PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pidatonya yang berjudul Visi dan Strategi Pembangunan Pendidikan untuk
Tahun 2020 : Tuntutan terhadap Kualitas yang disampaikan pada Konvensi
Pendidikan Nasional Indonesia III di Ujung Pandang (1996), Mendikbud
mengemukakan bahwa dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia
menjelang era industri dan teknologi, dunia pendidikan harus peka terhadap gejolak
perubahan yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam rangka menciptakan
sistem pendidikan yang luwes, fleksibel, serta relevan dengan kebutuhan berbagai
bidang dan sektor pembangunan, maka pembangunan pendidikan nasional
diprioritaskan pada tiga hal : penuntasan wajar dikdas 9 tahun, peningkatan mutu
pada setiap jenis dan jenjang pendidikan, penguasaan iptek melalui pendidikan, dan
peningkatan relevansi melalui kebijakan link and macth.
Saat ini dunia pendidikan memerlukan adanya reformasi - reformasi berkelanjutan
dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan di masa depan. Reformasi
yang dimaksud bukanlah perubahan yang revolusioner, melainkan suatu perubahan
yang bersifat evolutif, antisipatif, dan terus menerus sejalan dengan perubahan dan
tantangan yang dihadapi dari waktu ke waktu dengan tetap berpijak pada dasar
pendidikan nasional. Untuk melaksanakan reformasi ini hal pertama dan utama yang
harus dilaksanakan adalah melakukan penyegaran wawasan bagi para perencana,
pelaksana, dan pengelola pendidikan.
Selain itu, perlu dikembangkan visi pendidikan yang berwawasan keunggulan.
Wawasan keunggulan yang dimaksud adalah kemampuan dunia pendidikan dalam
mewujudkan (mengaktualisasikan) secara maksimal dan berkelanjutan segenap
potensi yang ada untuk meraih prestasi terbaik dari setiap aktivitas belajar di berbagai
jenjang, jenis, dan jalur pendidikan. Aktualisasi potensi tersebut menyangkut
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
berpikir
probabilistic,
dan
kemampuan
berpikir
korelasional.
1994 menempatkan penguasaan kemampuan dan keterampilan dasar Baca-TulisHitung pada posisi sentral.
Sampai saat ini, penguasaan kemampuan baca-tulis oleh lulusan SD masih
jauh dari harapan. Keluhan tentang rendahnya kemampuan lulusan SD dalam hal
baca-tulis terus dikumandangkan. Berbagai hasil penelitian mendukung keluhan
tersebut. Upaya demi upaya telah dirancang, dikembangkan, dan dilaksanakan untuk
mencari jalan keluarnya. Salah satu bentuk upaya yang dilakukan adalah peningkatan
efektifitas pengajaran membaca dan menulis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun rumusan masalah
tersebut antara lain :
1.2.1 Bagaimana Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Tulis?
1.2.2 Apa saja Teori Permainan ?
1.2.3 Apa Saja Manfaat Permainan ?
1.2.4 Bagaimana Pengintegrasian Permainan dalam Pengajaran Membaca dan
Menulis ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari pembutan makalah ini adalah untuk memberikan konsep
dan pemahaman mengenai peran guru dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa tulis. Pembahasan mengenai materi tersebut, akan dijelaskan lebih
terperinci sehingga menambah pengetahuan mahasiswa.
1.3.2 Tujuan Khusus
Selain memiliki tujuan umum, pembuatan makalah ini juga memiliki
tujuan yang khusus yakni :
3
(1) Untuk
Memahami
Bagaimana
Peran
Guru
Dalam
Meningkatkan
BAB II
PEMBAHASAN
yang dapat digunakan guru dalam menarik perhatian anak adalah memanfaatkan
permainan dalam kegiatan pembelajaran.
Permaianan memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak (Piaget, 1962; Vigotsky, 1978). Melalui
permainan tidak hanya jasmani anak yang berkembang, tetapi juga kognisi, emosi,
sosial, fisik, dan bahasa (Stone, 1995). Disamping itu, permainan dapat diintegrasikan
ke dalam pengajaran, termasuk pengajaran bahasa Indonesia.
Meskipun permainan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta dapat diintegrasikan ke dalam mata pelajaran, umumnya
guru enggan memasukkan permainan dalam kegiatan pembelajaran. Keengganan
memasukkan aktivitas permaianan dalam kegiatan pembelajaran ini tidak hanya
terjadi pada jenjang sekolah menengah umum, sekolah lanjutan tingkat pertama, atau
sekolah dasar, tetapi juga pendidikan prasekolah (taman kanak-kanak).
Dampak negatif dari keengganan para guru memasukkan permainan dalam
kegiatan pembelajaran di kelas ini akan sangat terasa terutama di SD kelas-kelas
awal. Anak-anak pada usia 6-8 tahun tersebut masih memerlukan dunia permaianan
untuk membantu menumbuhkan pemahaman terhadap diri mereka. Mereka akan
merasa jenuh belajar dikelas, apabila mereka dijauhkan dari dunianya, yaitu dunia
bermain. Kemungkinan lain yang bisa terjadi adalah mereka tidak terbiasa untuk
berpikir kritis dan konstruktif karena dalam kegiatan pembelajaran di kelas mereka
hanya dijejali dengan materi melalui ceramah guru dan mengerjakan latihan dalam
buku kerja.
Untuk mendorong mengintegrasikan permainan dalam kegiatan belajar
membaca dan menulis permulaan, berikut dipaparkan perihal konsep dasar
permainan, teori permainan, manfaat permainan, dan contoh pengitegrasian
permaianan dalam pengajaran membaca dan menulis.
2.2 Teori Permainan
Permainan dipandang sebagai suatu aktivitas yang memiliki karakteristik:
aktivitas dilaksanakan atas dasar motivasi intrinsik, si pelaku bebas menentukan
pilihan, berorientasi pada proses bukan pada hasil, bersifat nonliteral dan
menyenangkan (Johnson, Christie & Yawkey, 1987).
Ada beberapa teori yang mengungkapkan pentingnya permainan bagi anak-anak,
Berikut dikernukakan dua teori permainan: teori konstruktif dan teori psikodinamik.
2.2.1 Teori Konstruktif
Teori konstruktif yang dimotori oleh Piaget (1962) dan Vygotsky (1978).
Piaget yakin bahwa perkembangan intelek manusia melibatkan dua proses yang
saling berkaitan, yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Kedua proses tersebut, secara
bersama-sama membentuk suatu keseimbangan, yang mencerminkan keadaan
individu dalam suatu waktu tertentu. Dalam proses asimilasi, seseorang secara terusmenerus mengabstraksikan informasi dan dunia luar (informasi baru) dan individu
tersebut akan menyelaraskan informasi tersebut dengan informasi yang telah
dimilikinya. Seseorang juga bisa mengakomodasikan pengetahuan baru dengan
melakukan modifikasi apabila informasi yang dimilikinya tidak selaras dengan
informasi baru yang diterimanya.
Dampak dan adanya kedua proses tersebut adalah terciptanya suatu keseimbangan.
Menurut Piaget, permainan adalah suatu cara untuk memanipulasi dunia luar guna
diselaraskan dengan skemata yang telah dimiliki oleh seseorang. Dengan cara
demikian, permainan berperan sebagai alat untuk memanipulasi dunia luar guna
merangsang terciptanya proses asimilasi dan akomodasi. Dengan adanya proses
asimilasi dan akomodasi tersebut berarti inielektual seseorang sedang bertumbuh dan
berkembang.
Vygotsky yang juga seorang pengembang teori konstruktif juga mengulas tentang
tujuan permainan bagi anak - anak. Menurut Vvgotsky, struktur mental : anak-anak
terbentuk melalui pemakaian alat - alat dan tanda. Anak - anak dapat menggunakan
suatu objek untuk menggantikan objek yang sesungguhnya. Sebagai contoh, pisang
melompat, melempar, atau permainan permainan yang lain. Serta panca indera anak
- anak akan tumbuh dan berkembang.
2.4 Pengintegrasian Permainan dalam Pengajaran Membaca dan Menulis
Upaya pengintegrasian permainan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini
sangat tepat karena pembelajaran Bahasa Indonesia memerlukan lingkungan alamiah
sebagai wahana pembelajaran dan lingkungan alamiah tersebut dapat diciptakan
melalui permainan. Manfaat yang diperoleh anak:
a). Dapat memproduksi bahasa mereka sendiri dan akhirnya kelak dapat memahami
struktur bahasa yang mereka gunakan;
b). Dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan; dan
c). Merasa aman, tidak merasa takut jik berbuat kesalahan.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu memasukkan permainan dalam
pengembangan tema. Tema - tema yang telah diprogramkan pada setiap catur wulan,
harus dijabarkan oleh guru menjadi topik topik. Topik - topik itulah yang
merupakan salah satu konteks pemakaian bahasa dalam bentuk wacana yang
dipelajari siswa dan guru dapat memadukan permainan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam contoh
berikut:
Contoh 2
Tema : Kesehatan
Topik : Makanan sehat
Kelas : I Sekolah Dasar
Tujuan Pembelajaran
1) Siswa menyimak cerita guru tentang pentingnya makanan sehat.
2) Siswa menulis contoh contoh bahan makanan sehat (tahu, tempe, telur, sayur,
buah, dll.)
3) Siswa membaca puisi tentang makanan sehat.
10
4) Siswa menceritakan makanan sehat yang dihidangkan oleh ibu mereka sehari hari.
Deskripsi
Melalui perpaduan antara permainan dan pembelajaran diharapkan siswa
mengenal berbaga ijenis makanan sehat dan memahami pentingnya makanan sehat.
Kosakata yang hendak diperkenalkan
Tempe, tahu, telur, berbagai jenis ikan, berbagai jenis sayuran, berbagai jenis
buah - buahan, berbaga ijenis kacang - kacangan, anek ajenis susu, dll.
Bahan bahan
Gambar gambar tentang makanan sehat, misalnya gambar rmakanan sehat
yang terdapat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), bermacam macam boneka.
Pembelajaran
Guru atau siswa membawa boneka dan kemudian siswa mempergunakan boneka
tersebut untuk bercakap cakap secara berkelompok membahas makanan sehat,
misalnya membahas makanan sehat yang sering dihidangkan oleh ibu mereka
dirumah, makanan yang mereka sukai, makanan yang tidak mereka sukai, siswa dapat
bermain peran, dramatisasi dengan menggunakan boneka boneka tersebut, menulis
salah satu jenis makanan sehat yang mereka sukai, membaca puisi tentang makanan
sehat, menyanyikan lagu Aku Anak Sehat, menyimak cerita guru tentang pentingnya
makanan sehat (dengan menggunakan dua buah boneka).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.1.1 Peran Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Tulis
Untuk menjadikan kegiatan belajar membaca dan menulis menarik bagi anak, guru
perlu mencari alternatif-alternatif kegiatan pembelajaran. Salah satu alternative yang
12
dapat digunakan guru dalam menarik perhatian anak adalah memanfaatkan permainan
dalam kegiatan pembelajaran.
3.1.2 Teori Permainan
Ada beherapa teori yang mengungkapkan pentingnya permainan bagi anak-anak,
Berikut dikernukakan dua teori permainan: teori konstruktif dan teori psikodinamik.
3.1.3 Manfaat Permainan
Permainan dapat menciptakan lingkungan belajar yang alamiah. Manfaat permainan
dalam kegiatan belajar dapat diamati dan segi kognisi, sosial, emosi, dan fisik anak.
3.1.4 Pengintegrasian Permainan Dalam Pengajaran Membaca Dan Menulis
Upaya pengintegrasian permainan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini sangat
tepat karena pembelajaran Bahasa Indonesia memerlukan lingkungan alamiah
sebagai wahana pembelajaran dan lingkungan alamiah tersebut dapat diciptakan
melalui permainan. Manfaat yang diperoleh anak :
a). Dapat memproduksi bahasa mereka sendiri dan akhirnya kelak dapat memahami
struktur bahasa yang mereka gunakan :
b). Dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan; dan
c). Merasa aman, tidak merasa takut jik berbuat kesalahan.
3.2 Saran
3.2.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa khususnya calon pendidik diharapkan dapat peran guru dalam
meningkatkan kemampuan berbahasa tulis, sehingga nantinya mampu memberikan
pengetahuan yang benar kepada siswa.
3.2.2 Bagi Guru
13
DAFTAR RUJUKAN
Rofiuddin, Ahmad, Dan Darmayanti, Zuhdi. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud
14