Anda di halaman 1dari 9

ANALISA PANGAN

PENETAPAN KANDUNGAN PATI DENGAN METODE


SPEKTROFOTOMETRI

DISUSUN OLEH :
AYU OCTAVIA TANJUNG P

(AK1273003)

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2013

I. PENDAHULUAN

I.1Teori
Prinsip spektroskopi didasarkan adanya interaksi dari energy radiasi
elektromagnetik dengan zat kimia. Dengan mengetahui interaksi yang terjadi,
dikembangkan tekhnik-teknik analisa kimia yang memanfaatkan sifat-sifat dari
interaksi tersebut. Hasil interaksi tersebut bisa menimbulkan satu atau lebh
peristiwa seperti, pemantulan, pembiasan, interferensi, difraksi, penyerapan,
fluorosensi, fosforiensi, dan ionisasi. Dalam analisa kimia absorbs merupakan
dasar dari cara spektoskopi karena proses absorbs tersebut bersifat unik/ spesifik
untuk setiap jenis zat kimia atau segolongan zat kimia. Disamping itu ada
kenyataan bahwa banyaknya absorbs berbanding lurus dengan banyaknya zat
kimia.
Instrument yang digunakan disebut spectrometer atau spektrofotometer
yang telah dibuat dalam berbagai merek, model, jenis dengan tingkat kepekaan
maupun reprodusibilitas yang semakin tinggi dan canggih. Spektrofotometri
sendiri merupakan metode penentuan konsentrasi suatu larutan berwarna/tidak
berwarna, berdasarkan pengukuran penyerapan sinar dengan panajang gelombang
terbatas yang hampir bersifat

monokromatis. Berdasarkan penggunaan range

panjang gelombang tersebut, dikenal spektrofotometer uv/ultraviolet (100-380


nm), vis/visible (380-770 nm), dan infrared (770-1.000.000 nm).
I.2Tujuan
Praktikum
mendeskripsikan
spektrofotometri.

ini

bertujuan

prinsip

untuk

analisa

menjelaskan,

kandungan

pati

melakukan,
dengan

dan

metode

II. METODOLOGI

II.1

Waktu dan Tempat


Praktikum Teknologi pengolahan Pangan mengenai mengetahui dan
memahami teknologi pengolahan pangan pemangangan roti dilaksanakan
pada hari Rabu, 2 Januari 2013 pukul 13.00-15.00 WIB dan bertempat di
Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian, Politeknik Negeri Lampung.

II.2

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan analitik,
Hot plate, pipet volumetrik, gelar ukur, labu takar, spektofotometer, dan
Erlenmeyer.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah amilum, larutan
iodium, aquades, dan sampel berupa tepung tapioka

II.3 Cara Kerja


a. Pembuatan larutan standar
Menyiapkan larutan KI
Timbang 0,2 g iodium dan 0,4 g KI
Larutkan sedikit demi sedikit dengan air, masukkan dalam labu takar
Tambahkan aquades sampai 100 ml, homogenkan larutan iod
Timbang 0,5 g pati dan masukkan dalam labu takar 100 ml
Siapkan larutan standar pati 0,1%, 0,2%, 0,3% dan 0,4%
dari larutan standar pati 5%
Pipet 0,2 ml sampel dan campurkan dengan 5 ml larutan iodium 0,2%

Tambahkan 10 ml aquades, kemudian biarkan selama 15 menit pada suhu kamar

III.PENGAMATAN DAN HASIL PEMBAHASAN


Data Pengamatan dan pembahasan
-

Membuat larutan indikator pp 1%


Diket: % massa = 1 %
ml larutan= 100 ml
Ditanya gr pp?
Jawab:
% massa = gram

x 100%

atau Gram

ml larutan

= % massa x ml pelarut/100%
= 1 % x 100 ml/100%
= 1 gram

Membuat larutan NaOH 0,01 M sebanyak 100 ml


Diket: BM NaOH = 40
M = 0,01
V = 250 ml
Ditanya gram?
Jawab:

= gram/BM x 1000/v

0,01

= gram/ 40 x 1000/250

Gram

= 0,1

Membuat larutan HCl 0,01 M sebanyak 250 ml


Diket: BM HCl

= 36,5 g

HCl

= 0,01M

BJ

= 1,18

% massa

= 0,37%

Ditanya Volume HCl pekat?


Jawab:
M = % x BJ x 1000
BM

V1xM1

= V2x M2

V1x 11,9 M

= 250 ml x 0,01 M

= 0,37 x 1,18 x 1000

V1

= 0,2 ml

36,5
= 11,9 M
-

Membuat larutan 70% dari 96% sebanyak 100 ml


Diket

: M1

= 96%

M2

= 70%

V2

= 100 ml

Ditanya V1?
Jawab:
V1 x M1

= V2 x M2

V1 x 96%

= 70% x 100 ml

V1
-

= 72,92 ml

Membuat larutan asam oksalat


Diket

: Gram asam oksalat = 0,1 g


BM asam oksalat

= 126 g

Volume pelarut

= 100 ml

Ditanya Molaritas?
Jawab:
M

= gram/BM/2 x 1000/100
= 0,1/126/2 x 10
= 0,01 Mol/L

Standarisasi Larutan NaOH


Diket

: V1 = 25 ml ; M1 = 0,01 M
VNaOH1 = 2,6 ml ; VNaOH 2 = 2,8 ml ; dan VnaOH3 = 2,6 ml

Ditanya M2?
Jawab:
V1 x M1

= V2 x M2

25ml x 0,01 mol/ml

= 2,6 ml x M2

M2
V1 x M1

= V2 x M2

25ml x 0,01 mol/ml

= 2,8 ml x M2

M2
-

= 0.096 mol/ml

= 0.089 mol/ml

Standarisasi Larutan HCl


Diket

: V1 = 25 ml ; M1 = 0,01 M
VNaOH1 = 1,9 ml ; VNaOH 2 = 1,8 ml ; dan VnaOH3 = 1,9 ml

Ditanya M2?
Jawab:
V1 x M1

= V2 x M2

25ml x 0,01 mol/ml

= 1,9 ml x M2

M2

= 0,131 mol/ml

V1 x M1

= V2 x M2

25ml x 0,01 mol/ml

= 1,8 ml x M2

M2

= 0,138 mol/ml

Pada pembuatan larutan indicator phenophtalin 1% saat praktikum,


kami menimbang 1 grm phenophtalin dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml, setelah itu di tera dengan alcohol 70%, larutan di homogenkan
dengan cara dikocok beberapa saat, kemudian didiamkan hingga larut.
Setelah selesai, labu ukur di diberi label yang berisi tanggal, konsentrasi,
nama larutan.
Pada praktikum kali ini, kami juga membuat larutan NaOH 0,01 M,
larutan HCl 0,01 M, larutan amilum, larutan asam oksalat, dan alcohol 70%.
Pada pembuatan larutan NaOH 0,01 M, kami menimbang 0,1 gram NaOH
yang dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml dan kemudian di tera dengan
aquades hingga tanda tera, untuk pembuatan larutan HCL hampir sama
tahapan-tahapannya dengan pembuatan laruan NaOH 0,01 M hanya saja
HCL yang digunakan adalah 0,2 ml HCl dari HCl pekat. Pada pembuatan

larutan amilum, amilum yang digunakan sebanyak 1,018 gram yang di


masukkan kedalam beaker glass 500 ml dan ditera dengan aquades hingga
100 ml, kemudian dipanaskan dan diaduk sampai jernih, setelah itu
dimasukkan ke labu ukur dan ditambahan aquades hngga tanda tera (batas
100 ml) kemudian diberi label.
Pembuatan asam oklasat yang kami lakukan menggunakan 0,1 gram
as.oksalat yang dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml yang emudian
ditambah aquades hingga tanda tera, sedangkan pembuatan alcohol 70%
memiliki tahapan pengamilan 72,92 ml alcohol 96% kemudian, di
masukkan ke dalam labu ukur 100 ml, dan ditera dengan aquades hingga
tanda tera.
Pada praktikum standarisasi larutan NaOH dan HCl, kami
menggunakan larutan yang tadi telah dibuat, pada standarisasi larutan
NaOH, diambil larutan NaOH 0,1 M yang telah dibuat, kemudian di
masukkan ke buret 50 ml sampai tanda tera, lalu mengambil 25 ml larutan
asam oksalat 0,01 M dan teteskan 2 tetes indicator PP, setelah itu lakukan
titrasi sampai warna asam oksalat merah muda, maka didapat volume NaOH
secara berturut-turut yaitu VNaOH1 = 2,6 ml ; VNaOH 2 = 2,8 ml ; dan
VnaOH3 = 2,6 ml (dilakukan pengulangan 3 kali., dan diketahui hasil
perhitungan

normalitasnya adalah 0,096 mol/ml dan 0,089 mol/ml.

Sedangkan pada standarisasi larutan HCl, hampir sama dengan standarisasi


larutan NaOH 0,1 M, namun bedanya larutan yang akan digunakan untuk
titrasinya adalah asam klorida 0,01 M sebanyak 25 ml yang sudah di tetesi
oleh indicator pp, hal ini dikarenakan karena NaOh bersifat basa sedangkan
HCl bersifat asam, selama pengulangan titrasi sebanyak 3 kali di dapat hasil
VHCl1 = 1,9 ml ; HCl 2 = 1,8 ml ; dan HCl= 1,9 ml, dan normalitasnya
adalah 0,131 mol/ml dan 0,138 mol/ml.

IV. KESIMPULAN
Pada praktikum kali pembuatan larutan dan standarisasi larutan, yang
dibuat adalah larutan NaOH 0,1M, HCl 0,01M, larutan As. Oksalat, As.
Klorida, alcohol 70%, larutan amilum, dan indicator PP, pada standarisasi
larutan NaOH 0,1M diketahui hasil perhitungan normalitasnya adalah 0,096
mol/ml dan 0,089 mol/ml, sedangkan pada larutan HCl 0,01M
normalitasnya adalah 0,131 mol/ml dan 0,138 mol/ml.
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, 2003, Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta.
Anonim, 2007. Pembuatan Larutan dan Standarisasinya. PT. Cahaya Bangsa.
Bandung
Anonim. 2008. http://id.wikipedi.org/wiki/Larutan. Diunduh tanggal 10 Desember
2010, pukul 18.22 WIB.
Harjadi, W, 2000, Ilmu Kimia analitik Dasar, Gramedia, Jakarta.
Wahyudi, 2000, Jurnal Kimia dan Larutan No.5 Volume 2. Universitas Jendral
Sudirman. Purwokerto.

Anda mungkin juga menyukai