Anda di halaman 1dari 40

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Kecil dan Menengah


2.1.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah
UKM adalah jenis usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia, tetapi
sampai saat ini batasan mengenai usaha kecil di Indonesia masih beragam.
Pengertian kecil didalam usaha kecil bersifat relatif, sehingga perlu ada
batasannya, yang dapat menimbulkan definisi-definisi usaha kecil dari beberapa
segi. Menurut (M.Tohar,1999:2) definisi usaha kecil dari berbagai segi tersebut
adalah sebagai berikut :
a.

Berdasarkan Total Asset


Berdasarkan total asset, pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat membuka usaha.
b. Berdasarkan Total Penjualan Bersih Per Tahun
Berdasarkan hal ini pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki hasil
total penjualan bersih per tahun paling banyak Rp 1.000.000.000 ( satu miliar
rupiah).
c.

Berdasarkan Status Kepemilikan


Dari segi ini, didefinisikan bahwa pengusaha kecil adalah usaha berbentuk

perseorangan, bisa berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang didalamnya
termasuk koperasi.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan UU No. 1 tahun 1995, usaha kecil dan menengah memiliki


kriteria sebagai berikut:
1.

Kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.

2.

Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 miliar.

3.

Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

4.

Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan


yang dimiliki atau dikuasai usaha besar.

5.

Bentuk usaha orang per orang, badan usaha berbadan hukum/tidak, termasuk
koperasi.

6.

Untuk sektor industri, memiliki total aset maksimal Rp 5 miliar.

7.

Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600
juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil
penjualan tahunan maksimal Rp 3 miliar pada usaha yang dibiayai.
Menurut BPS pada seminar di Kementerian Negara Koperasi dan UKM Tahun

2009, landasan hukum penyusunan variabel UMKM 2006-2008 adalah UU No.


20 tahun 2008 tentang UMKM meliputi:
1. Usaha mikro: memiliki kekayaan paling banyak Rp. 50.000.000,- atau
hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,2.

Usaha kecil: memiliki kekayaan bersih > Rp. 50.000.000,- sampai dengan
Rp 500.000.000,- atau hasil penjualan tahunan > Rp. 300.000.000,- sampai
Rp.2.500.000.000,-

Universitas Sumatera Utara

3. Usaha menengah; memiliki kekayaan bersih > Rp.500.000.000,- sampai


denga Rp 10.000.000,- atau hasil penjualan > Rp 2.500.000.000,- sampai
dengan Rp 50.000.000.000,-.
2.1.2

Keragaman Pengertian UKM

1. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998


Pengertian Usaha Kecil Menengah: Kegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan
usaha yang tidak sehat.
2. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)
Pengertian Usaha Kecil Menengah: Berdasarkan kuantitas tenaga kerja.
Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5
s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitias usaha yang
memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.
3. Berdasarkan

Keputuasan

Menteri

Keuangan

Nomor

316/KMK.016/1994 tanggal 27 Juni 1994


Pengertian Usaha Kecil Menengah: Didefinisikan sebagai perorangan atau
badan usaha yang telah melakukan kegiatan usaha yang mempunyai
penjualan atau omset per tahun setinggi-tingginya Rp 600.000.000 atau
asset atau aktiva setinggi-tingginya Rp 600.000.000 (di luar tanah dan
bangunan yang ditempati) terdiri dari :
- Bidang usaha ( Fa, CV, PT, dan koperasi )

Universitas Sumatera Utara

- Perorangan ( Pengrajin/industri rumah tangga, petani, peternak,


nelayan,
perambah hutan, penambang, pedagang barang dan jasa )
4. Menurut UU No 20 Tahun 2008
Pengertian Usaha Kecil Menengah: Undang undang tersebut membagi
kedalam dua pengertian yakni:
Usaha Kecil adalah entitas yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha
yang memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
2.1.3 Peranan dan Manfaat UKM

Universitas Sumatera Utara

2.1.3.1 Peranan UKM


Sejarah perekonomian telah ditinjau kembali untuk mengkaji ulang
peranan usaha skala kecil menengah (UKM). Beberapa kesimpulan, setidaktidaknya hipotesis telah ditarik mengenai hal ini. Pertama, pertumbuhan ekonomi
yang sangat cepat sebagaimana terjadi di Jepang, telah dikaitkan dengan besaran
sektor usaha kecil. Kedua, dalam penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat
sejak perang dunia II, sumbangan UKM ternyata tidak bisa diabaikan
Negara-negara berkembang yang mulai mengubah orientasinya ketika
melihat pengalaman di negara-negara industri maju tentang peranan dan
sumbangan UKM dalam pertumbuhan ekonomi. Ada perbedaan titik tolak antara
perhatian terhadap UKM di negara-negara sedang berkembang (NSB) dengan di
negara-negara industri maju. Di Negara sebelum berkembang, UKM berada dalam
posisi terdesak dan tersaingi oleh usaha skala besar.
UKM sendiri memiliki berbagai ciri kelemahan, namun begitu karena
UKM menyangkut kepentingan rakyat/masyarakat banyak, maka pemerintah
terdorong untuk mengembangkan dan melindungi UKM. Sedangkan di negaranegara maju UKM mendapatkan perhatian karena memiliki faktor-faktor positif
yang selanjutnya oleh para cendekiawan (sarjana sarjana) diperkenalkan dan
diterapkan ke NSB. Peranan UKM menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap
perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen:

1. Departeman Perindustrian dan Perdagangan


2. Deparetemen Koperasi dan UKM

Universitas Sumatera Utara

Namun demikian usaha pengembangan yang dilaksanakan belum, terlihat


hasil yang memuaskan, kenyataanya kemajuan UKM masih sangat kecil
dibandingkan dengan usaha besar.
Kegiatan UKM meliputi berbagai kegiatan ekonomi, namun sebagian
besar berbentuk usaha kecil yang bergerak disektor pertanian. UKM juga
mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh
karena itu selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga
kerja juga juga berperan dalam pendistribusian hasil hasil pembangunan.
Kebijakan yang tepat untuk mendukung UKM seperti:
Perizinan
- Teknologi
- Struktur
- Manajemen
- Pelatiha
- Pembiayaan

2.1.3.2 Manfaat UKM


Pertumbuhan

UKM

di

Indonesia

membawa

dampak

baik

bagi

perkembangan ekonomi. Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah rasio kredit
bermasalah alias non performing loan (NPL). Berdasarkan data Bank Indonesia
(BI), NPL gross perbankan semester pertama 2009 sempat menyentuh angka 4,5%
dan akhirnya turun menjadi 3,8% di akhir 2009. Associate Director FitchRatings
Julita

Wikana

mengungkapkan,

berdasarkan

diskusi dengan

perbankan,

Universitas Sumatera Utara

penyumbang NPL terbesar adalah sektor small medium enterprise (SME) alias
usaha kecil menengah (UKM), lalu sektor kredit korporasi. Sedangkan NPL di
sektor kredit konsumen tergolong stabil.
Selain itu, UKM juga memiliki pengaruh besar terhadap jumlah
pendapatan Negara. Beberapa jenis UKM menjadi sumber devisa Negara, dengan
kata lain UKM telah menjadi investasi bagi Negara. Terutama UKM dibidang
pertanian dan kerajinan. Sektor pertanian di Indonesia telah menjadi salah satu
komoditas yang besar bagi kebutuhan dalam negeri atau bahkan sabagai
komoditas ekspor bagi Indonesia. Tidak lain halnya dengan produksi kerajinan
Indonesia, produksi kerajinan beberapa daerah di Indonesia tidak hanya laku di
pasaran domestik saja, namun telah mampu merambah di pasar dunia khususnya
Negara di Asia.
Selain bermanfaat bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, tanpa disadari
UKM juga mampu mengurangi angka pengangguran di masyarakat, sekaligus
juga meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebab banyaknya UKM
yang berdiri telah mampu memperkerjakan jutaan tenaga kerja yang tadinya
menjadi pengangguran. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat akan meningkat
serta lebih terjamin.

2.1.4 Permasalahan UKM


Setiap

kegiatan

usaha

pasti

adanya

masalah

hambatan

dalam

mengembangkan kegiatan usahanya. Hambatan mengembangkan usaha setiap


perusahaan akan berbeda antara satu usaha dengan usaha yang lain, namun secara

Universitas Sumatera Utara

umum hambatan yang sering terjadi pada UKM antara lain kurangnya
kemampuan manajemen, kurangnya kemampuan untuk melakukan pengendalian
penggunaan dana, kurangnya kemampuan untuk membuat rencana serta modal
untuk pengembangan. Ada beberapa faktor penghambat berkembangnya UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara lain kurangnya modal, minimnya
ketrampilan manajemen serta masalah mental. Kendala-kendala inilah yang
diharapkan dapat diatasi melaui sinergi kompak berbagai pihak, baik pemerintah
maupun kalangan swasta.
Permasalahan yang dihadapi oleh UKM dapat dibagi ke dalam faktor
internal dan faktor Eksternal yaitu antara lain meliputi:
1.

Faktor Internal:
a. Kurangnya permodalan
Permodalan merupakan factor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, karena
pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan
atau perusahaan yang sifatnya tertutup.
b. Sumber Daya Manusia yang terbatas
Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh pada
manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk
berkembang secara optimal.
c. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Usaha Kecil

Universitas Sumatera Utara

Jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi


rendah maka produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan
mempunyai kualitas yang kurang kompetitif.
2. Faktor Eksternal:
a.

Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif dengan kebijaksanaan Pemerintah


untuk menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Terlihat
dari masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusahapengusaha kecil dan pengusaha besar.

b.

Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang


berhubungan

dengan

kemajuan

ilmu

pengetahuan

dan

tekhnologi

menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung kemajuan usaha.
c.

Terbatasnya akses pasar Akses pasar akan menyebabkan produk yang


dihasilkan tidak dapt dipasarkan Secara kompetitif baik dipasar nasional
maupun iternasional.

Permasalahan yang dimiliki Usaha Kecil Menengah (Tambunan, 2002) adalah :


a.

Kesulitan pemasaran
Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee
(1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang
terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha
UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari
produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor,
maupun dipasar ekspor.

Universitas Sumatera Utara

b.

Keterbatasan financial
UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial
antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial
jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
output jangka panjang.

c.

Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)


Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala
serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan,
manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas,
akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran,
dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi
dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus
pasar baru.

d.

Masalah bahan baku


Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu
masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi
UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra
Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk textile
mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena
harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar
terhadap dolar AS.

e.

Keterbatasan teknologi

Universitas Sumatera Utara

Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih


menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alatalat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak
hanya membuat rendahnya jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses
produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta
kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global.
Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan
modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi
mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia
yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru.

2.2 Pengertian dan Jenis-jenis Bank


2.2.1 Pengertian Bank
Perbankan merupakan lembaga yang bergerak pada jasa keuangan.
Lembaga ini selain mengumpulkan uang masyarakat juga memberikan kredit
kepada masyarakat baik untuk kepentingan konsumtif maupun untuk kegiatan
usaha. Setiap lembaga baik yang berorientasi keuntungan maupun non profit
selalu membutuhkan dana dalam upaya untuk dapat menjalankan aktivitasnya.
Tanpa ketersediaan dana organisasi tidak akan dapat berjalan dengan baik.
Apalagi organisasi yang berorintasi pada profit (kegiatan usaha) dalam
menjalankan aktivitasnya selalu membutuhkan dana guna membiayai usahanya.
Dana tersebut dapat dipenuhi dengan sumber intern perusahaan ,suntikan dari
pemilik perusahaan maupun dari pinjaman ke Bank.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Undang- Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10


November 1988 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Bank adalah lembaga keuanagn yang kegiatan utamanya adalah
menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke
masyarakat serta memberikan jasa bank lainny (Kasmir, 2002:11). Pernyataan
standar Akuntansi Keuangan Nomor 31 menjelaskan bahwa bank adalah lembaga
yang berperan sebagai perantara keuangan (Financial intermediary) antara pihak
yang memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana, serta sebagai lembaga
yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu:
a. Menghimpun dana
Menghimpun dana maksudnya adalah mengumpukan atau mencari
dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam
bentuk

simpanan

giro,

tabungan,

dan

deposito.

Kegiatan

penghimpunan dana ini sering disebut dengan funding.

b. Menyalurkan Dana
Sedangkan yang dimaksud dengan menyalurkan dana adalah
melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro,

Universitas Sumatera Utara

tabungan, dan deposito kemasyarakat dalam bentuk pinajam


(Kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional.
c. Memberikan jasa bank lainnya
Yang dimaksud dengan jasa bank lainnya adalah jasa pendukung
sesuai pelengkap kegiatan perbankan terutama untuk mendukung
kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik
yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit
maupun tidak langsung.
2.2.2 Jenis-jenis Bank
Menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 , Bank dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
a. Bank Umum
Yaitu Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara Konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang
diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa
perbankan yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat
dilakukan di seluruh wilayah. Bank umum sering disebut bank
komersial ( Comercial Bank)

b. Bank perkreditan Rakyat (BPR)


Yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Universitas Sumatera Utara

2.2.3 Fungsi Bank


Perbankan mempunyai peran yang penting dalam menunjang kegiatan
dunia usaha. Khususnya bagi perusahaan maupun individu yang membutuhkan
modal dalam rangka mengembangkan usaha. Selain hal itu juga sebagai tempat
untuk menyimpan uang yang lebih aman dibanding disimpan di perusahaan dan
juga akan mendapatkan keuntungan tambahan berupa bunga. Oleh karena sebuah
bank itu menghimpun dana dari masyarakat, maka ia juga berkewajiban
menyediakan dana

dengan cara-cara yang paling baik melayani kepentingan

masyarakat di samping kepentingan pemilik dana-dana itu. Dibutuhkan


objektivitas dan kebijaksanaan untuk mengalokasikan dana karena ada resiko
yang tinggi jika dalam mengalokasikan salah. Hal itu akan dapat mengakibatkan
adanya kredit macet yang membawa dampak terhadap kerugian yang sangat besar.
Penggunaan dana perbankan sebagian besar disalurkan untuk kredit dengan
pemberian kredit tersebut bank akan mendapatkan keuntungan berupa bunga.
penggunaan dana untuk penyaluran kredit ini mencapai 70-80% dari volume
usaha bank (Dahlan,1999:107 ). Hal itu menunjukan bahwa dana yang dihimpun
oleh bank sebagian besar disalurkan kepada masyarakat berupa kredit. Kredit
yang disalurkan semakin banyak memang boleh dikatakan dana tersebut produktif
untuk kepentingan masyarakat yang membutuhkan dana untuk mengembangkan
usahanya maupun kepentingan konsumtif. Namun demikian dengan kredit yang
semakin besar juga akan membawa resiko yang tinggi pula jika nasabah tidak
mampu untuk membayar angsuran maupun bunga.
2.2.4 Peran Bank Upaya Mengembangkan UKM

Universitas Sumatera Utara

Lembaga perbankkan mempunyai peran yang penting bagi setiap perusahaan


baik untuk memenuhi kebutuhan modal atau dana untuk menunjang kegiatan
usaha, juga mempunyai peranan penting bagi perusahaan khususnya bagi
perusahaan kecil atau usaha kecil. Usaha kecil mempunyai salah satu kelemahan
kurang tertibnya dalam melakukan pencatatan dan lemah dalam menejemen.
Kelemahan ini dapat membawa dampak terhadap penggunaan dana perusahaan
tidak

terkendali.

Untuk

menghindari

pemborosan

penggunaan

dapat

memanfaatkan untuk mengontrol penggunaan dana yaitu dengan menyimpan uang


ke bank. Setiap mendapatkan uang segera dimasukkan ke bank sebelum
digunakan dengan demikian penggunaan uang dapat sedikit terkontrol dalam
penggunaanya.
Bagi lembaga perbankkan untuk saling memberikan keuntungan kedua belah
pihak, pihak bank dapat membantu untuk melakukan pembinaan dalam
melakukan pencatatan yang baik sehingga penggunaan dana dapat terkontrol dan
dapat membuat rencana kas yang membawa dampak usaha kecil tersebut dapat
membuat rencana untuk melakukan pengembangan. Dengan pembinaan dan
pelatihan yang dilakukan bank terhadap UKM akan dapat membiasakan pelaku
UKM untuk tertib administrasi dan ini dapat digunakan untuk meyakinkan pihak
bank untuk memberikan kredit.
Dengan keberhasilan usaha kecil dalam mengembangkan usaha secara
otomatis juga akan memberikan keuntungan bagi bank yang membinanya,
keuntungan tersebut lancarnya pembayaran kredit maupun bunga dan setiap

Universitas Sumatera Utara

kebutuhan dana untuk pengembangan usaha kecil yang dibinanya akan melakukan
pemilihan bank telah membantunya.

2.3 Kredit
2.3.1 Pengertian Kredit
Pengertian kredit menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankkan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu bedasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Bank melakukan kegiatan usahanya terutama menggunakan dana masyarakat
yang

dipercayakan

kepadanya.

Sehingga

kepentingan

dan

kepercayaan

masyarakat wajib dilindungi dan dipelihara.


Salah satu kegiatan bank adalah pemberian kredit kepada debitur, dimana
kegiatan ini mengandung resiko yang berpengaruh terhadap kesehatan dan
kelangsungan usaha bank.. Sehingga dalam pelaksanaanya harus mengandung
azas perkreditan yang sehat.
Dalam dunia perniagaan kredit itu dikenal sebagai pemberian barang atau
jasa saat sekarang untuk mendapatkan penggantinya menurut perjanjian dalam
pembayaran yang setara dihari kemudian (Lester ,1985:208).
Pendapat lain adalah

mengemukakan bahwa kredit itu adalah

Penyerahan sesuatu yang berharga pada pihak lain, apakah uang, barang atau jasa

Universitas Sumatera Utara

dengan janji bahwa di hari tertentu penerimanya

akan membayarnya secara

ekivalen/ sebanding. (Rahmat Firdaus 1985:12)


Dalam pandangan para akuntan kredit merupakan Kesanggupan untuk
membayar atau meminjam dengan janji akan membayar setelah habis jangka
waktunya atau

pada penyerahan barang berikutnya.

Sedangkan di Negara

Indonesia kredit yang disalurkan oleh bank berupa pinjaman mempunyai arti yang
selaras dengan yang dinyatakan dalam undang- undang pokok perbankan yang
berarti bahwa kredit adalah uang yang disediakan atau disamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian dan harus dilunasi pada waktunya beserta bunganya.
Setelah diperhatikan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk:
1. Pemberian surat berharga yang dilengkapi dengan Note Purchasing
Agreement (NPA)
2. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Kredit menyediakan uang atau tagihan atas dasar persetujuan atau
kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain dengan kewajiban pihak
peminjam atau pihak yang dibiayai

untuk melunasi hutangnya

atau

mengembalikannya beserta bunga dengan tenggang waktu yang telah disepakati


bersama. Dengan demikian, kredit merupakan kegiatan pinjam- meminjam antara
pihak bank dan pihak lain, masalah pinjam dan meminjam ini berdasarkan

Universitas Sumatera Utara

kepercayaan pihak peminjam akan mengembalikan pinjaman dalam tenggang


waktu yang telah ditetapkan disertai dengan sejumlah bunga. Pada umumnya
dalam perjanjian akan ditekankan

kewajiban pihak

peminjam untuk

mengembalikan, akan mengangsur uang pokoknya disertai bunga sesuai dengan


yang telah ditentukan.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur- unsur yang terdapat
dalam kredit, yaitu:
1. Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan pihak bank atas prestasi
yang

diberikannya

kepada

nasabah

peminjam

dana

akan

mengembalikannya sesuai tenggang waktu yang telah disepakati


2. Waktu, yaitu adanya jangka waktu tertentu antara

pemberian

kredit dan pelunasannya, jangka waktu tersebut sebelumnya


terlebih dahulu disetujui atau disepakati bersama antara pihak bank
dan nasabah peminjam dana
3. Prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra
prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan
perjanjian pemberian kredit antar bank dan nasabah peminjam dana
berupa uang dan bunga atau imbalan.
4. Resiko, yaitu adanya resiko yang mungkin akan terjadi dalam
jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut,
sehingga untuk menggunakan pemberian kredit dan mencakup
kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah peminjam dana,
maka dilakukanlah pengikatan jaminan atau agunan.

Universitas Sumatera Utara

Dan dari pengertian kredit memberikan konsekuensi bagi bank dan peminjam
mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Penyediaan uang
Kredit akan terjadi jika adanya lembaga yang menyediakan uang untuk
dipinjamkan dalam hal ini adalah lembaga perbankan. Lembaga ini
merupakan lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kredit ke masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dana baik
untuk kepentingan pengembangan usaha atau kepentingan konsumtif.
b. Kewajiban pengembalian kredit
Bagi debitur atau peminjam mempunyai kewajiban untuk mengembalikan
hutangnya kepada kreditur sejumlah tertentu sesuai dengan ketentuan yang
telah ditentukan dan disepakati kedua belah pihak.
c. Jangka pengembalian kredit
Jangka waktu untuk mengembalikan kredit tergantung dari kesepakatan
antara debitur dengan kreditur. Jangka kredit dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
a. Kredit jangka pendek ( Short term-loan)
Kredit jangka pendek merupakan kredit yang jangka waktu
pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk
pembiayaan kelancaran operasi perusahaan termasuk pula kredit
modal kerja.
b. Kredit jangka menengah ( medium term loan )

Universitas Sumatera Utara

Kredit jangka menengah merupakan kredit yang jangka waktu


pengembalian antara 1 s/d 3 tahun. Biasanya kredit ini untuk
menambah modal kerja misalnya untuk membiayai pengadaan bahan
baku. Kredit jangka menengah dapat pula dalam bentuk investasi.
c. Kredit jangka panjang ( Long term loan )
Kredit jangka panjang merupakan kredit yang jangka waktu
pengbaliannya atau jatuh temponya melebihi 3 tahun, misalnya
kredit investasi yaitu kredit untuk membiayai suatu proyek,
perluasan usaha atau rehabilitasi.
d. Pembayaran bunga atau hasil
Jasa yang harus dibayar oleh debitur sebagai pengguna jasa kredit
kepada kreditur dapat berupa bunga atau bagi hasil yang diperoleh
debitur. Besarnya bunga yang dibayar oleh debitur tergantung dari
kesepakatan kedua belah fihak.
e. Perjanjian kredit
Perjanjian kredit ini dilakukan untuk mengikat kedua belah fihak
agar menjalankan kewajiban sesuai dengan kesepakatan.

2.3.2.Jenis-jenis Kredit
1. Kredit dapat dibedakan menurut tujuannya yaitu :
a. Kredit komersial (commercial loan)
Kredit komersial yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar
kegiatan usaha nasabah di bidang dagangan. Kredit komersial ini

Universitas Sumatera Utara

meliputi antara lain : kredit leveransir, kredit untuk usaha pertokoan,


kredit ekspor dll.
b. Kredit konsumtif (consumer loan)
Kredit konsumtif yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk
memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu,
kredit ini bagi debitur tidak digunakan sebagai modal kerja untuk
memperoleh laba akan tetapi semata-mata digunakan untuk membeli
barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya misalnya membeli property
(rumah), mobil, dan berbagai macam barang konsumsi lainnya.
c. Kredit produktif
Kredit produktif yaitu produktif kredit yang diberikan oleh bank dalam
rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat
memperlancar produksi misalnya pembelian bahan baku, pembayaran
upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran dan distribusi dan
sebagainya.
2. Penggolongan kredit menurut penggunaannya terdiri atas :
a.

Kredit modal kerja


Kredit modal kerja merupakan

kredit yang diberikan oleh bank

untuk menambah modal kerja debitur.


b. Kredit investasi
Kredit investasi merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada
perusahaan untuk digunakan untuk melakukan investasi dengan
membeli barang-barang modal.

Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Tujuan Kredit


Tujuan kredit adalah untuk mendapatkan keuntungan dari bunga kredit
yang dibebankan kepada debitur sesuai dengan kesepakatan yang diperjanjikan.
Tujuan kredit dapat dilihat dari dua fungsi pokok yang saling berkaitan, yaitu
1. Profitabilitas adalah tujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
berupa keuntungan yang diperoleh dari pungutan bunga
2. Safety adalah keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar- benar terjamin sehingga tujuan profitabilitasnya benar-benar
tercapai tanpa hambatan
Didalam perkreditan melibatkan beberapa pihak, yaitu pihak kreditur
(Bank) , Debitur (peminjam) , otorita moneter bahkan masyarakat pada umumnya.
Oleh karena itu tujuan pemberian kredit berbeda-beda dan tergantung pada pihakpihak tersebut, yaitu
1. Bagi Kreditor (Bank)
Perkreditan merupakan sumber utama pendapatannya, selain itu tujuan
pemberian kredit merupakan perangsang pemasaran produk-produk
lainnya serta perkreditan merupakan

merupakan instrument penjaga

likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas


2. Bagi Debitur
Kredit berfungsi sebagai sarana untuk membuat kegiatan usaha semakin
lancar dan kinerja usaha semakin baik dari pada sebelumnya. Selain itu
kredit juga bermanfaat untuk meningkatkan minat berusaha dan

Universitas Sumatera Utara

keuntungan sebagai jaminan kelanjutan kehidupan perusahaan serta


memperluas kesempatan berusaha dan bekerja pada perusahaan
3. Bagi otorita
Kredit berfungsi sebagai

instrument moneter. Selain itu kredit juga

berfungsi untuk menciptakan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja


yang memperluas sumber pendapatan dan kemungkinan membuka
sumber-sumber pendapatan negara serta berfungsi sebagai instrumen
untuk ikut serta meningkatkan mutu manajemen dunia usaha sehingga
terjadi efisiensi dan mengurangi pemborosan di semua ini.
4. Bagi Masyarakat
Kredit berfungsi mengurangi penganguran, karena membuka peluang
berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan serta meningkatkan fungsi
pasar karena ada peningkatan daya beli.

2.3.4 Skala Kredit


Kredit dapat dibedakan menjadi beberapa jenis menurut skalanya adalah
sebagai berikut
1. Kredit Koperasi yaitu kredit kepada debitur group/ non group total
fasilitas Cash Loan atau Non Cash Loan diatas Rp. 25 milyar.
2. Kredit Komersial yaitu kredit kepada debitur group/ non group dengan
fasilitas Cash Loan atau non Cash Loan di atas Rp. 350 juta sampai
dengan dibawah Rp. 25 milyar.

Universitas Sumatera Utara

3. Kredit Retail yaitu kredit kepada debitur group/ non group dengan
total fasilitas Cash Loan (CL) atau Non Cash Loan (NCL) sampai
dengan

Rp.

350

juta

dan

seluruh

kredit

konsumsi

tanpa

memperhatikan jumlahnya.

2.3.5 Kualitas Kredit


Berdasarkan SE BI no. 31/10/UPBB tanggal 12 November 1998 kualitas
kredit digolongkan menjadi 5 golongan, yaitu
1. Lancar
Adalah kredit yang tidak ada tunggakan bunga atau angsuran pokok (jika
ada) pinjaman belum jatuh tempo dan tidak terdapat cerukan karena
penarikan pembayaran kewajiban pada masa mendatang diperkirakan
lancar atau sesuai dengan jadwal dan tidak diragukan sama sekali.
Ketentuan:
a. Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu
b. Memiliki mutasi rekening yang aktif: atau
c.

Bagian kredit yang dipertimbangkan anggunan tunai

2. Perhatian Khusus
Adalah kredit yang menunjukan adanya kelemahan pada kondisi
kekurangan atau kelayakan kredit debitur. Hal ini misalnya dimulai
dengan trend menurun dalam profit margin dalam omset penjualan atau
program pengembalian kredit tidak realistis atau kurang memadainya
anggunan, informasi kredit ataupun dokumentasi. Perhatian dini termasuk

Universitas Sumatera Utara

pembicaraan yang intensif dan serius dengan debitur diperlukan untuk


mengoreksi keadaan ini. Kalau keadaan semakin parah, debitur perlu
direklasifikasi ketingkat yang lebih buruk
Ketentuan:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang belum
melampaui 90 hari
b. Kadang-kadang terjadi cerukan
c. Mutasi rekening relatif aktif
d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap bentuk yang diperjanjikan
e. Didukung oleh perjanjian baru
3. Kurang Lancar
Adalah kredit yang pembayaran bunga atau anggunan pokok (jika ada)
mungkin akan atau sudah tergangu karena perubahan yang tidak
menguntungkan dalam segi keuangan dan manajemen debitur atau
ekonomi atau politik pada umumnya atau sangat tidak memadainya
agunan. Pada tahap ini belum tampak adanya gejala kerugian bagi bank,
Namun kondisi ini dapat berkepanjangan dan kemungkinan semakin
memburuk. Tindakan koreksi yang cepat dan tepat harus diambil untuk
memperkuat posisi bank sebagai kreditur, antara lain dengan mengurangi
eksposure bank dan memastikan debitur juga mengambil tindakan
perbaikan yang berarti.
Ketentuan:

Universitas Sumatera Utara

a.

Terdapat tunggakan

angsuran pokok dan atau bunga yang

telah mencapai 90 hari


b.

Sering terjadi cerukan

c.

Frekuensi mutasi rekening relatif rendah

d.

Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang telah diperjanjikan


lebih dari 90 hari

e.

Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur

f.

Dokumentasi pinjaman lemah

4. Diragukan
Adalah kredit yang pengembalian seluruh pinjaman mulai diragukan
sehingga berpotensi menimbulkan kerugian bagi bank, hanya saja belum
dapat ditentukan besar maupun saatnya. Tindakan yang cermat dan tepat
harus diambil untuk meminimalkan kerugian.
Ketentuan:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang
telah melampaui 180 hari
b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
d. Terjadi kapitalisasi bunga
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan.

Universitas Sumatera Utara

5. Macet
Adalah kredit yang dinilai sudah tidak bisa ditagih kembali. Bank akan
menanggung kerugian atas kredit yang diberikan.
Ketentuan:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 270 hari
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
c. Dari segi hukum maupun pasar. Jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar

2.4 Akses UKM ke Jasa Kredit Perbankan


Dalam memberikan pembiayaan kepada sektor UKM, Bank tetap harus
melakukan langkah-langkah prudential banking serta melakukan manajemen
risiko sebagaimana yang telah digariskan dalam Standard Operasional dan
Prosedur (SOP).Bank akan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Prinsip Kehati-hatian
Dalam melakukan prinsip kehati-hatian, bank harus memperhatikan:
a. Prinsip utama dalam mengelola risiko kredit adalah:
i. Pemisahan pejabat kredit
ii.

Penerapan Risk Scoring System.

iii. Pemisahan pengelolaan kredit bermasalah.


b. Prosedur Perkreditan yang sehat.
Bank harus melakukan prosedur yang sehat, dengan melakukan:

Universitas Sumatera Utara

i. Penetapan Pasar Sasaran.


ii. Kriteria Risiko yang dapat diterima.
iii. Pengawasan ekspansi kredit.
c. Jenis usaha yang dilarang atau dihindari untuk dibiayai
2. Dalam Kebijakan umum Perkreditan, diatur bahwa setiap proses dan
keputusan kredit harus melalui langkah-langkah yang baku, sebagai
berikut:
a. Ada permohonan kredit dari debitur secara tertulis,
b. Dilengkapi dokumen yang dipersyaratkan,
c. Disertai proposal kredit,
d. Dibuat rekomendasi dan keputusan kredit oleh pejabat yang
berwenang,
e. Pemberitahuan keputusan kredit (offering letter),
f. Melaksanakan perjanjian kredit secara hukum,
g. Proses pencairan kredit, h. Melaksanakan pengawasan dan
evaluasi.
3.

