Anda di halaman 1dari 18

Oleh :

TUGAS
PERANCANGA
N PRODUK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA
UTARA
MEDAN
2015

NAMA

NIM

Jefry Reyaldi Turnip

120405044

Roger R. H. Purba

120405046

Trio F. L. Tarigan

120405047

Grace Angelin

120405050

PIROLISIS THERMAL
PADA BAN BEKAS

Masalah 2 : Menambang Gunung


Ban
Ban bekas telah menjadi masalah utama pada level lokal, regional,
nasional dan internasional. Secara keseluruhan, negara-negara
industri membuang ban bekas sekitar 6,5 juta ton / tahun :
Kebanyakan limbah ini langsung dibuang ke landfill. Landfilling
bukan saja metode yang berbahaya, unsustainable, tetapi juga
pemborosan. Bahan-bahan kimia dan energi yang tersimpan dalam
ban secara permanen akan hilang karena ditanam. Disamping itu,
komponen-komponen lain dari ban (flame retardants, stabilizers,
colorants, dll) akan keluar dari timbunan dan lepas ke lingkungan
menyebabkan masalah pencemaran air dan tanah. Jelaskan bahwa
pembuangan ban yang lebih baik diperlukan untuk alasan-alasan
lingkungan, politik, dan ekonomi
Tim inti kami mempertimbangkan kemungkinan :
Pirolisis termal menjadi produk yang lebih bermanfaat

Latar Belakang
Landfilling adalah pengelolaan sampah dengan cara
menimbunnya didalam tanah. Teknologi alternatif yang telah
dikembangkan untuk mengurangi jumlah volume sampah
buangan, khususnya sampah jenis rubbish diantaranya
teknologi daur ulang, dan teknologi transformasi termal.
Proses transformasi termal selanjutnya terbagi menjadi tiga
macam pengolahan yaitu pembakaran (combustion),
gasification dan pirolisis (Hutomo, dan Winarno, 2010).
Ban merupakan bagian penting dari kendaraan bermotor
seperti sepeda motor dan mobil. Ban memiliki bahan dasar
karet yang merupakan salah satu jenis polimer sintesis
(polistiren). Polistiren adalah molekul yang memiliki berat
molekul ringan, terbentuk dari monomer sirena berbau
harum (Damayanthi dan Martini, 2007). Karet yang dibuat
untuk ban adalah karet butadiene. Karet ini dibuat secara
kopolimerisasi antara butadiene dan stirena (Surdia dan

Ban kendaraan bermotor yang telah lama dipakai akan aus akibat gesekan
dengan jalan. Ban yang telah aus ini harus segera diganti karena dapat
membahayakan pengendara. Tingkat keausan pada ban berbeda-beda
tergantung komposisi penyusun dari ban (Hutomo, dan Winarno, 2010).
Menurut ko et. all. (2004) komposisi penyusun ban bervariasi sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan oleh pabrik pembuatnya, namun
demikian, galvagno et all. (2002) menyatakan bahwa secara umum
senyawa komposisi dari ban dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Komposisi Penyusun Ban
Karbon
hitam
merupakan
terbanyak
dalam
Komposisi
Persentase (%) komposisi
penyusunan ban digunakan untuk
Karbon
85,16
memperkuat karet dan membantu
Hidrogen
7,27
ketahanan terhadap goresan selam
proses
vulkanisasi
ban
Oksigen
0,54
ditambahkan senyawa sulfur untuk
Nitrogen
0,38
mengikat polimer dengan karet
Sulfur
2,30
dan juga untuk memperkuat serta
mencegah berubahnya bentuk ban
Ash
4,36
akibat temperatur yang tinggi
(Mastral, et all., 2000)
(Mastral, et all., 2000)

Definisi Pirolisis
Pirolisis atau devolatilisasi adalah proses
fraksinasi material oleh suhu. Proses pirolisis
dimulai pada temperatur sekitar 230 C, ketika
komponen yang tidak stabil secara termal, dan
volatile matters pada sampah akan pecah dan
menguap bersamaan dengan komponen lainnya
(Ramadhan dan Ali, 2011).
Produk pirolisis umumnya terdiri dari tiga jenis,yaitu
gas ringan (H2, CO, CO2, H2O dan CH4), tar (pyrolitic oil),
dan char (Ramadhan dan Ali, 2011; Ratnasari, 2011).
Semua produk dari pirolisis bisa dimanfaatkan sebagai
bahan bakar yang ramah lingkungan. Dengan proses
pirolisis tersebut bahan baku berupa limbah organik
akan terdekomposisi menjadi arang, bio-oil, dan
syngas. Bio-oil dan syngas potensial untuk pembangkit
listrik dan panas yang sangat dibutuhkan oleh proses

Pirolisis merupakan salah satu alternatif pengolahan


sampah kota yang dipandang cukup prospektif untuk
dikembangkan karena memiliki beberapa keuntungan
diantaranya :
1. Memiliki rasio konversi yang tinggi,
2. Produk-produknya memiliki kandungan energi yang
tinggi,
3. Produk-produk yang dihasilkan dapat ditingkatkan
menjadi bahan dasar keperluan lain serta
4. Pengontrolan
proses
yang
lebih
mudah
bila
dibandingkan dengan proses insenerasi
(Hutomo, dan Winarno, 2010)
Pirolisis dengan laju pemanasan yang lambat
terhadap limbah ban akan menghasilkan:
Arang hingga 50%
kadar abu sekitar 10%.

Produk Pirolisis
a.
.
.
.

Pemanfaatan arang:
Digunakan langsung sebagai bahan bakar
Dipadatkan menjadi briket bahan bakar
Digunakan sebagai bahan adsorpsi seperti
karbon aktif
. Dihancurkan dan dicampur dengan produk
minyak pirolisis menghasilkan lumpur (slurry)
untuk pembakaran.
. Arang dari ban sekitar 29 KJ/kg
b.

c.

Produk minyak dari pirolisis limbah dapat digunakan


dalam
sistem
pembangkitan
listrik
secara
konvensional, seperti mesin diesel dan turbin gas.
Nilai kalor minyak dari pirolisis 42 MJ/kg untuk minyak
dari limbah ban

Karakteristik dari bahan bakar proses pirolisis tidak


sama dengan bahan bakar minyak alam (memerlukan
modifikasi
sebagai
pembangkit
tenaga
atau
peningkatan kualitas bahan bakar).

Pada proses pirolisis juga dihasilkan produk


samping berupa asap yang dapat dikondensasi
menjadi asap cair. Kondensasi asap sangat penting
dilakukan
dan
bertujuan
untuk
mencegah
pencemaran udara akibat proses tersebut.
Menurut Haji (2007) asap cair hasil pirolisis bahanbahan organik dapat digunakan untuk berbagai
keperluan karena umumnya bersifat asam dan
banyak mengandung komponen fenolik. Asap cair
mengandung asam-asam organik dan senyawa
fenolik yang dapat diolah menjadi cuka kayu. Asap
cair dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan,
yaitu
sebagai
pengawet,
antioksidan,
dan
biopestisida.
(Ratnasari, 2011)

Faktor-Faktor atau kondisi yang


mempengaruhi Proses Pirolisis
1. Waktu
Waktu berpengaruh pada produk yang akan
dihasilkan karena, semakin lama waktu proses
pirolisis berlangsung produk yang dihasilkannya
(residu padat, tar, dan gas) makin naik. Kenaikan itu
sampai dengan waktu tak hingga () yaitu waktu
yang diperlukan sampai hasil padatan residu, tar,
dan gas mencapai konstan. Nilai dihitung sejak
proses isotermal berlangsung. Tetapi jika melebihi
waktu optimal maka karbon akan teroksidasi oleh
oksigen (terbakar), menjadi karbondioksida dan abu.
Untuk itu pada proses pirolisis penentuan waktu
optimal sangatlah penting.
2. Ukuran Partikel
Ukuran
partikel
berpengaruh
terhadap
hasil,semakin besar ukuran partikel maka luas
permukaan
per
satuan
berat
semakin
kecil,sehingga proses akan menjadi lambat.

3. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi produk yang dihasilkan karena
sesuai dengan persamaan Arhenius, suhu makin tinggi nilai
konstanta dekomposisi termal makin besar akibatnya laju pirolisis
bertambah dan konversi naik. Berdasarkan teorema Arrhenius
hubungan konstante persamaan reaksi dengan suhu absolute,
adalah
k = k0. e-(E/RT)
dengan,
k
= Konstanta kecepatan reaksi dekomposisi termal
ko = Faktor tumbukan (faktor frekuensi)
E = Energi aktivasi (kal/gr.mol)
T = Suhu absolute (0K)
R = Tetapan gas (1,987 kal/gr.mol 0K)
4. Berat Partikel
Semakin banyak bahan yang dimasukkan, menyebabkan
hasil bahan bakar cair(tar) dan arang meningkat. (Wahyudi,
2001)

Flowchart PLTSa dengan Thermal


pirolisis

Gbr. 2. PLTSa dengan Thermal pirolisis


(Ahmad dan Riska, 2012)
Pada gambar 2 menjelaskan bagaimana proses berlangsungnya
pengolahan sampah hingga membentuk produk gas yang diinginkan. Gas
yang diperoleh dari mekanisme ini disebut sebagai gas syntetis atau syn
gas. Yang kemudian dijadikan sebagai bahan bakar untuk engine
generator untuk membangkitkan tenaga listrik.
(Ahmad dan Riska, 2012)

Flowchart Bagan Proses Thermal


Berikut adalah gambar 3 yang menggambarkan bagaimana
mekanisme itu berlangsung.

