Anda di halaman 1dari 14

ILMU DALAM PERSPEKTIF SOSIAL

MAKALAH
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
FILSAFAT ILMU

Kelompok :
Ahmad Gunawan
Budi Hartono
Endang Andriyani
Muhammad Islam

A20015004
A20015009
A20015011
A20015017

Dosen Pembimbing:
Dr. Hj. MAHRITA

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2015

KATA PENGANTAR
1

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah FILSAFAT ILMU yang berjudul ILMU
DALAM PERSPEKTIF SOSIAL tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Seperti halnya pepatah tak ada gading yang tak retak , oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amin
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, hasil hasil
kegiatan keilmuan memberikan alternatif untuk kemaslahatan hidup insani.
Ilmuwan mempunyai tanggung jawab profesional, khususnya di dunia ilmu dan
dalam masyarakat ilmuwan itu sendiri dan mengenai metodelogi yang di
pakainya. Ilmuwan juga memikul tanggung jawab sosial, yang bisa dibedakan
atas tanggung jawab legal yang formal sifatnya dan tanggung jawab moral
yang luas cakupannya.
Maka dari itu, kami ingin membahas makalah ini yang berjudul ILMU
DALAM PERSPEKTIF SOSIAL yang menjadi salah satu topik pembahasan
kami. Kami berusaha untuk menyusun makalah ini semenarik mungkin agar
para masyarakat khususnya mahasiswa dapat menyukai makalah ini. Sehingga,
mahasiswa dapat mengenal dan mengerti bahkan mampu memahami serta
menambah wawasan dalam dunia Filsafat Ilmu khususnya Ilmu dalam
Perspektif Kemaslahatan Hidup Insani / kehidupan sosial kemasyarakatan.
Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, Ilmu dan
sosial termasuk ke dalam jenis pengetahuan yang mempunyai karakteristik
masing-masing. Ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia
tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.
Etika dan moral sama artinya, tetapi dalam penilaian sehari-hari ada
sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai untuk perbuatan yang

sedang dinilai dan etika dipakai untuk pengkajian sistem nilai yang ada. Norma
adalah garis pengarah atau suatu peraturan. Misalnya, dalam suatu masyarakat
pasti berlaku norma umum, yaitu norma sopan santun, norma hukum, dan
norma moral, tugas kesusilaan ialah meningkatkan pertimbangan itu dalam
diri manusia sendiri.
Ruang lingkup yang menjadi tanggung jawab seorang ilmuwan
dikembalikan kepada hakikat ilmu itu sendiri. Sikap sosial seorang ilmuan
adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan.
Sikap ilmiah yang harus dimiliki Ilmuwan adalah tidak ada rasa
pamrih (disinterstedness), bersikap selektif, adanya rasa percaya, adanya sikap
yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa
pasti(conviction), adanya suatu kegiatan rutin dan harus memiliki sikap
etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk
kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia lebih khusus untuk
pembangunan bangsa den negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Tanggung Jawab Ilmuan terhadap Sosial ?
2. Sikap Ilmiah apa yang harus dimiliki Ilmuwan ?

C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui Tanggung Jawab Ilmuan terhadap Sosial ?
2. Untuk mengetahui Sikap Ilmiah yang harus dimiliki Ilmuwan ?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tanggung Jawab Ilmuan terhadap Sosial


Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan
dikaji secara terbuka oleh masyarakat. Sekiranya hasil karya-karya tersebut
memenuhi syarat syarat keilmuan maka dia diterima sebagai bagian dari
kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan oleh masyarakat tersebut. Atau
dengan kata lain, penciptaan ilmu bersifat individual namun komunikasi dan
penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Peranan individu inilah yang menonjol
dalam kemajuan ilmu.
Sangat jelas seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang
terpikul di bahunya. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan
dan keilmuan secara individual namun juga ikut bertanggung jawab agar
produk keilmuan sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.
Ruang lingkup yang menjadi tanggung jawab seorang ilmuwan
dikembalikan kepada hakikat ilmu itu sendiri. Sikap sosial seorang ilmuan
adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan.
Semua penelaahan ilmiah dan proses pengambilan keputusan dalam
hidup bermasyarakat dimulai dengan menentukan masalah.
Peranan ilmuwan menjadi sesuatu yang imperatif. Dialah yang
mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup untuk dapat menempatkan
masalah tersebut pada proporsi yang sebenarnya. Oleh sebab itu, dia

mempunyai kewajiban sosial untuk menyampaikan hal itu kepada masyarakat


banyak dalam bahasa yang mudah dimengerti. Menghadapi masalah yang
kurang mereka mengerti biasanya masyarakat bersikap ekstrim. Pada satu
pihak mereka bisu karena tidak ketahuan mereka, sedangkan di pihak lain
mereka bersikap irrasional dan radikal. Tanggung jawab seorang ilmuwan
dalam hal ini adalah memberikan perspektif yang benar : untung dan ruginya,
baik dan buruknya; sehingga penyelesaian yang obyektif dapat dimungkinkan.
Mungkin pula terjadi masyarakat telah merasakan adanya masalah
tertentu yang perlu dipecahkan namun karena satu dan lain hal masalah itu
belum muncul ke permukaan dan dapat dukungan. Dalam hal seperti ini maka
seorang ilmuwan harus tampil ke depan dan berusaha mempengaruhi opini
masyarakat terhadap masalah tersebut. Seorang ilmuan terpanggil dalam
tanggung jawab sosial mengenai hal ini karena dia mempunyai kemampuan
untuk bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang dia
miliki.
Pada bidang lain, mungkin terjadi bahwa masalah itu baru akan timbul
yang disebabkan proses yang sekarang sedang berjalan. Ilmuwan berdasarkan
pengetahuannya memiliki kemampuan untuk meramalkan apa yang akan
terjadi.
Kemampuan analisis seorang ilmuwan mungkin pula menemukan
alternatif dari obyek permasalahan yang sedang menjadi pusat perhatian dan
dapat dipergunakan untuk mengubah kegiatan nonproduktif menjadi kegiatan
produktif yang bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Bagaimana sikap seorang ilmuwan menghadapi cara berpikir seorang


yang keliru atau awam ? seorang ilmuwan pada hakikatnya adalah manusia
yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti. Bukan saja jalan pikirannya
mengalir melalui pola-pola yang teratur namun juga segenap materi yang
menjadi bahan pemikirannya dikaji dengan teliti. Seorang ilmuwan tidak
menolak atau menerima sesuatu secara begitu saja tanpa suatu pemikiran yang
cermat. Kelebihan seorang ilmuwan dalam berpikir secara teratur dan cermat
inilah yang menyebabkan dia mempunyai tanggung jawab sosial. Dia mesti
berbicara kepada masyarakat sekiranya dia mengetahui bahwa berpikir mereka
itu keliru. Dia mesti menjelaskan di mana mereka keliru, apa yang membikin
mereka keliru, dan lebih penting lagi, harga apa yang harus dibayar untuk
kekeliruan itu. Di sinilah kelebihan seorang ilmuwan dibandingkan dengan
cara berpikir orang awam.
Dalam usaha masyarakat untuk menegakkan kebenaran maka seorang
ilmuwan terpanggil oleh kewajiban sosialnya, bukan saja sebagai penganalisis
materi kebenaran tersebut namun juga sebagai prototipe moral yang baik.
Di bidang etika, tanggung jawab sosial seorang ilmuwan bukan lagi
memberikan informasi namun memberi contoh. Dia harus tampil di depan
bagaimana caranya bersifat obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima
pendapat orang lain, kukuh dalam pendirian yang dianggapnya benar dan kalau
perlu berani mengakui kesalahan. Semua sifat ini merupakan implikasi etis dari
proses penemuan kebenaran secara ilmiah. Di tengan situasi di mana segenap
nilai mengalami kegoncangan maka seorang ilmuwan harius tampil ke depan.

Pengetahuan yang dimilikinya merupakan kekuatan yang akan memberinya


keberanian. Demikian juga dalam masyarakat yang sedang membangun maka
dia harus bersikap sebagai seorang pendidik dengan memberikan suri
tauladan.
Tanggung jawab ilmu terhadap perubahan alam dan perubahan
masyarakat senantiasa muncul sebagai hasil pelaksanaan tanggung jawab yang
sebelumnya. Berhubung dengan hal itu, tidak mengherankan apabila konsepsikonsepsi yang asli tetap bernilai. Konsepsi-konsepsi asli yang tetap relevan
sejak dari dahulu hingga sekarang adalah melekatnya sifat tanpa pamrih pada
ilmu. Pemeraktifkan ilmu adalah demi ilmu. Ilmu berkembang untuk mencapai
tujuan secara sensitif, yaitu : tercapainya kebenaran. Untuk mencari kebenaran
yang hakiki, salah satu kegiatan praktis adalah eksperimen. Dampak
eksperimentasi itu terlihat pada perkembangan dewasa ini, yakni : tanggung
jawab yang melekat pada ilmu semakin luas adanya. Bahkan semakin jelas
bahwa tanggung jawab ilmu tersebut berkembang menjadi pengetahuan yang
nyata. Pengabdian yang dimiliki oleh ilmu bukanlah pengabdian yang netral,
melainkan pengabdian yang diwarnai oleh etis. Corak etis disebut menandai
pencaharian kebenaran yang filosofis, yaitu kebenaran yang memang menjadi
asal muasalnya.
Corak pengabdian nyata yang dimiliki oleh ilmu atau corak etis kegiatan
ilmiah itu bermacam-macam dan tidak terbatas pada penerapan-penerapan
konkret ilmu bagi manusia. Corak etis kegiatan ilmiah mempunyai jangkauan
yang luas. Luasnya jangkauan itu terlihat pada ihwal menyadari kedudukan

manusia. Jadi, tanggung jawab yang dimaksudkan dalam kupasan ini


menyangkut (1) penerapan nilai-nilai etis setepat-tepatnya bagi ilmu di dalam
kegiatan praktis, dan (2) upaya penemuan sikap etis yang tepat, sesuai dengan
ajaran tentang manusia dalam perkembangan ilmu.

B. Sikap Ilmiah yang harus dimiliki Ilmuwan


Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang di dalam dirinya memiliki
karakteristik kritis, rasional, logis, objektif, dan terbuka. Hal ini merupakan
suatu keharusan bagi seorang ilmuwan untuk melakukannya.
Para ilmuwan sebagai orang yang profesional dalam bidang keilmuan
sudah barang tentu mereka juga perlu memiliki visi moral, yaitu moral khusus
sebagai ilmuwan. Moral inilah di dalam filsafat ilmu disebut juga sebagai sikap
ilmiah.
Sikap ilmiah harus dimiliki oleh setiap ilmuwan. Hal ini disebabkan oleh
suatu sikap yang diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang bersifat
obyektif. Sikap ilmiah bagi seorang ilmuwan bukanlah membahas tentang
tujuan dari ilmu, melainkan bagaimana cara untuk mencapai suatu ilmu yang
bebas dari prasangka pribadi dan dapat dipertanggungjawabkan secara sosial
untuk melestarikan dan keseimbangan alam semesta ini, serta dapat
dipertanggungjawabkan kepada tuhan. Artinya, selaras dengan kehendak
manusia dengan kehendak tuhan.
Menurut Abbas Hamami M, sikap ilmiah yang harus dimiliki para
ilmuwan sedikitnya ada enam, yaitu :

1) Tidak ada rasa pamrih (disinterstedness), artinya suatu sikap yang


diarahkan untuk mencapai pengetahuan ilmiah yang obyektif dengan
menghilangkan pamrih atau kesenangan pribadi.
2) Bersikap selektif, yaitu suatu sikap yang tujuannya agar para ilmuwan
mampu mengadakan pemilihan terhadap segala sesuatu yang dihadapi.
Misalnya hipotesis yang beragam, metodelogi yang masing-masing
menunjukkan kekuatannya, atau cara penyimpulan yang satu cukup
berbeda walaupun masing-masing menunjukkan akurasinya.
3) Adanya rasa percaya yang layak baik terhadap kenyataan maupun
terhadap alat-alat indra serta budi (mind).
4) Adanya sikap yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan
dengan merasa pasti (conviction) bahwa setiap pendapat atau teori yang
terdahulu telah mencapai kepastian.
5) Adanya suatu kegiatan rutin bahwa seorang ilmuwan harus selalu tidak
puas terhadap penelitian yang telah dilakukan, sehingga selalu ada
dorongan untuk riset, dan riset sebagai aktivitas yang menonjol dalam
hidupnya.
6) Seorang ilmuwan harus memiliki sikap etis (akhlak) yang selalu
berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk kemajuan ilmu dan
untuk kebahagiaan manusia, lebih khusus untuk pembangunan bangsa
den negara.
Norma norma umum bagi etika keilmuan sebagaimana yang
dipaparkan secara normatif berlaku bagi semua ilmuwan. Hal ini karena pada

dasarnya seorang ilmuwan tidak boleh terpengaruh oleh sistem budaya, sistem
politik, sistem tradisi, atau apa saja yang hendak menyimpangkan tujuan ilmu.
Tujuan ilmu yang dimaksud adalah objektivitas yang berlaku secara universal
dan komunal.

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Ilmu berupaya mengungkapkan realitas sebagaimana adanya, Ilmu
termasuk ke dalam jenis pengetahuan yang mempunyai karakteristik masingmasing. ilmu dalam kehidupan sosial harus ditujukan untuk kebaikan manusia
tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.
Etika dan moral dalam kehidupan sosial sama artinya, tetapi dalam
penilaian sehari-hari ada sedikit perbedaan. Moral dan atau moralitas dipakai
untuk perbuatan yang sedang dinilai dan etika dipakai untuk pengkajian sistem
nilai yang ada. Norma adalah garis pengarah atau suatu peraturan. Mislanya,
dalam suatu masyarakat pasti berlaku norma umum, yaitu norma sopan santun,
norma hukum, dan norma moral, tugas kesusilaan ialah meningkatkan
pertimbangan itu dalam diri manusia sendiri.
Ruang lingkup yang menjadi tanggung jawab seorang ilmuwan
dikembalikan kepada hakikat ilmu itu sendiri. Sikap sosial seorang ilmuan
adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan.
Sikap ilmiah yang harus dimiliki Ilmuwan adalah tidak ada rasa
pamrih (disinterstedness), bersikap selektif, adanya rasa percaya, adanya sikap
yang berdasar pada suatu kepercayaan (belief) dan dengan merasa
pasti(conviction), adanya suatu kegiatan rutin dan harus memiliki sikap
etis (akhlak) yang selalu berkehendak untuk mengembangkan ilmu untuk

10

kemajuan ilmu dan untuk kebahagiaan manusia lebih khusus untuk


pembangunan bangsa den negara.
Demikianlah

makalah Filsafat

Ilmu mengenai ILMU

DALAM

PERSPEKTIF SOSIAL yang dapat saya sampaikan, saya berharap kepada


pembaca agar dapat memberikan penulis kritikan maupun masukan yang
positif demi penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan
faedah bagi kita semua.

11

DAFTAR PUSTAKA

http://diahtyas8.wordpress.com/2011/03/10/apa-itu-ilmu-dan-apa-definisi-ilmu.
http://www.pengertianahli.com/2013/10/pengertian-moral-menurut-para-ahli.html.
Ihsan, H. A. Fuad. 2010. Filsafat Ilmu, Jakarta : Rineka Cipta.
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer (Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan, 2003) hlm. 231.
Suriasumantri, Jujun S. 2003. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.
Surajiyo, 2009. Filsafat Ilmu & Perkembangan di Indonesia, Jakarta : Bumi
Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai