Anda di halaman 1dari 2

Mencintai Alam Mulai dari Diri Sendiri

Lingkungan Indonesia saat ini dianologikan sedang terjangkit sakit parah yang selalu
datang musiman tiap tahun. Bagaimana tidak, Indonesia yang pernah menyandang
julukan sebagai paru-paru dunia justru menjadi penyebab sesak nafas. Asap yang
dihasilkan dari kebakaran hutan dirasakan bukan hanya terasa di Indonesia bahkan
di beberapa negara tetangga pun ikut mencicipinya.
Kabut asap, ibarat musim baru di puncak kemarau, ini disebabkan oleh pembukaan
hutan untuk lahan pertanian baru dengan cara dibakar. Catatan kebakaran hutan
yang dikemukakan oleh Greenpeace Indonesia sepanjang 1 Agustus hingga 26
Oktober 2015 di Sumatera dan Kalimantan mencapai hingga 111.860 titik api.
Hampir 16% kebakaran tersebut terjadi di dalam konsesi yang digunakan untuk
pembukaan lahan pertanian baru sebagai lahan penanaman kelapa sawit.
Habitat Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat hidup di dataran rendah tropis dengan curah hujan yang tinggi,
sama seperti hutan Indonesia yang didominasi vegetasi hutan hujan tropis.
Pembukaan hutan baru untuk perkebunan sawit dapat menyebabkan ancaman
deforestasi, karena kesamaan habitat hidup keduanya, yang berarti ancaman pula
bagi flora fauna di dalamnya. Dunia memberi perhatian khusus dengan membentuk
Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) yang bertujuan untuk mengembangkan
dan mengimplementasikan standar global untuk minyak sawit berkelanjutan tanpa
merusak lingkungan hidup.
Hutan Indonesia yang menyimpan berbagai kekayaan ragam hayati, sudah
sepatutnya tetap dijaga dengan tanpa mendahulukan produksi komoditas kelapa
sawit. World Wild Fund (WWF) percaya dengan menerapkan standar global RSPO
pembukaan lahan baru kelapa sawit tidak akan merusak hutan hujan tropis. Pemilik
lahan harus menerapkan standar tersebut dan konsumen pun harus jeli dengan
membeli hanya produk yang memiliki sertifikasi RSPO.

Minyak Sawit dalam Keseharian Manusia


WWF menyatakan bahwa kebutuhan dunia akan minyak sawit sangat besar dan
86% kelapa sawit dunia dipasok dari Indonesia dan Malaysia. Pada tahun 2013
WWF melaporkan bahwa minyak nabati yang paling banyak digunakan didunia
berasal dari kelapa sawit dan sebesar 65% produknya diperdagangkan secara
internasional. Produk yang dihasilkan dari komoditas ini misalnya saja margarin,
biskuit, mie instan, shampo, sabun, lipstik, pasta gigi, coklat dan lain-lain.
Apabila dihubungkan dengan fakta saat ini berarti mengonsumsi produk yang
berbahan dasar minyak sawit setiap hari berindikasi bahwa kita, konsumen, secara
tidak langsung ikut andil dalam pengerusakan lingkungan. Konsumen dapat
menghindari hal ini dengan menjadi pembeli bijak, dimana konsumen menempatkan
skala prioritas pilihan pada produk yang ramah lingkungan. Putra Agung,
Sustainable Palm Oil Program Manager WWF Indonesia, mengatakan bahwa WWF

pada tahun 2013 melakukan survei yang menunjukkan 25% responden sudah mulai
sadar untuk memilih produk yang berasal dari perkebunan yang ramah lingkungan.
WWF mencoba mengimplementasikan market transformation melalui kampanye beli
yang baik dengan tujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk lebih
perduli pada produk konsumsi yang ramah lingkungan. Menjadi konsumen yang
bijak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. Teliti terlebih dahulu saat membeli produk di pasar swalayan, apakah produk
tersebut berasal dari perkebunan sawit yang ramah lingkungan dengan
melihat ada tidaknya logo RSPO pada kemasan. Pada saat membeli lebih
memprioritaskan produk yang baik daripada produk yang berharga murah
tetapi tidak memenuhi standar produk yang ramah lingkungan.
b. Mengajak keluarga, teman dan orang-orang yang berada di sekitar kita untuk
juga ikut menggunakan produk-produk yang berasal dari perkebunan kelapa
sawit yang ramah lingkungan.
c. Meminta toko swalayan untuk menjual produk-produk yang memiliki sertifikasi
RSPO, dengan bersama-sama menandatangani petisi untuk menjual produk
yang baik. Selain itu, meminta perusahaan manufaktur untuk memproduksi
barang-barang yang berbahan dasar minyak sawit yang ramah lingkungan
dengan beramai-ramai menandatangani petisi.
d. Menggunakan barang kebutuhan sehari-hari secara bijak dan tidak
melakukan pemborosan, semakin boros kita menggunakan produk tersebut
berarti semakin banyak berkontribusi dalam penggunaan minyak sawit yang
ada di dunia.
Ungkapan pembeli adalah raja menggambarkan bahwa konsumen memiliki
kekuatan untuk membeli dan memilih produk-produk yang sangat akrab dengan
kehidupan manusia mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Sudah sadarkah kita,
sebagai konsumen apakah kita sudah memperhatikan barang-barang yang kita
pakai serta prioritas apa yang kita pakai dalam membeli suatu barang. Apakah
keperdulian kita hanya sampai pada taraf merasa tertegun saat pemberitaan di
media tentang bencana asap tanpa melakukan aksi apapun. Semua pilihan ada di
tangan kita dengan melakukan aksi kecil tapi berdampak besar bagi kelestarian
lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai