Neuropati Diabetik
Neuropati Diabetik
PENDAHULUAN
Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronis paling sering
ditemukan pada diabetes melitus. Resiko yang dihadapi pasien diabetes melitus
dengan neuropati diabetik antara lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak
sembuh-sembuh dan amputasi jari/kaki. [1]
Angka derajat keparahan neuropati diabetik bervariasi sesuai dengan usia, lama
menderita diabetes melitus, kendali glikemik, juga fluktuasi kadar glukosa darah
sejak diketahui diabetes melitus. Neuropati simptomatis ditemukan pada 28,5 %
dari 6500 pasien diabetes melitus. [1]
Hingga saat ini patogenesis neuropati diabetik belum seluruhnya diketahui dengan
jelas. Namun demikian dianggap bahwa hiperglikemia persisten merupakan faktor
primer. Faktor metabolik ini bukan satu-satunya yang bertanggung jawab terhadap
terjadinya neuropati diabetik, tetapi beberapa teori lain yang diterima ialah teori
vaskuler, autoimun dan nerve growth factor. [1]
Manifestasi neuropati diabetik bervariasi, mulai dari tanpa keluhan dan hanya bisa
terdeteksi dengan pemeriksaan elektrofisiologis, hingga keluhan nyeri hebat. Bisa
juga keluhannya dalam bentuk neuropati lokal atau sistemik, yang semua itu
bergantung pada lokasi dan jenis syaraf yang terkena lesi. [1]
DEFINISI
Dalam konferensi neuropati perifer pada bulan Februari 1988 di San Antonio,
disebutkan bahwa neuropati diabetik adalah istilah deskriptif yang menunjukkan
adanya gangguan, baik klinis maupun subklinis, yang terjadi pada diabetes melitus
tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. [1]
EPIDEMIOLOGI
Diteliti pasien dan populasi neuropati diabetik dengan prevalensi 12-50%. Pada
suatu penelitian dasar, neuropati simptomatis ditemukan pada 28,5% dari 6500
pasien diabetes melitus. [1]
PATOGENESIS
1. Faktor Metabolik
Proses terjadinya neuropati diabetik berawal dari hiperglikemia yang
MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi neuropati diabetik :
Menurut perjalanan penyakitnya, neuropati diabetik dibagi menjadi :
Neuropati fungsional/subklinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat perubahan
biokimiawi. Pada fase ini belum ada kelainan patologik sehingga masih reversibel.
[1]
Neuropati struktural/klinis, yaitu gejala timbul sebagai akibat kerusakan struktural
serabut saraf. Pada fase ini masih ada komponen yang reversibel. [1]
Kematian neuron atau tingkat lanjut, yaitu terjadi penurunan kepadatan serabut
saraf akibat kematian neuron. Pada fase ini ireversibel. Kerusakan serabut saraf
pada umumnya dimulai dari distal menuju ke proksimal, sedangkan proses
perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena itu lesi distal paling banyak
ditemukan, seperti polineuropati simetris distal. [1]
Gambar 2. Predileksi paling sering terjadinya ulkus pada kaki diabetik adalah bagian
dorsal ibu jari dan bagian proksimal & dorsal plantar metatarsal. [3]
Faktor-faktor yang berperan terhadap timbulnya neuropati ditentukan oleh [2]:
Respon mekanisme proteksi sensoris terhadap trauma
Macam, besar dan lamanya trauma
Peranan jaringan lunak kaki
Gambar 3. Gangren jari kaki. [2]
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Diagnosis neuropati perifer diabetik dalam praktek sehari-hari, sangat bergantung
pada ketelitian pengambilan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hanya dengan
jawaban tidak ada keluhan neuropati saja tidak cukup untuk mengeluarkan
1. Refleks motorik
2. Fungsi serabut saraf besar dengan tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes rasa
getar (biotesiometer) dan rasa tekan (estesiometer dengan filamen mono SemmesWeinstein)
3. Fungsi serabut saraf kecil dengan tes sensasi suhu
4. Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya gangguan hantar saraf dapat
dikerjakan elektromiografi.
