Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA & DASAR-DASAR TEORI

2.1. TINJAUAN PUSTAKA


Pemakaian serat karbon polimer (CFRP) yang ditempel pada sisi samping
balok tinggi sebagai perkuatan geser dapat meningkatkan kapasitas geser 50
sampai 100% untuk balok dengan satu titik beban ditengah bentang, sedangkan
peningkatan 40 sampai 66 % diperoleh pada dua titik beban. Demikian juga
penempatan posisi atau arah CRFP juga mempengaruhi kapasitas geser balok
tinggi, yakni peningkatan terbesar terjadi pada posisi CFRP 45 derajat terhadap
sumbu balok, pada CFRP arah 900 (arah vertikal) kapasitas geser meningkat 78%
untuk satu titik beban dan 44% untuk dua titik beban, sedangkan pada sudut
mendatar tidak berpengaruh (hanya terjadi peningkatan sebesar 3%). Peningkatan
daktilitas juga terjadi pada balok tinggi yang diberi CFRP pada arah 45 0 dan arah
vertikal hingga 2 kalinya (Zhang, etc., 2004).
Usulan perhitungan untuk balok tinggi yang berlobang pada bagian badan
telah dibuat dengan mengacu pada model strut-and-tie yang sederhana dimana
pengaruh kemiringan penulangan geser menjadi pertimbangan utama. Penulangan
geser yang miring berfungsi untuk menahan retak diagonal yang terjadi pada
balok tinggi (Tan, etc., 2004).
Penyelidikan keruntuhan tekan geser telah dilakukan pada balok tinggi
dengan mengambil variasi rasio bentang geser dan tinggi efektif balok (a/d) antara
1,0 sampai 2,5 dengan beban single dan double pada balok. Dijelaskan bahwa
mutu beton, rasio penulangan utama, rasio penulangan geser pada rasio a/d 1,0

sampai 2,5 akan mempengaruhi keruntuhan tekan geser pada balok tinggi
(Zararis, 2003).
Desain dengan metode CIRIA pada balok tinggi dengan memakai beton
normal dan mutu tinggi telah dilakukan revisi untuk memperkirakan geser ultimit
yang terjadi. Parameter yang bervariasi diberikan pada penyelidikan tersebut
antara lain ; rasio a/d antara 0,27 sampai 2,7 ; jumlah penulangan utama (1,23
sampai 5,80%), jumlah penulangan geser dan mutu beton yang digunakan antara
25 sampai 100 MPa (Leong and Tan, 2003).
Perkiraan daerah dan dimensi keruntuhan tekan geser juga dapat dilakukan
pada balok tinggi dengan memakai metode AE, yang mengukur besarnya energi
lokal dari sensor-sensor yang diberikan pada permukanan beton. Evaluasi daerah
keruntuhan dapat diketahui dari pengujian tekan uniaxial pada balok berdasarkan
amplitudo maksimum yang diukur dari tegangan maksimum. Panjang daerah
keruntuhan balok hasil pengujian ternyata lebih dari 30% dari hasil pengukuran
sensor yang dilakukan dari berbagai bentuk dan ukuran benda uji (Watanabe,
2002).
Pengaruh letak beban dengan penulangan geser yang berbeda pada balok
tinggi dengan beton mutu tinggi (fc > 55 MPa) juga telah diteliti, dimana
dilakukan pengujian dengan beban seluruhnya terletak pada tepi atas balok, dan
semua pada tepi bawah balok serta kombinasi tepi atas dan tepi bawah balok
dengan ratio Ptop/Pbottom masing-masing 1:1 dan 2:1. Sedangkan variasi penulangan
geser yang diteliti antara lain balok tinggi dengan tulangan utama yang
dimiringkan, tulangan geser vertikal serta kombinasi tulangan geser vertikal dan
horizontal. Penelitian ini juga menjelaskan bidang defleksi balok, lebar retak yang

terbentuk, pola retak, model keruntuhan, beban retak diagonal, kekuatan layan dan
ultimit (Tan and Wei, 1999).
Perbaikan kerusakan pada balok tinggi dapat dilakukan dengan
memberikan sistem perkuatan clamping stirrup externally (jepitan sengkang
pada bagian luar balok), baik untuk balok tinggi konvensional maupun balok
tinggi prategang dimana sistem ini dapat merubah mekanisme peralihan gaya
dalam balok tinggi sehingga dapat menerima beban lebih dari semestinya.
Performance dan kekuatan balok tinggi dapat dikembalikan secara penuh
sepanjang kerusakan tersebut adalah keruntuhan geser diagonal secara splitting
(sobekan) dan kurva beban-lendutan akan berkurang 15% pada balok yang rusak
dan diberi perkuatan terhadap balok yang utuh. Jumlah penulangan geser tidak
banyak berpengaruh pada kekuatan bentang geser yang diberi clamp stirrup.
Penempatan perkuatan yang paling baik adalah pada bagian tengah-tengah
bentang geser (Teng, 1996).
Balok dengan av/d < 1umunya mengacu pada balok tinggi. Retak
diagonal mula-mula kira-kira d/3 dari bawah balok dan secara serempak
menyebarkan ke arah tumpuan dan beban terpusat. Keruntuhan terjadi dengan
hancurnya beton pada beban terpusat dan tumpuan. Model keruntuhan ini
dinamakan keruntuhan balok tinggi (Kong dan Evans).
Balok dengan perbandingan bentang geser dengan tinggi , a/d, kurang dari
1.0 adalah yang digolongkan sebagai balok tinggi, dan suatu balok dengan a/d
yang melebihi 2.5 adalah balok biasa. Balok antara dua cakupan ini digolongkan
sebagai balok pendek (Thammanoon Denpongpan : 2001.hal.1)

2.2. LANDASAN TEORI


2.2.1 Umum
Balok tinggi adalah suatu elemen struktur yang mengalami beban seperti
balok biasa, tetapi mempunyai rasio tinggi terhadap lebar yang relatif besar. Balok
tinggi dengan struktur beton bertulang banyak ditemukan pada balok pembagi
(transfer girder), dinding penahan dan dinding geser. Balok tinggi memiliki
parameter dimensi yang berbeda dengan balok konvensional, dimana pada balok
yang konvensional perbandingan tinggi dan lebar balok berkisar antara 1,5 sampai
2. Balok tinggi memiliki parameter yang diukur dari rasio perbandingan bentang
geser terhadap tinggi balok (a/d), yang biasanya berkisar antara

1 sampai 2,5.

Sedangkan balok dengan rasio a/d lebih besar dari 2,5 sudah dikategorikan
sebagai balok lentur yang konvensional. Balok tinggi didefinisikan juga sebagai
balok yang memiliki rasio bentang bersih terhadap tinggi efektif (ln/d) kurang dari
5 untuk balok yang diberi beban merata pada sisi atas atau sisi tekan balok
sederhana serta mempunyai bidang geser kurang dari dua kali tinggi balok.
Beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan jenis struktur balok
tinggi (Nawy, 1990 dan Winter, 1991) adalah sebagai berikut :
1.

Rasio bentang geser terhadap tinggi efektif balok (a/d) < 2.5 untuk balok
dengan beban terpusat atau rasio bentang bersih terhadap tinggi efektif (ln/d) <
5 untuk beban merata.

2.

Panjang bidang geser (a) harus kurang dari 2 kali tinggi balok

3.

Tinggi balok jauh besar dari lebar balok.

2.2.2 Keruntuhan Balok


Faktor yang mempengaruhi perilaku dan kekuatan geser balok beton
bertulang dengan tumpuan sederhana sangat banyak dan kompleks serta tidak
seluruhnya bisa dipahami. Faktor-faktor tersebut termasuk ukuran dan bentuk
penampang balok, jumlah dan susunan penulangan lentur, penulangan tekan dan
transversal, rasio bentang geser terhadap tinggi efektif balok (a/d) serta sifat-sifat
beton dan bajanya sendiri. Jika faktor selain rasio a/d dibuat tetap pada
penampang balok persegi maka variasi kapasitas geser dapat dijelaskan seperti
Gambar 2.1 berikut ini.

Kekuatan momen lentur

Va

Kekuatan tekan-geser

=
uh
runt

Kekuatan retak miring, Vc

n
Keruntuhan
balok tinggi
Balok

Keruntuhan tarik-geser
dan tekan-geser

Keruntuhan
lentur

me
Mo

Keruntuhan tarik diagonal

Rasio a/d

Gambar 2.1 . Perubahan rasio a/d terhadap geser pada balok persegi
Berdasarkan type keruntuhan balok seperti yang terlihat pada Gambar 2.1,
jenis balok dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori, yakni :

1.

Balok tinggi (Deep Beam), yang memiliki rasio a/d


<1

2.

Balok pendek (Short Beam), yang memiliki rasio 1


< a/d < 2,5

3.

Balok

menengah

(Intermediate

Beam),

yang

memiliki rasio 2,5 < a/d 6.


4.

Balok lentur (Long Beam), yang memiliki rasio a/d


> 6.

Balok Tinggi a/d < 1


Pada balok dengan rasio a/d < 1, tegangan geser sangat berpengaruh.
Retak diagonal terbentuk mula-mula pada jarak sekitar 1/3 tinggi balok dari sisi
bawah dan secara bersamaan retak merambat kearah tumpuan dan titik beban.
Keruntuhan terjadi dengan hancurnya beton pada salah satu daerah, yakni pada
titik beban atau pada tumpuan. Retak diagonal yang terbentuk menyebabkan
adanya daerah tekan lengkung (arch zone) yang saling berhubungan pada balok,
dimana kemampuan yang tersedia menjadi lebih besar, hal ini mengakibatkan
beton pada balok bertambah kapasitas gesernya dibandingkan dengan balok yang
konvensional. Terbentuknya retak diagonal pada balok dengan dua titik beban
cenderung berperilaku seperti pelengkung dimana beban dipikul oleh tekan yang
merambat sekitar daerah tekan lengkung tersebut. Tipe keruntuhan ini disebut
model keruntuhan balok tinggi, dimana keruntuhan yang mungkin terjadi
diantaranya :

Keruntuhan angker yakni lepasnya tulangan tarik dari beton.

Hancurnya beton pada daerah tumpuan balok

Keruntuhan lentur yang timbul akibat hancurnya beton dibagian atas dari
pelengkung (daerah titik beban) atau akibat tulangan tarik sudah meleleh.

Keruntuhan daerah tekan lengkung (arch zone) akibat eksentrisitas dari


tekanan didalam pelengkung, yang mengakibatkan retak diagonal dan retak
diatas tumpuan.

Besarnya beban runtuh yang terjadi pada balok biasanya berapa kali dari beban
retak diagonal.
Balok Pendek 1 < a/d < 2,5
Seperti pada balok tinggi, balok pendek memiliki kekuatan geser yang
melebihi kekuatan retak diagonal. Retak diagonal sering terbentuk dengan
sendirinya setelah retak lentur terjadi. Retak pertama-tama akan terbentuk tetap
dibawah titik beban Setelah retak lentur-geser terjadi, retak merambat kedaerah
tekan dengan naiknya beban, yang ditandai dengan ledakan. Retak ini juga
merambat sebagai suatu retak sekunder menuju tulangan tarik dan kemudian
menerus secara horizontal sepanjang penulangan tersebut. Keruntuhan yang
mungkin terjadi antara lain adalah keruntuhan angker pada tulangan tarik, yang
disebut juga keruntuhan tarik-geser (shear-tension failure) atau keruntuhan akibat
hancurnya beton disekitar daerah tekan, yang dinamakan keruntuhan tekan-geser
(shear-compresion failure). Beban runtuh yang terjadi dapat mencapai dua kali
beban saat retak diagonal terjadi.
Balok Menengah 2,5 < a/d < 6
Kecenderungan balok runtuh geser sebelum kapasitas lentur tercapai.
Untuk balok dengan panjang sedang, retak lentur vertikal adalah retak yang
pertama terbentuk, disusul dengan retak geser-lentur miring. Awalnya retak lentur

cenderung melengkung dan membentuk segmen balok diantara retakan yang


berupa gigi. Apabila pangkal dari gigi ini bertambah lebar sebagai akibat
bertambahnya retak lentur, maka dimensi segmen tidak mampu lagi memikul
momen akibat gaya tarikan T, akar gigi ini akan pecah dan membentuk retak
geserlentur yang miring. Timbulnya retak diagonal seperti ini mengakibatkan
balok tidak lagi mampu untuk meneruskan beban. Dengan kata lain terbentuknya
retak diagonal merupakan batas kekuatan geser balok yang disebut juga
keruntuhan tarik diagonal. Kemungkinan dua tipe keruntuhan dapat terjadi pada
kondisi ini yakni :
Balok dengan rasio a/d tinggi, ketika beban pada balok meningkat maka retak
lentur a-b berubah arah menjauhi tumpuan dan merambat menuju titik beban
(lihat gambar 2.2d). Pola retak a-b-c mengacu pada retak geserlentur atau
disebut retak diagonal. Dengan adanya peningkatan beban, retak akan bertambah
dengan cepat menuju e hingga menyebabkan balok terbelah dua. Tipe keruntuhan
ini disebut juga keruntuhan tarik diagonal. Karakteristik yang penting dari tipe
keruntuhan ini adalah bahwa beban runtuh yang terjadi sama dengan beban saat
retak diagonal terbentuk.
Balok dengan rasio a/d rendah : retak diagonal akan berhenti merambat naik
(pada j) dan retak lebih lanjut meluas disekitar tulangan tarik (lihat gambar 2.2e).
Ketika beban meningkat, retak diagonal akan bertambah lebar sedangkan pada
bagian lain retak akan meluas sepanjang tulangan tarik (g-h). Kemampuan
tulangan di sebelah kiri retakan akan berkurang karena menurunnya lekatan
tulangan pada beton. Jika pada bagian ujung tulangan tidak diberi kait atau angker
maka keruntuhan akan terjadi secara bersamaan. Tetapi jika diberi kait atau angker

maka perilaku balok sama seperti lengkung tarik dan kegagalan terjadi ketika
beton disekitar angker terlepas. Tipe keruntuhan ini disebut keruntuhan tarikgeser. Beban runtuh biasanya sedikit lebih besar dibandingkan dengan beban retak
diagonal.
Balok Lentur a/d > 6
Balok yang memiliki rasio a/d > 6, keruntuhan lentur balok lebih dominan
dibanding dengan keruntuhan geser (lihat gambar 2.2b). Keruntuhan dari balok
lentur dimulai dengan melelehnya tulangan tarik dan diakhiri dengan kehancuran
beton pada penampang dengan momen maksimum. Disamping retak lentur yang
hampir vertikal pada panampang dengan momen yang maksimum, maka sebelum
keruntuhan, retak yang sedikit miring (terhadap arah vertical) kemungkinan
terjadi diantara perletakan dan penampang dengan momen maksimum. Namun
demikian kekuatan dari pada balok sepenuhnya tergantung pada besarnya momen
maksimum dan tidak dipengaruhi oleh besarnya gaya geser. Balok harus
direncanakan sedemikian rupa sehingga pada tulangan lentur terjadi leleh dahulu
sebelum beton hancur, keruntuhan seperti ini disebut juga keruntuhan daktail.

Gambar 2.2 : Model Keruntuhan Balok


(sumber : Design of Beam for Shear : 2005)

2.2.3. Mekanisme Penyaluran Geser


Penyaluran geser dalam beton sebagian besar berasal dari :
Tegangan geser beton di daerah yang tertekan, Vc. (lihat Gambar 2.3)

10

Ikatan antar agregat yang melintang pada retak diagonal, Va. Ikatan antar
agregat berhubungan langsung dengan bahan beton yaitu ukuran maksimum
agregat, bentuk butiran, dan kuat-tarik beton. Gaya geser dapat dipindahkan
hingga ketumpuan sampai terjadi retak pada beton.
Gaya vertikal Vd, yang berhubungan dengan detail penulangan. Dalam beton
bertulang ketika retak telah terjadi maka gaya vertikal tersebut menjadi aktif
sampai kondisi beban ultimit tercapai.
Tulangan geser, Vs
Gaya tumpuan, Vt

Gambar. 2.3 : Penyaluran gaya geser pada balok

Dari Gambar 2.3, diperoleh persamaan keseimbangan gaya sebagai berikut


VT = Vc + Vav + Vd + Vs
(2.1)
Berdasarkan free-body diagram balok beton yang retak, seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.4. Keseimbangan vertikal menghasilkan ketahanan geser saat balok
retak :
Vc = Vcz + Vd + Va
(2.2)

11

dimana kontribusi gaya-gaya yang terjadi adalah :


Vcz = beton tak retak pada daerah tekan (20 40% dari Vc)
Vd = gaya pasak yang dihasilkan oleh tulangan lentur (15-25% dari Vc)
Va = komponen vertikal dari ikatan antar agregat (35-50% Vc)

Gambar 2.4 : Komponen geser pada balok retak


(sumber : Design of Beam for Shear : 2005)

(a) Balok yang telah retak

(b) Segmen balok diantara retakan

12

(c) Aliran geser pada balok


Gambar 2.5 : Keseimbangan geser diantara retakan
Untuk menjelaskan mekanisme ketahanan geser pada balok tinggi dapat
ditinjau segmen balok yang terbentuk diantara dua retakan (lihat gambar 2.5)
dimana keseimbangan gaya-gaya yang bekerja dapat dinyatakan sebagai berikut :
M = T . jd
(2.3)
Ketahanan gaya geser dalam balok dapat dirumuskan sebagai berikut:
V =

dM
d
=
(T jd)
dx
dx

(2.4)
V = jd

dT
d ( jd )
+ T
dx
dx

(2.5)
Dari rumus diatas dapat dilihat bahwa geser ditahan oleh efek kombinasi sebagai
berikut:

Bagian pertama (jd

dT
) dari persamaan (2.5) mewakili aksi balok (beam
dx

action) yang sempurna dimana lengan gaya-gaya dalam jd dianggap konstan


dan besaran T berubah sepanjang bentang balok.

13

Bagian kedua (T

d ( jd )
) dari persamaan (2.5) mewakili aksi lengkung
dx

tekan (arch action) dimana gaya

T dianggap konstan dan jd

berubah

sepanjang bentang balok.

Gambar 2.6 : Prinsip mekanisme ketahanan geser ; Aksi balok dan arch
(sumber : Design of beam for shear : 2005)

Kedua aksi ini dapat diilustrasikan dalam Gambar 2.6 diatas. Jika lengan gaya jd,
dianggap konstan seperti asumsi didalam teori balok lentur
dT
d ( jd )
= 0 maka V = jd
dx
dx

(2.6)
dimana

dT
adalah aliran geser disepanjang lintasan antara tulangan dan daerah
dx

tekan. Mekanisme penyaluran geser ini disebut aksi balok (beam action), yang

14

ditunjukkan dengan bagian aliran geser. Sebaliknya, jika aliran geser sama dengan
nol
dT
=0
dx

maka V = T

d ( jd )
dx

(2.7)
Hal ini dapat terjadi jika aliran geser tidak bisa disalurkan akibat terjadi slip pada
tulangan, atau jika perpindahan aliran geser dihalangi karena adanya retak miring
disepanjang titik beban sampai kereaksi ditumpuan. Mekanisme penyaluran geser
ini disebut aksi lengkung (arch action).

Gambar 2.7 : Model strut-and tie balok

Mekanisme penyaluran geser pada balok tinggi dapat juga didekati dengan
model stut-and-tie seperti terlihat pada gambar 2.7. Kekuatan yang tersedia pada
aksi lengkung sebagian besar sangat bergantung kepada resultan tegangan tekan
diagonal yang dapat ditahan. Pada bentang geser yang relatif pendek dengan rasio
1 < a/d < 2,5 akan terbentuk strut tekan dari retak-retak miring yang mampu
menahan beban tambahan. Beban langsung disalurkan dari titik beban menuju
tumpuan oleh strut tekan diagonal tersebut. Tekanan horisontal dalam beton dan
tarikan pada tulangan utama harus seimbang dengan beban tersebut. Bentuk
geometrik dari mekanisme ini yang menyumbangkan kekuatan geser, yang
bergantung kepada penempatan titik beban dan reaksi tumpuan. Keruntuhan

15

umumnya terjadi karena hancur atau terbelahnya strut tekan diagonal tersebut,
yang besarnya sangat bergantung pada hasil uji belah silinder beton.

2.2.4 Kuat Geser Balok


Beberapa faktor yang mempengaruhi kapasitas geser balok tinggi antara
lain :

Kuat beton bertambah akibat meningkatnya aksi pasak, ikatan antar agregat
dan daerah tekan.
A

Rasio penulangan s bertambah akibat meningkatnya aksi


bd

pasak dan ikatan antar agregat. Jika meningkat maka lebar retak akan
berkurang oleh karena itu ikatan antar agregat akan bertambah.
Kekuatan penulangan longitudinal hanya memberikan sedikit

pengaruh terhadap kapasitas geser.


Tipe agregat mempengaruhi kemampuan ikatan antar agregat.

Dengan begitu kuat geser beton ringan akan lebih kecil dari beton normal
walaupun keduanya memiliki kuat tekan yang mungkin sama.
Ukuran balok khususnya tinggi balok, memainkan peranan penting

dalam kapasitas geser. Balok yang lebih lebar secara proporsional lebih lemah
dari balok yang lebih ramping. Hal ini disebabkan karena ikatan antar agregat
yang dilewati tidak dapat bertambah secara proposional pada ukuran balok.
M
av

V .d
d

Rasio bentang geser terhadap tinggi efektif balok,

mempengaruhi jenis keruntuhan geser dan ketahanan geser pada balok,


dimana :

16

Balok dengan rasio 1,5 < a/d < 7, gagal geser biasanya lebih dahulu terjadi
sebelum tercapai gagal lentur.

Ketahanan geser yang paling minimum diperoleh pada rasio a/d

2,5

Untuk rasio a/d < 2,5 aksi lengkung secara signifikan meningkatkan kuat
geser.

