Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Guru dapat memberikan
cerita yang tidak terlalu panjang di kelas. Namun, sebelum membaca, guru harus mendiskusikan etiket atau
sopan santun dalam menyimak dan perbedaan antara kritik yang konstruktif atau negatif. Diskusi tersebut
hendaknya menekankan harapan agar murid-murid saling menghormati dan membina kesetiakawanan. Setelah
membaca cerita atau artikel, guru hendaknya mengadakan diskusi mengenai bagian-bagian cerita atau artikel
tersebut yang patut dipuji atau perlu diperbaiki. Guru sebaiknya mendaftar segi-segi positif dan negative
tersebut dipapan tulis atau dengan menggunakan OHP, sehingga setiap anak dapat melihat dan mendengar halhal penting yang sedang didiskusikan. Pada saat inilah guru dapat menekankan kepada murid-murid untuk
mengajukan pertanyaan dengan cara yang sopan dan pada saat inilah guru memberikan dorongan kepada anak
untuk memperbaiki pertanyaannya agar menjadi jelas dan menggunakan bahasa yang baku. Jika tidak ada anakanak yang memberikan komentar terhadap cerita atau artikel yang telah dibacakan, guru mungkin dapat
menyarankan agar mereka seolah-olah menjadi pengarang cerita atau artikel tersebut. Komentar apa yang
mereka inginkan dari pembaca seandainya mereka menjadi pengarang cerita atau artikel yang telah dibacakan
oleh guru (Yeager, 1991:96).
Beberapa teknik pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru di SD sebagai berikut:
SimakUlang Ucap.Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan
pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Guru dapat mengucapkan atau memutar rekaman bunyi bahasa
tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat.
Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secara individual, kelompok, dan klasikal. SimakTulis (Dikte).
Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara,
dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan guru, kemudian siswa
menuliskannya. SimakKerjaan. Guru mengucapkan bunyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat,
semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa harus menyimak apa yang diucapkan
guru, kemudian siswa mengerjakan apa yang diperintahkan atau dikatakan dalam kegiatan menyimak. Simak
Terka Guru menyusun deskripsi suatu benda atau mainan siswa yang paling disukai atau gambar foto tanpa
menyebutkan mana bendanya.
MATERI 2
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi bunyi artikulasi atau kata-kata secara
lisan untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan dan
perasaan untuk menyampaikan pesan.
MATERI 3
Peran Guru dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Tulis
Untuk menjadikan kegiatan belajar membaca dan menulis menarik bagi anak, guru
perlu mencari alternatif-alternatif kegiatan pembelajaran. Salah satu alternative yang dapat
digunakan guru dalam menarik perhatian anak adalah memanfaatkan permainan dalam
kegiatan pembelajaran. Permaianan memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak (Piaget, 1962; Vigotsky, 1978). Melalui permainan
tidak hanya jasmani anak yang berkembang, tetapi juga kognisi, emosi, sosial, fisik, dan
bahasa (Stone, 1995). Disamping itu, permainan dapat diintegrasikan ke dalam pengajaran,
termasuk pengajaran bahasa Indonesia.
Teori Permainan
2.2.1 Teori Konstruktif.Teori konstruktif yang dimotori oleh Piaget (1962) dan Vygotsky
(1978). Piaget yakin bahwa perkembangan intelek manusia melibatkan dua proses yang
saling berkaitan, yaitu proses asimilasi dan akomodasi. Kedua proses tersebut, secara
bersama-sama membentuk suatu keseimbangan, yang mencerminkan keadaan individu dalam
suatu waktu tertentu. Dampak dan adanya kedua proses tersebut adalah terciptanya suatu
keseimbangan. Menurut Piaget, permainan adalah suatu cara untuk memanipulasi dunia luar
guna diselaraskan dengan skemata yang telah dimiliki oleh seseorangDengan adanya proses
asimilasi dan akomodasi tersebut berarti inielektual seseorang sedang bertumbuh dan
berkembang. Vygotsky yang juga seorang pengembang teori konstruktif juga mengulas
tentang tujuan permainan bagi anak - anak. Menurut Vvgotsky, struktur mental : anak-anak
terbentuk melalui pemakaian alat - alat dan tanda. Anak - anak dapat menggunakan suatu
objek untuk menggantikan objek yang sesungguhnya. Dalam aktivitas permainan, khususnya
permainan simbolik, makna dibebaskan dari keterkaitan antara hubungan obek-objek dan
aktivitas, sehingga anak-anak dapat dengan leluasa mengadakan proses berpikir yang lebih
tinggi, yakni berpikir abstrak. Permainan, menurut Vygotsky, merupakan kreasi situasi
imaginatif menjembatani anak dengan dunia luar (masyarakat). Melalui permainan, anak
dapat belajar mengatasi/memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
2.2.2 Teori Psikodinamik Teori psikodinamik dimotori oleh Freud dan Erikson dalam
Spodek dan saracho (1994). Freud berpendapat bahwa permainan adalah aktivitas katarsis
yang dapat mengarahkan anak menguasai situasi-situasi sulit, situasi atau pengalaman yang
tidak rnenyenangkan dengan cara melepaskan perasaan yang tidak menyenangkan tersebut
dalam permainan. Teori psikodinamik mutakhir memandang permainan sebagai sarana
psikoterapi
untuk
anak-anak
yang
tidak
mampu
mengungkapkan
perasaan
atau
menggunakan pensil yang diidentikkan sebagai sendok garpu untuk melaksanakan kegiatan
makan siang.
2.3.2 Perkembangan Sosial. Permainan merupakan salah satu sarana untuk membantu
perkembangan sosial anak - anak (stone, 1995). Melalui permainan antar tercipta interaksi.
Dan dalam interaksi tersebut, anak - anak akan belajar bernegosiasi, memecahkan konflik,
permasalahan, bertenggang rasa, berlatih kesabaran dalam menunggu giliran, berlatih
kerjasama, dan tolong - menolong.
2.3.3Perkembangan
Emosi/
Permainan
adalah
wahana
untuk
mengekspresikan
perasaan/pikiran dan sarana untuk mengatasi kekalutan mereka karena mereka tidak berada
dalam dunia nyata. Perrmainan juga dapat dipakai sebagai alat untuk mengurangi stress atau
ketegangan pada anak. Barnet dan storm (dalam stone, 1995) telah membuktikan adanya
hubungan antara permainan dengan berkurangnya perasaan cemas. Bagi anak, permainan
merupakan tempat pelarian yang nyaman, tempat mengontrol dunia mereka, pikiran dan
perasaan mereka.
2.3.4 Perkembangan Fisik Permainan merupakan wahana untuk mengembangkan fisik anak
seperti menguji sistem keseimbangan tubuhnya dalam permainan akrobatik, menguji
kecepatan, gerak, kelincahan, dan ketangkasan mereka, saat mereka berlari, melompat,
melempar, atau permainan permainan yang lain. Serta panca indera anak - anak akan
tumbuh dan berkembang.
Pengintegrasian Permainan dalam Pengajaran Membaca dan Menulis. Upaya
pengintegrasian permainan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini sangat tepat karena
pembelajaran Bahasa Indonesia memerlukan lingkungan alamiah sebagai wahana
pembelajaran dan lingkungan alamiah tersebut dapat diciptakan melalui permainan. Manfaat
yang diperoleh anak: A. Dapat memproduksi bahasa mereka sendiri dan akhirnya kelak dapat
memahami struktur bahasa yang mereka gunakan; B. Dapat melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang menyenangkan; dan C. Merasa aman, tidak merasa takut jik berbuat
kesalahan.
Upaya yang dapat dilakukan yaitu memasukkan permainan dalam pengembangan
tema. Tema - tema yang telah diprogramkan pada setiap catur wulan, harus dijabarkan oleh
guru menjadi topik topik.
MATERI 4
Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak (Spodek dan Saracho,
1994). Ada dua cara yang ditempuh pembaca dalam memperoleh makna dari barang cetak :
(1) langsung, yakni menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya, dan
(2) tidak langsung, yakni mengidentifikasi bunyi dalam kata dan menghubungkannya dengan
makna.
Ada 3 hal pokok yang perlu diperhatikan guru dalam pengajaran membaca. Ketiga hal
pokok yang dimaksud adalah pengajaran pembaca diarahkan pada : pengembangan aspek
sosial anak, yakni : kemampuan bekerja sama,percaya diri, pengendalian diri, kestabilan
emosi, dan rasa tanggung jawab; pengemban fisik, yaitu pengaturan gerak motorik,
koordinasi gerak mata dan tangan ; perkembangan kognitif, yakni membedakan bunyi, huruf,
menghubungkan kata dan makna.
Untuk dapat memacu perkembangan anak dalam membaca. Clay (1966) mengemukakan
perlunya penciptaan kondisi yang kondusif bagi kegiatan membaca. Kondisi yang
dimaksud adalah sebagai berikut. 1) Kemahiran membaca diperoleh melalui interaksi
sosial dan tingkah laku kemulatif (kompetitif), 2) Anak menguasai kemahiran membaca
sebagai hasil dari pengalaman hidupnya, 3) Anak akan menguasai kemahiran membaca jika
ia tahu tujuan dan memerlukan proses, 4) Kegiatan bermain memainkan peran penting dalam
penguasan membaca.
Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca : Pemilihan Bahan Ajar, Metode
Pengajaran Membaca, Problem Umum Dihadapi Anak dalam Membaca.
MATERI 5
Proses Menulis dan Strategi Peningkatan Kemampuan Menulis
Menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian
aktivitas yang dimaksud meliputi : pramenulis, penulisan draft, revisi, penyuntingan, dan
publikasi atau pembahasan.
Combs (1996) mengemukakan bahwa perkembangan menulis mengikuti prinsip-prinsip
berikut : Prinsip keterulangan (recurring principle), Prinsip generatif (generative principle),
Konsep tanda (sign concept), Fleksibilitas (flexibility) dan Arah tanda (directionality). Temle
dkk. (1988 : 99) mengidentifikasi adanya 4 tahap perkembangan tulisan yang dialami anak,
yaitu : prafonemik, fonemik, tahap awal, nama-huruf, transisi, dan menguasai.
Dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa menulis, guru perlu memperhatikan bahan
ajar menulis dan metode pengajaran menulis.
MATERI 6