Anda di halaman 1dari 7

Pasal 1(1)

Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka,
susunan warna, atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda
dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.
Kritik : Dari unsure-unsur yang digunakan sebagai daya pembeda selain hal-hal yg telah
disebutkan di atas perlu ditambahkan suara/sound (jingel) suatu produk missalnya
susu

nasional serta ditambahkan jug bau.

Pasal 3
Hak atas Merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik Merek
yang terdaftar dalam DaftarUmum Merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan
sendiri Merek tersebut atau memberikan izinkepada pihak lain untuk menggunakannya.

Kritik : walaupun mengenai yang dimaksud dengan pihak dalam pasal ini sudah dijelaskan
didalam bab penjelas namun akan lebih baik jika diberi penjelasan juga dengan apa yang
dimaksud dengan hak eksklusif

Pasal 6(1)
Permohonan harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek
milik pihak lain yang sudah terdaftar lebih dahulu untuk barang dan/atau jasa
yang sejenis;
b. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek
yang sudah terkenal milik pihaklain untuk barang dan/atau jasa sejenis;
c. mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasigeografis yang sudah dikenal.
Pasal 6(1)
Permohonan juga harus ditolak oleh Direktorat Jenderal apabila Merek tersebut:
a. merupakan atau menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan
hukum yang dimiliki orang lain,kecuali atas persetujuan tertulis dari yang
berhak;
b. merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera,
lambang atau simbol atau emblemnegara atau lembaga nasional maupun

internasional, kecuali atas persetujuan tertulis

dari pihak

yangberwenang;
c. merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang
digunakan oleh negara atau lembaga Pemerintah, kecuali atas persetujuan
tertulis

dari pihak yang berwenang.

Kritik : persamaan dalam Undang-Undang ini dipresentasikan dalam kata atau kalimat
persamaan pada pokoknya, persamaan pada keseluruhannya, merupakan, merupakan
tiruan dan menyerupai. Undang-Undang Merek tidak memberikan arti dan pengertian
untuk membedakan kata-kata tersebut, khususnya mengenai kata tiruan, tetapi memberikan
beberapa faktor sebagai unsur yang dapat menimbulkan kesan adanya persamaan sebagaimana
diuraikan dalam penjelasan Pasal 6 Undang-Undang Merek, yaitu:
1) Persamaan bentuk
2) Persamaan komposisi atau penempatan
3) Persamaan penelitian
4) Persamaan bunyi
5) Persamaan ucapan
6) Persamaan kombinasi unsur-unsur

Pasal 10
(1) Permohonan yang diajukan oleh Pemohon yang bertempat tinggal atau berkedudukan
tetap di luar wilayah Negara Republik Indonesia wajib diajukan melalui Kuasanya di
Indonesia.
(2) Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyatakan dan memilih
tempat tinggal Kuasa sebagai domisili hukumnya di Indonesia.
Kritik : Mungkin dari pada hanya memilih domisili kuasa hukum bisa di terakan juga alamat
lain mungkin kantor cabang yg ada di Indonesia atau alamat lain yang masih ada sangkut

pautnya dengan pengaju karena menurut saya jika menggunakan alamat kuasanya mungkin
akan dapat menimbulkan masalah missal jika kuasanya melakukan tindakan melawan hukum
terjerat masalah pidana/perdata. Atau ketika pengaju mau mengganti.

Pasal 19
(1) Pemeriksaan substantif dilaksanakan oleh Pemeriksa pada Direktorat Jenderal.
(2) Pemeriksa adalah pejabat yang karena keahliannya diangkat dan diberhentikan
sebagai pejabat fungsional oleh Menteri berdasarkan syarat dan kualifikasi tertentu.
(3) Pemeriksa diberi jenjang dan tunjangan fungsional di samping hak lainnya sesuai
dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
Kritik : jika tentang persetujuan dari sebuah merek yang dimohonkan oleh pengaju di keluarkan
Oleh Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual yg dimana dibawah mentri seperti halnya
yang tertera dalam pasal 1(10) Direktorat Jenderal adalah Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual

yang

berada

di

bawah

departemenyang

dipimpin

oleh

Menteri.dan

pengawasan/pemeriksaan terhadap Permohonan pendaftaran Merek dilakukan oleh pemeriksa


yang ternyata juga diangkat oleh mentri. Lalu mungkinkah fungsi pengawasan danpemeriksaan
para pejabat itu bisa maksimal..

