Anda di halaman 1dari 2

KRITIK TERHADAP KARYA ILIAH POPULER

EGOSENTRISME POLITIS ALA IBUKOTA


OLEH : MUHAMMAD FACHRI BACHTIAR, MAHASISWA JURUSAN TEKNIK
ELEKTRO INDUSTRI, AKTIVIS HMI
SINDO EDISI SENIN, 6 APRIL 2015
Pada artikel yang ditulis oleh Muhammad Fachri Bachtiar seorang aktivis HMI ini
membahas tentang politik yang sedang terjadi di Indonesia.
Kritik :
1. Struktur Kalimat
- Latar belakang
Latar belakang yang digunakan oleh penulis sudah jelas dan berdasarkan data
yang mengacu pada fakta berita yang sedang terjadi di masyarakat.
- Perumusan masalah
Di artikel ini perumusan masalah sudah dikaji dengan baik. Dalam artikel ini
pembaca diajak untuk ikut berinteraksi atau berfikir, seperti beberapa kalimat
pertanyaan yang di ajukan oleh penulis pada paragraf (2) konstelasi politik
yang tak kunjung membaik sudah pasti akan menimbulkan stigma negatif dan
tahu siaa yang dirugikan?
- Pembahasan
Pembahasan yang dikaji oleh penulis berdasarkan berita berita politik yang
sedang terjadi dan opini penulis sendiri, dan pembaca diajak untuk
menyimpulkan sendiri pada artikel tersebut. Sehingga pemecahan atau
kesimpulan dari permasalahan belumlah didapat secara jelas karena data yang
disajikan baru berdasarkan opini, yang belum jelas kepastianya
- Alur berfikir penulis
Dalam artikel ini, alur berfikir penulis lebih mengacu pada opininya yang
mengacu pada keadaan politik yang sedang terjadi di Indonesia ini. Dan
penulis juga mengajak pembaca agar dapat mengambil kesimpulan dan
membandingkan sendiri sesuai pola fikir masing masing pembaca.
2. Tata Bahasa
- Bahasa yang digunakan yang digunakan penulis dalam artikel ini sebagian
besar mudah untuk di pahami dan bersifat normatif (umum).
- Namun terdapat juga kalimat yang cukup sulit di pahami karena berisi kata
populer yang kurang dipahami bagi orang awam atau pemula. contohya pada
paragraf (8) masih bermental inlander. Yang artinya bermetal pribumi,
sebutan penjajah Belanda terhadap orang-orang asli Indonesia, atau lemah
atau pengecut.
- Terdapat kata yang kurang baku, seperti pada paragraf (7) sekarang coba
lihat masyarakat Indonesia secara keseluruhan dan nilai sendiri dapat di
ganti menjadi coba anda perhatikan masyarakat Indonesia saat ini dan beri
penilaian-.
- Dan pada paragraf (4) Mahasiswapun akhir akhir ini sudah mulai turun
bergerak untuk melakukan aksi dilapangan dengan mengangkat tema
kekisruhan ini, yang bagaimanapun harus kita apresiasi walaupun latar
belakang mereka melakukan aksi tersebut masih sulit untuk dicerna... dst.
Dapat diganti menjad Mahasiswa juga akhir akhir ini mulai bergerak
melakukan demonstrasi dilapangan dengan tema kekisruhan saat ini, dan
setidaknya kita harus beri apresiasi, walaupun latar belakang dalam
belakukan aksi ini masih sulit untuk dipahami atau mengerti-. Dll

3. Pilihan Kata/ kesalahan ketik dan Penyusunan Paragraf


Pada artikel ini banyak terdapat kesalahan pengetikan
- Pada paragraf (1) kalimat pertama seharusnya menggunakan tanda (.),
sedangkan pada artikel menggunakan tanda (;).
- Dan pada paragraf (2) kalimat 2, paragraf (4), paragraf (6), paragraf (8)
dan (9), disana kalimat terdapat kalimat yang tidak diberi spasi.
- Pada penyusuan paragraf di artikel ini terdapat kekurangan. Satu paragraf
setidaknya terdiri minimal dua kalimat, yang berisi kalimat pokok,
pendukung dan kesimpulan. Namun di artikel ini, pada paragraf (4) hanya
terdiri dari satu kalimat saja, dan terdapat lebih dari 10 kata. Itu termasuk
bacaan yang sulit.
- Dan juga pada paragraf (5)
4. Gaya bahasa
- Aliterasi : pengulangan vokal yang sama. Pada paragraf (4) kritik kritik,
jargon jargon(7)
- Personifikasi : benda mati seakan akan hidup. Pada paragraf (9) segmen
berpendidikan yang diharapkan menjadi penggerak.
- Metafora: membandingkan suatu benda dengan benda lain. Pada
paragraf(1) kisah cicak versus buaya jilid II ala KPK-POLRI. Dan
paragraf (9) individu individu semacam ini justru semakin menjamur di
segmen kelas menengah dan muda.
- Simbolik : pada paragraf (8), mengharapkan keselamatan dan perubahan
dari figur seorang ratu adil atau satria piningit.
- Sinisme : pada paragraf (6) masyarakat yang tak bermoral hanya akan
melahirkan pemimpin pemimpin yang tak bermoral

Anda mungkin juga menyukai