.
Asap yang dihasilkan rokok mengandung karbonmonoksida
yaitu salah satu senyawa karbon yang memiliki afinitas daya ikat
terhadap Hb 200-300 kali lebih kuat dari pada afinitas terhadap
oksigen. Rokok terdapat ikatan CO dengan Hb yang mengganggu
darah dalam mengalirkan oksigen keseluruh tubuh dan akan
mengakibatkan meninggal dunia akibat keracunan gas CO terlalu
banyak.
2

Indikator penilaian Sarana Sanitasi rumah meliputi beberapa parameter


sebagai berikut :
a Sarana air bersih
b Jamban
c Sarana pembuangan air limbah
d Sarana pembuangan sampah
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak
memenuhi syarat dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare
dan cacingan. Disamping itu juga menyebabkan masih tingginya

34

penyakit yang dibawa vektor seperti DBD, malaria, pes, dan filariasis
(Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007).
Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas sumber
air baku adalah terus menurunnya lahan untuk peresapan air karena
akibat perubahan tata guna lahan (termasuk hutan) yang mengganggu
sistem siklus air. Selain itu, meningkatnya kepadatan dan jumlah
penduduk di perkotaan akibat urbanisasi.
Sedangkan dari sisi sanitasi, selain masih rendahnya kesadaran
penduduk tentang lingkungan, kendala lain untuk terjadinya perbaikan
adalah karena belum adanya kebijakan komprehensif yang sifatnya
lintas sektoral, rendahnya kualitas bangunan septic tank, dan masih
buruknya sistem pembuangan limbah.
a. sumber air bersih
Air yang bersih adalah air yang jernih, tidak berasa, tidak
berwarna dan tidak berbau. Air bersih adalah air yang digunakan untuk
keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan
dapat diminum apabila telah dimasak sesuai Peraturan Menteri
Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 1990). Air minum adalah air yang memenuhi
syarat kesehatan dan dapat langsung diminum dan berasal dari
penyediaan air minum sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No.
907/MENKES/SK/VII/2002. Sarana air bersih adalah semua sarana
yang dipakai sebagai sumber air bagi penghuni rumah yang digunakan

35

untuk kehidupan sehari-hari. Hal yang perlu diperhatikan dalam


pembuatan sarana air bersih antara lain adalah :
(a) jarak antara sumber air dengan sumber pengotoran (seperti
septik tank, tempat pembuangan sampah, air limbah) minimal
10 meter,
(b) pada sumur gali sedalam 10 meter dari permukaan tanah dibuat
kedap air dengan pembuatan cincin dan bibir sumur,
(c) penampungan air hujan pelindung air, sumur artesis atau
terminal air atau perpipaan/kran atau sumur gali terjaga
kebersihannya dan dipelihara rutin.7
i. jamban/kakus
Adapun cara pembuangan tinja :
1) Kotoran manusia tidak mencemari permukaan tanah.
2) Kotoran manusia tidak mencemari air permukaan maupun air tanah.
Kotoran manusia tidak boleh dibuang langsung kesungai, danau, laut,
jarak jamban >10 meter dari sumur dan bila membuat lubang jamban
jangan sampai dalam lubang tersebut mencapai sumber air.
3) Kotoran manusia tidak dijamah oleh lalat. Kotoran manusia yang
dibuang harus tertutup rapat, dalam arti agar lalat tidak bisa
menghinggapinya. Oleh karena itu jamban yang sehat dapat dibuat
dengan menggunakan leher angsa atau dilengkapi dengan tutup.
4) Jamban tidak menimbulkan sarang nyamuk.

36

5) Jamban tidak menimbulkan bau yang mengganggu, jamban agar tidak


bau perlu dilengkapi leher angsa atau lubang ventilasi yang cukup
besar dan cukup tinggi.
6) Konstruksi jamban tidak menimbulkan kecelakaan misalnya atapnya
terlalu rendah, pegangan penutup lubung jamban yang tajam dan
sebagainya.

Ada 4 cara pembuangan tinja, yaitu : 5


1) Pembuangan tinja di atas tanah. Pada cara ini tinja dibuang begitu
saja di atas permukaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai
dan sebagainya. Cara demikian tentunya sama sekali tidak dianjurkan,
karena dapat mengganggu kesehatan.
2) Kakus lubang gali (pit privy). Cara ini merupakan salah satu yang
paling mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan
kedalam tanah dan lubang dibawah tanah, umumnya langsung terletak
dibawah + 90 cm = kedalaman sekitar 2,50 m. Dindingnya diperkuat
dengan batu, dapat di tembok ataupun tidak. Sesuai dengan daerah
pedesaan maka rumah kakus tersebut dapat dibuat dari bambu, dinding
bambu dan atap daun kelapa. Jarak dari sumber air minum sekurangkurangnya 15 meter, macam kakus ini hanya baik digunakan ditempat
dimana air tanah letaknya dalam.
3) Kakus Air (Aqua pravy). Cara ini hampir mirip dengan kakus lubang
gali, hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi
air, terletak langsung dibawah tempat jongkok. Cara kerjanya

37

merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic Tank. Fungsi


dari tank adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta
melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur
sangkar atau 4 persegi panjang, diletakkan vertikal dengan diameter
antara 90-120 cm.
4) Septic Tank. Septic Tank merupakan cara yang paling memuaskan dan
dianjurkan diantara pembuangan tinja dan dari buangan rumah tangga.
Terdiri dari tanki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air
ruangan masuk dan mengalami proses dekomposisi. Di dalam tanki, tinja
akan berada selama 1-3 minggu tergantung kapasitas tanki.

j. sampah
Sampah adalah semua atau produk sisa dalam bentuk padat,
sebagai akibat aktifitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan
tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang
tidak berguna. Menurut definisi World Health Organization (WHO)
sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan
manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Sumber-Sumber Sampah :
a. Sampah yang berasal dari pemukiman (domestic wastes)
Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil
kegiatan rumah tangga yang sudah dipakai dan dibuang, seperti
sisa-sisa makanan baik yang sudah dimasak atau belum, bekas
pembungkus baik kertas, plastik, daun, dan sebagainya, pakaian-

38

pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daundaunan dari kebun atau taman
b. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Sampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar,
tempat-tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api, dan
sebagainya. Sampah ini berupa kertas, plastik, botol, daun, dan
sebagainya.
c. Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah ini dari perkantoran baik perkantoran pendidikan,
perdagangan, departemen, perusahaan, dan sebagainya. Sampah ini
berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya.
Umumnya sampah ini bersifat anorganik, dan mudah terbakar
(rubbish).
d. Sampah yang berasal dari jalan raya
Sampah ini berasal dari pembersihan jalan, yang umumnya
terdiri dari : kertas-kertas, kardus-kardus, debu, batu-batuan, pasir,
sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daundaunan, plastik, dan sebagainya.
e. Sampah yang berasal dari industri (industrial wastes)
Sampah ini berasal dari kawasan industri, termasuk sampah
yang berasal dari pembangunan industri, dan segala sampah yang
berasal

dari

proses

produksi,

misalnya

sampah-sampah

pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng,


dan sebagainya.

39

f. Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan


Sampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian
misalnya: jerami, sisa sayur-mayur, batang padi, batang jagung,
ranting kayu yang patah, dan sebagainya.

g. Sampah yang berasal dari pertambangan


Sampah ini berasal dari daerah pertambangan, dan jenisnya
tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, maisalnya:
batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang), dan
sebagainya.

h. Sampah yang berasal dari petenakan dan perikanan


Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan ini,
berupa : kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai
binatang, dn sebagainya.
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi
volume sampah yang lebih baik dari cara pembakaran. Empat ( 4R )
prinsip yang dapat digunakan dalam menangani masalah sampah :
1. Reduce (Mengurangi); upayakan meminimalisasi barang atau
material yang kita pergunakan.
2. Re-use (Memakai kembali); pilihlah barang yang bisa dipakai
kembali. Hindari pemakaian barang yang disposable (sekali pakai,
buang).
3. Recycle (Mendaur ulang); barang yang sudah tidak berguna lagi,
bisa didaur ulang sehingga bermanfaat serta memiliki nilai tambah.

40

Perlu diingat tidak semua barang bisa didaur ulang, namun saat ini
sudah banyak industri formal dan industri rumah tangga yang
memanfaatkan sampah menjadi barang yang bermanfaat dan
memiliki nilai ekonomis.
4. Replace (Mengganti); Ganti barang barang yang hanya bisa dipakai
sekali dengan barang yang lebih tahan lama. Gunakn barangbarang yang lebih ramah lingkungan, misalnya, ganti kantong
keresek kita dengan keranjang bila berbelanja, dan jangan
pergunakan styrofoam karena kedua bahan ini tidak bisa
didegradasi secara alami.
Syarat tempat sampah yang baik adalah :
a) terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga tidak
mudah bocor, kedap air
b) tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya serta
dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup sampah ini dapat dibuka
atau ditutup tanpa mengotori tangan
c) ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah diangkat
oleh satu orang dan ditutup
4) harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau binatangbinatang lainnya seperti : tikus, ayam, kucing dan sebagainya.

k. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

41

Berdasarkan hasil survei yang dilakuakn didapatkan bahwa


seluruh warga memiliki sarana pembuangan air limbah yang baik. Hal
ini dikarenakankan bahwa kesadaran masyarakat yang baik dan
mengerti tentang pembuangan limbah yang berdekatan dengan sumber
air akan mengganggu sumber air tersebut.
Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang
berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat-tempat umum
lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu
lingkungan hidup.
Air limbah ini berasal dari berbagai sumber, secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
a. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes
water), yaitu air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk.
Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air
seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya
terdiri dari bahan-bahan organik.
b. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari
berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku
yang dipakai oleh masing-masing industi, antara lain nitrogen,
sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral,
logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu,

42

pengolahan jenis air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi


lingkungan menjadi lebih rumit.
c. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan
yang berasal dari daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran,
tempat-tempat umum, tempat-tempat ibadah, dan sebagainya. Pada
umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama
dengan air limbah rumah tangga.
Sesuai dengan zat-zat yang terkandung didalam air limbah maka air
limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain:
a. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama
kolera, typhus abdominalis, disentri baciler.
b. Menjadi media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen.
c. Menjadi tempat-tempat berkembangbiaknya nyamuk atau tempat hidup
larva nyamuk
d. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.
e. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan
hidup lainnya.
f. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tindak
nyaman dan sebagainya.
l. kandang ternak
Kandang ternak yang berada dekat dengan pemukiman
penduduk dapat menimbulkan gangguan seperti timbulnya bau yang

43

tidak sedap, selain itu bila kandang ternak berada dekat dengan sumber
air dapat mengakibatkan pencemaran pada air. Menurut Sutomo &
Wiranto (1994), dari penelitian yang pernah dilakukan menyatakan
bahwa, kotoran asal ternak bercampur dengan sisa pakan merupakan
limbah yang dapat mencemari lingkungan dan tidak baik terhadap
kesehatan. Dari sampel air sumur di sekitar kandang yang diperiksa
ternyata jumlah bakteri kolinya tinggi.
Untuk menghindari pencemaran yang berasal dari kandang
ternak, sebaiknya sumur berada jauh dari kandang ternak. Berdasarkan
ketentuan dari Departemen Kesehatan jarak minimal antara kandang
ternak dengan sumber air adalah 10 meter (Depkes RI, 1995).
Sedangkan beberapa komponen sanitasi kandang yang harus di
perhatikan antara lain menyangkut letak bangunan kandang. Beberapa
persyaratan letak kandang sebagai berikut :
1. Harus memperhatikan faktor hygiene. Faktor higiene lingkungan
penting untuk ternak maupun peternak, antara lain untuk menjamin
kesehatan ternak dan lingkungan sekitar.
2. Letak bangunan kandang juga harus jauh dari pemukiman penduduk.
Kandang di dalam rumah tertutup dapat menarik nyamuk, sehingga
memungkinkan kontak dengan manusia makin besar. Jarak kandang
dari rumah minimal 10 -20 m.
3. Dibangun di dekat areal pertanaman rumput, sehingga mempermudah
akses pada pakan.

44

4. Penggunaan sumber air untuk ternak tidak mengganggu ketersediaan


air bagi masyarakat. Persyaratan untuk topografi ini antara lain tempat
kandang harus lebih tinggi dari sekitar, tanah mudah menyerap air
sehingga mengurangi kemungkinan genangan air, kandang harus
kering dan tidak lembab. Diusahakan bangunan kandang agar dibuat
model panggung karena untuk mempermudah pemeliharaan dan
kebersihan.
5. Tempat tidak terlalu tertutup pepohonan rindang yang dapat
mengurangi sinar matahari dan sirkulasi udara. Sirkuklasi udara yang
baik akan membuat hewan ternak lebih baik.

B.2. Keluarga Berencana (KB)


Cakupan Peserta KB aktif dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah Peserta KB Aktif
X 100 %
Jumlah Pasangan Usia Subur dalam 1 tahun
= 43
x 100 % = 74,1%
58
Target pencapaian cakupan KB aktif di Puskesmas Cipedes
adalah 82,5% sedangkan cakupannya sebesar 74,1%, itu berarti
masih rendahnya pencapaian cakupan peserta KB aktif dari responden
yang memiliki PUS dengan peserta KB aktif.
Secara umum keluarga berencana adalah suatu usaha yang
mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa sehingga bagi
ibu maupun bayinya dan bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat
yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat
langsung dari kelahiran tersebut.

45

Peserta keluarga berencana (akseptor KB) adalah pasangan usia


subur dimana salah seorang dari padanya menggunakan salah satu
cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik
melalui program maupun non program. Peserta KB aktif adalah
pasangan usia subur yang pada saat pendataan masih menggunakan
salah satu cara atau alat kontrasepsi. Pasangan Usia subur (PUS)
adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik
bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur
istrinya antara 15 tahun sampai 44 tahun.
A.3 jumlah balita
Cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu merupakan
indikator tinggi/rendahnya partisipasi masyarakat di posyandu. (D/S)
merupakan persentase balita yang ditimbang di posyandu dibanding
seluruh balita yang ada di wilayah kerja posyandu.
Bila dihitung dari 5 responden yang memiliki anggota keluarga
balita, maka cakupan D/S nya adalah sebagai berikut :
D/S= Jumlah balita yang ditimbang x 100% = 2 x 100% = 40 %
Jumlah sasaran balita
5
Dari perhitungan diatas hanya didapatkan nilai D/S adalah
sebesar 40 %. Sedangkan Standar pelayanan minimal (SPM)
menargetkan tingkat partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu
(D/S) sebesar 80%.
Adanya balita yang tidak ditimbang setiap bulannya akan
menurunkan cakupan D/S. Masalah yang berkaitan dengan kunjungan
46

Posyandu antara lain: dana operasional dan sarana prasarana untuk


menggerakkan kegiatan Posyandu; tingkat pengetahuan kader dan
kemampuan petugas dalam pemantauan pertumbuhan dan konseling;
tingkat pemahaman keluarga dan masyarakat akan manfaat Posyandu;
serta pelaksanaan pembinaan kader.