Pasal 50
(1) Permohonan pendaftaran Merek Dagang atau Merek Jasa sebagai Merek Kolektif hanya
dapat diterima apabila
dalam Permohonan dengan jelas dinyatakan bahwa Merek tersebut akan digunakan sebagai
Merek Kolektif.
(2) Selain penegasan mengenai penggunaan Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Permohonan
tersebut wajib disertai salinan ketentuan penggunaan Merek tersebut sebagai Merek Kolektif,
yang
ditandatangani oleh semua pemilik Merek yang bersangkutan.
(3) Ketentuan penggunaan Merek Kolektif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
memuat :
a. sifat, ciri umum, atau mutu barang atau jasa yang akan diproduksi dan diperdagangkan;

b. pengaturan bagi pemilik Merek Kolektif untuk melakukan pengawasan yang efektif atas
penggunaan
Merek tersebut; dan
c. sanksi atas pelanggaran peraturan penggunaan Merek Kolektif.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dicatat dalam Daftar Umum Merek dan
diumumkan dalam
Berita Resmi Merek.
Kritik : selain yang telah di atur diatas hal yang perlu diperhatiakan mengenai merek kolektif
jasa khususnya dalam ayat tiga perlu ditambahkan point khusus yang berkaitan dengan merek
jasa. Harus ada jaminan terhadap kualitas pemberian jasa apalagi jika terkait kemampuan,
kualitas, atau keterampilan pribadi pemberi jasa

Pasal 57 ayat (2)


Untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang haknya dilanggar, hakim dapat
memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan pembuatan, perbanyakan, serta memerintahkan
pemusnahan etiket indikasi-geografis yang digunakan secara tanpa hak tersebut.

Krititk:Dalampasaltersebut, hakim hanya memerintahkan pelanggar untuk menghentikan


kegiatan pembuatan, perbanyakan, serta pemusnahan etiketindikasi-geografis yang digunakan
secara tanpa hak, tanpa memerintahkan pelanggar untuk mengganti kerugian baikmateriil
maupun immaterial kepada pemegang hak atas indikasi-geografis.
Menurut pasal ini, berarti pemegang hak atas indikasi-geografis tidak dapat meminta
permohonan ganti rugi kepada pelanggar hak atas indikasi-geografis yang dilanggarnya, dan hal
ini akan bertentangan dengan pasal diatasnya, yaitupasal 57 (1) UU No. 15 Tahun 2001.
Pemegang hak atas indikasi-geografis dapat mengajukan gugatan terhadap pemakai indikasi
geografis yang tanpa hak berupa permohonan gantirugi dan penghentian penggunaan serta
pemusnahan etiket indikasi geografis yang digunakan secara tanpa hak tersebut.
Pasal 95 UU Merek:

Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalamPasal 90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93,
danPasal 94 merupakan delik aduan.
Kritik :Ini berarti bahwa penjualan produk atau barang palsu hanya bisa ditindak oleh pihak
yang berwenang jika ada aduan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh hal tersebut, dalam
hal ini sipemilik merek itu sendiri atau pemegang lisensi.
Oleh sebab itu dalam ha lini barang-barang palsu yang telah banyak di jajakan di manamana sudah tidak bisa dikendalikan, dikarenakan kurang efisiennya delik aduan dalam menindak
barang-barang KW ini yang sudah tidak terhitung jumlahnya.

Pasal 76 ayat (1)(a) pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak
lain yang secara tanpa hak menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada
pokoknya atau keseluruhannya untuk barang atau jasa yang sejenis berupa barang
gugatan ganti rugi,
Kritik:
sayangnya sampai saat ini belum ada putusan pengadilan yang mengabulkan ganti rugi
Pasal 76 ayat (1) (b)
pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan pada pihak lain yang secara tanpa hak
menggunakan merek yang mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya untuk
barang atau jasa yang sejenis berupa penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan
penggunaan merek tersebut. Seluruh gugatan ditunjukan kepada Pengadilan Niaga.
Kritik :
Hak mereka merupakan suatu hak kebendaan, oleh karena haknya bersifat kebendaan maka hak
tersebut dapat dipertahankan oleh siapa saja. Di dalam Pasal 76 tersebut disebutkan ada dua
macam bentuk dari tuntutan gugatan yakni berupa permintaan ganti rugi dan penghentian dari
pemakaian suatu merek. Ganti rugi tersebut harus dapat dinilai dengan uang, dan ganti rugi
immaterial yakni berupa ganti rugi yang disebabkan oleh pemakaian merek dengan tanpa hak
sehingga yang berhak menderita kerugian secara moril.

Pasal 56 ayat (1)


" Indikasi Geografis dilindungi sebagai suatu tanda yang nenunjukan daerah asal suatu
barang yang karena faktor lingkungan geografis termasuk factor alam, factor manusia,
atau kombinasi dari kedua factor tersebut memberikan ciri dan kualitas tertentu pada
barang yang dihasilkan. "
Kritik:
Tanda yang digunakan sebagai label atau etiket tersebut dapat berupa nama tempat, daerah atau
wilayah, huruf atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut.
Perlindungan meliputi perlindungan barang-barang yang dihasilkan oleh alam, barang hasil
pertanian, hasil kerajinan tangan atau hasil industri tertentu. Contohnya : susu Kuda Liar dari
Sumbawa, Tembakau Deli, Salak Pondoh, dimana kalau ditanam ditempat lain dengan keadaan
alam (curah hujan, sinar matahari, kemiringan tanah, dan sebagainya) yang berbeda akan
menghasilkan cita rasa yang berbeda pula.
Tetapi pada kenyataanya banyak terjadi peniruan merek-merek yang mengandung nama suatu
daerah asal yang dimiliki oleh pihak-pihak yang tidak ada hubungan dengan asal tersebut.
Contohnya yaitu nama kopi Toraja atau Toraja lengkap disertai dengan gambar-gambar rumah
Toraja yang ternyata telah digunakan di luar negeri dan didaftar sebagai merek diantaranya yaitu
di AS (WWW.uspto.gov)
Contohnya :
Merek Toarco Toraja dengan nomer pendaftaran 758884722 dimiliki oleh Key Coffe, Inc
Corporation Japan.
Sayangnya gambar rumah Toraja tersebut yang merupakan symbol daerah Toraja tidak diklaim
sebagai produk Indikasi Geografis dari Indonesia, hal ini sebagai akibat dari belum berlakunya
pelindungan Indikasi geografis di Indonesia meskipun UU Merek yang sekarang sudah mengatur
mengenai Indikasi Geografis tetapi pada tahap pelaksanannya masih perlu perangkat berupa
Peraturan Pemerintah yang sampai saat ini belum juga ada realisasinya.
Akibat kepemilikan atas merek TOARACO TORAJA tersebut diatas nasih tetap dimiliki oleh
Key Coffe, Inc Corporation Japan, kaena Indonesia belum mengajukan keberatannya pada pihak
key Coffe, Inc karena belum adanya dasar hukum yang mengatur. Sedangkan dari pihak Key
Coffe, Inc Corporation japan sendiri merasa berhak atas nama ini karena selama ini pihaknya
telah mengembangkan kopi Toraja sehingga dikenal di dunia perdagangan kopi internasional.

Jika dikaji lebih mendalam ada suatu pemahaman yang keliru dengan dimasukkannya
ketentuan mengenai Indikasi Geografis dalam UU Merek kita (Pasal 56 Pasal 60) karena
sebenarnya Indikasi Geografis kurang tepat dimasukkan dalam Merek atau bukan termasuk
Merek.
Hal ini bertentangan dengan ketentuan Pasal 5 (d) UU Merek No. 15 tahun 2001 itu sendiri yang
menyatakan bahwa : "Merek tidak bisa didaftar apabila Merek tersebut mengandung salah satu
unsur dibawah ini : (d) merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang
dimohonkan pendaftarannya ".

Anda mungkin juga menyukai