Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Hubungan seks dan mempunyai keturunan adalah hal yang sangat penting dalam
kehidupan rumah tangga karena hal tersebut merupakan salah satu penentu kebahagian
dalam perkawinan. Beberapa faktor penyebab terjadinya perceraian yang dikarenakan
oleh gangguan hubungan seks dan infertile adalah adanya perubahan yang terjadi pada
individu seperti perubahan fisik, psikologis, gambaran terhadap dirinya dan perubahan
gaya hidup.
Perubahan fisik dan psikologis sebagai penyebab masalah pada hubungan seksual
disebabkan oleh kehamilan dan tindakan pengangkatan uterus. Penelitian dari Bayram &
Beji menghasilkan bahwa salah satu dampak terhadap fisik yang disebabkan histerektomi
adalah penurunan respon seksual karena adanya bekas luka pada jaringan saat operasi
dapat mengganggu aliran darah ke organ genital dan banyak syaraf disekitar organ genital
mengalami kerusakan saat dilakukan operasi. Masalah tersebut merupakan suatu hal yang
menakutkan bagi tiap perempuan yang mengalami histerektomi karena ada anggapan
perempuan yang mengalami histerektomi tidak dapat memuaskan pasangannya dalam
berhubungan seks dan hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya
perpisahan dengan pasangannya.
Histerektomi

adalah

suatu

tindakan

pengangkatan

uterus

dengan

cara

pembedahan. Histerektomi bukan merupakan satu-satunya tindakan yang dilakukan


untuk mengatasi permasalahan pada organ reproduksi, terutama bagi perempuan yang
masih menginginkan anak. Namun tindakan ini adalah tindakan yang tepat dan terbaik
untuk mengatasi penyakit pada organ reproduksi secara permanen.
Histerektomi dilakukan oleh karena beberapa indikasi seperti fibroid atau mioma
uteri yang merupakan salah satu penyebab tersering. Penyebab lainnya adalah
endometriosis, prolapses uteri, kanker dan perdarahan pervaginam yang menetap.

Dampak histerektomi pada perempuan yang mengalaminya yaitu pada fisik,


psikologis dan sosial. Beberapa dampat tersebut saling mempengaruhi karena dengan
histerektomi perempuan akan kehilangan organ reproduksi yang sangat berharga.
Kehilangan tersebut akan mempengaruhi keadaan psikologis mereka seperti cemas,
ketakutan dan akhirnya mengalami depresi. Perasaan depresi yang diakibatkan oleh
hilangnya symbol kewanitaannya membuat perempuan mengalami perasaan yang tidak
jelas sehingga dapat mengancam perannya terutama didalam masyarakat tradisional yang
sangat menghargai terhadap nilai seorang perempuan.
Perasaan dan anggapan kurang sempurna sebagai perempuan karena histerektomi
akan menimbulkan permasalahan dan dilemma yang sangat pelik dan bersifat patologis
yang akan terjadi disepanjang kehidupannya. Salah satu permasalahn yang banyak
ditakutkan adalah perpisahan dengan pasangannya. Keadaan ini merupakan langkat
terberat dan penyebab depresi yang dialami oleh perempuan pasca histerektomi
khususnya bagi perempuan yang belum pernah melahirkan seorang anak.
Depresi

merupakan

dampak

tersering

karena

histerektomi.