Pre screening dan seleksi calon debitur UKM. Permohonan kredit dapat
diproses apabila telah lolos pre screening, yaitu;
a. Memenuhi Pasar Sasaran.
b. Tidak termasuk jenis usaha yang dilarang.
c. Tidak termasuk dalam jenis usaha yang perlu dihindari .
d. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam BI.
e. Tidak termasuk dalam Daftar Kredit Macet BI.

Universitas Sumatera Utara

f. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam Intern Bank.


4. Bank juga melakukan penilaian rating atas kesehatan debitur, melalui Credit
Risk Rating (CRR).
Credit Risk Rating ini merupakan alat penilaian standar: untuk penilaian
risiko kredit secara individual, menetapkan langkah-langkah penanganan
yang diperlukan sejak dini, menetapkan standar ukuran risiko yang dapat
diterima

Bank,

memperkirakan kemungkinan tingkat

kegagalan

pengembalian kredit.
5.

Apabila telah melalui proses penilaian rating dan nilainya memenuhi


standar yang ditetapkan, maka akan disusun proposal analisis kredit,
sebagai bahan pertimbangan apakah usaha yang dibiayai layak atau tidak
untuk diberikan kredit. Proposal analisis kredit bukan laporan deskriptif,
tetapi merupakan hasil analisis yang menyimpulkan tingkat risiko calon
debitur (layak atau tidak), sekaligus rekomendasi serta mitigasi risiko
(yang akan dituangkan dalam bentuk loan structure, covenant, insurance
dan collateral). Prinsip penyusunan laporan analisis kredit, harus
memenuhi unsur: Obyektif, komunikatif (siapapun yang membaca
mempunyai persepsi yang sama), memuat informasi pokok yang
dibutuhkan pemutus kredit, dan simpel.

6. Bank tetap harus memantau jalannya usaha debitur, serta menerapkan early
warning system (EWS). Early Warning System adalah mekanisme/sistim
deteksi/pengenalan terhadap gejala/tanda-tanda awal yang diperkirakan
dapat mempengaruhi/ menyebabkan kemungkinan terjadinya kegagalan

Universitas Sumatera Utara

debitur dalam memenuhi kewajibannya. Tujuan EWS adalah memberikan


tanda/peringatan dini atas kondisi debitur yang diperkirakan akan
berdampak negatif terhadap kelancaran pemenuhan kewajiban atas kredit
yang telah diberikan. Sasaran EWS adalah:
1. Mengindentifikasi
diperkirakan akan

dan

mendeteksi

berpotensi

debitur-debitur

gagal

dalam

yang

memenuhi

kewajibannya.
2. Mendukung proses monitoring portofolio pinjaman secara
keseluruhan.
3. Mengindetifikasi langkah-langkah perbaikan dan penetapan
rencana tindak lanjut yang efektif.
7. Bank juga harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kredit
yang telah diberikan. Prinsip pembinaan dan pengawasan adalah:
1. Setiap tahapan proses pemberian kredit harus didasarkan atas
azas-azas perkreditan yang sehat.
2. Setiap pemberian kredit harus mengandung unsur pengawasan
ganda dan pengawasan melekat secara berkesinambungan.
3. Setiap pemberian kredit harus dipantau perkembangan usaha
debitur yang bersangkutan, agar kredit mencapai sasaran dan
mencegah kemungkinan penurunan kualitas kredit.
4. Setiap perkembangan kredit tidak hanya diawasi oleh pejabat
kredit saja, tetapi juga oleh unit kerja yang dibentuk melalui
fungsi pengawasan, yaitu audit internal.

Universitas Sumatera Utara

8.

Selain melakukan pembinaan dan pengawasan, Bank juga harus merapikan


dokumentasi kredit, agar sewaktu-waktu dapat dimonitor. Dokumentasi
kredit ini menjadi bagian tak terpisahkan dari paket kredit, merupakan
salah satu aspek penting yang dapat menjamin pengembalian kredit, serta
dokumentasi kredit wajib dilaksanakan dengan baik, tertib dan lengkap.
Pada akhirnya, dengan kebijakan dan sistem yang baik, akan diperoleh

tingkat kesehatan bank. Di satu sisi, setiap pejabat/staf dari bank yang berperan
menganalisis suatu usaha debitur telah mempunyai perangkat yang dapat
digunakan, sehingga manajemen risiko, serta early warning system dapat
dijalankan dengan baik. Dan yang paling utama, jika semua prosedur standar telah
dipenuhi, maka budaya kredit (credit culture) yang sehat akan berperan aktif
dalam membuat bank dapat berperan serta dalam menumbuhkan perekonomian
untuk debitur UKM.

2.4.1 Penyaluran kredit oleh Bank terhadap UKM


Pada kenyataannya penyaluran kredit pada UKM masih kecil
dibandingkan dengan usaha besar. Pemecahan masalah tersebut secara
makro seperti kebijakan pemerintah mewajibkan Bank Umum untuk
menyalurkan 20 % kredit kepada UKM dari total kreditnya,KUT, program
program promosi akses kredit UKM kepada lembaga keuangan dan lainlainnya ternyata hasilnya masih jauh dari memuaskan. Hal ini disebabkan
selain karena ketidak mampuan UKM mengakses bank juga disebabkan
oleh :

Universitas Sumatera Utara

1. Officer Bank kekurangan pengetahuan atau pengalaman, sehingga bank


kesulitan menilai prospek bisnis UKM, sehingga untuk meminimalisasi
resiko perlu menetapkan persyaratan jaminan yang ketat. Skema kredit
UKM kurang bervariasi mengikuti variasi karakteristik usaha UKM yang
spesifik.
2. Pada UKM yang mengajukan kredit, Officer Bank masih kesulitan untuk
menemukan yang prospektif untuk dibiayai
Untuk mendorong penyelesaian masalah ditingkat mikro tersebut
semestinya menjadi perioritas dalam mempromosikan akses kredit UKM pada
lembaga keuangan. secara teknis bank harus punya target pasar spesifik untuk
UKM sebagaimana juga bank memiliki target pasar spesifik untuk usaha besar,
tetapi menetapkan target pasar untuk UKM ternyata lebih rumit dari pada
menetapkan target pasar kredit usaha besar, hal ini disebabkan :
1. Tidak tersedianya data sekunder yang memadai tentang UKM, data yang
tersedia pada dinas teknis dan BPS sangat tidak memadai sebagai
pertimbangan dalam merumuskan target pasar kredit UKM.
2. Faktor lokalitas pada tingkat Kabupaten/propinsi bahkan pada tingkat
wilayah yang lebih kecil sangat mempengaruhi potensi pengembangan
UKM, dengan demikian data Nasional akan sangat bisa jika digunakan
dalam memilih sektor UKM.
3. Pengelompokkan UKM selama ini berdasarkan sub sektor telah menjadi
pola analisis, padahal pengelompokkan tersebut pada dasarnya untuk
kepentingan administrasi (Pemerintah & BI) bukan kepentingan analisis

Universitas Sumatera Utara

bisnis, Analisis yang paling rasional adalah berdasarkan rantai bisnis dan
wilayah (wilayah yang dibatasi oleh keterkaitan pelaku bukan wilayah
administrasi)
Karena sebagian besar UKM tidak memiliki dokumen usaha dan data tentang
UKM sangat sedikit maka untuk bisa menyalurkan kredit kepada UKM, bank
perlu mengenal dengan baik karakteristik dan pola bisnis UKM, perlu cara lain
dalam analisis pasar dan potensi sektor agar penyaluran kredit pada UKM tetap
dengan pendekatan koridor biasa.

2.4.2 Syarat UKM mendapat kucuran dana dari Bank


Para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) harus memenuhi tiga
persyaratan agar usahanya dinilai visible dan bankable bagi perbankan. Sehingga
perbankan bersedia untuk mengucurkan kredit. "Tiga syarat itu adalah
dokumentasi usaha yang jelas, track record yang positif, dan bisnis atau cashflow
yang positif," Seandainya aset usaha UKM tersebut tergolong besar tapi
cashflownya negatif, perbankan tetap enggan mengucurkan kreditnya. dalam hal
ini Kementerian Koperasi dan UKM akan bekerjasama membuat pelatihan bagi
para pelaku UKM, agar bisa bankable sehingga bisa memperoleh pinjaman dari
perbankan untuk mengembangkan usaha.
Pada saat ini pemerintah masih terus berusaha untuk merealisasikan UU
tentang penjaminan kredit kepada para pelaku UKM. Sehingga nantinya Bank
Indonesia (BI) mempunyai payung hukum untuk melonggarkan aturannya bagi
perbankan dalam menyalurkan kredit ke sektor UKM. , agar para pelaku UKM

Universitas Sumatera Utara

tidak terbebani masalah jaminan pinjaman kepada perbankan. Pada saat ini
bahkan ada pelaku UKM yang memberikan jaminan lebih besar kepada perbankan
dibandingkan jumlah pinjamannya.

2.4.3 Permasalahan yang dihadapi UKM dalam mendapatkan kredit dari


perbankan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) saat ini tengah menghadapi fenomena
paradoks. Disatu sisi UKM terlihat sangat strategis karena merupakan pilar
pendukung utama dan terdepan dalam pembangunan ekonomi. UKM merupakan
lapangan usaha yang paling banyak dan paling mudah diakses oleh masyarakat
bawah di Indonesia. UKM paling besar dan paling cepat dalam memberikan
peluang lapangan pekerjaan dan memberikan sumber penghasilan bagi
kebanyakan masyarakat kita. UKM paling fleksibel dan dapat dengan mudah
beradaptasi dengan pasang surut dan arah perekonomian dan UKM juga cukup
terdiversifikasi

dan

memberikan kontribusi

penting

dalam

ekspor

dan

perdagangan. Betapa luar biasanya peran UKM di Indonesia kita ini. Namun disisi
lain kita juga banyak menemukan persoalan pelik ditubuh UKM.
Kelembagaan UKM di Indonesia lemah. Hal ini disebabkan karena secara
ekonomi politik, keberadaannya tidak diperhitungkan terutama pada masa rezim
Soeharto berdiri kokoh. Dominasi keberpihakan rezim Soeharto kepada pelaku
ekonomi besar telah menyebabkan UKM di Indonesia lemah secara kelembagaan.
Sehingga UKM kita menjadi lambat mandiri, lambat mengembangkan diri dan
menjadi lemah dalam hal akses. sudah menjadi rahasia umum UKM di Indonesia,

Universitas Sumatera Utara

bahwa dari dahulu permasalahan klasik yang selalu mendera UKM antara lain
adalah permasalahan;
1. Rumitnya proses perizinan dan penyederhanaan pencatatan usaha.
Perizinan usaha di Indonesia sangat berbelit dan memakan waktu
yang sangat lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain padahal
untuk UKM izin usaha adalah modal paling dasar jika mau berkembang
dan mendapat akses dengan baik terutama sekali akses permodalan.
Menurut Bank Dunia (2005), dibutuhkan rata-rata sekitar 151 hari serta 12
prosedur untuk mendapatkan izin usaha. Padahal kemudahan perizinan ini
akan menciptakan tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.25 %PDB.

2. Sulitnya akses penambahan modal melalui kredit bank.


Kebanyak UKM tidak berhasil mendapatkan kredit dari bank
karena UKM tidak memenuhi persyaratan untuk layak diberi kredit. Hal
ini antara lain karena UKM belum memiliki pengetahuan dan kesiapan
dalam memenuhi persyaratan kredit sehingga para pelaku UKM
memandang prosedur kredit sulit. Sulaeman di Indonesia alasan utama
yang dikemukakan oleh UKM kenapa UKM tidak meminjam ke bank
adalah: (1) prosedur sulit (30,30 %), (2) Tidak berminat (25,34 %), (3)
Tidak punya agunan (19,28 %), (4) Tidak tahu prosedur (14,33 %), (5)
Suku bunga tinggi (8,82 %), dan (6) Proposal ditolak (1,93 %) (Sulaeman,
2004)

Universitas Sumatera Utara

3. Lemahnya kemampuan UKM dalam hal manajemen.


Permasalahan sebagian besar UKM di Indonesia adalah lemahnya
kemampuan manajemen. Karena sebagian besar pelaku UKM memiliki
tingkat pendidikan SMU atau sederajat, maka penguasaan ini sangat
lemah. Padahal

ini

merupakan kunci jika

UKM

mau

menilai

perkembangan dan ingin mendapat akses kredit modal usaha di perbanka


4. Lemahnya penguasaan terhadap networking atau jaringan kerja dan akses
pasar.
Hal ini muncul akibat lemahnya kemampuan UKM mengorganisir
diri dan lemahnya kemampuan pemasaran UKM, lemahnya penguasaan
jaringan pasar, dan lemahnya penguasaan fasilitas teknologi dan informasi
(IT) oleh UKM.