Uji untuk diabetic autonomic neuropathy (DAN), diantaranya :
1. Uji komponen parasimpatis dilakukan dengan :
- Tes respon denyut jantung terhadap maneuver Valsava
- Variasi denyut jantung (interval RR) selama nafas dalam (denyut jantung
maksimum-minimum)
2. Uji komponen simpatis dilakukan dengan :
- Respons tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik)
- Respons tekanan darah terhadap genggaman (peningkatan diastolik)
TATA LAKSANA
Terapi Nonmedikamentosa
1. Edukasi
Edukasi pasien sangat penting dalam tatalaksana neuropati diabetik. Target
pengobatan dibuat serealistik mungkin sejak awal, dan hindari memberi
pengahrapan yang berebihan.
2. Perawatan Umum (kaki)
Jaga kebersihan kaki, hindari trauma kaki seperti sepatu yang sempit. Cegah
trauma berulang pada neuropati kompresi.
3. Pengendalian Glukosa Darah
Terapi medikamentosa
Dengan menggunakan obat-obat :
1. Golongan aldolase reductase inhibitor, yang berfungsi menghambat penimbunan
sorbitol dan fruktosa
2. Penghambat ACE
3. Neutropin
- Nerve growth factor
- Brain-derived neurotrophic factor
4. Alpha Lipoic Acid, suatu antioksidan kuat yang dapat membersihkan radikal
hidroksil, superoksida dan peroksil serta membentuk kembali glutation
Pedoman tatalaksana neuropati diabetik dengan nyeri, diantaranya :
1. NSAID (ibuprofen dan sulindac)
2. Antidepresan trisiklik (amitriptilin, imipramin, nortriptilin, paroxetine)
3. Antikonvulsan (gabapentin, karbamazepin)
4. Antiarimia (mexilletin)
5. Topikal : capsaicin, fluphenazine, transcutaneous electrical nerve stimulation
PENCEGAHAN
Pencegahan kaki diabetes tidak terlepas dari pengendalian (pengontrolan) penyakit
secara umum mencakup :
pengendalian kadar gula darah,
status gizi,
tekanan darah,
kadar kolesterol, dan
pola hidup sehat.
KESIMPULAN
Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi kronik Diabetes Melitus dengan
prevalensi dan manifestasi klinis amat bervariasi. Dari 4 faktor (metabolik, vaskular,
imun, dan NGF) yang berperan pada mekanisme patogenik neuropati diabetik,
hiperglikemia yang berkepanjangan sebagai komponen faktor metabolik merupakan
dasar utama patogenesis neuropati diabetik. . [1]
Oleh karena itu, dalam pencegahan dan pengelolaan neuropati diabetik pada pasien
diabetes melitus, yang penting adalah diagnosis diikuti pengendalian glukosa darah
dan perawatan kaki sebaik-baiknya. Usaha mengatasi keluhan nyeri pada dasarnya
bersifat simtomatis, dilakukan dengan memberikan obat yang bekerja sesuai
mekanisme yang mendasari keluhan nyeri tersebut. Pendekatan nonfarmakologis
termasuk edukasi sangat diperlukan, mengingat perbaikan total sulit bisa dicapai.
[1]
REFERENSI
1. W.Sudoyo Aru, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, K Simadibrata Marcellus, Setiati
Siti. 2007 Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-4, Jilid III.Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesia.Hal : 1902-1904
2. Thoha, D. Paling Ditakuti Tetapi Bisa Dihindari. 2006.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0601/06/kesehatan/34572.htm. Diakses
tanggal 21 Januari 2009
3. Armstrong, D & Lawrence, A . Diabetic Foot Ulcers, Prevention, Diagnosis and
Classification. 1998. http://www.aafp.org/afp/980315ap/armstron.html,. Diakses
tanggal 21 Januari 2009.