Anda di halaman 1dari 7

LANDASAN HUKUM KEBIJAKAN

LINGKUNGAN

DOSEN:
DR. IR. M. RUSLIN ANWAR, MSI

MUHAMMAD AKBAR 125060107111018


WIRAWAN YUDA P

125060107111031

BAYU ADIPRASYAD 125060100111013

LANDASAN

HUKUM

KEBIJAKAN

LINGKUNGAN
ASPEK LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN

Pada dasarnya dalam setiap aspek kebutuhan manusia tidak lepas dari peranan
lingkungan. Lingkungan merupakan tempat sesuatu yang berada di luar atau sekitar mahluk
hidup. Para ahli lingkungan memberikan definisi bahwa Lingkungan (enviroment atau
habitat) adalah suatu sistem yang kompleks dimana berbagai faktor berpengaruh timbal-balik
satu sama lain.
Pada zaman saat ini, pembangunan berjalan sangat pesat sehingga banyak terjadi
perubahan baik maupun buruk yang terjadi pada lingkungan kita. Berkenaan dengan hal
tersebut, kita sebagai pemegang peranan penting dalam pembangunan perlu untuk
memperhatikan aspek lingkungan, terutama kelestariannya.
Adapun peranan pemerintah dalam menjaga kelestarian alam tertuang pada undang
undang yang disusun sedemikian rupa untuk membatasi setiap kegiatan yang berhubungan
dengan alam dengan tujuan menjaga kelestarian lingkungan yang berselaras dengan
kemajuan pembangunan.
Berikut merupakan penjelasan salah satu contoh undang undang / peraturan
pemerintah yang mengatur tentang kebijakan lingkungan :
-

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2001


tentang pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup yang
berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan presiden republik indonesia,
Menimbang :
a. bahwa hutan dan atau lahan merupakan sumber daya alam yang mempunyai
berbagai fungsi, baik ekologi, ekonomi, sosial maupun budaya, yang diperlukan untuk
menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, karena itu perlu dilakukan
pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup;
b. bahwa kebakaran hutan dan atau lahan merupakan salah satu penyebab kerusakan

dan atau pencemaran lingkungan hidup, baik berasal dari lokasi maupun dari luar
lokasi usaha dan atau kegiatan;
c. bahwa kebakaran hutan dan atau lahan telah menimbulkan kerusakan dan atau
pencemaran lingkungan hidup, baik nasional maupun lintas batas negara, yang
mengakibatkan kerugian ekologi, ekonomi, sosial dan budaya;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
dan huruf c serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3)
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Kerusakan dan atau
Pencemaran Lingkungan Hidup yang berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau
Lahan;
-

Undang Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang


a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan
Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia dengan letak dan kedudukan yang
strategis sebagai negara kepulauan dengan keanekaragaman ekosistemnya
merupakan sumber daya alam yang perlu disyukuri, dilindungi, dan dikelola untuk
mewujudkan tujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.
b. bahwa pengelolaan sumber daya alam yang beraneka ragam di daratan, di lautan,
dan di udara, perlu dilakukan secara terkoordinasi dan terpadu dengan sumber
daya manusia dan sumber daya buatan dalam pola pembangunan yang
berkelanjutan dengan mengembangkan tata ruang dalam satu kesatuan tata
lingkungan yang dinamis serta tetap memelihara kelestarian kemampuan
lingkungan hidup sesuai dengan pembangunan berwawasan lingkungan, yang
berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.
c. bahwa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang
belum menampung tuntutan perkembangan pembangunan, sehingga perlu
ditetapkan undang-undang tentang penataan ruang.

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang


penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan ruang yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Menimbang:

a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan


negara kepulauan berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang
darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai
sumber daya, perlu ditingkatkan upaya pengelolaannya secara bijaksana, berdaya
guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada kaidah penataan ruang sehingga
kualitas ruang wilayah nasional dapat terjaga keberlanjutannya demi terwujudnya
kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan konstitusional
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. bahwa perkembangan situasi dan kondisi nasional dan internasional menuntut
penegakan prinsip keterpaduan, keberlanjutan, demokrasi, kepastian hukum, dan
keadilan dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang yang baik sesuai dengan
landasan idiil Pancasila;
c. bahwa untuk memperkukuh Ketahanan Nasional berdasarkan Wawasan Nusantara
dan sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang memberikan kewenangan semakin
besar kepada pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang, maka
kewenangan tersebut perlu diatur demi menjaga keserasian dan keterpaduan
antardaerah dan antara pusat dan daerah agar tidak menimbulkan kesenjangan
antardaerah;
d. bahwa keberadaan ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang
berkembang

terhadap

pentingnya

penataan

ruang

sehingga

diperlukan

penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif agar


terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan;
e. bahwa secara geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia berada pada kawasan
rawan bencana sehingga diperlukan penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana
sebagai upaya meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan
penghidupan;

f. bahwa Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang sudah tidak
sesuai dengan kebutuhan pengaturan penataan ruang sehingga perlu diganti dengan
undang-undang penataan ruang yang baru;
g. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, huruf d, huruf e, dan huruf f, perlu membentuk Undang-Undang tentang
Penataan Ruang;
Jadi peraturan yang berlaku saat ini adalah Undang Undang Nomor 26 tahun 2007
sebagai penyempurnaan dari Undang Undang Nomor 24 Tahun 1992
-

UU no 23 tahun 1997 (UUPLH) dan UU no 23 tahun 1997 (UUPLH)

Bahasan
UU no 23 tahun 1997 (UUPLH)
Pasal 1 Ketentuan S sumber daya adalah unsur
Umum mengenai
lingkungan bidup yang terdiri atas
pengertian sumber
sumber daya manusia, sumber daya
daya
alam, baik hayati maupun
nonhayati, dan sumber daya buatan;
Dalam hal
Pencemaran lingkungan hidup
pengertian
adalah masuknya atau
mengenai
dimasukkannya makhluk hidup,
Pencemaran
zat, energi, dan/atau komponen lain
Lingkungan hidup
ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat
berfungsi sesuai dengan
peruntukannya
Pasal 3 UUPLH
Pengelolaan lingkungan hidup yang
dengan Pasal 2
diselenggarakan dengan asas
UUPPLH
tanggung jawab negara, asas
Mengenai Asas
berkelanjutan, dan asas manfaat
bertujuan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan yang
berwawasan lingkungan hidup
dalam rangka pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan
pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
Pasal 4 UUPLH
Sasaran pengelolaan lingkungan

UU no 23 tahun 1997 (UUPLH


Sumber daya alam adalah unsur lingkungan
hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan
nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
kesatuan ekosistem.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup oleh kegiatan manusia sehingga
melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup


dilaksanakan berdasarkan asas: a. tanggung
jawab negara; b. kelestarian dan keberlanjutan;
c. keserasian dan keseimbangan; d. keterpaduan;
e. manfaat; f. kehati-hatian; g. keadilan; h.
ekoregion; i. keanekaragaman hayati; j.
pencemar membayar; k. partisipatif; l. kearifan
lokal; m. tata kelola pemerintahan yang baik. n.
otonomi daerah.

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup

dengan Pasal 3
UUPPLH
Mengenai Tujuan

Pasal 17 ayat (1)


UUPLH dan Pasal
58 ayat (1)
UUPPLH
mengenai
Pengelolaan B3
Mengenai Peran
Masyarakat dalam
pengelolaan
lingkungan hidup

Mengenai Audit
Lingkungan Hidup

Mengenai Sanksi
Administrasi

hidup adalah : 1). tercapainya


keselarasan, keserasian, dan
keseimbangan antara manusia dan
lingkungan hidup; 2). terwujudnya
manusia Indonesia sebagai insan
lingkungan hidup yang memiliki
sikap dan tindak melindungi dan
membina lingkungan hidup; 3).
terjaminnya kepentingan generasi
masa kini dan generasi masa depan;
4). tercapainya kelestarian fungsi
lingkungan hidup; 5). terkendalinya
pemanfaatan sumber daya secara
bijaksana; 6). terlindungnya Negara
Kesatuan Republik Indonesia
terhadap dampak usaha dan/atau
kegiatan di luar wilayah negara
yang menyebabkan pencemaran
dan/atau perusakan lingkungan
hidup.
Setiap penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan wajib melakukan
pengelolaan bahan berbahaya dan
beracun.

