Bab I - Edit
Bab I - Edit
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Aceh merupakan daerah yang dikelilingi oleh laut, sebagian besar masyarakat
Aceh hidup sebagai nelayan. Menurut data sensus Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Aceh tahun 2008, sekitar 63.585 penduduk Aceh berprofesi sebagai nelayan dan
terdapat 17.714 kapal milik nelayan. Berdasarkan hasil survei peneliti di wilayah
penduduk nelayan di daerah Lampulo Banda Aceh. Saat ini, banyak nelayan-nelayan di
daerah Aceh khusunya Banda Aceh yang mengeluhkan kerusakan kapal yang
diakibatkan oleh korosi pada logam atau seng yang digunakan sebagai pelapis badan
perut bawah dan lunas kapal. Kerusakan logam atau seng sebagai pelapis badan perut
bawah dan lunas kapal memerlukan biaya besar dan waktu yang cukup lama untuk
perbaikannya.
Korosi lebih dikenal dengan istilah perkaratan. Korosi merupakan fenomena
kimia pada bahan-bahan logam yang disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasireduksi antara logam, oksigen (udara), dan air. Reaksi ini menghasilkan karat besi
(Roberge, 1999). Korosi dapat menimbulkan kerugian ekonomi bahkan membahayakan
keselamatan manusia. Korosi dapat menyebabkan kerusakan pada logam atau seng yang
digunakan untuk melapisi badan perut bawah dan lunas kapal, sehingga memerlukan
biaya untuk mengganti logam atau seng. Korosi dapat menyebabkan kerusakan yang
akan membentuk lubang pada logam atau seng, sehingga mengakibatkan bocornya kapal
dan dapat mengakibatkan tenggelamnya kapal (Fontana, 1987).
Hasil survei lapangan yang dilakukan di daerah penduduk nelayan Lampulo
Banda Aceh. Upaya yang telah dilakukan oleh nelayan untuk menghambat korosi
adalah:
a) penggunaan lembaran seng untuk menghambat proses perkaratan pada logam
b) menggunakan cat sebagai pelapis logam untuk menghambat perkaratan
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan banyak kerugian yang
ditimbulkan oleh korosi, maka kajian tentang korosi logam perlu dilakukan untuk
membantu pemeliharaan, dan perbaikan kerusakan kapal sehingga dapat mengurangi
kerugian yang lebih besar.
Tanin mangrove dapat menghambat korosi logam. Tanin mangrove adalah
penghambat karat yang berasal dari alam (Rahim et al., 2008). Penelitian ini mengkaji
komposisi campuran cat yang ditambahkan tanin kemudian dilapisi pada plat seng atau
besi untuk menghambat terjadinya korosi pada logam besi dan seng.
1.2. Permasalahan
Kerusakan bagian-bagian kapal yang terbuat dari logam sering terjadi proses korosi
(pengkaratan) yang disebabkan oleh air laut, sehingga memerlukan biaya yang cukup
besar dalam perawatan kapal nelayan.
cat yang digunakan adalah cat yang sering digunakan oleh nelayan di daerah
Lampulo Banda Aceh yaitu cat dengan Merek Nippon.
b)
mangrove Rhizopora apiculata, tumbuhan ini memiliki ciri-ciri berupa akar tunjang
yang besar dan berkayu, pucuk yang tertutup daun penumpu yang meruncing, buah
yang berkecambah serta berakar tunjang (Sukardjo, 1987).
c)
tanin yang digunakan adalah tanin terkondensasi yaitu, tanin pada pemanasan
dengan asam klorida menghasilkan phloroglucinol (Browning, 1966), yang
memiliki struktur :
d)
logam besi adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi yang memiliki simbol Fe
dalam elemen kimia (Wikipedia, 2010).
e)
seng merupakan lembaran tipis logam besi yang lapisan permukaanya dilapisi oleh
elemen kimia yang memiliki simbol Zn (Wikipedia, 2010).
f)
1.5
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi kepada
nelayan tentang penggunaan tanin mangrove sebagai zat penghambat korosi pada logam
besi dan seng.
1.6
Hipotesis
Campuran cat yang ditambahkan tanin mangrove kemudian dilapisi pada logam
besi dan seng dapat menghambat proses terjadinya korosi pada logam, sehingga perlu
dilakukan penelitian untuk menentukan komposisi yang tepat campuran antara cat dan
tanin mangrove.