47

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
Dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) yang dilakukan di wilayah kerja
Posyandu Haluma RW 06 Kelurahan Cipedes pada bulan Maret 2013
didapatkan :
Posyandu Haluma merupakan salah satu dari 20 posyandu yang berada
di Puskesmas Cipedes dengan jumlah penduduk sebanyak 225 jiwa dengan
rincian jumlah penduduk berkelamin laki laki yaitu sebanyak 106 (47,1%),
sedangkan jumlah penduduk berkelamin perempuan sebanyak 119 (52,9%).
Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan umur didapatkan jumlah penduduk
berusia 0 - 5 yaitu 5 (2,2%), berusia 6 11 31 (13,8%), berusia 12 16 yaitu
31 (13,8%), berusia 17 25 yaitu 32 (14,2%), berusia 26 35 yaitu 26
(11,6%), berusia 36 45 yaitu 32 (14,2%), berusia 46 55 yaitu 34 (15,1%),
berusia 56 65 yaitu 25 (11,1%), berusia lebih dari 65 yaitu 9 (4,0%).
Mayoritas masyarakat diposyandu haluma bekerja sebagai buruh.
Berdasarkan Teori Bloom derajat kesehatan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu lingkungan, perilaku masyarakat, layanan kesehatan dan genetik.
Permasalahan yang terdapat di Posyandu Haluma adalah sebagai berikut :
a. Lingkungan masyarakatnya berupa
1) Masih terdapat kandang ternak yang jaraknya < 10 m bahkan ada yang
menempel dengan rumah masyarakat.
2) Masih terdapat rumah masyarakat yang pekarangannya tidak terdapat
tumbuhan.

48

b. perilaku masyarakat berupa


1) Masih ada anggota keluarga yang merokok di dalam rumah.
2) Masih ada keluarga yang jendela rumahnya jarang dibuka.
c. pelayanan kesehatan
1) Belum tercapainya target cakupan peserta KB aktif dimana cakupan
peserta KB aktif pada responden didapatkan sebesar (74,1%),
sedangkan target yang harus dicapai adalah (82.5%).
2) Belum tercapainya target cakupan kunjungan masyarakat pada
kegiatan Posyandu (D/S) dimana cakupan D/S pada responden
didapatkan sebesar 40 %, sedangkan target yang harus dicapai adalah
80%.
3.2

Saran
1. Untuk Masyarakat
- Untuk kader sendiri apabila akan diadakan penimbangan, sebaiknya
diingatkan dengan menggunakan undangan agar para ibu tidak lupa.
2. Untuk Puskesmas
- Memberikan penyuluhan kepada masyarakat bahwa jarak kandang
-

dengan rumah yang baik adalah > 10 m


Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penggunaan
tanaman obat keluarga (toga) yang dapat digunakan untuk obat

obatan alami/herbal.
Melakukan penyuluhan bahaya merokok disekolah, terutama SMP dan
SMA. Dikarenakan pada masa ini seorang siswa mulai mencari jati

dirinya, banyak diantara siswa siswa tersebut mulai mencoba coba.


Mengadakan penyuluhan mengenai penggunaan KB dan fungsinya
baik untuk diri sendiri maupun keluarga didalam gedung maupun
diluar gedung (posyandu) dan konseling terhadap calon pengantin

(catin).
Memberikan pelatihan kepada kader bagaimana cara memberikan
penyuluhan kepada masyarakat agar para kader bisa memotivasi

49

masyarakat unuk menimbang bayinya atau balitanya pada saat


-

posyandu.
Mengadakan penyuluhan mengenai pentingnya penimbangan pada

saat posyandu baik didalam gedung maupun diluar gedung.


3. Untuk Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan oleh peneliti selanjutnya
dengan jumlah sampel yang lebih banyak lagi dan data-data yang lebih
lengkap. Sehingga nantinya benar benar didapatkan hasil penelitian
yang dapat mengkaji hal-hal yang belum dapat diketahui penulis dalam
penelitian ini.

50

Anda mungkin juga menyukai