Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegagalan (risk off ailures) pada setiap proses atau aktifitas pekerjaan,
dan saat

kecelakaan kerja seberapapun kecilnya, akan mengakibatkan

efek kerugian (loss). Secara umum penyebab kecelakaan di tempat kerja


adalah sebagai berikut:
Kelelahan (fatigue)
Kondisi kerja dan pekerjaan yang tidak aman (unsafe working
condition)
Kurangnya penguasaan pekerja terhadap pekerjaan, ditengarai
penyebab awalnya (pre-cause) adalah kurangnya training
Karakteristik pekerjaan itu sendiri.
Di dunia industri, penggunaan tenaga kerja mencapai puncaknya dan
terkonsentrasi di tempat atau lokasi proyek yang relatif sempit. Ditambah sifat
pekerjaan yang mudah menjadi penyebab kecelakaan (elevasi, temperatur,
arus listrik, mengangkut benda-benda berat dan lain-lain), sudah sewajarnya
bila pengelola proyek atau industri mencantumkan masalah keselamatan
kerja pada prioritas pertama. Dengan menyadari pentingnya aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dalam penyelenggaraan proyek, terutama
pada implementasi fisik, maka perusahan/industri/proyek umumnya memiliki
organisasi

atau

bidang

dengan

tugas

khusus

menangani

maslah

keselamatan kerja. Lingkup kerjanya mulai dari menyusun program,


membuat prosedur dan mengawasi, serta membuat laporan penerapan di
lapangan. Dalam rangka Pengembangan Program Kesehatan Kerja yang
efektif dan efisien, diperlukan informasi yang akurat, dan tepat waktu untuk
mendukung proses perencanaan serta menentukan langkah kebijakan
selanjutnya.

Penyusunan progrma, membuat prosedur, pencatatan dan mengawasi


serta membuat laporan penerapan di lapangan yang berkaitan dengan
keselamatan kerja bagi para pekerja kesemuanya merupakan kegiatan dari
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
Dalam rangka menghadapi era industrialisasi dan era globalisasi
serta pasar bebas (AFTA) kesehatan dan keselamatan kerja merupakan
salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara
yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota termasuk Indonesia.
Beberapa komitmen global baik yang berskala bilateral maupun multilateral
telah mengikat bangsa Indonesia untuk memenuhi standar. Standart acuan
terhadap berbagai hal terhadap industri seperti kualitas, manajemen kualitas,
manajemen lingkungan, serta keselamatan dan kesehatan kerja. Apabila saat
ini industri pengekspor telah dituntut untuk menerapkan Manajemen Kualitas
(ISO-9000, QS-9000) serta Manajemen Lingkungan (ISO-14000) maka
bukan tidak mungkin tuntutan terhadap penerapan Manajemen Keselamatan
dan Kesehatan kerja juga menjadi tuntutan pasar internasional.
Untuk menjawab tantangan tersebut Pemerintah yang diwakili oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah menetapkan sebuah
peraturan perundangan mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga
Kerja Nomuor : PER.05/MEN/1996.
Tujuan dan sasaran sistem Manajemen K3 adalah terciptanya sistem
K3 di tempat kerja yang melibatkan segala pihak sehingga dapat mencegah
dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja dan terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif.
B. PERMASALAHAN
1. Seperti apakah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja itu?
2. Apa manfaat Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja?

BAB II
PEMBAHASAN
1. SISTIM MANAGEMEN K3 DI INDONESIA
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara
normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1, adalah
bagian dari sistem manajemen keseluruhan

yang meliputi struktur

organisasi, perencanaan, tanggungjawab, pelaksanaan, prosedur, proses


dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan Keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan
kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan
produktif. Karena SMK3 bukan hanya

tanggung jawab pemerintah,

masyarakat, pasar, atau dunia internasional saja tetapi juga tanggung jawab
pengusaha untuk menyediakan tempat kerja yang aman bagi pekerjanya.
Selain itu penerapan SMK3 juga mempunyai banyak manfaat bagi industri
kita antara lain :
1. Mengurangi jam kerja yang hilang akibat kecelakaan kerja.
2. Menghindari kerugian material dan jiwa akibat kecelakaan kerja.
3. Menciptakan tempat kerja yang efisien dan produktif karena tenaga
kerja merasa aman dalam bekerja.
4. Meningkatkan image market terhadap perusahaan.
5. Menciptakan

hubungan

yang

harmonis

bagi

karyawan

dan

perusahaan. Perawatan terhadap mesin dan peralatan semakin baik,


sehingga membuat umur alat semakin lama.
Sebagai mana terdapat pada lampiran I PERMENAKER NO:PER.05/
MEN/1996 sebagai berikut:
1. Komitmen dan Kebijakan
Kepemimpinan dan Komitmen
3

Tinjauan Awal K3
Kebijakan K3
2. Perencanaan
Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya
Tujuan dan Sasaran
Indikator Kinerja
Perencanaan Awal dan Perencanaan Kegiatan yang Sedang
Berlangsung
3. Penerapan
a. Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana
1) Integrasi
2) Tanggungjawab dan Tanggung Gugat
3) Konsultasi, Motyivasi dan Kesadaran
4) Pelatihan dan Kompetensi
b. Jaminan Kemampuan SDM Sarana dan Dana
1) Komunikasi
2) Pelaporan
3) Pendokumentasian
4) Pengendalian Dokumen
5) Pencatatan dan Manajemen Informasi
c. Identifikasi Sumber Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Resiko
1) Identifikasi Sumber Bahaya
2) Penilaian Resiko
3) Tindakan Pengendalian
4) Perancangan dan Rekayasa
5) Pengendalian Administratif
6) Tinjauan Ulang Kontrak
7) Pembelian
8) Prosedur Menghadapi keadaan darurat dan Bencana
9) Prosedur Menghadapi Insiden
4

10)Prosedur Rencana Pemulihan Keadaan Darurat


4. Pengukuran dan Evaluasi
a. Inspeksi dan Pengujian
b. Audit SMK3
c. Tindakan Perbaikan dan Pencegahan
5. Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen
Kekurangan yang paling dasar adalah peraturan pendukung
mengenai K3 yang masih terbatas dibandingkan dengan organisasi
internasional. Tapi hal ini masih dapat dimaklumi karena masalah yang sama
juga dirasakan oleh negara-negara di Asia dibandingkan negara Eropa atau
Amerika, karena memang masih dalam tahap awal. Selain itu sertifikasi
SMK3 yang hanya dapat dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja (Pemerintah)
dirasakan kurang membantu promosi terhadap SMK3 dibandingkan dengan
sertifikasi ISO series, OHSAS, KOHSA (korea), yang juga menggunakan
badan sertifikasi swasta.
Dengan banyaknya keuntungan dalam penerapan SMK3 serta
standarisasi SMK3 di Indonesia yang cukup representatif bukankah saatnya
bagi Industri Indonesia untuk melaksanakan SMK3 sesuai PER.05/MEN/1996
baik industri skala kecil, menengah, hingga besar ? Sehingga bersama-sama
menjadi industri yang kompetitif, aman, dan Efisien dalam menghadapi pasar
terbuka.
2. TUJUAN PEMBENTUKAN K3 DAN PELAKSANAAN P2K3
Usaha keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mempunyai
tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan umum yaitu :
Perlindungan terhadap tenaga kerja yang berada ditempat kerja agar
selalu terjamin keselamatan dan kesehatannya sehingga dapat
diwujudkan peningkatkan produksi dan produktivitas kerja.

Perlindungan setiap orang lainnya yang berada ditempat kerja agar


selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
Perlindungan terhadap bahan dan peralatan produksi agar dapat
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien.
Sedangkan secara khusus antara lain :
Mencegah dan atau mengurangi kecelakaan, kebakaran, peledakan
dan penyakit akibat kerja.
Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat kerja, bahan baku dan
bahan hasil produksi.
Menciptakan lingkungan dan tempat kerja yang aman, nyaman, sehat
dan penyesuaian antara pekerja dengan manuasi atau manusia
dengan pekerjaan.
3.

DASAR HUKUM
Sebagai dasar hukum pembentukan, susunan, dan tugas Panitia

Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3)

ialah Undang-undang

No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 10 ayat (1), (2) dengan
peraturan pelaksanaannya yaitu :
Keputusan Menteri Tenaga kerja No. KEP-125/MEN/82 tentang Dewan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja, yang disempurnakan dengan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja No. KEP-155/MEN/84.
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. KEP-04/MEN/87 tentang Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara
Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja.
4.

PEMBENTUKAN
a. Syarat Pembentukan
Setiap tempat kerja dengan kriteria tertentu, pengusaha atau
pengurus wajib membentuk P2K3..
6

b. Syarat Keanggotaan
1. Keanggotaan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terdiri atas unsur pengusaha dan tenaga kerja yang susunannya
terdiri dari atas ketua, sekretaris dan anggota.
2. Sekretaris Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
ialah Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Petugas
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di perusahaan.
3. Ketua P2K3 ialah Pimpinan Perusahaan atau salah satu Pimpinan
Perusahaan

yang

ditunjuk

(khusus

untuk

kelompok

perusahaan/centra industri).
4. Jumlah dan susunan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan
Kerja adalah sebagai berikut :
a. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 (seratus) orang
atau lebih, jumlah anggota sekurang-kurangnya 12 (dua belas)
orang terdiri dari 6 (enam) orang mewakili pengusaha/pimpinan
perusahaan dan 6 (enam) orang mewakili tenaga kerja.
b. Pengusaha yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh)
orang sampai 100 (seratus) orang, jumlah anggota sekurangkurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang mewakili
pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang mewakili
tenaga kerja.
c. Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 50 (lima puluh),
dengan tingkat risiko bahaya sangat berat jumlah anggota
sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang
mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang
mewakili tenaga kerja.
d. Kelompok perrusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang
50 (lima puluh) untuk setiap anggota kelompok, jumlah anggota
sekurang-kurangnya 6 (enam) orang terdiri dari 3 (tiga) orang
7

mewakili pengusaha/pimpinan perusahaan dan 3 (tiga) orang


mewakili tenaga kerja.
c. Struktur Organisasi
1. Bentuk organisasi dan kepengurusan
Suatu organisasi P2K3 dapat mempunyai banyak variasi
tergantung pada besarnya, jenisnya bidang, bentuknya kegiatan
dari perusahaan dan sebagainya. Kepengurusan dari pada
organisasi P2K3 terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua, seorang
atau lebih Sekretaris dan beberapa anggota yang terdiri dari unsur
pengusaha dan pekerja.
a. Ketua dijabat oleh salah seorang Pimpinan Perusahaan yang
mempunyai kewenangan dalam menetapkan kebijaksanaan di
perusahaan.
b. Sekretaris dapat dijabat oleh ahli K3/Petugas K3 (Safety Officer)
atau calon yang dipersiapkan untuk menjadi Petugas K3.
c. Para anggota terdiri dari wakil unit-unit kerja yang ada dalam
perusahaan dan telah memahami permasalahan K3.
d. Program Kerja Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
1.

Identifikasi masalah Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (K3).

2.

Pendidikan dan pelatihan.

3.

Sidang-sidang.

4.

Rekomendasi.

5.

Audit.

e. Peran dan Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(P2K3)
1.

Peran pokok Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan


Kerja (P2K3) sebagai badan pertimbangan di tempat kerja ialah
memberikan saran dan pertimbangan baik diminta maupun
tidak

kepada

pengusaha/pengurus

tempat

kerja

yang

bersangkutan mengenai masalah-masalah keselamatan dan


kesehatan kerja.
2.

Fungsi Panitia Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) ialah


menghimpun

dan

mengolah

segala

data

dan

atau

permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di


tempat

kerja

ditingkatkannya

yang

bersangkutan,

penyuluhan,

serta

pengawasan,

mendorong
latihan

dan

penelitian Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


5. PROMOSI KESEHATAN DI TEMPAT KERJA
Adalah

upaya

memberdayakan

masyarakat

untuk

memelihara,

meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta lingkungannya. (The


process of enabling people to increase control over, and to improve their
health-Ottawa charter 1986.)
Memberdayakan adalah upaya untuk membangun daya, yang berarti
mengembangkan

kemandirian,

yang

dilakukan

dengan

menimbulkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta dengan mengembangkan iklim


yang mendukung pengembangan kemandirian tersebut.
Tujuan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja adalah :
Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di
tempat kerja.
Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
Menurunkan

angka

penyakit

akibat

kerja

dan

lingkungan kerja.
Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung
dan aman.
Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup
yang sehat.
Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan
kerja dan masayarakat.

Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan


kesehatan pekerja dan lingkungannya adalah pencegahan dan
peningkatan kesehatan.Secara mendasar Promosi Kesehatan Di
Tempat

Kerja

adalah

perlu

melindungi

individu

(pekerja),

lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan


berbahaya, stress atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja
yang

memperhatikan

kesehatan

dan

menggunakan

pelayanan

kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya promosi


kesehatan di tempat kerja.
Keuntungan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja, secara
umum :
Bagi Perusahaan

Bagi Pekerja

Meningkatnyalingkungan
tempat

kerja

yang

sehat

Lingkungan tempat kerja


menjadi lebih sehat

dan aman serta nyaman

Citra Perusahaan Positif

Menurunnya stress

Meningkatkan moral staf

Meningkatnya

Menurunnya angka absensi

Meningkatnya percaya diri

semangat

kerja

Meningkatnya produktifitas

Meningkatnya kemampuan

biaya

Meningkatnya kesehatan.

biaya

Menurunnya
kesehatan

atau

asuransi.
Pencegahan

Lebih sehatnya

keluarga

dan masyarakat
terhadap

penyakit.
a. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang sangat penting
untuk melihat seberapa baiknya program tersebut terlaksana, untuk

10

mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah yang ditemui


dan umpan balik (feedback) untuk perbaikan.
b. Revisi dan perbaikan program.
Setelah

mendapatkan

hasil

dari

evaluasi

tentunya

ada

kekurangan dan masukan yang perlu untuk pertimbangan dalam


melakukan perbaikan program, sekaligus merevisi hal yang sudah
ada.
6.

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT


Sektor Transportasi Darat memiliki peranan yangb sangat penting

dalam masyarakat karena turut

menggerakkan roda perekonomian dan

mobilitas masyarakat. Melalui jasa transportasi, diselenggfarakan kegiatan


angkiutan barang, penumpang dan jassa lainnya dari suatu daerah kedaerah
lainnya.
Untuk itu, dikembangkan Sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Transportasi Darat (SMK3 Transportasi) yang memberikan
persyaratan untuk sistim manajemen K3 untuk membantu perusahaan dalam
mengendalikan bahaya kecelakaan dan meningkatkan kinerja K3 sekaligus
produktivitas perusahaan. Sistim Manajemen K3

Transportasi ini berlaku

bagi perusahaan jasa angkutan darat untuk :

Membangun

sistim

Manajamen

K3

untuk

mencegah

terjadinya

kecelakaan lalu lintas atau kejadian lainnyan yang tidak diinginkan.

Menerapkan , memelihara dan meningkatkan SMK3 secara terus


menerus.

Memastikan bahwa perusahaan telah memenuhi norma keselamatan


yang ditentukan.

a. Elemen Sistim Manajemen K3 Transportasi


Sistim Manajemen Keselamatan Transportasi merupakan sistim
manajemen berkelanjutan yang terdiri atas elemen sebagai berikut :
11

Persyaratan Umum
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara Sistim Manajemen K3
yang terintegrasi dengan sistim manajemen perusahaan sebagaImana
disyaratkan dalam elemen 5 ini

Kebijakan K3
Perusahaan harus menetapkan dan memelihara kebijakan K3

yang menunjukkan komitmen perusahaan terhadap keselamatan dalam


operasi angkutan.
Perencanaan K3
1. Pemeriksaan Dan Tindakan Koreksi

Pemantauan dan Pengukuran Kinerja

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur


mengenai pemantauan dan pengukuran Kinerja K3 perusahaan yang
mencakup :

Inspeksi dan Pengujian

Perusahaan harus menetapkan prosedur mengenai inspeksi


dan pengujian yang menfcakup :

2. Tinjauan Manajemen
Perusahaan harus melakukan tinjau ulang oleh manajemen secara
berkala untuk menilai dan mengetahui pelaksanaan SMK3 dalam perusahaan
serta permasalahan yang dihadapi untuk peningkatan berkelanjutan
b. Process Safety Management
1. Proses Safety Management.
Terdapat tiga kriteria pokok Proses Safety Management dengan 13
elemen-elemen.
a. Kriteria Teknologi dan Proses, meliputi elemen-elemen :
informasi keselamatan proses
analisa bahaya proses
12

keterpaduan mekanik
penelaahan KK awal operasi
b. Kriteria Keselamatan Kerja, meliputi elemen-elemen :
penanganan keselamatan kerja kontraktor
cara kerja aman
prosedur operasi
pelatihan karyawan
partisipasi karyawan
c. Kriteria Manajemen, meliputi elemen-elemen :
manajemen perubahan
rencana tanggap darurat
audit manajemen keselamatan proses dan penyelidikan kecelakaan
d. Kriteria Teknologi dan Proses.

Informasi Keselamatan Proses.

Analisa Bahaya Proses.

Manajemen

Review Keselamatan Pra Start-Up.

Kriteria Manajeman

Manajemen Perubahan

Penyelidikan Kejadian

Penanggulangan Darurat

Keterpaduan Mekanis

Audit

e. Kriteria Keselamatan Kerja.

Keselamatan Kerja Kontraktor.

Cara & Ijin Kerja Aman.

Prosedur Operasi.

Pelatihan/Training.
13

Partisipasi Karyawan.

c. Reliability Centred Maintenance


1. Basic Principles :
Tujuh prinsip dasar tentang RCM :
a) Fungsi dan standard unjuk kerja (Functions and performance
standards).
b) Cara kegagalan memenuhi fungsi (Functional failures).
c) Penyebab kegagalan fungsional (Failure modes).
d) Kejadian-kejadian pada setiap kegagalan (Failure effects).
e) Akibat terjadinya kegagalan (Failure consequences).
f) Pencegahan kegagalan (Preventive tasks).
g) Tindakan alternatif didalam mencegah kegagalan (Default tasks).
2. Persiapan RCM.
a. Langkah awal penerapan RCM meliputi :
Plant register.
Maintenance priority list.
Technical history data.
Decision support tools development.
Inherrent Reliability vs. Desired performance.
Hidden functions, Failure pattern survey
Preventive task selection and DefinePotential-Failure interval.

14

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat disimpulkan ;
1. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) secara
normatif sebagaimana terdapat pada PER.05/MEN/1996 pasal 1,
adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan

yang meliputi

struktur

pelaksanaan,

organisasi,

prosedur,

proses

pengembangan,

perencanaan,
dan

tanggungjaeab,

sumberdaya

penerapan,

yang

pencapaian,

dibutuhkan

bagi

pengkajian

dan

pemeliharaan kebijakan.
2. Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai
manfaat langsung maupun tidak langsung.
3. Promosi K3 adalah salah satu cara untuk meningkatkan K3
B.

SARAN
1. Untuk meningkatkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diperlukan
adanya manajemen K3.
2. Belum maximalnya pelaksanaan Managemen K3 disebabkan oleh
kurangnya pengetahuan dan informasi tentatang manajemen K3,
15

untuk itu kepada Menteri terkait dan Dunia Industri agar diadakan
sosialisasi secaras terus menerus.
3. Perlu peningkatan Promosi Keselamatan Kerja pada setiap Dunia
Kerja agar semua orang mementingkan Keselamtan kerja itu sendiri.
4. Sekolah secara khusus SMK yang dipersiapkan untuk tenaga kerja
menengah kebawah hendaknya dibekali dengan Manajemen K3.

DAFTAR RUJUKAN
Joko Kustono, 2005, CD, Universitas Negeri Malang
Peraturan Pemerintah, 1982, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta, Menteri Tenaga Kerja
Peraturan Pemerintah, 1984, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta, Menteri Tenaga Kerja
Peraturan Pemerintah, 1987, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta, Menteri Tenaga Kerja
Peraturan Pemerintah, 1996, Undang-undang dan Peraturan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta, Menteri Tenaga Kerja
Suharto, Imam. 1997.

Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai

Oprasional. Erlangga.

16

Anda mungkin juga menyukai