Menurut ACI code, kuat geser balok tinggi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Vu = ( Vc + Vs )
(2.8)

3,5 2,5

Vc =

Mu
Vu d
1,9 f c' 2500 w
bw d
Vu d
Mu

(2.9)

Avv 1 ln / d Avh 11 ln / d

fd
12 sh
12 y

Vs =

sv
(2.10)
dimana :

= faktor reduksi geser

Mu , Vu = gaya momen dan geser pada penampang kritis (N-mm, N)


f c ' = kuat tekan beton (MPa)

w = jumlah penulangan lentur (%)


As / bwd = rasio luas tulangan terhadap luas penampang beton
Avv,Avh = luas tulangan geser vertikal dan horizontal (mm2),
untuk Avv tidak boleh kurang dari 0,0015 bw sv
untuk Avh tidak boleh kurang dari 0,0025 bw sv
ln = bentang bersih balok (mm)
sv, sh

= jarak antar tulangan geser vertikal dan horizontal (mm), sv tidak

boleh

17

melebihi 1/5 d dan sh tidak melebihi 1/3 d atau 450 mm.

2.2.5 Distribusi Tegangan Balok


Perilaku balok tinggi lebih mendekati perilaku dua dimensi bukan satu
dimensi sehingga distribusi tegangan yang terjadi juga mendekati keadaan
tegangan dua dimensi. Akibatnya bidang datar sebelum lenturan tidak harus tetap
datar setelah terlentur. Distribusi teganganya tidak lagi linear, deformasi geser
yang diabaikan pada balok lentur konvensional menjadi sesuatu yang cukup
signifikan dibandingkan dengan deformasi lentur murninya. Gambar 2.9
menjelaskan distribusi tegangan yang bersifat linear pada tengah-tengah bentang
balok sebelum terjadi retak, dimana hal ini terjadi pada balok dengan rasio
bentang efektif terhadap tinggi balok lebih besar dari enam (rasio a/d > 6).

C
1/2 h
2/3 h

c.g.c

1/2 h
T

Ln

Gambar 2.9 : Distribusi tegangan lentur pada balok lentur

Trajektori yang terbentuk pada balok lentur yang dibebani dengan beban
merata diperlihatkan pada Gambar 2.10. Distribusi tegangan utama dapat
diperoleh dari analisa elemen hingga. Hasil yang diperoleh dari analisa tersebut
dengan mengambil asumsi bahan balok memiliki sifat elastis, homogen dan

18

isotropik. Hasil tegangan-tegangan utama tarik dan tekan ditampilkan dengan arah
panah masing-masing, dimana panjang arah panah menunjukkan besarnya
tegangan, serta arah panah menunjukkan arah tegangan. Dari trajektori tersebut
terlihat bahwa tegangan tekan maksimum terjadi pada tengah bentang disisi atas
balok dengan arah tegangan menuju kearah tumpuan. Tegangan tarik terjadi juga
pada tengah bentang, tetapi terjadi pada sisi bawah balok dengan arah yang
berubah jika makin dekat dengan tumpuan. Dari trajektori tegangan utama
tersebut diharapkan retak vertikal akan terbentuk ditengah bentang, pada sisi
bawah balok, yang arahnya tegak lurus dengan f1. Dari tengah bentang, retak awal
pada sisi bawah balok akan bertambah keatas dan arahnya berubah seiring dengan
meningkatnya tegangan geser, v dan berubahnya arah f1. Besarnya tegangan utama
dapat dirumuskan sebagai berikut :
f1 =

f
f

2
2

Tegangan tarik utama :

f2 =

f
f

2
2

Tegangan tekan utama :

v2

(2.11a)

v2

(2.11b)
Sedangkan besarnya sudut trajektori, antara f1 dengan garis horizontal dapat
ditentukan dari persamaan :
tan 2

2v
f

(2.12)
Beton akan retak jika tegangan tarik utama, f1 melebihi dari tegangan tarik dari
beton. Dari persamaan (2.11) terlihat bahwa tegangan tarik utama dipengaruhi
oleh besarnya tegangan geser,v. Pada garis netral balok tegangan lentur, f = 0 dan

19

tegangan geser akan mengakibatkan terbentuknya retak pada arah = 450


terhadap arah horizontal.

Gambar 2.11 : Trajektori tegangan utama pada balok lentur


( sumber : Park and Paulay, 1975 )

Sedangkan untuk balok tinggi distribusi tegangan ditengah bentang balok


terlihat tidak linear seperti terlihat pada Gambar 2.12. Besarnya tegangan tarik
maksimum pada sisi bawah jauh melebihi besarnya tegangan tekan maksimum.
Demikian juga pada trajektori tegangan-tegangan utama yang terbentuk, seperti
terlihat pada Gambar 2.13, dimana pada balok tinggi yang ditumpu diatas dua
perletakan terjadi lintasan tegangan yang curam dan pemusatan tegangan tarik
utama pada daerah tengah bentang serta pemusatan tegangan tekan pada daerah

20

perletakan baik untuk balok dengan dibebani pada sisi atas balok maupun pada
sisi bawah balok.

0.72 h

2/3 h
T

Ln

Gambar 2.12 : Distribusi tegangan lentur pada balok tinggi


Analisa elastis pada balok tinggi harus memperhitungkan distribusi
non-linear dari regangan yang terjadi akibat beban. Pada balok tinggi beban retak
pertama terjadi pada 1/3 sampai dari beban ultimitnya. Setelah retak terbentuk
tegangan terdistribusi kembali dan yang paling penting menjadi tidak ada gaya
tarik yang melintang pada retakan. Hasil analisa elastis distribusi tegangan balok
yang

mengakibatkan

retak

dapat

digunakan

sebagai

pedoman

untuk

menggambarkan arah retakan dan aliran gaya-gaya pasca retak yang terjadi.

21

Gambar 2.13a menjelaskan trajektori dari tegangan utama jika balok dibebani
merata pada sisi atas dan Gambar 2.13b jika balok dibebani pada sisi bawah. Garis
putus-putus adalah trajektori tegangan tekan yang arahnya sejajar dengan
tegangan tekan utama sedangkan garis penuh adalah trajektori tegangan tarik yang
sejajar dengan tegangan tarik utama. Retak diharapkan terjadi pada arah tegak
lurus garis trajektori tarik atau sejajar dengan garis trajektori tekan. Pada kasus
balok tinggi sederhana yang diberi beban terpusat di tengah bentang maka
tegangan tekan utama terjadi adalah pada garis sejajar yang menghubungkan
antara titik beban dengan tumpuan balok dan tegangan tarik utama sejajar pada
sisi bawah balok. Tegangan lentur pada sisi bawah balok untuk keseluruhan
bentang relatif tetap walaupun tidak begitu terlihat. Pada model strut-and-tie,
trajektori garis putus-putus menyatakan strut tekan sedangkan trajektori garis
penuh menyatakan tarikan (tie). Sudut yang dibentuk diperkirakan juga bervariasi
secara linear mulai dari 680 (kemiringan 2,5 :1) untuk l/d = 0,8 atau lebih kecil,
= 400 (kemiringan 0,85:1) untuk l/d = 1,8. Pada balok tinggi sederhana yang
diberi beban merata memiliki trajektori seperti terlihat pada Gambar 2.13. Sudut
trajektori yang terbentuk bervariasi berkisar antara 680 untuk l/d = 1,0 atau yang
lebih kecil hingga 550 untuk l/d = 2,0.

(a) Beban pada sisi atas balok

(b) Beban pada sisi bawah balok


22

Gambar 2.13 : Trajektori tegangan utama pada balok tinggi


2.2.6

Distribusi Gaya Pada Balok


Setelah mengenal tegangan yang terjadi pada penampang balok, maka

selanjutnya mengetahui bagaimana distribusi tegangan-tegangan disepanjang


bentang. Tegangan pada suatu penampang bergantung pada besar dan arah momen
serta gaya external pada penampang tersebut, maka distribusi tegangan di
sepanjang balok dapat diperoleh dengan mempelajari distribusi gaya dan moment.

2.2.7

Analisis Geser Pada Balok


Kekuatan tarik pada beton jauh lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan

tekannya, maka desain terhadap geser merupakan hal yang sangat penting dalam
struktur beton. Perilaku balok beton pada keadaan runtuh karena geser sangat
penting dalam struktur beton. Perilaku balok beton pada keadaan runtuh karena
geser sangat berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok yang terkena
keruntuhan geser langsung hancur tanpa adanya peringatan terlebih dahulu,juga
retak diagonalnya lebih lebar dibandingkan dengan retak lentur.
Kekuatan geser beton adalah besar, bervariasi antara 35 sampai dengan
80% dari kekuatan tekan. Dalam pengujian, sulit untuk membedakan geser dari
tegangan-tegangan lainnya dan oleh sebab itu menimbulkan beberapa variasi yang
dilaporkan. Nilai-nilai yang lebih rendah menyatakan usaha-usaha untuk
memisahkan pengaruh-pengaruh gesekan dari gesekan-gesekan sebenarnya. Nilai
geser hanya berarti pada dalam keadaan-keadaan yang tidak biasa, karena geser

23

biasanya harus dibatasi sampai nilai-nilai yang jauh lebih rendah supaya dapat
melindungi beton terhadap tegangan-tegangan tarik diagonal. Tegangan-tegangan
tarik diagonal sering dianggap sebagai tegangan-tegangan geser, tetapi sebenarnya
hal itu tidak tepat. Satu hal yang penting, tegangan geser biasanya dihitung untuk
mencegah beton mengalami kegagalan tarik diagonal. Tarik diagonal merupakan
penyebab utama dari retak miring. Dengan demikian keruntuhan didalam balok
yang lazimnya disebut sebagai keruntuhan geser sebenarnya adalah keruntuhan
tarik diarah retak miring.
Keseimbangan bagian penampang balok dalam arah vertikal diperoleh
dengan adanya tegangan geser pada balok.
Secara umum besarnya tegangan geser v yang berlaku adalah :
v=
Dimana :

VS
b.l

V = gaya lintang (gaya geser akibat beban luar)


S = momen statis dari bagian yang tergeser terhadap garis netral
b = lebar balok
l = momen inersia penampang

Untuk penampang persegi nilai maksimal tegangan geser terdapat pada garis
netral penampang sebesar :
vmaks =

VS
b.l

1
1
bh h
2
4
=
1
b bh 3
12
V

3V
2bh

24

Tegangan geser pada daerah diantara perletakan dan beban tidak dapat
diformulakan kembali dengan rumus yang lebih sederhana.

2.2.8

Perilaku Balok Dengan Tulangan Geser


Standart ACI didalam perencanaan tulangan geser adalah dengan jalan

meninjau kekuatan geser nominal Vn sebagai jumlah dari dua bagian


Vn = Vc+Vs
Dimana Vn adalah kekuatan geser nominal; Vc adalah kekuatan geser dari balok
yang dikerahkan oleh beton dan Vs adalah kekuatan geser akibat penulangan
geser.
Kekuatan geser yang disumbangkan beton Vc:
Pada peraturan SKSNI rumusan yang digunakan adalah :
1
6

Vc =

f ' c .b.d atau Vc =


7

f ' c 120.

Vu
b.d
Mu

As
b.d

Dimana :
f 'c

= nilai kekuatan tarik beton, dimana pengaruh mutu beton terhadap


Vc dapat ditetapkan.

= Lebar balok

= Tinggi efektif

= Rasio tulangan

Vu.d
Mu

= nilai kelangsingan struktur, didalam pemakaian nilai ini tidak


boleh lebih dari pada 1

(Struktur Beton, Universitas Semarang 1999 hal 74-75)

25

2.2.9

Fungsi Dari Tulangan geser


Pada balok sebelum terjadinya retak, sengkang praktis bebas dari tegangan

tetapi setelah terjadinya retak diagonal sengkang berfungsi memperbesar daya


pikul geser dari suatu gelagar dalam empat cara terpisah yaitu :
a. Sebagian besar dari gaya geser dipikul oleh sengkang yang memotong
suatu retak tertentu.
b. Adanya sengkang yang membatasi perkembangan retak diagonal dan
mengurangi perambatan retak tersebut ke dalam daerah tekan
c. Sengkang juga melawan melebarnya retak, sehingga kedua permukaan
retak tetap menempel secara dekat
d. Sengkang disusun sedemikian rupa sehingga dapat mengikat tulangan
memanjang menjadi satu kesatuan dengan beton. Hal ini memberi sedikit
sumbangan terhadap kemungkinan terbelahnya beton sepanjang tulanagn
memanjang, dan meningkatkan bagian dari gaya geser yang dipikul melalu
mekanisme pasak.
Menurut Nawy, G. Edward 1990 hal 134. Untuk menyediakan kekuatan geser
dengan jalan memperbolehkan suatu redistribusi dari gaya-gaya dalam yang
menyebrangi retak miring yang mungin terjadi maka penulangan geser
mempunyai tiga fungsi utama yaitu :
1. Memikul sebagian dari geser Vs.
2. Melawan pertumbuhan dari retak miring dan ikut menjaga terpeliharanya
lekatan antara agregat (atau perpindahan geser antara muka retak) Va.

26

3. Mengikat batang tulangan memanjang untuk tetap ditempatnya dan


dengan demikian meningkatkan kapasitas pasak.

27

Anda mungkin juga menyukai