Pasal 7 ayat (1) UU No.23 Tahun


1997 bahwa Masyarakat
mempunyai kesempatan yang sama
dan seluas-luasnya untuk berperan
dalam pengelolaan lingkungan
hidup.
Pasal 1 Ketentuan Umum angka
23, Audit lingkungan hidup adalah
suatu proses evaluasi yang
dilakukan oleh penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan untuk
menilai tingkat ketaatan terhadap
persyaratan hukum yang berlaku
dan/atau kebijaksanaan dan standar
yang ditetapkan oleh penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan yang
bersangkutan
Pasal 25 ayat (1), bahwa
Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I
berwenang melakukan paksaan
pemerintahan terhadap penanggung

bertujuan: a). melindungi wilayah Negara


Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup; b).
menjamin keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan manusia; c). menjamin kelangsungan
kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem; d). menjaga kelestarian fungsi
lingkungan hidup; e). mencapai keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan lingkungan
hidup; f). menjamin terpenuhinya keadilan
generasi masa kini dan generasi masa depan; g).
menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas
lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi
manusia; h). mengendalikan pemanfaatan
sumber daya alam secara bijaksana; i).
mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j). mengantisipasi isu lingkungan global.

Setiap orang yang memasukkan ke dalam


wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
menyimpan, memanfaatkan, membuang,
mengolah, dan/atau menimbun B3 wajib
melakukan pengelolaan B3.
Pasal 70 ayat (1) UU No.32 Tahun 2009 bahwa
Masyarakat memiliki hak dan kesempatan yang
sama dan seluas-luasnya untuk berperan aktif
dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup.
Pasal 48 dan Pasal 49 ayat 1-3, Audit
lingkungan hidup adalah evaluasi yang
dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
persyaratan hukum dan kebijakan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Pemerintah
mendorong penanggung jawab usaha dan/atau
kegiatan untuk melakukan audit lingkungan
hidup dalam rangka meningkatkan kinerja
lingkungan hidup. Pelaksanaan audit lingkungan
hidup terhadap kegiatan tertentu yang berisiko
tinggi dilakukan secara berkala.
Pasal 76 ayat (1), bahwa Menteri, gubernur,
atau bupati/walikota menerapkan sanksi
administrative kepada penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan

Mengenai
Pengawasan

Mengenai
AMDAL

jawab usaha dan/atau kegiatan


untuk mencegah dan mengakhiri
terjadinya pelanggaran, serta
menanggulangi akibat yang
ditimbulkan oleh suatu
pelanggaran, melakukan tindakan
penyelamatan, penanggulangan,
dan/atau pemulihan atas beban
biaya penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan, kecuali
ditentukan lain berdasarkan
Undang-undang.
Pasal 22 ayat 1-3 UU No. 23
Tahun 1997 bahwa Menteri
melakukan pengawasan terhadap
penaatan penanggung jawab usaha
dan/atau kegiatan atas ketentuan
yang telah ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan di
bidang lingkungan hidup. Untuk
melakukan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Menteri dapat menetapkan
pejabat yang berwenang melakukan
pengawasan. Dalam hal wewenang
pengawasan diserahkan kepada
Pemerintah Daerah, Kepala Daerah
menetapkan pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan.
UU No. 23 Tahun 1997 hanya
menyebut secara singkat serta tidak
di atur lebih lanjut.

ditemukan pelanggaran terhadap izin


lingkungan.

Pasal 71 ayat 1-3 UU No. 32 Tahun 2009


bahwa Menteri, gubernur, atau bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan
pengawasan terhadap ketaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan atas ketentuan
yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Menteri,
gubernur, atau bupati/walikota dapat
mendelegasikan kewenangannya dalam
melakukan pengawasan kepada
pejabat/instansi teknis yang bertanggung
jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Dalam melaksanakan
pengawasan, Menteri, gubernur, atau
bupati/walikota menetapkan pejabat pengawas
lingkungan hidup yang merupakan pejabat
fungsional
UU. No.32 Tahun 2009 dari pasal 22-33, diatur
dengan detail mengenai Analisis mengenai
dampak lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai