Anda di halaman 1dari 13

KASUS FORD PINTO

Ford Pinto adalah mobil yang diproduksi oleh perusahaan Ford. Dalam memenuhi
keinginan untuk memenangkan persaingan yang kuat dari Volkswagen, presiden Ford Motor
Co. Lee lacocca, memutuskan untuk memperkenalkan mobil baru pada tahun 1970 yang
diberi nama Pinto. Secara keseluruhan, tujuannya adalah memproduksi mobil yang beratnya
dibawah 2000 pound dengan harga $2.000 atau kurang. Desain sebelum produksi dan
pengecekan biasanya membutuhkan waktu sekitar 3,5 tahun dan rencana produksi aktual
akan memakan waktu lebih lama, tetapi Ford memulai desainnya tahun 1968 dan produksi
dimulai tahun 1970.
Proyek Pinto diawasi oleh Robert Alexander, wakil presiden teknik mobil dan telah
disahkan oleh Komite Perencanaan Produk Ford, yang terdiri dari lacocca, Alexander, dan
wakil presiden teknik kelompok Ford, Harold MacDonald. Para insinyur di Ford yang bekerja
pada proyek tersebut bertanggung jawab kepada supervisor langsung mereka, dimana
melakukan hal yang sama selanjutnya kepada atasan mereka, dan selanjutnya juga kepada
Alexander dan MacDonald dan akhirnya lacocca.
Kontroversi seputar Ford Pinto menyangkut penempatan tangki bahan bakar mobil.
Banyak laporan yang dilewatkan dalam rantai komando selama desain dan proses
persetujuan, termasuk beberapa hasil tes tabrakan, dan usulan untuk memperbaiki
kecenderungan mobil akan meledak pada bagian belakang ketika dipacu pada kecepatan 21
mil per jam. Kecenderungan ini disebabkan karena Penempatan tangki bahan bakar terletak

di belakang poros belakang, bukan di atasnya. Hal ini dilakukan untuk menciptakan ruang
bagasi yang lebih besar. Masalah dengan desain, yang kemudian menjadi jelas, adalah bahwa
itu membuat Pinto lebih rentan terhadap tabrakan belakang. Kerentanan ini ditingkatkan
dengan fitur lain dari mobil. Tangki gas dan poros belakang dipisahkan dengan hanya
sembilan inci. Ada juga baut yang diposisikan dengan cara yang mengancam tangki bensin.
Akhirnya, desain pipa pengisi bahan bakar menghasilkan probabilitas yang lebih tinggi yang
akan memutuskan sambungan dari tangki dalam hal terjadi kecelakaan bias terjadi,
menyebabkan tumpahan gas yang dapat menyebabkan kebakaran yang berbahaya. Karena
banyaknya kelemahan dalam desain ini, Pinto menjadi pusat perdebatan publik.

Perbaikan yang seharusnya dapat dilakukan oleh Ford diantaranya merubah posisi tangki
sebelumnya di bagian belakang mobil menjadi di atas roda belakang yang akan memperkecil
bagasi mobil atau memasang rubber bladder di tangki bensin. Ford mencoba untuk
memasang rubber bladder, tetapi ini memakan banyak biaya. Biaya yang dikeluarkan untuk
memasang rubber bladder jauh melebihi manfaatnya.
Kronologi kasus I

Pada tanggal 10 Agustus 1978, sebuah Ford Pinto ditabrak dari belakang di jalan raya
Indiana. Hantaman tabrakan itu menyebabkan tangki bahan bakar Pinto pecah, meledak dan
terbakar. Hal ini mengakibatkan kematian tiga remaja putri yang berada di dalam mobil itu.
Kejadian ini bukan pertama kalinya. Dalam tujuh tahun sejak peluncuran Pinto, sudah ada 50
tuntutan hukum yang berhubungan dengan tabrakan dari belakang. Meskipun demikian, kali
ini Ford dituntut di pengadilan criminal akibat penumpangnya tewas.

