Anda di halaman 1dari 6

Dasar Mesin Diesel

29 01 2010
Siklus Dasar Mesin Diesel
Sebuah mesin diesel adalah jenis mesin termal yang menggunakan proses
pembakaran internal (internal combustion engine) untuk mengubah energi yang
tersimpan dalam ikatan kimia dari bahan bakar menjadi energi mekanik berdaya
guna.
Ini
terjadi
dalam
dua
langkah:
Pertama, bahan bakar akan bereaksi secara kimia atau pembakaran dan
melepaskan
energi
dalam
bentuk
panas.
Kedua panas menyebabkan gas yang terperangkap dalam silinder memuai dan
pemuaian gas dibatasi oleh silinder menyebabkan piston bergerak memperluas
ruang silinder.
Gerakan bolak-balik (reciprocating) piston ini kemudian diubah menjadi gerak rotasi
oleh poros engkol (crank shaft, kruk as). Untuk mengkonversi energi kimia bahan
bakar menjadi energi mekanik berdaya guna semua pembakaran internal mesin
harus melalui empat kegiatan: isap, kompresi, usaha dan buang. Bagaimana
peristiwa tersebut dihitung dan bagaimana mereka terjadi membedakan berbagai
jenis mesin.
Semua mesin diesel masuk ke dalam salah satu dari dua kategori, mesin siklus dua
langkah atau 2 tak atau mesin siklus empat langka atau 4 tak. Siklus mengacu
pada setiap operasi atau rangkaian kejadian yang berulang. Dalam kasus mesin 4
tak, mesin memerlukan empat langkah piston (isap, kompresi, usaha dan buang)
untuk menyelesaikan satu siklus penuh. Oleh karena itu, diperlukan dua putaran
dari poros engkol atau 720 dari rotasi poros engkol (360 x 2) untuk
menyelesaikan satu siklus. Dalam mesin 2 tak peristiwa isap, kompresi, usaha dan
buang terjadi dalam satu putaran poros engkol atau 360.
Timing
Dalam pembahasan berikut dari siklus diesel adalah penting untuk mengingat
kerangka waktu di mana setiap tingkah laku yang diperlukan terjadi. Waktu yang
diperlukan untuk gerak pembuangan gas sisa keluar dari silinder dan udara segar
ke dalam silinder, kompres udara, menginjeksikan bahan bakar dan untuk
membakar bahan bakar.
Jika mesin diesel 4 tak berjalan konstan pada 1.500 putaran per menit (rpm), poros
mesin akan berputar 25 putaran tiap detik atau 9.000 derajat per detik. Satu
langkah selesai dalam waktu sekitar 0,02 detik.

Siklus 4 Langkah
Dalam mesin 4 tak, camshaft (noken as) disesuaikan sehingga kecepatan putarnya
hanya setengah dari kecepatan putar poros engkol atau 1 putaran camshaft
berbanding 2 putaran crankshaft. Ini artinya bahwa poros engkol harus membuat
dua putaran lengkap sebelum noken as menyelesaikan satu putaran.
Bagian berikut akan menggambarkan empat langkah, mesin diesel memiliki katup
isap dan katup buang dengan 3.5 inchi boring dan 4 inchi langkah dengan rasio
kompresi 16:1, saat melewati satu siklus. Kita akan mulai pada langkah isap.
Semua tanda waktu yang diberikan adalah secara umum dan akan bervariasi dari
mesin ke mesin.
Isap (Intake)

Ketika piston bergerak ke atas mendekati 28 sebelum


TMA yang diukur dengan perputaran poros engkol (crankshaft), cuping (nok)
camshaft mulai mengangkat cam follower. Hal ini menyebabkan batang pendorong

(pushrod) bergerak keatas dan mendorong sumbu pengungkit pelatuk (rockrer


arm), pelatuk kemudian mendorong katup isap (intake valve) ke bawah dan katup
(valve,klep) mulai terbuka. Langkah isap kini mulai sementara katup buang masih
terbuka. Aliran gas buang membuat kondisi tekanan rendah di dalam silinder dan
akan membantu menarik muatan udara segar masuk kedalam silinder seperti yang
ditunjukkan pada Gbr. 1.
Piston melanjutkan perjalanan ke atas sampai TMA, sementara udara segar masuk
dan gas buang keluar. Sekitar 12 setelah TMA, cuping pembuangan camshaft
berputar sehingga katup buang akan mulai menutup. Katup akan sepenuhnya
ditutup sekitar 23 setelah TMA. Hal ini dicapai berkat pegas katup yang tertekan
ketika katup dibuka, memaksa rocker arm dan cam follower kembali lagi sesuai
dengan perputaran cuping camshaft. Dalam kerangka waktu selama kedua katup
isap dan katup buang terbuka disebut katup saling tumpang tindih atau valve
overlap (dalam contoh ini 51 overlap) dan digunakan untuk memungkinkan udara
segar membantu memindahkan gas buang keluar dan mendinginkan silinder atau
pembilasan. Pada kebanyakan mesin, 30 sampai 50 kali volume silinder, udara
pembilasan melalui silinder selama overlap.
Udara segar yang kelebihan ini juga memberikan efek pendinginan yang diperlukan
pada bagian-bagian mesin. Ketika piston melewati TMA dan mulai melakukan
perjalanan menuruni lubang silinder, gerakan piston ini membuat sebuah langkah
pengisapan dan terus menarik udara segar masuk ke dalam silinder.
Kompresi (Compression)

Pada 35 setelah titik mati bawah (TMB), katup isap


mulai tertutup. Pada 43 setelah TMB atau 137 sebelum TMA, katup isap intake
pada kedudukannya dan sepenuhnya tertutup. Di titik ini muatan udara pada
tekanan normal sekitar 14,7 psi atm dan suhu udara ambien berkisar ~80F,
seperti diperlihatkan pada Gbr.2 Sekitar 70 sebelum TMA, piston telah menempuh
perjalanan sekitar 2,125 inchi atau sekitar setengah dari ruang langkah kerja
silinder, sehingga mengurangi setengah volume silinder. Suhu dua kali lipatnya
menjadi berkisar ~160F dan tekanan sekitar ~34 psi atm.

Sekitar 43 sebelum TMA piston telah melakukan perjalanan 3,062 inchi keatas dan
volume sekali lagi dibagi dua. Akibatnya, suhu naik dua kali lipat menjadi sekitar
~320F dan tekanan ~85 psi atm. Ketika piston telah mencapai 3,530 inchi dari
ruang langkah kerja silinder, volume silinder dibagi dua lagi dan suhu mencapai
sekitar 640F dan tekanan 277 psi atm. Ketika piston telah mencapai 3,757 inci
dari ruang langkah kerja silinder, volume dibagi dua dan suhu meningkat sampai
1280F dan tekanan mencapai 742 psi atm. Dengan luas piston 9,616 inchi kuadrat
maka tekanan dalam silinder mengerahkan kekuatan sekitar 7.135 lb atau 3,5 ton
gaya tekan.
Hitungan di atas untuk mesin ideal dan memberikan contoh yang baik dari apa
yang terjadi di dalam mesin selama kompresi. Dalam sebuah mesin yang
sebenarnya, tekanan hanya mencapai sekitar 690 psi atm. Hal ini terutama
disebabkan hilangnya panas ke bagian mesin sekitarnya.
Injeksi bahan bakar (Fuel Injection)

Bahan bakar dalam keadaan cair diinjeksikan ke dalam


silinder pada waktu dan perkiraan yang tepat untuk memastikan bahwa tekanan
pembakaran pada piston di paksa tidak terlalu dini atau terlalu terlambat, seperti
yang ditunjukkan pada Gbr.3. Bahan bakar memasuki silinder dimana panas udara
yang dimampatkan telah ada, namun bahan bakar hanya akan terbakar ketika
berada dalam keadaan menguap, hal tersebut tercapai melalui penambahan panas
dan dicampur dengan pasokan oksigen. Tetesan menit pertama pemasukan bahan
bakar ke ruang bakar dengan cepat menguap. Penguapan dari bahan bakar
menyebabkan udara disekitar bahan bakar mengalami pendinginan sehingga udara
membutuhkan waktu untuk mendapatkan panas yang cukup untuk menyalakan
menguapan bahan bakar. Injeksi bahan bakar dimulai pada 28 sebelum TMA dan
berakhir pada 3 setelah TMA, karena itu bahan bakar diinjeksikan untuk durasi
dari 31.
Usaha (Power)

Kedua katup tertutup dan muatan udara segar telah


dikompresi. Bahan bakar telah disuntikkan dan mulai terbakar. Setelah piston
melewati TMA, panas dengan cepat dihasilkan oleh penyalaan dari bahan bakar dan
menyebabkan peningkatan tekanan pada silinder. Suhu pembakaran sekitar
2.336C. Kenaikan gaya tekan pada piston ke bawah meningkatkan gaya puntir
pada poros engkol pada langkah usaha, sebagaimana diilustrasikan pada Gbr.4.
Energi yang dihasilkan oleh proses pembakaran tidak semua dimanfaatkan. Dalam
mesin diesel 2 tak, hanya sekitar 38% dari daya yang dihasilkan dimanfaatkan
untuk melakukan pekerjaan, sekitar 30% terbuang dalam bentuk panas dibuang
melalui sistem pendingin dan sekitar 32% dalam bentuk panas ditolak keluar
melalui knalpot. Sebagai perbandingan, mesin diesel 4 tak memiliki distribusi
termal dari 42% dikonversi menjadi kerja yang berdaya guna, 28% panas yang
dibuang melalui sistem pendinginan dan 30% panas yang dibuang keluar melalai
knalpot.
Pembuangan (Exhaust)

Seraya piston mendekati 48 sebelum TMB, cuping cam


pembuangan mulai memaksa cam follower keatas, menyebabkan katup buang
tertekan dari kedudukannya. Seperti yang ditunjukkan pada Gbr.5, gas buang mulai
mengalir keluar dari katup buang akibat tekanan silinder dan masuk ke dalam

manifold pembuangan. Setelah melalui TMB, piston bergerak ke atas dan


mengalami percepatan sampai kecepatan maksimum pada 63 sebelum TMA. Dari
titik ini piston mengalami perlambatan. Selama kecepatan piston melambat,
kecepatan gas yang mengalir keluar silinder membuat tekanan sedikit lebih rendah
daripada tekanan atmosfer. Pada 28 sebelum TMA, katup isap intake terbuka dan
siklus dimulai lagi
https://jonpurba.wordpress.com/2010/01/29/dasar-mesin-diesel/

Anda mungkin juga menyukai