PENDAHULUAN
Dalam reformasi di bidang keuangan negara, perubahan yang signifikan adalah
perubahan di bidang akuntansi pemerintahan. Perubahan di bidang akuntansi pemerintahan ini
sangat penting karena melalui proses akuntansi dihasilkan informasi keuangan yang tersedia bagi
berbagai pihak untuk digunakan sesuai dengan tujuan masing-masing. Karena begitu eratnya
keterkaitan antara keuangan pemerintahan dan akuntansi pemerintahan, maka sistem dan proses
yang lama dalam akuntansi pemerintahan banyak menimbulkan berbagai kendala sehingga
belum
sepenuhnya
mendukung
terwujudnya good
governance dalam
penyelenggaraan
BAB II
PEMBAHASAN
berbasis CTA juga kurang memberikan rekam jejak atas perubahan nilai ekuitas pemerintah,
karena setiap transaksi terkait aset dan kewajiban akan langsung membebani ekuitas. Dengan
demikian informasi akrual hanya dapat disajikan secara periodik yaitu pada saat pelaporan
(semester dan tahunan). Bila sewaktu-waktu dibutuhkan informasi hak dan kewajiban maka
diperlukan usaha-usaha tambahan yang tidak berdasarkan sistem (by system).
Integrasi dengan SPAN juga sangat sulit dilakukan. SPAN menggunakan Commercial Off
The Shelf(COTS) yaitu Oracle Finance yang menyediakan sistem berdasarkan pilihan hanya
basis kas atau basis akrual, tidak untuk Modified Accrual sehingga bila menggunakan Kas
Menuju Akrual tetap menggunakan aplikasi yang dikembangkan sendiri seperti yang ada saat ini.
Sistem Perbendaharaan Anggaran Negara (SPAN) merupakan Sistem Informasi yang
menggabungkan beberapa fungsi, seperti Perencanaan Anggaran, Pelaksanaan Anggaran,
Manajemen Kas, Akuntansi dan Pelaporan dalam satu sistem aplikasi. Sistem Informasi
Keuangan Negara mengintegrasikan kegiatan mendokumentasikan setiap transaksi keuangan dan
mendukung penyajian laporan keuangan dan managerial. SPAN didesain dengan relasi yang baik
antara pemilihan software, hardware, SDM, prosedur, kontrol, dan data dan operasi terotomasi
secara penuh serta bermuara pada database yang terpusat. SPAN bertujuan meningkatkan
efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam pengelolaan anggaran dan
perbendaharaan negara, menyempurnakan proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi
keuangan negara yang terintegrasi, memberikan informasi yang komprehensif dan tepat waktu
tentang posisi keuangan pemerintah pusat, dan memudahkan pengambilan keputusan dalam
manajemen keuangan pemerintah.
Basis akrual adalah suatu basis akuntansi di mana transaksi ekonomi atau peristiwa
akuntansi diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi
tersebut, tanpamemperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Basis
akrual digunakan untuk pengukuran aset, kewajiban dan ekuitas dana. Akuntansi berbasis akrual
merupakaninternational best practice dalam pengelolaan keuangan modern yang sesuai dengan
prinsip New Public Management (NPM) yang mengedepankan transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan.
Akrual basis mendasarkan konsepnya pada dua pilar yaitu:
A. Pengakuan pendapatan :
Saat pengakuan pendapatan pada basis akrual adalah pada saat pemerintah mempunyai
hak untuk melakukan penagihan dari hasil kegiatan pemerintah. Dalam konsep basis akrual,
mengenai kapan kas benar-benar diterima menjadi hal yang kurang penting. Oleh karena itu,
dalam basis akrual kemudian muncul estimasi piutang tak tertagih, sebab penghasilan sudah
diakui padahal kas belum diterima.
B. Pengakuan biaya/beban :
Pengakuan biaya/beban dilakukan pada saat kewajiban membayar sudah terjadi.
Sehingga dengan kata lain, pada saat kewajiban membayar sudah terjadi, maka titik ini dapat
dianggap sebagaistarting point munculnya biaya/beban meskipun biaya tersebut belum dibayar.
Dibandingkan akuntansi berbasis kas dan CTA, akuntansi berbasis akrual memiliki kelebihan
antara lain:
Dengan memenuhi azas semakin baik informasi, maka semakin baik keputusan
menghasilkan Laporan Keuangan yang lebih baik untuk tujuan pengambilan keputusan
karena pengalokasian sumber daya dapat diketahui lebih akurat
Penilaian kinerja yang lebih akurat dalam satu tahun pelaporan karena penilaian
kesehatan keuangan dikaitkan pada kinerja organisasi pemerintah
Dapat menyajikan nilai aset, kewajiban dan ekuitas yang lebih baik
Mewaspadai risiko default hutang yang akan jatuh tempo bersanksi denda
Memungkinkan perundingan dan penjadwalan utang yang mungkin tak mampu dibayar
di masa depan yang masih jauh, tanpa tergesa-gesa
Permintaan hair cut apabila posisi keuangan terlihat tidak tertolong lagi menjadi masuk
akal di mata negara/lembaga donor
Memberi gambaran keuangan lebih menyeluruh tentang keuangan negara dari sekadar
gambaran kas
Mengubah perilaku keuangan para penggunanya menjadi lebih transparan dan akuntabel
Sedangkan kelemahan yang perlu diperhatikan adalah akuntansi berbasis akrual relatif lebih
kompleks dibanding basis akuntansi kas maupun basis CTA, sehingga membutuhkan Sumber
Daya Manusia (SDM) pengelola keuangan dengan kompetensi akuntansi yang memadai.
Tahun 2011
Menyusun proses bisnis dan sistem akuntansi untuk penerapan akuntansi berbasis akrual
Tahun 2012
Mengembangkan Sistem Akuntansi dan pedoman yang akan digunakan dalam penerapan
akuntansi berbasis akrual,
Melaksanakan capacity building berupa training dan sosialisasi SAP berbasis akrual
kepada seluruh stakeholders yang terlibat,
Tahun 2013
Melakukan uji coba implementasi Konsolidasi LK, penyempurnaan sistem dan capacity
building,
Tahun 2014
Implementasi secara paralel penerapan basis CTA dan akrual dalam Laporan Keuangan,
tetapi Laporan Keuangan yang diberi opini oleh BPK adalah yang berbasis CTA.
Tahun 2015
Perbedaan utama antara Basis Kas Menuju Akrual dengan Basis Akrual adalah pada basis
pengakuan pendapatan dan biaya. Sebagaimana dijelaskan pengakuan dan pengukuran
pendapatan dan biaya pada basis kas dilakukan berdasarkan masuk dan keluarnya kas, sementara
basis akrual berdasarkan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas
diterima atau dibayarkan.
Sedangkan unsur laporan keuangan pemerintah berbasis akrual terdiri dari:
Laporan Pelaksanaan Anggaran, yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Perubahan SAL
Laporan Finansial, yang terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas dan Laporan Arus Kas. Adapun Laporan Operasional (LO) disusun untuk
melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan LO,
Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Neraca merupakan laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus akuntansi
berbasis akrual (full accrual accounting cycle) sehingga penyusunan Laporan Operasional,
Laporan
Perubahan
Ekuitas,
dan
Neraca
mempunyai
keterkaitan
yang
dapat
Catatan atas Laporan Keuangan. CaLK meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas
nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang
diharuskan
dan
dianjurkan
oleh
Pernyataan
Standar Akuntansi
Pemerintahan
serta
pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan
keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. CaLK bertujuan
untuk meningkatkan transparansi laporan keuangan dan penyediaan pemahaman yang lebih baik
atas informasi keuangan pemerintah
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan
Dalam rangka mendukung penerapan basis akuntansi akrual, penggunaan teknologi yang
andal amat diperlukan guna mendukung keberhasilan pengolahan data baik pada masa transisi
maupun pada masa penerapan basis akrual secara penuh. Persiapan di bidang teknologi informasi
terutama diarahkan untuk pengembangan sistem akuntansi. Pengembangan sistem akuntansi
berbasis akrual membutuhkan suatu sistem akuntansi untuk mengakomodasinya. Kementerian
Keuangan telah mengembangkan :
SPAN (Sistem Perbendaharaan dan Anggaran Negara). Sistem SPAN telah diluncurkan
pada tanggal 19 Agustus 2013.
SAKTI
(Sistem
Akuntansi
Tingkat
Instansi).
Sistem
ini
telah
dilakukan
politik dari para pengambil keputusan dalam pemerintahan, karena upaya penerapan akuntansi
berbasis akrual memerlukan dana yang besar dan waktu yang lama, bahkan lebih lama dari masa
periode jabatan presiden, gubernur, bupati, walikota, dan anggota DPR/DPRD.
Menurut Simanjuntak (2010) dan Bastian (2006), dukungan yang kuat dari pimpinan
merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Salah satu penyebab kelemahan
penyusunan Laporan Keuangan pada beberapa Kementerian/Lembaga adalah lemahnya
komitmen pimpinan satuan kerja khususnya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) penerima
dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan. Kejelasan perundang-undangan mendorong penerapan
akuntansi pemerintahan dan memberikan dukungan yang kuat bagi para pimpinan
kementerian/lembaga di pusat dan Gubernur/Bupati/Walikota di daerah.
3.
Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional dalam pengelolaan keuangan. Penyiapan dan
penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi
pemerintahan. Selain itu, menurut Simanjuntak (2010) dan Bastian (2006), pada saat ini,
kebutuhan tersebut sangat terasa dengan semakin kuatnya upaya untuk menerapkan akuntansi
pemerintahan berbasis akrual. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius
menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan. Termasuk di dalamnya
memberikan sistem insentif dan remunerasi yang memadai untuk mencegah timbulnya praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) oleh SDM yang terkait dengan akuntansi pemerintahan.
Di samping itu, peran dari perguruan tinggi dan organisasi profesi tidak kalah pentingnya untuk
memenuhi kebutuhan akan SDM yang kompeten di bidang akuntansi pemerintahan.
Training kepada stakeholders diperlukan untuk menguatkan komitmen, penguatan
kompetensi SDM dan meminimalisasi risiko ketidakandalan data keuangan. Berdasarkan peta
pemangku kepentingan, maka training kesiapan implementasi basis akrual dibagi ke dalam 3
(tiga) level, yaitu Level Penentu Komitmen dan Politis, Level Manajerial dan Level Teknis.
Secara umum, melalui Program Integrasi Sosialisi/Training ini diharapkan semua pemangku
kepentingan memahami dan mendukung implementasi basis akrual dan bersama-sama
mengupayakan pencapaian opini terbaik pada LKKL dan LKPP Tahun 2015.
4.
yang lama dan enggan untuk mengikuti perubahan. Untuk itu, perlu disusun berbagai kebijakan
dan dilakukan berbagai sosialisasi kepada seluruh pihak yang terkait, sehingga penerapan
akuntansi pemerintahan berbasis akrual dapat berjalan dengan baik tanpa ada resistensi.
Kompleksitas akuntansi akrual dapat menimbulkan resistensi di K/L, khususnya bagi para pelaku
akuntansi dan penyusunan laporan keuangan. Adanya resistensi dari lembaga legislatif untuk
mengadopsi penganggaran akrual. resistensi ini seringkali akibat dari terlalu kompleksnya
penganggaran akrual.
Blondal
(2003)
sebagaimana
dikutip
oleh
Boothe
(2007)
dalam
Halim
pengeluaran untuk proyek tersebut (Blondal (2003) sebagaimana dikutip oleh Boothe (2007)
dalam Halim (2012),
5.
Lingkungan/Masyarakat
Apresiasi dan dukungan dari masyarakat sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan
penerapan akuntansi pemerintahan. Masyarakat perlu didorong untuk mampu memahami laporan
keuangan pemerintah, sehingga dapat mengetahui dan menyadari penggunaan atas penerimaan
pajak yang diperoleh dari masyarakat maupun pengalokasian sumber daya yang ada. Dengan
dukungan yang positif diharapkan masyarakat mendorong pemerintah untuk lebih transparan dan
akuntabel dalam menjalankan kebijakannya.
6.
Pendanaan
Dalam rangka pelaksanaan pelatihan akrual, Pemerintah membutuhkan dana yang sangat
besar dengan mempertimbangkan jumlah satuan kerja ( 24.000) yang tersebar di seluruh
Indonesia, kelompok stakeholders (pemangku kepentingan) serta jenis komunikasi dan
pelatihan yang dibutuhkan untuk berbagai level. Untuk itu, selain dana yang berasal dari APBN,
Pemerintah juga mendapat komitmen untuk bantuan dan dukungan dari negara-negara sahabat
dan lembaga internasional, seperti dari Australia melalui program GPF-AIP dan Bank Dunia.
7.
Penerapan akuntansi akrual dapat berakibat terhadap penurunan ekuitas sebagai akibat
penyusutan dan amortisasi, dimana hal ini akan tercermin dalam nilai buku yang disajikan
laporan keuangan pemerintah.
8.
Penerapan akuntansi berbasis akrual dapat berakibat pada penurunan kualitas laporan
keuangan (opini audit LKKL dan LKPP menurun), hal ini dimungkinkan terjadi bila pemerintah
kurang mengantisipasi dampak penyusunan laporan keuangan berbasis akrual yang jauh lebih
kompleks.
Dari beberapa permasalahan tersebut, salah satu poin penting dalam penerapan akuntansi
berbasis akrual adalah juga harus diterapkan anggaran berbasis akrual. Anggaran berbasis akrual
ini sulit diterapkan di organisasi pemerintahan karena sangat kompleks. Dalam akuntansi
anggaran mensyaratkan adanya pencatatan dan penyajian akun operasi sejajar dengan
anggarannya. Pemerintah telah berupaya mengatasi permasalahan ini dengan membangun Sistem
Perbendaharaan dan Anggaran Negara (SPAN), yaitu suatu sistem yang berbasis teknologi
informasi ditujukan untuk mendukung pencapaian prinsip-prinsip pengelolaan anggaran tersebut.
Seluruh proses yang terkait dengan pengelolaan anggaran yang meliputi penyusunan anggaran,
manajemen dokumen anggaran, manajemen komitmen pengadaan barang dan jasa, manajemen
pembayaran, manajemen penerimaan negara, manajemen kas dan pelaporan diintegrasikan ke
dalam SPAN. Perubahan yang signifikan tersebut menuntut perbaikan pada proses bisnis yang
dijalankan dan perubahan pola pikir para pihak yang terlibat pada proses bisnis tersebut, baik
pengguna langsung dari Departemen Keuangan (internal), maupun dari kementerian/lembaga
(eksternal).
daerah
percontohan
di
setiap
regional
sebagai
upaya
4. Sosialisasi dan pelatihan yang berjenjang. Berjenjang yang dimaksud meliputi pimpinan
level kebijakan sampai dengan pelaksana teknis, dengan tujuan sosialisasi dan pelatihan
untuk meningkatkan skill pelaksana, membangun kesadaran (awareness), dan mengajak
keterlibatan semua pihak.
5. Melakukan uji coba sebagai tahapan sebelum melaksanakan akuntansi berbasis akrual
secara penuh.