Salah

satu

penyebabnya adalah karena kehilangan fungsi reproduksi dan infertile. Beberapa


perempuan mengatakan merasa sedih setelah tindakan histerektomi, ini dibuktikan oleh
beberapa perempuan yang terlihat menangis tanpa diketahui penyebabnya pasca
histerektomi.
Kualitas hidup yang ideal menuju kearah lebih baik menjadi harapan bagi setiap
perempuan yang mengalami histerektomi, hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang
mudah untuk mendapatkannya namun ada suatu usaha dari orang-orang disekitarnya
untuk membantu meningkatkan kualitas hidup perempuan pasca histerektomi. Sebagai
salah satu profesi pemberi pelayanan kesehatan di Indonesia khususnya perawat
maternitas diharapkan dapat memberi asuhan keperawatan dalam lingkup kesehatan
reproduksi. Askep yang diberikan untuk membantu perempuan dan keluarga dalam
menjalani proses berduka karena kehilangan secara adptif sehingga dapat terhindar dari
stress patologis dan dapat meningkat status kesehatan termasuk kesehatan jiwa dan
kualitas hidup.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Histerektomi
Porro (1876) melakukan histerektomi pada kasus infeksi intrapartal berat tanpa
mengeluarkan janin dari dalam rahim. Usahanya ini berhasil mencegah kematian ibu
sehingga pada tahun 1880 diakui para sarjana secara luas. Histerektomi segera setelah
seksio sesarea dahulu semata-mata dilakukan untuk mengurangi angka kematian ibu
akibat perdarahan dan infeksi yang bersumber dari rahim.
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim, baik
sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut serviks uteri.
Histerektomi dalam kedokteran dapat dilakukan saat seksio sesarea, pascapersalinan atau
rupture uteri. Histerektomi sesudah seksio sesarea disebut histerektomi sesarea. Tujuan
utama melakukan histerektomi sesarea adalah menghentikan perdarahan yang banyak
akibat atonia atau kelainan anatomic yang dapat menghalangi kontraksi uterus.

Histerektomi adalah pengangkatan rahim keseluruhan yang dipertimbangkan pada wanita


yang sudah tidak menginginkan anak lagi, pertumbuhan mioma yang terulang setelah
miomektomi, dan nyeri hebat yang tidak sembuh dengan terapi konvensional
(Joedosepoetra,2001)
Histerektomi adalah pengangkatan seluruh rahim. Efek samping dari histerektomi adalah
pasien tidak akan bias hamil lagi setelahnya. Tindakan ini dilakukan jika pasien sudah
tidak memiliki rencana untuk hamil lagi (Robioins, 2000)
Histerektomi dikenal juga dengan operasi pengangkatan rahim berasal dari kata histera
berarti rahim dan ectimy berarti memotong atau mengangkat. Tindakan ini hanya
dilakukan berdasarkan alasan-alasan medis atau adanya indikasi tertentu (Monim,2007)
Indikasi dilakukan histerektomi yaitu
Ruptura uteri
Plasenta akreta, inkreta, perkreta
Uterus sebagai sumber infeksi
Atonia / hipotonia uteri
Jaringan parut yang menghalangi fungsi fisiologis myometrium
Robekan pembuluh darah uterus
Dysplasia berat
Mioma uteri
Indikasi menurut Wiknjosastro (2002), yaitu

Adanya tumor jinak rahim misalnya mioma. Meski jinak, tumor dapat membesar
sehingga dikhawatirkan menekan jaringan disekitarnya. Bila terdapat gejalagejala prakanker atau hiperplasi selaput rahim (endometrium) serta prakanker

dileher rahim.
Histerektomi untuk prakanker, terutama dilakukan pada wanita sudah mempunyai
anak dan tingkat prakanker tergolong berat, misalnya kanker rahim yang disebut

diselansia berat sampai karsinoma situ.


Kanker pada leher rahim stadium awal itu yang menjadikan alasan dilakukan

histerektomi radikal. Operasi ini berpengaruh pada indung telur dan saluran tuba.
Terjadinya rupture uteri

Hati-hati jika dilakukan pada pasien dengan kondisi gangguan pembekuan darah, infeksi
berat atau sepsis yang belum teratasi, dan penyakit penyerta yang berat (dekompensasio
kordis, edema paru, sindroma gawat paru).

Jenis Histerekomi
1. Histerektomi parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis ini, rahim diangkat, tetapi mulut rahim (serviks) tetap
dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena kanker mulut rahim
sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear (pemeriksaan leher rahim) secara
rutin.
2. Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara keseluruhan.
Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut diangkatnya serviks yang
menjadi sumber terjadinya karsinoma dan prekanker. Akan tetapi, histerektomi
total lebih sulit daripada histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya
yang lebih besar.
Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau mengeluarkan ovarium
pada satu atau keduanya. Pada penyakit, kemungkinan dilakukannya ooforektomi
unilateral atau bilateral harus didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada
penyakit ganas, tidak ada pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium
karena sudah sering terjadi mikrometastase.
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh bagian
rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu, terkadang histerektomi
total juga disertai dengan pengangkatan beberapa organ reproduksi lainnya secara
bersamaan. Misalnya, jika organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur
(tuba falopii) maka tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah
kedua ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi, yang
disebut histerektomi bilateral salpingo-oophorektomi adalah pengangkatan rahim

bersama kedua saluran telur dan kedua indung telur. Pada tindakan histerektomi
ini, terkadang juga dilakukan tindakan pengangkatan bagian atas vagina dan
beberapa simpul (nodus) dari saluran kelenjar getah bening, atau yang disebut
sebagai histerektomi radikal (radical hysterectomy).
Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya tindakan
histerektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti pendarahan hebat
yang disebabkan oleh adanya mioma, kanker rahim atau mulut rahim, kanker
indung telur, dan kanker saluran telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau
kelainan reproduksi yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti
mioma atau endometriosis dapat menyebabkan dokter mengambil pilihan
dilakukannya histerektomi.
3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral
Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii, dan kedua
ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan penderita seperti
menopause meskipun usianya masih muda.
4. Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar limfe
disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada beberapa jenis kanker
tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa penderita.

Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal, vaginal dan
laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis histerektomi yang akan dilakukan, jenis
penyakit yang mendasari, dan berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal
tetap merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode lain.
Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri tetapi saat ini juga
dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan ukuran uterus yang relatif normal.
Histerektomi vaginal memiliki resiko invasive yang lebih rendah dibandingkan
histerektomi abdominal. Pada histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang
dilakukan secara laparoskopi.

Efek Post Histerektomi


Setiap jenis tindakan histerektomi akan menimbulkan bermacam-macam dampak
pada pasien. Beberapa dampak yang dapat ditimbulkan yaitu pada fisik, psikologi, dan
sosial. Secara umum dampak fisik post histerektomi pada perempuan adalah hemorarghi,
hematoma pasca operasi, infeksi dan reaksi abnormal terhadap anestesi. Setelah
menjalani histerektomi perempuan akan mengalami perubahan fisik seperti tidak
menstruasi, tidak ovulasi, inkontinensia urin dan terjadi perubahan sensasi pada saat
berhubungan seksual dikarenakan pengangkatan servik. Perubahan sensasi pada saat
berhubungan seksual dikarenakan berkurangnya produksi hormon estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekeringan pada vagina dan jika pada histerektomi juga
dilakukan pengangkatan ovarium akan timbul menopause dini serta gejala-gejala lain
sering terjadi pada perempuan menopause normal.
Dampak fisik lain dari tindakan histerektomi adalah penurunan respon seksual
karena bekas luka pada jaringan saat operasi dapat mengganggu aliran darah ke organ
genital dan banyak syaraf disekitar organ genital mengalami kerusakan saat operasi
sehingga mengakibatkan gangguan pada saat berhubungan seks.
Histerektomi total pada umumnya gejala klimakterium tidak terjadi, karena pada
jenis histerektomi ini ovarium masih melakukan fungsinya yaitu memproduksi hormon

