Dengan berat hati dan sedih Dea pun mengikuti kedua orang tuanya pindah ke
Jakarta. Setelah mengetahui bahwa Dea akan pindah, Dea pun segera mengajak
temannya bermain dan mengucapkan salam perpisahan. Mendengar berita Dea pindah
teman-temannya pun menangis dan bersedih lalu mereka berpelukan untuk terakhir
kalinya.
Di lingkungan yang baru Dea cepat menyesuaikan diri dan memperoleh temanteman baru. Namun ada seorang anak laki-laki yang suka menjahili teman-teman
lainnya disebut bandit kelas yang bernama Dimas. Dimas bersama dua sahabatnya
selalu mempermainkan Rian dan Haris dan juga temen-teman lainnya, khususnya anakanak yang lebih lemah. Dea pun tidak tinggal diam, ia menyemangati teman-temannya
untuk menantang dan melawan perbuatan dimas dan dua sahabatnya itu.
Sesampainya dea di rumah, dea menceritakan semua kejadian di sekolah bersama
ibunya.
Bu, kenapa ya ada anak nakal seperti Dimas ? tanya Dea.
Dari mana kamu tau si Dimas itu anak nakal ?kamu jangan cepat menilai seseorang
lagian kan kamu masih anak baru mana mungkin kamu tau dia anak nakal. Ibunya pun
kembali mengingatkan.
Hmmm iya sih bu. Jawab Dea dengan datar.
Keesokan harinya tiba-tiba ayah Dea mengajak Dea dan ibunya untuk liburan ke
Bandung. Kita mau kemana sih yah ? dea bertanya
Kita mau liburan ke villanya bos ayah. Bos ayah mengajak kita liburan bersama
di vilanya yang di puncak.Udah tenang aja ini bakalan menjadi liburan yang tidak
terlupakan bagi kamu. Jawab ayah
Yeeeeee.....asiiiikkk....(teriak Dea kegirangan).
Sesampainya keluarga Dea di sana bos ayahnya menyambut mereka dengan
penuh kehangatan. Saat Dea memperkenalkan dirinya dan menceritakan di mana ia
bersekolah, Bos ayahnya menyadari bahwa anaknya satu sekolah dengan Dea. Lalu bos
ayahnya memanggil anaknya. Tidak lama kemudian anaknya keluar dari kamar dan
ikut bergabung bersama mereka. Dea pun terkejut ternyata yang dilihatnya adalah
Dimas. Teman sekelasnya yang suka menjahili Dea dan teman-temannya.
Dimas sekarang kamu ajak deh Dea bermain supaya dia tidak bosan. (kata ayah dimas).
Ayah saja sana yang mengajak dea jalan-jalan di dekat villa kita(Jawab Dimas dengan
ketus).
Loh, kamu kok gitu sih Dimas, dia kan tamu kamu juga. Lagian kamu dan Dea teman
sekelas dan biar kalian lebih saling kenal satu sama lain (jawab ayah dimas sambil
membujuk).
Iya deh yah, aku akan ajak Dea untuk bermain. (Dimas pun mulai mencari Dea dengan
wajah yang murung).
Dimas pun melihat dea yang sedang membaca.
Heh, dea ngapain sih kamu di sini ? pasti kamu mau mata-matain aku kan (tanya
Dimas dengan jutek).
Aku ke sini mau liburan. Iiih ogah mau ketemu kamu, ngapain juga aku mata-matain
kamu. Nggak penting banget sih (Dea sambil menjulurkan lidah kepada Dimas).
Ya uda sekarang kamu berani nggak kalau aku kasih tantangan ?(Dimas
menawarkannya kepada Dea).
Tantangan apa ? tanya dea
Adadeh,sekarang kamu berani nggak ? tanya Dimas.
Ok,siapa takut. Gue pasti bisa ngalahin lo. Jawab Dea dengan berani
Kamu yakin ? ok tantangannya kayak mana kalau kita berpetualang saja di hutan itu.
Jawab dimas.
Ok,kalau ke hutan itu sih aku nggak takut. Dea pun meninggalkan dimas.
Tahun berganti tahun Dea pun duduk di kelas akhir. Dea mulai disibukkan
dengan kegiatan sekolahnya termasuk Ujian Nasional (UN) dan Ujian Akhir Sekolah
(UAS). Ujian pun semakin dekat Dea mulai bingung menentukan universitas dan
fakultas yang akan ia pilih.
Pada awal April Ujian Nasional dilaksanakan. Dea pun telah mempersiapkan
diri untuk menghadapi ujian tersebut. Dea dengan percaya diri menjawab soal-soal
Ujian Nasional (UN). Hari pun berlalu ujian pun telah usai dan tibalah saatnya pesta
perpisahan yang diadakan dari pihak sekolah untuk melepas siswa-siswi yang duduk di
bangku akhir. Kesedihan pun terpancar dari wajah Dea dan teman-temannya karena
mereka akan berpisah untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Sebulan kemudian hasil pengumuman UN diumumkan,bahwasannya dea dan
teman-temannya dinyatakan lulus. Ketakutan dan kecemasan itu pun sirna karena hasil
ujiannya sangat memuaskan. Dea pun sangat senang. Akhirnya dea pun duduk di
bangku universitas yang ia inginkan. Tanpa sepengetahuan Dea, ternyata Dimas telah
kembali ke Jakarta dan satu Universitas dengannya. Mereka pun akhirnya bertemu tanpa
sengaja di kampus tersebut. Dengan canggung mereka saling menyapa karena selama
dua tahun tidak bertemu. Akhirnya Dea dan Dimas kembali bersahabat.