Untuk kasus ini, desainer dan pihak Ford secara keseluruhan tidak memikirkan dampak
berbahaya yang bisa terjadi. Desain dari mobil Ford Pinto tidak memikirkan aspek keamanan
dan keselamatan nyawa pengemudi dan penumpangnya.
Dilema yang dihadapi para desainer yang mengerjakan Pinto adalah menyeimbangkan
keselamatan orang yang mengendarai mobil dan kebutuhan untuk memproduksi Pinto dengan
harga yang dapat bersaing di pasar. Mereka harus berusaha menyeimbangkan tugas mereka
kepada public dan tugas mereka kepada atasan. Akhirnya usaha Ford untuk menghemat
beberapa dolar dalam biaya manufaktur mengakibatkan pengeluaran jutaan dolar untuk
membela diri dari tuntutan hukum dan membayar ganti rugi korban. Tentu saja ada juga
kerugian akibat hilangnya penjualan akibat publisitas buruk dan persepsi publik bahwa Ford
tidak merancang produknya untuk keamanan pengendara.Semua menjadi dilemma. Karena
sangat sulit kalau sebuah institusi lebih mengutamakan laba perusahaan daripada nyawa
manusia.

Pada awalnya desain yang berbahaya ini telah diketahui oleh perusahaan Ford
sebelum mobil Ford Pinto dipasarkan, namun Ford lebih memilih untuk membayar biaya
ganti rugi kematian daripada mendesain ulang tangki bahan bakar, karena dirasa akan
membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mendesain ulang tangki bahan bakar.

Kronologi kasus II

Pada bulan November 1971, Grays membeli baru 1972 Pinto hatchback yang
diproduksi oleh Ford pada bulan Oktober 1971. The Grays mengalami kesulitan dengan
mobil dari awal. Selama beberapa bulan pertama kepemilikan, mereka harus mengembalikan
mobil ke dealer untuk perbaikan beberapa kali. Masalah mobil mereka termasuk gas yang
berlebihan dan konsumsi minyak, turun pergeseran transmisi otomatis, kurangnya daya, dan
sesekali mengulur-ulur. Ia kemudian mengetahui bahwa mengulur-ulur dan konsumsi bahan
bakar yang berlebihan disebabkan oleh pelampung karburator berat.
Pada tanggal 28 Mei 1972, Mrs Gray, disertai dengan 13 tahun Richard Grimshaw,
ditetapkan dalam Pinto dari Anaheim untuk Barstow untuk bertemu Mr Gray. The Pinto saat
itu berusia 6 bulan dan telah didorong sekitar 3.000 mil. Mrs Gray berhenti di San Bernardino
untuk bensin, kembali ke jalan bebas hambatan (Interstate 15) dan melanjutkan ke arah tujuan
nya di 60-65 mil per jam. Saat ia mendekati Route 30 off-jalan di mana lalu lintas padat, ia
pindah dari jalur cepat ke luar jalur tengah dari jalan bebas hambatan. Tak lama setelah

perubahan jalur ini, Pinto tiba-tiba terhenti dan meluncur berhenti di jalur tengah. Ia
kemudian menetapkan bahwa pelampung karburator telah menjadi begitu jenuh dengan
bensin yang tiba-tiba tenggelam, membuka ruang mengambang dan menyebabkan mesin
untuk banjir dan kios. Sebuah mobil bepergian segera balik Pinto mampu berbelok dan
menyebarkannya tetapi driver dari 1962 Ford Galaxie tidak mampu untuk menghindari
bertabrakan dengan Pinto. The Galaxie telah bepergian 50-55 mil per jam tapi sebelum
dampaknya telah mengerem dengan kecepatan 28-37 mil per jam.
Pada saat dampak, Pinto terbakar dan interior yang dilalap api. Menurut ahli
penggugat, dampak dari Galaxie telah didorong tangki gas Pinto depan dan menyebabkan ia
menjadi tertusuk oleh flens atau salah satu baut di perumahan diferensial sehingga bahan
bakar disemprotkan dari tangki bocor dan masuk ke kompartemen penumpang melalui
kesenjangan yang dihasilkan dari pemisahan bagian roda belakang baik dari lantai pan. Pada
saat Pinto datang untuk beristirahat setelah tumbukan, kedua penghuni telah menderita luka
bakar serius. Ketika mereka muncul dari kendaraan, pakaian mereka hampir sepenuhnya
terbakar. Mrs Gray meninggal beberapa hari kemudian dari gagal jantung kongestif akibat
luka bakar. Grimshaw berhasil bertahan hidup, tetapi hanya melalui tindakan medis heroik.
Dia telah mengalami banyak dan luas operasi dan cangkok kulit dan harus menjalani operasi
tambahan selama 10 tahun ke depan. Dia kehilangan bagian dari beberapa jari di tangan
kirinya dan bagian dari telinga kirinya, sementara wajahnya diperlukan banyak cangkok kulit
dari berbagai bagian tubuhnya.

Pertanyaan dan jawaban :


1. Apakah keputusan untuk tidak memasang rubber bladder tepat? Gunakan kerangka
kerja pendekatan 5 pertanyaan untuk mendukung analisis anda?

Menurut kelompok kami, keputusan untuk tidak memasang rubber bladder tidak tepat.
Analisis berdasarkan pendekatan 5-Question:
Question 1 : Profitability
Perusahaan Ford tidak menginstal rubber bladder karena memakan banyak biaya, sedangkan
jika rubber bladder tidak dipasang bisa menghemat biaya. Dalam kasus ini terlihat Ford lebih
mencari profit daripada menginstal rubber bladder demi keselamatan penumpang. Disisi lain
konsumen telah dirugikan karena sebenarnya produk tersebut mengancam keselamatannya.
Question 2 : Legality
Ford melakukan pelanggaran legalitas karena dalam proses uji kecelakaan, Ford melakukan
lobby dengan Pemerintah dan uji kecelakaan ditunda selama 8 tahun, padahal Ford Pinto
sudah dijual ke pasaran sebelum uji kecelakaan tersebut. Ford berusaha menyembunyikan
kecacatan produknya kepada konsumen dengan tetap menjual produknya tanpa mendesain
produknya tersebut dengan standar uji kelayakan.
Question 3: Fairness
Dilihat dari sisi konsumen Ford jelas tidak fair, karena telah menjual produknya kepada
konsumen namun tidak dilengkapi dengan desain yang layak, terutama menyangkut
keselamatan dari penumpang. Pada kasus ini Ford tidak berusaha menginstal rubber bladder
karena biayanya sangat tinggi. Padahal Ford mengetahui akibat dari hal tersebut bagi
konsumennya.
Question 4 : Impact on Right
Ford berusaha untuk tidak transparan terhadap produk mobilnya tersebut. Ada uji kelayakan
yang sebenarnya tidak menjamin keselamatan penumpang, seperti mobil akan meledak jika
digunakan pada kecepatan 21 mil per jam karena letak tangki gas mobil di antara roda dan
bumper belakang. Dalam kasus ini, Ford tidak menjamin hak konsumen terhadap kelayakan
serta keselamatan mengendarai mobil Ford Pinto.
Question 5 : does it contribute to suistanable development/and or survivability?
Jika suatu saat konsumen mengetahui kecacatan dari produk Ford tersebut akan menimbulkan
masalah baru. Konsumen menjadi tahu bahwa produk tersebut tidak layak. Sehingga
konsumen akan berhati-hati memilih produk Ford. Atau bahkan tidak lagi membeli produk
Ford. Karena bagi konsumen keselamatan penumpang adalah masalah utama yang harus
diperhatikan.

2. Kesalahan apa yang bisa anda identifikasi pada analisis biaya manfaat Ford?
Dalam kasus ini Ford terlalu menekan biaya produksi sebesar $2000 untuk
memproduksi sebuah mobil dengan harapan memperoleh profit sebesar mungkin. Ford
mendesain mobil dengan meletakkan tangki bensi di bawah bumper belakang dengan harapan
membuat bagasi lebih luas, saat uji kelayakan ternyata Ford Pinto langsung meledak saat
ditabrak dari belakang. Dari uji kelayakan tersebut seharusnya Ford dapat melakukan
pemindahan posisi tangki atau memasang rubber bladder di tangki. Namun Ford tidak
melakukan itu karena biaya yang dikeluarkan lebih banyak. Ford lebih memilih membayar
ganti rugi konsumen dari pada harus memasang rubber bladder.
Benefits
Savings: 180 burn deaths, 180 serious burn injuries, 2100 burned vehicles
Unit cost: $200,000 per death, $67,000 per injury, $700 per vehicle
Total Benefit: (180 x $200,000) + (180 x $67,000) + (180 x $700) = $49.5 million
Costs
Sales: 11 million cars, 1.5 million lights trucks
Unit cost: $11 per car, $11 per truck
Total cost: (11,000,000x$11) + (1,500,00 x $11) = $137 million
3. Haruskah Ford membebankan kepada konsumen Pinto untuk membayar biaya
pemasangan rubber baldder, katakanlah sebesar $20 ?
Tidak perlu, karena rubber bladder seharusnya diinstal oleh Ford Pinto karena
kesalahan perusahaan Ford. Konsumen seharusnya tidak perlu dibebani $20 untuk
mendapatkan rubber bladder, karena itu merupakan tanggung jawab perusahaan Ford untuk
pengguna Ford Pinto. Kebijakan pembebanan $20 tersebut kami rasa tidak etis, karena Ford
seakan-akan ingin mendapat ganti rugi karena kesalahan mereka sendiri, dan jika itu
diumumkan ke publik sama saja memberi tahu publik akan bahaya Ford Pinto tanpa instalasi
rubber bladder.

KESIMPULAN
Kesalahan yang dilakukan oleh Ford, yaitu:
1. Menyelesaikan desain, proses pra produksi, pengaturan produksi dalam kurun waktu 2
tahun, yang seharusnya memakan waktu 3,5 tahun.
2. Menetapkan harga jual sebesar $2.000 atau kurang yang artinya akan meminimalkan
biaya-biaya. Padahal sebenarnya ada beberapa biaya yang harus ditambahkan demi
menunjang kesempurnaan mobil yang menjaga keselamatan konsumennya.
3. Desain mobil Pinto yang dinilai cacat. Pertama keunggulan bagasi yang luas dengan
menempatkan tangki gas di bagian belakang mobil yang dapat memicu kebakaran
ketika mobil ditabrak dari belakang. Kedua ketika terjadi tabrakan, pintu mobil
menjadi sulit dibuka sehingga pengendara dan penumpang akan terperangkap di
dalamnya.
Akibat yang harus diterima Ford, yaitu:
1. Biaya ganti rugi kematian konsumen sebesar $200.000.
2. Reputasi perusahaan Ford yang sudah buruk dimata calon konsumen.
3. Berbagai macam gugatan dilayangkan oleh keluarga konsumen terhadap Ford Motor
Co. yang merasa dirugikan.
4. Ford melakukan penarikan atas unit Pinto yang telah beredar di pasaran untuk
diperbaiki dan di desain ulang yang juga menambah biaya yang tidak pernah dihitung
sebelumnya.
Menurut kelompok kami, tindakan yang diambil Ford sudah jelas salah karena hanya
mementingkan tujuan perusahaan dan dengan sengaja tidak memperhitungkan keselamatan
konsumen Ford Pinto yang melanggar etika dalam pembuatan mobil Pinto. Kesengajaan yang
dilakukan oleh Ford yang memakan banyak korban meninggal saat mengendarai mobil Pinto
pasti akan merusak citra perusahaan dan kepercayaan konsumen akan produk-produk Ford.
Keefisienan pengaturan biaya yang diterapkan oleh Ford Motor Co. pada mobil Pinto justru
mengakibatkan banyak masalah bagi Ford Motor Co., padahal konsumen akan mau
membayar lebih untuk desain atas kenyamanan, keamanan, fasilitas dan lain-lain.
Etika yang berkaitan :
1. Teori Keutamaan (Virtue)

Teori keutamaan berasal dari manusianya. Teori keutamaan tidak menanyakan tidakan
mana yang etis dan tidak mana yang tidak etis. Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu
tindakan, tetapi berasal dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus
dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat atau karakter
yang mencerminkan manusia hina. Sifat keutamaan antara lain: kebijaksanaan, keadilan
dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis, sifat utama yang perlu dimiliki
antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness), kepercayaan dan keuletan.
Menurut kelompok kami, kasus ini bermula dari keinginan presiden Ford Motor Co., Le
lacocca yang memutuskan untuk memproduksi Pinto dengan proses singkat, biaya
diminimalisasikan, sehingga desain yang dilakukan oleh para insinyur Ford hanya
memaksakan dengan biaya seminimal mungkin untuk mencapai target harga $2.000.
Tindakan yang diambil Lee lacocca ini dapat kita lihat dari karakter/sifat lacocca yang
kurang baik, sehingga ia mengabaikan hal-hal penting yang berdampak fatal.
2. Teori Egoisme Etis
Egoisme terbagi menjadi dua. Pertama, egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri.
Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri, yang
ditandai dengan ciri mengabaikan atau merugikan kepentingan orang lain.
Menurut kelompok kami, kasus mobil Pinto Ford Motor Co. juga berkaitan dengan teori
egoisme etis karena proses desain, pengujian pra produksi dilakukan dalam waktu yang
cepat dibandingkan dengan waktu normalnya, sehingga ada beberapa laporan-laporan
rantai komando yang terlewatkan.
Dampak bagi pemangku kepentingan :
1. Pemilik Ford Motor Co.
Dampak yang didapat oleh Ford Motor Co. yaitu citra perusahaan buruk hanya karna
1 produk mobil yaitu Pinto. Konsumen akan menganggap bahwa mobil keluaran Ford
berkualitas sama buruknya dengan Pinto, padahal belum tentu semua mobil-mobil
yang dikeluarkan oleh Ford berkualitas buruk sama dengan Pinto. Dampak lainnya

yaitu banyak biaya yang tidak terduga yang harus dikeluarkan oleh Ford untuk ganti
rugi atas keluhan-keluhan konsumen dan penjualan yang turun drastis untuk produkproduk Ford lainnya.
2. Konsumen
Dampak yang didapat oleh konsumen adalah kematian. Karena informasi mengenai
keselamatan pengemudi disembunyikan oleh Ford. Akibatnya mereka terjebak di
dalam mobil tanpa tau bagaimana cara menyelamatkan diri jika terjadi kecelakaan.
Dampak lainnya yaitu konsumen sudah tidak percaya lagi dengan Ford dan menjadi
lebih selektif untuk memilih mobil yang akan dibelinya.
3. Pemasok
Dampak bagi pemasok-pemasok Ford adalah kehilangan penjualan spare part yang di
suplai ke Ford Co. untuk produk Pinto.
4. Pemerintah
Dampak bagi pemerintah adalah pemerintah harus meninjau ulang peraturan
mengenai keselamatan penumpang yang harus dipenuhi oleh perusahaan mobil serta
memberikan sanksi tegas bagi perusahaan yang melanggar aturan tersebut.

LAPORAN STUDI KASUS

FORD PINTO

Mata Kuliah : Etika Bisnis Dan Profesi


Dosen Pegampu : Drs. Syamsul Hadi, M.S., Ak., CA.
Oleh :
Ade Festiananta Permatasari
Rani Dwi Anggraini
Widyani Indah Dewanti
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015

Anda mungkin juga menyukai