estrogen dan progesteron. Hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi di ovarium
akan mengalami fluktuasi. Penurunan produksi hormon estrogen dapat menyebabkan
gejala premenopause yaitu merasa kedinginan, produksi keringat meningkat, palpitasi,
sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, insomnia.
Peningkatan hormon estrogen akan memberikan gejala seperti pada premenstruasi
sindrom yaitu memberikan gejala adanya perubahan pada organ reproduksi vagina,
payudara seperti pertumbuhan rambut pubis, payudara membesar dan kencang.
Peningkatan produksi hormon menyebabkan perubahan sistem regulator tubuh dengan
merangsasng hipotalamus untuk meningkatkan subu tubuh yang dimanifestasikan seperti
gejala pramenopause yaitu perasaan panas pada tubuh. Semua keluhan fisik yang
dirasakan pada histerektomi total hanya dirasakan pada bulan pertama post histerektomi
karena produksi hormon pada ovarium mengalami ketidak seimbangan. Pada
histerektomi tipe ini tidak banyak mempengaruhi terhadap hubungan seksual.
Histerektomi subtotal / parsial sedikit memberikan dampak pada perubahan fisik
karena meninggalkan serviks, ovarium dan tuba falloopii sehingga pada histerektomi ini
perempuan masih mengalami menstruasi namun waktu menstruasi lebih pendek dengan
jumlah darah lebih sedikit. Pada jenis ini pula tidak memberikan dampak besar terhadap
adaptasi hubungan seksual karena masih meninggalkan serviks.
Pada histerektomi radikal akan mengalami gejala menopause karena hormon
estrogen dan progesteron tidak diproduksi. Keluhan fisik yang sering dirasakan seperti
terasa panas, vertigo, produksi keringat meningkat dan demam. Gejala yang sering
menyertai yaitu kelemahan, palpitasi, nyeri kepala, nyeri otot, perasaan sensitif, perasaan
mudah lelah dan insomnia. Efek lain dari histerektomi ini adalah produksi estrogen dan
progesteron terhenti sehingga pembentukan osteoblast terhambat dan osteoklast
meningkat yang mengakibatkan kerusakan tulang lebih cepat dibandingkan dengan
pembentukan tulang, hal ini akan mempercepat terjadinya osteoporosis.
Dampak psikologis dari tindakan histerektomi adalah pada umumnya reaksi
perempuan yang mengalami histerektomi akan merasakan suatu kehilangan yang diikuti
reaksi kesedihan. Perempuan merasa sedih post histerektomi.

Di temukan pada

beberapa perempuan yang menangis tanpa diketahui penyebabnya. Gejala gangguan


psikologis yang sering terjadi setelah histerektomi adalah depresi dan stress, karena
beberapa perempuan beranggapan bahwa uterus adalah sumber perasaan dan anggapan
tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mental.
Penyebab terbesar terjadinya depresi adalah kehilangan fungsi kesuburan yang
berdampak pada terjadinya kemandulan, penurunan gairah seksual, kehilangan identitas
seksual, perubahan gambaran tubuh dan masalah psikologis dapat meningkat selama
masa adaptasi dalam kehidupana yang baru.
Menurut Bayram & Beji ada banyak faktor yang mempengaruhi masalah
psikologis pasca histerektomi, yaitu (1) masalah identifikasi seksual, (2) riwayat depresi,
(3) penyakit mental atau depresi dalam keluarga, (4) usia kurang dari 35 tahun, (5)
harapan untuk memiliki anak, (6) ketakutan kehilangan gairah seksual, (7) perilaku
negatif dari pasangan.
Menurut Joedosepoetra (2001) rasa sakit dan tidak nyaman terjadi setelah operasi:
1. Efek samping jangka pendek (beberapa hari sampai minggu)
a. Mual
b. Tidak nyaman menggunakan kateter dan alat bantu lain
c. Sulit berkemih sehingga jika perlu dipasang kateter di kandung kemih sebelum
beberapa hari sampai minggu
d. Keluar cairan atau perdarahan vagina
2. Efek samping jangka panjang (beberapa minggu sampai bulan)
a. Rasa lelah
b. Sulit berkemih
c. Konstipasi

