TINJAUAN PUSTAKA
kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 ( dua ratus juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat membuka usaha.
b. Berdasarkan Total Penjualan Bersih Per Tahun
Berdasarkan hal ini pengusaha kecil adalah pengusaha yang memiliki hasil
total penjualan bersih per tahun paling banyak Rp 1.000.000.000 ( satu miliar
rupiah).
c.
perseorangan, bisa berbadan hukum atau tidak berbadan hukum yang didalamnya
termasuk koperasi.
Kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha.
2.
3.
4.
5.
Bentuk usaha orang per orang, badan usaha berbadan hukum/tidak, termasuk
koperasi.
6.
7.
Untuk sektor non industri, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 600
juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil
penjualan tahunan maksimal Rp 3 miliar pada usaha yang dibiayai.
Menurut BPS pada seminar di Kementerian Negara Koperasi dan UKM Tahun
Usaha kecil: memiliki kekayaan bersih > Rp. 50.000.000,- sampai dengan
Rp 500.000.000,- atau hasil penjualan tahunan > Rp. 300.000.000,- sampai
Rp.2.500.000.000,-
Keputuasan
Menteri
Keuangan
Nomor
UKM
di
Indonesia
membawa
dampak
baik
bagi
perkembangan ekonomi. Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah rasio kredit
bermasalah alias non performing loan (NPL). Berdasarkan data Bank Indonesia
(BI), NPL gross perbankan semester pertama 2009 sempat menyentuh angka 4,5%
dan akhirnya turun menjadi 3,8% di akhir 2009. Associate Director FitchRatings
Julita
Wikana
mengungkapkan,
berdasarkan
diskusi dengan
perbankan,
penyumbang NPL terbesar adalah sektor small medium enterprise (SME) alias
usaha kecil menengah (UKM), lalu sektor kredit korporasi. Sedangkan NPL di
sektor kredit konsumen tergolong stabil.
Selain itu, UKM juga memiliki pengaruh besar terhadap jumlah
pendapatan Negara. Beberapa jenis UKM menjadi sumber devisa Negara, dengan
kata lain UKM telah menjadi investasi bagi Negara. Terutama UKM dibidang
pertanian dan kerajinan. Sektor pertanian di Indonesia telah menjadi salah satu
komoditas yang besar bagi kebutuhan dalam negeri atau bahkan sabagai
komoditas ekspor bagi Indonesia. Tidak lain halnya dengan produksi kerajinan
Indonesia, produksi kerajinan beberapa daerah di Indonesia tidak hanya laku di
pasaran domestik saja, namun telah mampu merambah di pasar dunia khususnya
Negara di Asia.
Selain bermanfaat bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia, tanpa disadari
UKM juga mampu mengurangi angka pengangguran di masyarakat, sekaligus
juga meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Sebab banyaknya UKM
yang berdiri telah mampu memperkerjakan jutaan tenaga kerja yang tadinya
menjadi pengangguran. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat akan meningkat
serta lebih terjamin.
kegiatan
usaha
pasti
adanya
masalah
hambatan
dalam
umum hambatan yang sering terjadi pada UKM antara lain kurangnya
kemampuan manajemen, kurangnya kemampuan untuk melakukan pengendalian
penggunaan dana, kurangnya kemampuan untuk membuat rencana serta modal
untuk pengembangan. Ada beberapa faktor penghambat berkembangnya UMKM
(Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara lain kurangnya modal, minimnya
ketrampilan manajemen serta masalah mental. Kendala-kendala inilah yang
diharapkan dapat diatasi melaui sinergi kompak berbagai pihak, baik pemerintah
maupun kalangan swasta.
Permasalahan yang dihadapi oleh UKM dapat dibagi ke dalam faktor
internal dan faktor Eksternal yaitu antara lain meliputi:
1.
Faktor Internal:
a. Kurangnya permodalan
Permodalan merupakan factor utama yang diperlukan untuk
mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya permodalan UKM, karena
pada umumnya usaha kecil dan menengah merupakan usaha perorangan
atau perusahaan yang sifatnya tertutup.
b. Sumber Daya Manusia yang terbatas
Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal
maupun pengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh pada
manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk
berkembang secara optimal.
c. Lemahnya Jaringan Usaha dan Kemampuan Penetrasi Usaha Kecil
b.
dengan
kemajuan
ilmu
pengetahuan
dan
tekhnologi
menyebabkan sarana dan prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat
berkembang dan kurang mendukung kemajuan usaha.
c.
Kesulitan pemasaran
Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee
(1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang
terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha
UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari
produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor,
maupun dipasar ekspor.
b.
Keterbatasan financial
UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial
antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial
jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan
output jangka panjang.
c.
d.
e.
Keterbatasan teknologi
simpanan
giro,
tabungan,
dan
deposito.
Kegiatan
b. Menyalurkan Dana
Sedangkan yang dimaksud dengan menyalurkan dana adalah
melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro,
terkendali.
Untuk
menghindari
pemborosan
penggunaan
dapat
kebutuhan dana untuk pengembangan usaha kecil yang dibinanya akan melakukan
pemilihan bank telah membantunya.
2.3 Kredit
2.3.1 Pengertian Kredit
Pengertian kredit menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankkan
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan uang
atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu bedasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Bank melakukan kegiatan usahanya terutama menggunakan dana masyarakat
yang
dipercayakan
kepadanya.
Sehingga
kepentingan
dan
kepercayaan
Penyerahan sesuatu yang berharga pada pihak lain, apakah uang, barang atau jasa
Sedangkan di Negara
Indonesia kredit yang disalurkan oleh bank berupa pinjaman mempunyai arti yang
selaras dengan yang dinyatakan dalam undang- undang pokok perbankan yang
berarti bahwa kredit adalah uang yang disediakan atau disamakan dengan itu
berdasarkan perjanjian dan harus dilunasi pada waktunya beserta bunganya.
Setelah diperhatikan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa kredit adalah Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk:
1. Pemberian surat berharga yang dilengkapi dengan Note Purchasing
Agreement (NPA)
2. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Kredit menyediakan uang atau tagihan atas dasar persetujuan atau
kesepakatan bersama antara pihak bank dan pihak lain dengan kewajiban pihak
peminjam atau pihak yang dibiayai
atau
kewajiban pihak
peminjam untuk
diberikannya
kepada
nasabah
peminjam
dana
akan
pemberian
Dan dari pengertian kredit memberikan konsekuensi bagi bank dan peminjam
mengenai hal-hal sebagai berikut :
a. Penyediaan uang
Kredit akan terjadi jika adanya lembaga yang menyediakan uang untuk
dipinjamkan dalam hal ini adalah lembaga perbankan. Lembaga ini
merupakan lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kredit ke masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dana baik
untuk kepentingan pengembangan usaha atau kepentingan konsumtif.
b. Kewajiban pengembalian kredit
Bagi debitur atau peminjam mempunyai kewajiban untuk mengembalikan
hutangnya kepada kreditur sejumlah tertentu sesuai dengan ketentuan yang
telah ditentukan dan disepakati kedua belah pihak.
c. Jangka pengembalian kredit
Jangka waktu untuk mengembalikan kredit tergantung dari kesepakatan
antara debitur dengan kreditur. Jangka kredit dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu:
a. Kredit jangka pendek ( Short term-loan)
Kredit jangka pendek merupakan kredit yang jangka waktu
pengembaliannya kurang dari satu tahun. Misalnya kredit untuk
pembiayaan kelancaran operasi perusahaan termasuk pula kredit
modal kerja.
b. Kredit jangka menengah ( medium term loan )
2.3.2.Jenis-jenis Kredit
1. Kredit dapat dibedakan menurut tujuannya yaitu :
a. Kredit komersial (commercial loan)
Kredit komersial yaitu kredit yang diberikan untuk memperlancar
kegiatan usaha nasabah di bidang dagangan. Kredit komersial ini
3. Kredit Retail yaitu kredit kepada debitur group/ non group dengan
total fasilitas Cash Loan (CL) atau Non Cash Loan (NCL) sampai
dengan
Rp.
350
juta
dan
seluruh
kredit
konsumsi
tanpa
memperhatikan jumlahnya.
2. Perhatian Khusus
Adalah kredit yang menunjukan adanya kelemahan pada kondisi
kekurangan atau kelayakan kredit debitur. Hal ini misalnya dimulai
dengan trend menurun dalam profit margin dalam omset penjualan atau
program pengembalian kredit tidak realistis atau kurang memadainya
anggunan, informasi kredit ataupun dokumentasi. Perhatian dini termasuk
a.
Terdapat tunggakan
c.
d.
e.
f.
4. Diragukan
Adalah kredit yang pengembalian seluruh pinjaman mulai diragukan
sehingga berpotensi menimbulkan kerugian bagi bank, hanya saja belum
dapat ditentukan besar maupun saatnya. Tindakan yang cermat dan tepat
harus diambil untuk meminimalkan kerugian.
Ketentuan:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga yang
telah melampaui 180 hari
b. Terdapat cerukan yang bersifat permanen
c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari
d. Terjadi kapitalisasi bunga
e. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian kredit
maupun pengikatan jaminan.
5. Macet
Adalah kredit yang dinilai sudah tidak bisa ditagih kembali. Bank akan
menanggung kerugian atas kredit yang diberikan.
Ketentuan:
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah
melampaui 270 hari
b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
c. Dari segi hukum maupun pasar. Jaminan tidak dapat dicairkan
pada nilai wajar
Pre screening dan seleksi calon debitur UKM. Permohonan kredit dapat
diproses apabila telah lolos pre screening, yaitu;
a. Memenuhi Pasar Sasaran.
b. Tidak termasuk jenis usaha yang dilarang.
c. Tidak termasuk dalam jenis usaha yang perlu dihindari .
d. Tidak termasuk dalam Daftar Hitam BI.
e. Tidak termasuk dalam Daftar Kredit Macet BI.
Bank,
kegagalan
pengembalian kredit.
5.
6. Bank tetap harus memantau jalannya usaha debitur, serta menerapkan early
warning system (EWS). Early Warning System adalah mekanisme/sistim
deteksi/pengenalan terhadap gejala/tanda-tanda awal yang diperkirakan
dapat mempengaruhi/ menyebabkan kemungkinan terjadinya kegagalan
dan
mendeteksi
berpotensi
debitur-debitur
gagal
dalam
yang
memenuhi
kewajibannya.
2. Mendukung proses monitoring portofolio pinjaman secara
keseluruhan.
3. Mengindetifikasi langkah-langkah perbaikan dan penetapan
rencana tindak lanjut yang efektif.
7. Bank juga harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kredit
yang telah diberikan. Prinsip pembinaan dan pengawasan adalah:
1. Setiap tahapan proses pemberian kredit harus didasarkan atas
azas-azas perkreditan yang sehat.
2. Setiap pemberian kredit harus mengandung unsur pengawasan
ganda dan pengawasan melekat secara berkesinambungan.
3. Setiap pemberian kredit harus dipantau perkembangan usaha
debitur yang bersangkutan, agar kredit mencapai sasaran dan
mencegah kemungkinan penurunan kualitas kredit.
4. Setiap perkembangan kredit tidak hanya diawasi oleh pejabat
kredit saja, tetapi juga oleh unit kerja yang dibentuk melalui
fungsi pengawasan, yaitu audit internal.
8.
tingkat kesehatan bank. Di satu sisi, setiap pejabat/staf dari bank yang berperan
menganalisis suatu usaha debitur telah mempunyai perangkat yang dapat
digunakan, sehingga manajemen risiko, serta early warning system dapat
dijalankan dengan baik. Dan yang paling utama, jika semua prosedur standar telah
dipenuhi, maka budaya kredit (credit culture) yang sehat akan berperan aktif
dalam membuat bank dapat berperan serta dalam menumbuhkan perekonomian
untuk debitur UKM.
bisnis, Analisis yang paling rasional adalah berdasarkan rantai bisnis dan
wilayah (wilayah yang dibatasi oleh keterkaitan pelaku bukan wilayah
administrasi)
Karena sebagian besar UKM tidak memiliki dokumen usaha dan data tentang
UKM sangat sedikit maka untuk bisa menyalurkan kredit kepada UKM, bank
perlu mengenal dengan baik karakteristik dan pola bisnis UKM, perlu cara lain
dalam analisis pasar dan potensi sektor agar penyaluran kredit pada UKM tetap
dengan pendekatan koridor biasa.
tidak terbebani masalah jaminan pinjaman kepada perbankan. Pada saat ini
bahkan ada pelaku UKM yang memberikan jaminan lebih besar kepada perbankan
dibandingkan jumlah pinjamannya.
dan
memberikan kontribusi
penting
dalam
ekspor
dan
perdagangan. Betapa luar biasanya peran UKM di Indonesia kita ini. Namun disisi
lain kita juga banyak menemukan persoalan pelik ditubuh UKM.
Kelembagaan UKM di Indonesia lemah. Hal ini disebabkan karena secara
ekonomi politik, keberadaannya tidak diperhitungkan terutama pada masa rezim
Soeharto berdiri kokoh. Dominasi keberpihakan rezim Soeharto kepada pelaku
ekonomi besar telah menyebabkan UKM di Indonesia lemah secara kelembagaan.
Sehingga UKM kita menjadi lambat mandiri, lambat mengembangkan diri dan
menjadi lemah dalam hal akses. sudah menjadi rahasia umum UKM di Indonesia,
bahwa dari dahulu permasalahan klasik yang selalu mendera UKM antara lain
adalah permasalahan;
1. Rumitnya proses perizinan dan penyederhanaan pencatatan usaha.
Perizinan usaha di Indonesia sangat berbelit dan memakan waktu
yang sangat lama jika dibandingkan dengan negara-negara lain padahal
untuk UKM izin usaha adalah modal paling dasar jika mau berkembang
dan mendapat akses dengan baik terutama sekali akses permodalan.
Menurut Bank Dunia (2005), dibutuhkan rata-rata sekitar 151 hari serta 12
prosedur untuk mendapatkan izin usaha. Padahal kemudahan perizinan ini
akan menciptakan tambahan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.25 %PDB.
ini
UKM
mau
menilai
memang
memberikan
kontribusi
yang
signifikan
terhadap
diperkirakan akan terus bertambah. Lokasi UKM yang sebagian besar berada di
daerah pedesaan juga akan berperan terhadap pengurangan jumlah kemiskinan,
pemerataan distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di daerah pedesaan
tersebut. Terkait signifikansi peran UKM tersebut,pemerintah sebenarnya telah
memberikan perhatian terhadap pertumbuhan UKM ini. Walaupun demikian,
UKM dalam perkembangannya masih seringkali menghadapi berbagai macam
hambatan. UKM secara umum menghadapi dua permasalahan utama, yaitu
masalah finansial dan masalah nonfinansial (Sri Adiningsih, 2003).
Masalah finansial umumnya berkaitan dengan keterbatasan UKM dalam
memperoleh modal untuk mengembangkan usahanya, sedangkan masalah
nonfinansial umumnya berkaitan dengan keterbatasan dari sisi kemampuan
manajemen misalnya dalam produksi dan promosi produk. Terkait kendala
finansial, di satu sisi sebenarnya sudah banyak pihak perbankan atau institusi
lainnya yang menyediakan fasilitas peminjaman modal bagi UKM. Namun, di sisi
lain masih banyak UKM yang tidak bisa mendapatkan akses terhadap modal
tersebut.
Dalam memberikan kredit permodalan, lembaga keuangan tentu akan selektif
untuk memilih debitor yang sekiranya tidak akan mengakibatkan kredit macet.
Prosedur pencairan kredit perbankan, bunga pinjaman, dan kewajiban untuk
memberikan agunan seringkali menyulitkan pihak UKM yang membutuhkan
suntikan modal. Selain itu, mayoritas UKM juga tidak melakukan pengelolaan
dan pencatatan keuangan dengan baik. Padahal pengelolaan keuangan misalnya
berupa laporan keuangan bisa menjadi pertimbangan kreditor dalam menilai
2.5
Penelitian Terdahulu
Diegi Dona Sari (2003) meneliti Penyaluran dana UKM melalui pemberian
kredit pada PT.Bank Mandiri Cabang Solok SUMBAR.. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa tidak suksesnya akses UKM ke perbankan diakibatkan oleh
Pihak UKM yang tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh PT. Bank
Mandiri dalam mengajukan permohonan kredit, usaha Debitor(UKM) yang tidak
memiliki prospek masa depan dan jaminan yang tidak mencukupi.
Tri Handayani (2002) meneliti Peranan Kredit PT.Bank SUMUT Cabang
Stabat Terhadap Perkembanagan UKM. Penelitian ini dilakukan dengan uji
statistik yaitu Koefisien Determinasi R Square (
secara parsial (uji t) dimana pada penelitian ini yang akan diuji adalah pengaruh
modal awal, lama usaha , dan setelah diberikan kredit oleh bank SUMUT terhadap
pendapatan UKM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal awal memiliki
pengaruh negative terhadap pendapatan sedangkan lama usaha dan pemberian
kredit oleh bank SUMUT memiliki pengaruh positif significan terhadap
pendapatan.
kebenarannya
dalam
kenyataan
(empirical
verification),
percobaan