Gbr. 3. Proses Thermal


(Ahmad dan Riska, 2012)
Mekanisme terbentuknya listrik melalui teknologi pirolisis dapat
dilhat pada gambar 3

Proses terbangkitnya listrik berawal pada kondisi dimana sampah


terlebih dahulu dikeringkan sebelum dimasukkan pada ruang
bakar. adapun jenis sampah yang digunakan adalah sampah kota
kering. Pada reaktor pirolisis sampah dibakar pada kisaran suhu
400-800 C. pada kondisi proses yang bervariasi mengakibatkan
perbedaan produk yang dihasilkan yaitu berupa arang, gas atau
minyak. Panas disuplai melalui pemanasan tidak langsung, seperti
pembakaran dari gas atau minyak, atau pemanasan langsung
menggunakan transfer gas panas. Gas yang dihasilkan dari proses
pirolisis didominasi oleh karbon dioksida, karbon mono oksida,
hidrogen, metana, dan sebagian kecil gas hidrokarbon lainnya.
Tingginya konsentrasi gas karbon dioksida dan karbon mono
oksida berasal dari struktur oksigen yang ada dalam bahan
aslinya, antara lain sellulosa, hemisellulosa, dan lignin. Pirolisis dari
limbah ban dan campuran plastik akan menghasilkan konsentrasi
yang lebih tinggi untuk gas hidrogen, metana, dan gas hidrokarbon
lainnya karena materi limbah mempunyai senyawa karbon dan
hidrogen yg tinggi dan senyawa oksigen yg lebih kecil. Gas yang

Setiap 10.000 kg potongan Ban yang diproses secara


pirolisa dapat menghasilkan:
4.500 ltr Minyak
3.300 kg Carbon Black
1.100 kg Kawat baja
1.100 kg Gas Sintetis
Akan tetapi bilamana dibakar langsung, maka akan
menghasilkan 4.500 kg gas beracun yang sangat merusak
lingkungan.
Ban bekas tersebut mula-mula dikecilkan ukurannya sekitar
1 inch kemudian masuk ke unit pirolisis sebagai unit
produksinya. Produk berupa carbon black, syngas, dan crude
oil akan keluar pada outlet unit pirolisis tersebut. Syngas bisa
langsung digunakan sebagai pembangkit listrik dengan
menggunakan gas engine powerplant (gas genset), dari
kapasitas 6o ton/hari INPUT tersebut akan menghasilkan listrik

Kesimpulan
Penyusun utama ban karet adalah karet alam dan karet
sintetik, selain itu juga terkandung komponen material
yang berbeda seperti karbon, logam, sedikit komponen
organik dan anorganik lainnya. Ini juga menyebabkan
ban karet butuh waktu yang lama untuk terdegradasi
secara alami dan dapat menimbulkan masalah
lingkungan.
Setiap 10 ton potongan ban bekas yang diproses secara
pirolisis dapat menghasilkan 4.500 ltr Minyak, 3.300 kg
Carbon Black, 1.100 kg Kawat baja, 1.100 kg Gas
Sintetis. Dan kapasitas 6o ton/hari INPUT tersebut akan
menghasilkan listrik sekitar 1 MW.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, ali., dan Putri Riska. Pengolahan Sampah Kota Surabaya.
Jurusan Teknologi Lingkungan, Fakultas Teknik. Surabaya : Institute
Teknologi Sepuluh November. 2012.
Damayanthi, R., Martini, R. Proses Pembuatan Bahan Bakar Cair
dengan Memanfaatkan Limbah Ban Bekas Menggunakan Katalis
Zeolit Y dan ZSM 5. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Semarang : Universitas Diponegoro. 2007
Hutomo, Sri Gati., Joko Winarno. Studi Karakteristik Dekomposisi
Termal Temperatur Tinggi Ban Bekas untuk Mendapatkan Bahan
Bakar Gas Alternatif. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik.
Yogyakarta : Universitas Janabadra. 2010.
Lufina, Ismi., Bambang Susilo, dan Rini Yulianingsih. Studi
Pemanfaatan Minyak Karet (Hevea brasiliensis) sebagai Bahan
Bakar pada Kompor Rumah Tangga. Jurnal Keteknikan Pertanian
Tropis dan Biosistem Vol. 1. No. 1, hal 60-68. 2013.

DAFTAR PUSTAKA
Mastral, A. M., Callen M. S., Garcia T., and Navarro, M. V.
Improvement of Liquids from coal-tire co-the rmolysis.
Characterization of the Obtained Oils. Fuel Proc. Tech. 64:135-140.
2000
Ramadhan P. Aprian Dan Munawar Ali. Pengolahan Sampah Plastik
Menjadi Minyak Menggunakan Proses Pirolisis. Progdi Teknik
Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Jawa Timur :
Universitas Pembangunan Nasional Veteran. 2011.
Ratnasari, Fera. Tugas Akhir Pengolahan Cangkang Kelapa Sawit
dengan Teknik Pirolisis untuk Produksi Bio-oil. Program Studi
Diploma III, Teknik Kimia, Program Diploma Fakultas Teknik.
Semarang :Universitas Diponegoro. 2011
Surdia, T., dan S. Saito. Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta :
Pradnya Paramita. 2005
Wahyudi,I. Pemanfaatan Blotong Menjadi Bahan Bakar Cair Dan
Arang Dengan Proses Pirolisis. Jurusan Teknik Lingkungan. Jatim :

SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai