PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hubungan seks dan mempunyai keturunan adalah hal yang sangat penting dalam
kehidupan rumah tangga karena hal tersebut merupakan salah satu penentu kebahagian
dalam perkawinan. Beberapa faktor penyebab terjadinya perceraian yang dikarenakan
oleh gangguan hubungan seks dan infertile adalah adanya perubahan yang terjadi pada
individu seperti perubahan fisik, psikologis, gambaran terhadap dirinya dan perubahan
gaya hidup.
Perubahan fisik dan psikologis sebagai penyebab masalah pada hubungan seksual
disebabkan oleh kehamilan dan tindakan pengangkatan uterus. Penelitian dari Bayram &
Beji menghasilkan bahwa salah satu dampak terhadap fisik yang disebabkan histerektomi
adalah penurunan respon seksual karena adanya bekas luka pada jaringan saat operasi
dapat mengganggu aliran darah ke organ genital dan banyak syaraf disekitar organ genital
mengalami kerusakan saat dilakukan operasi. Masalah tersebut merupakan suatu hal yang
menakutkan bagi tiap perempuan yang mengalami histerektomi karena ada anggapan
perempuan yang mengalami histerektomi tidak dapat memuaskan pasangannya dalam
berhubungan seks dan hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
perpisahan dengan pasangannya.
Histerektomi
adalah
suatu
tindakan
pengangkatan
uterus
dengan
cara
merupakan
dampak
tersering
karena
histerektomi.
Salah
satu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Histerektomi
Porro (1876) melakukan histerektomi pada kasus infeksi intrapartal berat tanpa
mengeluarkan janin dari dalam rahim. Usahanya ini berhasil mencegah kematian ibu
sehingga pada tahun 1880 diakui para sarjana secara luas. Histerektomi segera setelah
seksio sesarea dahulu semata-mata dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu
akibat perdarahan dan infeksi yang bersumber dari rahim.
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik
sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri.
Histerektomi dalam kedokteran dapat dilakukan saat seksio sesarea, pascapersalinan atau
rupture uteri. Histerektomi sesudah seksio sesarea disebut histerektomi sesarea. Tujuan
utama melakukan histerektomi sesarea adalah menghentikan perdarahan yang banyak
akibat atonia atau kelainan anatomic yang dapat menghalangi kontraksi uterus.
Adanya tumor jinak rahim misalnya mioma. Meski jinak, tumor dapat membesar
sehingga dikhawatirkan menekan jaringan disekitarnya. Bila terdapat gejalagejala prakanker atau hiperplasi selaput rahim (endometrium) serta prakanker
dileher rahim.
Histerektomi untuk prakanker, terutama dilakukan pada wanita sudah mempunyai
anak dan tingkat prakanker tergolong berat, misalnya kanker rahim yang disebut
histerektomi radikal. Operasi ini berpengaruh pada indung telur dan saluran tuba.
Terjadinya rupture uteri
Hati-hati jika dilakukan pada pasien dengan kondisi gangguan pembekuan darah, infeksi
berat atau sepsis yang belum teratasi, dan penyakit penyerta yang berat (dekompensasio
kordis, edema paru, sindroma gawat paru).
Jenis Histerekomi
1. Histerektomi parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis ini, rahim diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap
dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim
sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara
rutin.
2. Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara keseluruhan.
Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut diangkatnya serviks yang
menjadi sumber terjadinya karsinoma dan prekanker. Akan tetapi, histerektomi
total lebih sulit daripada histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya
yang lebih besar.
Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau mengeluarkan ovarium
pada satu atau keduanya. Pada penyakit, kemungkinan dilakukannya ooforektomi
unilateral atau bilateral harus didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada
penyakit ganas, tidak ada pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium
karena sudah sering terjadi mikrometastase.
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh bagian
rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu, terkadang histerektomi
total juga disertai dengan pengangkatan beberapa organ reproduksi lainnya secara
bersamaan. Misalnya, jika organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur
(tuba falopii) maka tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah
kedua ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi, yang
disebut histerektomi bilateral salpingo-oophorektomi adalah pengangkatan rahim
bersama kedua saluran telur dan kedua indung telur. Pada tindakan histerektomi
ini, terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan bagian atas vagina dan
beberapa simpul (nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau yang disebut
sebagai histerektomi radikal (radical hysterectomy).
Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya tindakan
histerektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti pendarahan hebat
yang disebabkan oleh adanya mioma, kanker rahim atau mulut rahim, kanker
indung telur, dan kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau
kelainan reproduksi yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti
mioma atau endometriosis dapat menyebabkan dokter mengambil pilihan
dilakukannya histerektomi.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral
Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua
ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti
menopause meskipun usianya masih muda.
4. Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe
disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker
tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.
Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal, vaginal dan
laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis
penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal
tetap merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain.
Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga
dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah dibandingkan
histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang
dilakukan secara laparoskopi.
estrogen dan progesteron. Hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi di ovarium
akan mengalami fluktuasi. Penurunan produksi hormon estrogen dapat menyebabkan
gejala premenopause yaitu merasa kedinginan, produksi keringat meningkat, palpitasi,
sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, insomnia.
Peningkatan hormon estrogen akan memberikan gejala seperti pada premenstruasi
sindrom yaitu memberikan gejala adanya perubahan pada organ reproduksi vagina,
payudara seperti pertumbuhan rambut pubis, payudara membesar dan kencang.
Peningkatan produksi hormon menyebabkan perubahan sistem regulator tubuh dengan
merangsasng hipotalamus untuk meningkatkan subu tubuh yang dimanifestasikan seperti
gejala pramenopause yaitu perasaan panas pada tubuh. Semua keluhan fisik yang
dirasakan pada histerektomi total hanya dirasakan pada bulan pertama post histerektomi
karena produksi hormon pada ovarium mengalami ketidak seimbangan. Pada
histerektomi tipe ini tidak banyak mempengaruhi terhadap hubungan seksual.
Histerektomi subtotal / parsial sedikit memberikan dampak pada perubahan fisik
karena meninggalkan serviks, ovarium dan tuba falloopii sehingga pada histerektomi ini
perempuan masih mengalami menstruasi namun waktu menstruasi lebih pendek dengan
jumlah darah lebih sedikit. Pada jenis ini pula tidak memberikan dampak besar terhadap
adaptasi hubungan seksual karena masih meninggalkan serviks.
Pada histerektomi radikal akan mengalami gejala menopause karena hormon
estrogen dan progesteron tidak diproduksi. Keluhan fisik yang sering dirasakan seperti
terasa panas, vertigo, produksi keringat meningkat dan demam. Gejala yang sering
menyertai yaitu kelemahan, palpitasi, nyeri kepala, nyeri otot, perasaan sensitif, perasaan
mudah lelah dan insomnia. Efek lain dari histerektomi ini adalah produksi estrogen dan
progesteron terhenti sehingga pembentukan osteoblast terhambat dan osteoklast
meningkat yang mengakibatkan kerusakan tulang lebih cepat dibandingkan dengan
pembentukan tulang, hal ini akan mempercepat terjadinya osteoporosis.
Dampak psikologis dari tindakan histerektomi adalah pada umumnya reaksi
perempuan yang mengalami histerektomi akan merasakan suatu kehilangan yang diikuti
reaksi kesedihan. Perempuan merasa sedih post histerektomi.
Di temukan pada
Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalkan efek samping ini (seperti penggunaan
kateter di kandung kemih). Wanita mendapat histerek tomi akan berhenti menstruasi dan
tidak akan bisa mempunyai anak. Kadar hormon akan sama jika ovarium masih ada atau
akan terjadi menopause jika ovarium diangkat. Terapi hormon untuk mengatasi masalah
menopause merupakan pilihan setelah ovarium diangkat. Penyembuhan 2-7 hari, evaluasi
post operasi 2-4 minggu pasca prosedur operasi histerektomi
Perawatan pertama pembalutan luka insisi dibersihkan dengan baik. Luka insisi
dibersihkan dengan alkohol secara periodik dan mengobservasi keadaan luka
sekitar termasuk pasangan dan keluarga yang mengatakan sebagai wanita yang tidak
sempurna.
Hasil penelitian dari Bislawska Batorawicz mengidentifikasi bahwa tindakan
histerektomi memberikan dampat yang baik terhadap kualitas hidup karena tujuan utama
dari tindakan histerektomi adalah untuk meningkatkan kualitas dan keamanan hidup.
Hasil penelitian tersebut dibuktikan dengan data yang didapat dari beberapa perempuan
pasca histerektomi, setelah dievaluasi kualitas hidup pada perempuan pasca histerektomi
memperlihatkan kualitas hidup yang baik.
Adapula yang disebut konsep diri positif dan konsep diri negatif, yaitu:
a. Konsep diri positif menurut Brook (dalam Muntholiah, 2002), yaitu 1) Yakin akan
kemampuannya mengatasi masalah, 2) Merasa setara dengan orang lain, 3) Menerima
tanpa rasa malu, 4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui masyarakat, 5) Mampu
memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubahnya.
b. Konsep diri negatif menurut Brook (dalam Muntholiah, 2002), yaitu 1) Peka terhadap
kritik, orang yang sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah. Bagi
orang ini koreksi seringkali dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga
diri, 2) Sangat responsive terhadap pujian walaupun ia mungkin berpura-pura
menghindari pujian. Individu tidak dapat menyebunyikan antusiasnya pada waktu
menerima pujian karena dianggap sebagai cara untuk menaikan harga dirinya, 3)
Sikap hiperkritis, individu cenderung selalu mengeluh, mencela, meremehkan orang
lain, tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan
pada orang lain, 4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak
diperhatikan, memandang orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan
kehangatan
dan
keakraban
persahabatan,
individu
tidak
akan
pernah
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kualitas hidup pada perempuan yang mengalami histerektomi dapat dilihat dari
keluhan dan berbagai kondisi yang dirasakan pada awal sampai adanya keluhan lanjut
pasca histerektomi, persepsi tentang histerektomi, aktivitas sehari-hari berjalan normal,
peningkatan kesejahteraan spiritual, hubungan sosial baik, hubungan interpersonal dalam
keluarga baik, serta orientasi masa depan. Kualitas hidup perempuan yang mengalami
histerektomi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yaitu adaptasi terhadap
perubahan pasca histerektomi, komitmen dan sikap optimis. Adapun faktor eksternal
yaitu dukungan sosial dan informasi tentang histerektomi.
Saran
Pada perempuan yang akan menajalani tindakan histerektomi sebaiknya diberikan
informasi tentang tindakan operatif sejelasnya, termasuk efeknya setelah dilakukan
histerektomi. Agar pasien dapat membuat komitmen dan bersikap optimis terhadap
tindakan yang akan diambilnya. Hal ini juga perlu dukungan dari orang terdekat untuk
beradaptasi, terutama suami dan keluarga karena berperan penting untuk menekan efek
samping yang akan ditimbulkan dari tindakan histerektomi. Agar pasien tidak mengalami
depresi dan stress karena setelah histerektomi dia pasti merasakan bukanlah perempuan
seutuhnya lagi. Dan ingatkan juga sisi positif dari tindakan histerektomi terhadap
kedekatan spiritual pasien, seperti bisa beribadah dan berpuasa tanpa ada halangan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Afiyah, Khairiyatul. Kualitas Hidup Perempuan Yang Mengalami Histerektomi Serta FaktorFaktor
Yang
Mempengaruhinya.
Available
from:
www.stikeshangtuah-sby.ac.id
dan
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282870-R.%20Khairiyatul%20Afiyah.pdf
(diunduh tanggal
5 November 2015)
Hastuti, Meili Fotri. Konsep Diri Wanita Dewasa Madya Yang Mengalami Histerektomi
(Pengangkatan Rahim). Available from: www.publication.gunadarma.ac.id (diunduh tangal 12
November 2015)
Laurensia, Lisa. Post Histerektomi Dengan Indikasi Mioma Uteri. Available from:
www.digilib.stikeskusumahusada.ac.id (diunduh tangal 12 November 2015)