2.4.4 Mengatasi Hambatan Finansial UKM


Keberadaan usaha kecil dan menengah (UKM) memang tidak bisa dipungkiri
menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Saat terjadi krisis
ekonomi pada 1998, UKM terbukti menjadi usaha yang masih mampu bertahan
dan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di tengah banyaknya usaha
skala besar yang mengalami kebangkrutan.
UKM

memang

memberikan

kontribusi

yang

signifikan

terhadap

perekonomian Indonesia. Jika ditinjau dari aspek penyerapan tenaga kerja,


berdasarkan data BPS, sampai akhir 2007 jumlah unit UKM mencapai 49,8 juta
unit dan menyediakan lapangan kerja bagi 91,8 juta orang. Jumlah ini

Universitas Sumatera Utara

diperkirakan akan terus bertambah. Lokasi UKM yang sebagian besar berada di
daerah pedesaan juga akan berperan terhadap pengurangan jumlah kemiskinan,
pemerataan distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di daerah pedesaan
tersebut. Terkait signifikansi peran UKM tersebut,pemerintah sebenarnya telah
memberikan perhatian terhadap pertumbuhan UKM ini. Walaupun demikian,
UKM dalam perkembangannya masih seringkali menghadapi berbagai macam
hambatan. UKM secara umum menghadapi dua permasalahan utama, yaitu
masalah finansial dan masalah nonfinansial (Sri Adiningsih, 2003).
Masalah finansial umumnya berkaitan dengan keterbatasan UKM dalam
memperoleh modal untuk mengembangkan usahanya, sedangkan masalah
nonfinansial umumnya berkaitan dengan keterbatasan dari sisi kemampuan
manajemen misalnya dalam produksi dan promosi produk. Terkait kendala
finansial, di satu sisi sebenarnya sudah banyak pihak perbankan atau institusi
lainnya yang menyediakan fasilitas peminjaman modal bagi UKM. Namun, di sisi
lain masih banyak UKM yang tidak bisa mendapatkan akses terhadap modal
tersebut.
Dalam memberikan kredit permodalan, lembaga keuangan tentu akan selektif
untuk memilih debitor yang sekiranya tidak akan mengakibatkan kredit macet.
Prosedur pencairan kredit perbankan, bunga pinjaman, dan kewajiban untuk
memberikan agunan seringkali menyulitkan pihak UKM yang membutuhkan
suntikan modal. Selain itu, mayoritas UKM juga tidak melakukan pengelolaan
dan pencatatan keuangan dengan baik. Padahal pengelolaan keuangan misalnya
berupa laporan keuangan bisa menjadi pertimbangan kreditor dalam menilai

Universitas Sumatera Utara

prospektivitas UKM, apakah layak untuk mendapatkan pinjaman permodalan atau


tidak.Ketidakmampuan UKM memenuhi prosedur pencairan kredit tersebut
membuat UKM menjadi tidak bankable (tidak layak untuk memperoleh pinjaman
dari bank).
Di Indonesia sebenarnya sudah terdapat Standar Akuntansi Keuangan Usaha
Kecil Menengah (SAK UKM) yang memang secara khusus dibuat dan
diperuntukkan bagi UKM.SAK UKM tersebut dirumuskan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI). Keberadaan SAK UKM ini sejatinya bisa menjadi pedoman bagi
UKM untuk pengelolaan dan pencatatan keuangannya, termasuk terkait
pembuatan laporan keuangan yang baik. Namun, keberadaan standar ini masih
belum populer di kalangan UKM.Perlu ada upaya promosi dan pelatihan yang
komprehensif untuk meningkatkan kemampuan pengelolaan keuangan UKM
sekaligus menghilangkan mindset bahwa pengelolaan keuangan merupakan
sesuatu yang rumit dan tidak mudah dipelajari bagi kalangan UKM.
Jika memungkinkan, upaya ini selain melibatkan lembaga pemerintah terkait,
IAI, kalangan akademisi juga sebaiknya melibatkan lembaga keuangan yang
berperan sebagai kreditor bagi UKM. Dengan demikian, pentingnya pengelolaan
keuangan akan ditekankan misalnya terkait pembuatan laporan keuangan UKM
yang baik sehingga berguna bagi kemudahan akses kredit permodalan UKM.
Dengan pelaksanaan SAK UKM yang baik, UKM akan mampu menyelesaikan
berbagai permasalahan finansial yang selama ini ada.

Universitas Sumatera Utara

2.5

Penelitian Terdahulu
Diegi Dona Sari (2003) meneliti Penyaluran dana UKM melalui pemberian

kredit pada PT.Bank Mandiri Cabang Solok SUMBAR.. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tidak suksesnya akses UKM ke perbankan diakibatkan oleh
Pihak UKM yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PT. Bank
Mandiri dalam mengajukan permohonan kredit, usaha Debitor(UKM) yang tidak
memiliki prospek masa depan dan jaminan yang tidak mencukupi.
Tri Handayani (2002) meneliti Peranan Kredit PT.Bank SUMUT Cabang
Stabat Terhadap Perkembanagan UKM. Penelitian ini dilakukan dengan uji
statistik yaitu Koefisien Determinasi R Square (

dan pengujian Hipotesa

secara parsial (uji t) dimana pada penelitian ini yang akan diuji adalah pengaruh
modal awal, lama usaha , dan setelah diberikan kredit oleh bank SUMUT terhadap
pendapatan UKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal awal memiliki
pengaruh negative terhadap pendapatan sedangkan lama usaha dan pemberian
kredit oleh bank SUMUT memiliki pengaruh positif significan terhadap
pendapatan.

2.6 Hipotesa Penelitian


Hipotesa merupakan jawaban sementara suatu permasalahan sehingga
kebenarannya perlu diuji. Menurut pola umum metode ilmiah, setiap penelitian
terhadap objek hendaknya dibawah tuntutan suatu hipotis yang berfungsi sebagai
pegangan sementara atau jawaban sementara yang masih harus dibuktikan

Universitas Sumatera Utara

kebenarannya

dalam

kenyataan

(empirical

verification),

percobaan

(eksperimental) atau praktek (implementation) (umar,2004:80)


Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka hipotesa ini akan diuji
kebenarannya melalui penelitian: Kajian akses UKM ke perbankan di kabupaten
Dairi, fenomena yang terjadi terhadap UKM dalam mendapatkan kredit dari
perbankan sama dengan yang dihadapi oleh para UKM di kabupaten Dairi
khususnya UKM yang berada di pusat pasar Kabupaten Dairi.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai