Anda di halaman 1dari 10

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Materi 1
Djoko Budi Utomo
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

A.PENGERTIAN

Secara etimologis, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti


jiwa atau nafas hidup, dan logos atau ilmu. Dilihat dari arti kata
tersebut seolah-olah psikologi merupakan ilmu jiwa atau ilmu yang
mempelajari tentang jiwa.

Jika mengacu pada salah satu syarat ilmu yakni adanya obyek yang
dipelajari, maka tidaklah tepat jika mengartikan psikologi sebagai ilmu
jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang jiwa, karena jiwa merupakan
sesuatu yang bersifat abstrak dan tidak bisa diamati secara langsung.
Berkenaan dengan obyek psikologi ini, maka yang paling mungkin
untuk diamati dan dikaji adalah manifestasi dari jiwa itu sendiri yakni
dalam bentuk perilaku individu dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Dengan demikian, psikologi kiranya dapat diartikan
sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Psikologi terbagi ke dalam dua bagian yaitu psikologi umum (general
phsychology) yang mengkaji perilaku pada umumnya dan psikologi
khusus yang mengkaji perilaku individu dalam situasi khusus,
diantaranya :
Psikologi Perkembangan; mengkaji perilaku individu yang berada
dalam proses perkembangan mulai dari masa konsepsi sampai
dengan akhir hayat.
Psikologi Kepribadian; mengkaji perilaku individu khusus dilihat dari
aspek aspek kepribadiannya.
Psikologi Klinis; mengkaji perilaku individu untuk keperluan
penyembuhan (klinis)
Psikologi Abnormal; mengkaji perilaku individu yang tergolong
abnormal.

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo

Psikologi Industri; mengkaji perilaku individu dalam kaitannya


dengan dunia industri.
Psikologi Pendidikan; mengkaji perilaku individu dalam situasi
pendidikan

Psikologi pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena telah


memiliki kriteria persyaratan suatu ilmu, yakni :
Ontologis; obyek dari psikologi pendidikan adalah perilaku-perilaku
individu yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan
pendidikan, seperti peserta didik, pendidik, administrator, orang tua
peserta didik dan masyarakat pendidikan.
Epistemologis; teori-teori, konsep-konsep, prinsip-prinsip dan dalil
dalil psikologi pendidikan dihasilkan berdasarkan upaya sistematis
melalui berbagai studi longitudinal maupun studi cross sectional,
baik secara pendekatan kualitatif maupun pendekatan kuantitatif.
Aksiologis; manfaat dari psikologi pendidikan terutama sekali
berkenaan dengan pencapaian efisiensi dan efektivitas proses
pendidikan.
Dengan demikian, psikologi pendidikan dapat diartikan sebagai salah
satu cabang psikologi yang secara khusus mengkaji perilaku individu
dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk menemukan
berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam
rangka pencapaian efektivitas proses pendidikan.

B. MANFAAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih
psikologi terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan,
khususnya pada pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum,
Proses Belajar Mengajar, sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan
Konseling merupakan beberapa kegiatan utama dalam pendidikan
yang di dalamnya membutuhkan psikologi. Dengan memahami
psikologi pendidikan, maka Pendidik diharapkan dapat:
merumuskan tujuan pembelajaran,
memilih strategi atau metode pembelajaran,
memilih alat bantu dan media pembelajaran yang tepat,

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo

memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling kepada


peserta didiknya,
memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik,
menciptakan iklim belajar yang kondusif,
berinteraksi secara bijak dengan peserta didiknya,
menilai hasil pembelajaran, dan
dapat mengadministrasikan pembelajaran secara efektif dan
efisien.

C. KONTRIBUSI PSIKOLOGI TERHADAP PENDIDIKAN

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa sudah sejak lama bidang psikologi
pendidikan telah digunakan sebagai landasan dalam pengembangan
teori dan praktek pendidikan dan telah memberikan kontribusi yang
besar terhadap pendidikan, diantaranya terhadap pengembangan
kurikulum, sistem pembelajaran dan sistem penilaian.

1. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Pengembangan


Kurikulum.
Kajian psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan
kurikulum pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspekaspek perilaku dalam konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai
aliran psikologi yang mewarnai pendidikan, pada intinya kajian
psikologis ini memberikan perhatian terhadap bagaimana input, proses
dan output pendidikan dapat berjalan dengan tidak mengabaikan
aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara psikologis, manusia merupakan individu yang unik. Dengan
demikian, kajian psikologis dalam pengembangan kurikulum
seyogyanya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap
individu, baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap,
motivasi, perasaaan serta karakteristik individu lainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan
kepada setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo
yang dimilikinya, baik dalam hal subject matter maupun metode
penyampaiannya.
Secara khusus, dalam konteks pendidikan di Indonesia saat ini,
kurikulum yang dikembangkan saat ini adalah kurikulum berbasis
kompetensi,
yang
pada
intinya
menekankan
pada
upaya
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan
seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian dalam pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi, kajian psikologis terutama berkenaan dengan aspekaspek: kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks;
pengalaman belajar siswa; hasil belajar (learning outcomes), dan
standarisasi kemampuan siswa

2.
Kontribusi
Pembelajaran

Psikologi

Pendidikan

terhadap

Sistem

Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang


mendasari sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori
dalam pembelajaran, seperti :
teori classical conditioning,
connectionism, operant conditioning, gestalt, teori daya, teori kognitif
dan teori-teori pembelajaran lainnya. Terlepas dari kontroversi yang
menyertai kelemahan dari masing masing teori tersebut, pada
kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan yang
signifikan dalam proses pembelajaran.
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan pula sejumlah prinsipprinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran, yakni :

a. Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan


b. Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan
bukan karena dipaksakan oleh orang lain.

c. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha


dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.

d. Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.


e. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
f. Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
Fakultas Psikologi Untag Surabaga
Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo
g. Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun termasuk
pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
h. Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
i. Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar dipahami.
Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
j. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
tujuan-tujuan lain.
k. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
l. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
m. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.

3. Kontribusi Psikologi Pendidikan terhadap Sistem Penilaian


Penilaian pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam
pendidikan guna memahami seberapa jauh tingkat keberhasilan
pendidikan. Melalui kajian psikologis kita dapat memahami
perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu, kajian psikologis telah memberikan sumbangan nyata
dalam pengukuran potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta
didik, terutama setelah dikembangkannya berbagai tes psikologis, baik
untuk mengukur tingkat kecerdasan, bakat maupun kepribadian
individu lainnya, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial
Aptitude Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya
melalui pengukuran psikologis, memiliki arti penting bagi upaya
pengembangan proses pendidikan individu yang bersangkutan
sehingga pada gilirannya dapat dicapai perkembangan individu yang
optimal.

D. RUANG LINGKUP PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Fokus utama Psikologi Pendidikan adalah interaksi pendidikan, yaitu interaksi
antara siswa dengan guru, yang berlangsung dalam suatu lingkungan. Siswa
menduduki tempat yang paling utama dalam interaksi ini. Seluruh kegiatan
interaksi pendidikan diciptakan bagi l:epentingan siswa, yaitu membantu

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo
pengembangan semua potensi dan kecakapan yang dimilikinya setinggitingginya. Sehubungan dengan hal itu, maka hal-hal yang berkenaan dengan
perkembangan, potensi dan kecakapan, dinamika perilaku serta kegiatan siswa
terutama perilaku belajar menjadi kajian utama dalam landasan psikologis
proses pendidikan.
Guru sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan
dengan siswa, menduduki tempat selanjutnya dalam interaksi ini. Berbagai
bentuk aktivitas mendidik, mengajar, melatih dan membimbing yang dilakukan
guru, tuntutan kemampuan profesional serta latar belakang sosial pribadi dari
guru menjadi bahan studi selanjutnya dalam landasan psikologis pendidikan.
Ketiga lingkungan pendidikan, yaitu sekolah yang terlibat langsung dalam
interaksi pendidikan, keluarga yang mempunyai pengaruh penting terhadap
perkembangan siswa, dan masyarakat yang walaupun tidak terlibat secara
langsung dalam interaksi belajar-mengajar di sekolah tetapi mempunyai
peranan yang cukup besar, juga menjadi bahan kajian yang cukup penting
dalam landasan psikologis proses pendidikan.

E. METODE PENELITIAN DALAM PSIKOLOGI PENDIDIKAN


Pada umumnya, para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologis di bidang
kependidikan dengan memanfaatkan beberapa metode penelitian tertentu seperti: a)
eksperimen; b) kuesioner; c) studi kasus; d) penyelidikan klinis; dan e) observasi
naturalistik.
1. Metode eksperimen
Pada asasnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan
eksperimenter (peneliti yang bereksperimen) di dalam sebuah laboratorium atau
ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaan disesuaikan dengan data yang akan
diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa
ketika sedang membaca. Selain itu, eksperimen dapat pula dipakai untuk mengukur
kecepatan bereaksi seorang siswa terhadap stimulus tertentu. Alat utama yang paling
sering dipakai dalam eksperimen pada jurusan psikologi pendidikan atau fakultas
psikologi di universitas-universitas terkemuka adalah komputer dengan pelbagai
program seperti program cognitive psychology test.
Metode eksperimen sering digunakan dalam penelitian psikologi pendidikan dengan
tujuan untuk menguji keabsahan dan kecermatan kesimpulan-kesimpulan yang ditarik
dari hasil temuan penelitian dengan metode lain. Contoh: apabila sebuah kesimpulan

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo
yang ditarik dari sebuah penelitian dengan metode observasi misalnya, menimbulkan
keraguan atau masalah baru, maka dilakukan percobaan atau eksperimen.
Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikolog pendidikan, dianggap
sebagai metode pilihan dalam arti lebih utama untuk digunakan dalam riset-riset, karena
data dan informasi yang dihimpun melalui metode ini lebih bersifat definitif (pasti) dan
lebih saintifik (ilmiah) jika dibandingkan dengan data dan informasi yang dihimpun
melalui penggunaan-penggunaan metode lainnya.
Anggapan itu sesungguhnya tidak sepenuhnya benar, sebab sering terjadi perilaku
subjek yang terekam dalam eksperimen ternyata berlawanan dengan perilaku subjek
tersebut dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi, subjek tadi mungkin telah berpura-pura
ketika diteliti karena in-in membantu atau mengacaukan rancangan operasional
penelitian eksperimenter. Untuk mengantisipasi hal yang bakal terjadi yang tidak sesuai
dengan harapan peneliti, rancangan eksperimen (experimental design) biasanya dibuat
sedemikian rupa, sehingga, seluruh unsur penelitian termasuk penggunaan
laboratorium/tempat dan subjek yang akan diteliti betul betul memenuhi syarat
penelitian eksperimental.
Dalam penelitian eksperimental objek yang akan diteliti dibagi ke dalam dua
kelompok, yakni: 1) kelompok percobaan (eksperirnental group); 2) kelompok
pembanding (control group). Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang
yang tingkah lakunya diteliti dengan perlakukan khusus dalam arti sesuai dengan
data yang akan dihimpun. Kelompok pembanding juga terdiri atas objek yang
jumlah clan karakteristiknya sama dengan kelompok percobaan, tetapi tingkah
lakunya tidak diteliti dalam arti tidak diberi perlakuan (treatment) seperti yang
diberikan kepada kelompok percobaan. Setelah eksperimen usai, data dari
kelompok percobaan tadi dibandingkan dengan data dari kelompok pembanding,
lalu dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan dengan teknik statistik tertentu.
2. Metode kuesioner
Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset sosial termasuk bidang psikologi
pendidikan relatif lebih menonjol bila dibandingkan dengan penggunaan metodemetode lainnya. Gejala dominasi (penguasaan/ kemenonjolan) penggunaan metode
ini muncul karena lebih banyak sampel yang bisa dijangkau di samping unit cost
(biaya satuan) per responden lebih murah. Contoh data yang dapat dihimpun
dengan cara penyebaran adalah sebagai berikut.
1. Karakteristik pribadi siswa seperti jenis kelamin, usia, clan seterusnya tapi
tidak termasuk nama.
2. Latar belakang keadaan siswa seperti latar belakang keluarga, latar belakang
pendidikan, dan sebagainya.
3. Perhatian siswa terhadap mata pelajaran tertentu.

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo
4. Faktor-faktor pendorong dan penghambat siswa dalam mengikuti pelajaran
tertentu.
5. Aplikasi (penerapan) mata pelajaran tertentu dalam kehidupan seharihari siswa
(seperti salat dalam pelajaran agama).
6. Pengaruh aplikasi mata pelajaran tertentu terhadap perikehidupan siswa.
3. Metode Studi Kasus
Studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh
gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok
siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti psikologi pendidikan, juga
sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti
melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih
luas dan mendalam.
Instrumen atau alat pengumpul data (APD) yang digunakan dalam studi kasus bisa
bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variabel yang sukar ditentukan
dalam satuan jumlah tertentu (Tardif, 1987). Selanjutnya karena kesimpulan-kesimpulan
yang ditarik dari hasil studi kasus biasanya sulit dijadikan tolak ukur yang berlaku umum
(digeneralisasikan), studi tersebut sering diikuti dengan investigasi dan suvey lain yang
berskala lebih besar. Tetapi, dalam hal subjek yang diteliti, studi kasus relatif sama
dengan metode penyelidikan klinis yalazi hanya terdiri atas seorang individu atau
kelompok kecil individu.
Fenomena dan peristiwa yang diselidiki dengan metode ini lazimnya terus-menerus
diikuti perkembangannya selama kurun waktu tertentu. Bahkan seorang peneliti psikologi
pendidikan terkadang memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menghimpun bahanbahan berupa data dan informasi yang akurat, vang tepat dan cermat, mengenai seorang
individu atau sekelompok kecil individu. Studi kasus akan memerlukan waktu yang lebih
lama lagi apabila dipakai untuk menyelidiki fenomena genetika (karakteristik ketwunan)
yang dihubungkan dengan aktivitas pendidikan. Dalam hal ini, studi biasanya dimulai
sejak seorang anakberusia muda (balita umpamanya) hingga berusia tertentu (remaja
misalnya) untuk mendapatkan pengertian yang tepat mengenai aspek-aspek
perkembangan yang perlu diperhatikan demi kepentingan praktik kependidikan untuk
anak tersebut.
4. Metode Penyelidikan Klinis
Pada mulanya, metode penyelidikan klinis atau metode klinis hanya digunakan oleh para
ahli psikologi klinis atau psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan
penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan (Psychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo
Jean Piaget adalah yang mula-mula memanfaatkan metode penyelidikan klinis
tersebut untuk kepentingan pendidikan. Piaget telah sering menggunakan metode
ini untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu
alamiah, (quasi-natural) antara peneliti dengan anak yang diteliti (Reber, 1988).
Dalam hal pelaksanaan penggunaannya, peneliti menyediakan benda benda dan
memberi tugas-tugas serta pertanyaan-pertanyaan tertentu yang boleh diselesaikan
oleh anak secara bebas menurut persepsi dan kehendaknya. Kemudian, setelah
data dari hasil penyelidikan pertama diangkat dan diberi perlakuan khusus
(misalnya dianalisis sekilas), peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas
tambahan untuk mendukung data yang terhimpun sebelumnya.
Selanjutnya perlu dicatat bahwa metode penyelidikan klinis pada umumnya hanya
diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan
psikologis
tak
terkecuali
penyimpangan
perilaku
(maladaptive
behavior/misbehavior). Oleh karenanya, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan
dengan metode tersebut selalu memperhatikan batas-batas kesanggupan siswa.
Sama halnya dengan metode eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium,
metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang sungguh-sungguh.
Sasaran yang akan dicapai oleh penelitian dengan penggunaan metode klinis
terutama untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku
seorang siswa atau sekelompok kecil siswa.
Kemudian, berdasarkan kepastian faktor penyebab itu penelitian berupaya
memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan
tersebut.
5. Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistik (naturalistic observation) adalah sejenis observasi
yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang
diteliti atau ia tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan
penelitian.
Pada mulanya, observasi naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu
hewan (ethologist) untuk mempelajari perilaku hewan tertentu, misalnya
perkembangan perilaku ikan jantan terhadap ikan betina (Lazerson, 1975).
Kemudian, metode observasi naturalistik digunakan oleh psikolog sosial untuk
meneliti peranan kepemimpinan dalam sebuah masyarakat atau untuk meneliti
sekelompok orang yang memerlukan terapi, (perawatan dan pemulihan) yang
bersifat kemasyarakatan. Selanjutnya, metode ini juga digunakan oleh para
psikolog perkembangan, para psikolog kognitif, dan para psikolog pendidikan.

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Materi 1
Djoko Budi Utomo
Sumber Bacaan

Abin S. M. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.

Gulo, W., 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Grasindo

Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:


P.T. Remaja Rosdakarya.

Surya, Moh. 1997. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung PPB - IKIP
Bandung.

Syah, Muhibbin 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.

Fakultas Psikologi Untag Surabaga


Semester Gasal Tahun Akademik 2014/2015

10

Anda mungkin juga menyukai