Beberapa langkah dilakukan untuk meminimalkan efek samping ini (seperti penggunaan
kateter di kandung kemih). Wanita mendapat histerek tomi akan berhenti menstruasi dan
tidak akan bisa mempunyai anak. Kadar hormon akan sama jika ovarium masih ada atau
akan terjadi menopause jika ovarium diangkat. Terapi hormon untuk mengatasi masalah
menopause merupakan pilihan setelah ovarium diangkat. Penyembuhan 2-7 hari, evaluasi
post operasi 2-4 minggu pasca prosedur operasi histerektomi

Penatalaksanaan Post Histerektomi


Menurut Wiknjosastro (2002), meliputi:

Perawatan pertama pembalutan luka insisi dibersihkan dengan baik. Luka insisi
dibersihkan dengan alkohol secara periodik dan mengobservasi keadaan luka

insisi apakan luka sembuh atau terdapat tanda-tanda infeksi.


Sebelum pindah kamar perawatan lakukan observasi tanda-tanda vital dan jumlah

cairan yang masuk dan keluar sampai beberapa pasca bedah.


Karena pasien puasa selama 24 jam pertama pasca operasi. Maka cairan perinfus
diberikan cukup banyak mengandung elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi,
hipertermia dan komplikasi organ lainnya. Cairan yang diberikan biasanya
dekstrosas 5% NaCl, dan Ringer Laktat secara bergantian dengan anjuran 20
tetesan permenit.

Menurut Saifuddin (2006), meliputi :

Pemberian cairan inful RL 30 tpm


Mobilisasi dini
Diit makanan lunak seperti bubur
Perawatan luka pada daerah insisi
Pemberian terapi obat kaditik 3x25 mg, megastrol asetat 2x250 mg, metrotrexat
3x250 mg, asam mefenamat 10 tablet dan antasida 10 tablet

Kualitas Hidup Perempuan Post Histerektomi


Adanya saling keterkaitan antara beberapa dampak yang ditimbulkan oleh
tindakan histerektomi akan mengakibatkan gangguan pada kesehatan fisik dan mental.
Gangguan ini merupakan hal terberat yang dialami oleh perempuan pasca histerektomi.
Apabila perempuan tidak dapat beradaptasi dengan baik terhadap keadaannya dan
terhadap kehilangan organ tubuh yang paling berharga akan menyebabkan gangguan
mental yaitu depresi, perasaan tersebut dikarenakan adanya anggapan dari masyarakat

sekitar termasuk pasangan dan keluarga yang mengatakan sebagai wanita yang tidak
sempurna.
Hasil penelitian dari Bislawska Batorawicz mengidentifikasi bahwa tindakan
histerektomi memberikan dampat yang baik terhadap kualitas hidup karena tujuan utama
dari tindakan histerektomi adalah untuk meningkatkan kualitas dan keamanan hidup.
Hasil penelitian tersebut dibuktikan dengan data yang didapat dari beberapa perempuan
pasca histerektomi, setelah dievaluasi kualitas hidup pada perempuan pasca histerektomi
memperlihatkan kualitas hidup yang baik.
Adapula yang disebut konsep diri positif dan konsep diri negatif, yaitu:
a. Konsep diri positif menurut Brook (dalam Muntholiah, 2002), yaitu 1) Yakin akan
kemampuannya mengatasi masalah, 2) Merasa setara dengan orang lain, 3) Menerima
tanpa rasa malu, 4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan,
keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui masyarakat, 5) Mampu
memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian yang tidak
disenanginya dan berusaha mengubahnya.
b. Konsep diri negatif menurut Brook (dalam Muntholiah, 2002), yaitu 1) Peka terhadap
kritik, orang yang sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah. Bagi
orang ini koreksi seringkali dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga
diri, 2) Sangat responsive terhadap pujian walaupun ia mungkin berpura-pura
menghindari pujian. Individu tidak dapat menyebunyikan antusiasnya pada waktu
menerima pujian karena dianggap sebagai cara untuk menaikan harga dirinya, 3)
Sikap hiperkritis, individu cenderung selalu mengeluh, mencela, meremehkan orang
lain, tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan
pada orang lain, 4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak
diperhatikan, memandang orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan
kehangatan

dan

keakraban

persahabatan,

individu

tidak

akan

pernah

mempermasalahkan dirinya dan menganggap dirinya sebagai korban dari system


sosial yang tidak beres, 5) Bersikap perimis terhadap kompetisi seperti terungkap
dalam keengganannya dalam bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi.

Individu menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan


dirinya.
Peningkatan Kesejahteraan Spiritual
Ini adalah salah satu mekanisme koping yang efektif dalam menerima suatu
masalah. Peningkatan spiritual yang dilakukan seseorang atau sumber spiritual yang
berasal dari orang lain merupakan modal dalam memberikan dukungan dan kekuatan
untuk menghadapi situasi atau masalah dalam kehidupan termasuk peritiwa kehilangan.
Dengan adanya kekuatan tersebut seseorang mempunyai suatau harapan, semangat dalam
menghadapi hidupnya.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Kualitas hidup pada perempuan yang mengalami histerektomi dapat dilihat dari
keluhan dan berbagai kondisi yang dirasakan pada awal sampai adanya keluhan lanjut
pasca histerektomi, persepsi tentang histerektomi, aktivitas sehari-hari berjalan normal,
peningkatan kesejahteraan spiritual, hubungan sosial baik, hubungan interpersonal dalam
keluarga baik, serta orientasi masa depan. Kualitas hidup perempuan yang mengalami
histerektomi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yaitu adaptasi terhadap
perubahan pasca histerektomi, komitmen dan sikap optimis. Adapun faktor eksternal
yaitu dukungan sosial dan informasi tentang histerektomi.
Saran
Pada perempuan yang akan menajalani tindakan histerektomi sebaiknya diberikan
informasi tentang tindakan operatif sejelasnya, termasuk efeknya setelah dilakukan
histerektomi. Agar pasien dapat membuat komitmen dan bersikap optimis terhadap
tindakan yang akan diambilnya. Hal ini juga perlu dukungan dari orang terdekat untuk
beradaptasi, terutama suami dan keluarga karena berperan penting untuk menekan efek
samping yang akan ditimbulkan dari tindakan histerektomi. Agar pasien tidak mengalami
depresi dan stress karena setelah histerektomi dia pasti merasakan bukanlah perempuan
seutuhnya lagi. Dan ingatkan juga sisi positif dari tindakan histerektomi terhadap
kedekatan spiritual pasien, seperti bisa beribadah dan berpuasa tanpa ada halangan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Afiyah, Khairiyatul. Kualitas Hidup Perempuan Yang Mengalami Histerektomi Serta FaktorFaktor

Yang

Mempengaruhinya.

Available

from:

www.stikeshangtuah-sby.ac.id

dan

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20282870-R.%20Khairiyatul%20Afiyah.pdf

(diunduh tanggal

5 November 2015)
Hastuti, Meili Fotri. Konsep Diri Wanita Dewasa Madya Yang Mengalami Histerektomi
(Pengangkatan Rahim). Available from: www.publication.gunadarma.ac.id (diunduh tangal 12
November 2015)
Laurensia, Lisa. Post Histerektomi Dengan Indikasi Mioma Uteri. Available from:
www.digilib.stikeskusumahusada.ac.id (diunduh tangal 12 November 2015)

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid 2. Edisi 2. Jakarta: EGC


Majumdar, Amitbha dan Sepeedeh Saleh. Psychological Aspects of Hysterectomy &
Postoperative Care. Available from: www.intechopen.com (diunduh tangal 12 November 2015)
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta:YBP-SP
Sehlo, Mohamed Gamal dan Hisham Ramadani. Depression Following Hysterectomy. Available
from: www.cpsy.eg.net (diunduh tangal 12 November 2015)
Oxford Radcliffe Hospitals. Laparoscopic Hysterectomy. Available from: www.ouh.nhs.uk
(diunduh tangal 12 November 2015)

Anda mungkin juga menyukai