Anda di halaman 1dari 13

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intensitas hujan dan ketersediaan air tanah adalah dua faktor utama yang penting dan
berkaitan dalam memenuhi kebutuhan air tanaman. Kita harus dapat memperkirakan potensi
air dengan baik terutama musim kering, karena merupakan faktor penentu keberhasilan
panen. Daerah tropis terutama di daerah yang beriklim kering curah hujannya sangat
fluktuatif, apabila dibandingkan dengan iklim lainnya. Sifat hujan yang seperti ini sering
manjadi masaah bagi para petani yang mengharapkan kestabilan pola hujan pada musim
hujan dan musim kemarau maupun pada musim perlaihan untuk meamnfaatkan air hujan
khusunya dalam pertanian tadah hujan.
Didaerah beriklim kering panen tanaman pangan sering mengalami kegagalan,
terutama karena ketelibatan kuantitas air yang terbatas untuk medukung pertubuhan dan
pperkembangan tanaman, oleh sebab itu keterbatasan air yang terjadi harus dapat
diperkirakan kapan tersedianya air hujan sehingga dapat dioptimalkan penggunaanya.
Dengan demikian analisa karasteristik curah hujan dapat membantu memberikan info yang
bermanfaat dalam perencanaan sumber air yang diperlukan untuk pertanian maupun aktivitas
manusia yang lain , terutama pada saat beriklim kering.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui cara menentukan nilai intensitas curah hujan.
2. Untuk mengetahui alat-alat apa yang dipakai untuk mngetahui curah hujan.
3. Untuk mengetahui tentang hidrogaf dan hidrogaf satuan kejut.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Menentukan Nilai Intensitas Curah Hujan
Curah hujan adalah banyaknya air yang jatuh ke permukaan bumi, dalam hal ini
permukaan bumi dianggap datar dan kedap, tidak mengalami penguapan maupun peresapan
ke tanah dan tersebar secara merata, dinyartakan sebagai ketebalan/ketinggian air.
Intensitas curah hujan adalah jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tinggi hujan
atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan
terkonsentrasi (Wesli, 2008). Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari
lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Intensitas curah hujan yang tinggi pada
umumnya berlangsung dengan durasi pendek dan meliputi daerah yang tidak luas. Hujan
yang meliputi daerah luas, jarang sekali dengan intensitas tinggi, tetapi dapat berlangsung
dengan durasi cukup panjang. Kombinasi dari intensitas hujan yang tinggi dengan durasi
panjang jarang terjadi, tetapi apabila terjadi berarti sejumlah besar volume air bagaikan
ditumpahkan dari langit. (Suroso, 2006)
Salah satu metode yang umum digunakan untuk memperkirakan laju aliran puncak
(debit banjir atau debit rencana) yaitu Metode Rasional USSCS (1973). Metode ini digunakan
untuk daerah yang luas pengalirannya kurang dari 300 ha (Goldman et.al., 1986, dalam
Suripin, 2004). Metode Rasional dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang
terjadi mempunyai intensitas seragam dan merata di seluruh daerah pengaliran selama paling
sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc). Persamaan matematik Metode Rasional adalah
sebagai berikut :
Q=0,278.C.I.A
dimana :
Q
0,278
C
I
A

: Debit (m3/detik)
: Konstanta, digunakan jika satuan luas daerah menggunakan km2
: Koefisien aliran
: Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
: Luas daerah aliran (km2)
Di wilayah perkotaan, luas daerah pengaliran pada umumnya terdiri dari beberapa

daerah yang mempunyai karakteristik permukaan tanah yang berbeda (sub area), sehingga
koefisien pengaliran untuk masing-masing sub area nilainya berbeda, dan untuk menentukan
koefisien pengaliran pada wilayah tersebut dilakukan penggabungan dari masing-masing
subarea. Variabel luas subarea dinyatakan dengan Aj dan koefisien pengaliran dari tiap

subarea dinyatakan dengan Cj, maka untuk menentukan debit digunakan rumus sebagai
berikut :
Q=0,278.Ci.I.Aj
dimana :
Q
Cj
I
Aj

Debit (m3/detik)
Koefisien aliran subarea
Intensitas curah hujan selama waktu konsentrasi (mm/jam)
Luas daerah subarea (km2)

:
:
:
:

Biasanya dalam perencanaan bangunan pengairan (misalnya drainase), debit rencana


sangat diperlukan untuk mengetahui kapasitas yang seharusnya dapat ditampung oleh sebuah
drainase, agar semua debit air dapat ditampung dan teralirkan. metode yang biasa digunakan
dalam perhitungan intensitas curah hujan adalah sebagai berikut:
Metode Mononobe

_
dimana :
I
t
R24

:
:
:

Intensitas curah hujan (mm/jam)


Lamanya curah hujan / durasi curah hujan (jam)
Curah hujan rencana dalam suatu periode ulang, yang nilainya didapat dari tahapan
sebelumnya (tahapan analisis frekuensi)

Metode Van Breen


Berdasarkan penelitian Ir. Van Breen di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, curah hujan
terkonsentrasi selama 4 jam dengan jumlah curah hujan sebesar 90% dari jumlah curah hujan
selama 24 jam (Anonim dalam Melinda, 2007).
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Van Breen adalah sebagai
berikut :

_
dimana :
IT
RT

:
:

Intensitas curah hujan pada suatu periode ulang (T tahun)


Tinggi curah hujan pada periode ulang T tahun (mm/hari)

Metode Haspers dan Der Weduwen


Metode ini berasal dari kecenderungan curah hujan harian yang dikelompokkan atas dasar
anggapan bahwa curah hujan memiliki distribusi yang simetris dengan durasi curah hujan
lebih kecil dari 1 jam dan durasi curah hujan lebih kecil dari 1 sampai 24 jam ( Melinda,
2007 )
Perhitungan intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode Haspers & der Weduwen
adalah sebagai berikut :

dimana :
I
R, Rt
t
Xt

:
:
:
:

Intensitas curah hujan (mm/jam)


Curah hujan menurut Haspers dan Der Weduwen
Durasi curah hujan (jam)
Curah hujan harian maksimum yang terpilih (mm/hari)

Untuk menentukan metode perhitungan intensitas curah hujan yang tepat digunakan
persamaan tetapan yang umum digunakan yaitu Persamaan Talbot, Sherman, dan Ishiguro.
Langkah pendekatan yang perlu dilakukan adalah :
1)
.
2).

Menentukan minimal 8 jenis durasi curah hujan (t menit)


Menggunakan harga-harga t tersebut untuk menentukan besarnya intensitas curah
hujan. Untuk periode ulang tertentu, nilainya disesuaikan dengan perhitungan debit

3).

rencana.
Menggunakan harga-harga t yang sama untuk menetapkan tetapan-tetapan dengan
cara kuadrat terkecil (Least Square Method).

Perhitungan tetapan dapat dilakukan dengan beberapa persamaan sebagai berikut :

Untuk lebih memudahkan perhitungan buatlah tabel sebagai berikut :

2.2 Alat yang Digunakan untuk Mengukur Curah Hujan


Alat Pengukur Curah Hujan merupakan alat yang digunakan untuk mencatat intensitas
curah hujan dalam kurun waktu tertentu. Hasil pencatatan curah hujan pada umumnya
dihubungkan dengan hasil pencatatan pergerakan tanah pada extensometer. Hasil pencatatan
alat pengukur curah hujan dapat digunakan sebagai pembanding dengan hasil pencatatan
pergerakan tanah pada extensometer yang dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas
curah hujan, maka tanah cenderung mudah bergerak, Rain Gauge atau Alat Pengukur Curah
Hujan terdiri dalam beberapa type yaitu Manual dan juga otomatis:
Alat penakar curah hujan ( Jenis Obs/Observatorium)
Hujan merupakan salah satu parameter cuaca yang dibutuhkan untuk kepentinganBMKG
dalam menentukan kondisi lingkungan dan masyarakat yang memerlukan data curahhujan.
Alat Ukur Curah Hujan Netta (manual)
Mudah dan akurat memantau jumlah curah hujan dengan Rain Gauge Netta Stratus
manual, cuaca instrumen presisi diproduksi untuk Cuaca Amerika Serikat spesifikasi Biro.
Pengamat cuaca resmi di seluruh negeri bergantung pada standar-standar untuk pelaporan
cuaca yang akurat. Dibangun dari tugas berat, tahan polikarbonat UV, ini pengukur hujan
akan berdiri untuk tahun cuaca buruk dan matahari penuh tanpa memudar atau korosi.

Sebuah saluran atas pada pengukur hujan menangkap hujan dan memberikan ke tabung ukur
satu-inci, sedangkan ekstra besar menangkap silinder volume hujan luar lebih dari satu inci
hingga 11 inci, dan dapat dilepaskan untuk mengukur salju, hujan es, atau hujan es . The
Stratus " dijamin akurat untuk 1/100 inci.

Instalasi pengukur hujan pada posting (jauh dari bangunan dan pohon) dengan mudah dengan
braket eksklusif "Quick Connect", yang memungkinkan Anda dengan cepat menghapus
silinder untuk pengukuran mudah atau pembersihan (dan ada bagian logam tidak untuk karat!
Alat Ukur Curah Hujan Hellmann
Pada umumnya penakar hujan jenis Hellman yang dipakai di BMG yaitu Rain Fues
yang di impor dari Jerman. Tetapi Penakar hujan jenis Hellman ini ada juga yang dibuat
didalam negeri. Pada bagian depan alat ini terdapat sebuah pintu dalam keadaan tertutup.
Apabila pintu dalam keadaan terbuka, maka bagian-baian alat ini akan terlihat seperti gambar
1 dibawah ini

Alat Ukur Curah Hujan Dengan Sistem Download Data


Rainlog/Rainew

RainLogger ini terdiri dari ember tip pengukur hujan dan kami logger hujan
RainLog.

Ini akan mengumpulkan dan mencatat curah hujan di mana saja di dunia selama
satu tahun pada resolusi satu menit.

Data Rainlog logger ini dilengkapi dengan kolektor hujan polypropylene, RLLoader perangkat lunak dan serial kabel. Gauge tipping bucket hujan dikalibrasi
untuk 0,01 inci / 0,25 mm per tip.

Paket ini tidak termasuk posting mounting

2.3 Sumber Data Curah Hujan


Sumber sumber data curah hujan berasal dari stasiun-stasiun pengamatan hujan
(BMKG, PU, Swasta) tahun 1970-2004 yang di interpolasi spasial menggunakan metode cokrigging dengan faktor koreksi topografi dan resolusi spasial 0.01 dg atau 1.11 km.
2.4 Hidrograf
Hidograf merupakan grafik yang menggambarkan hubungan antara unsur-unsur aliran (tinggi
dan debit) dengan durasi(waktu). Hidrograf merupakan suatu response dari hujan yang
terjadi.Apabila karakteristik daerah itu berubah-ubah, maka bentuk hidrograf juga akan
berubah
Tipikal Hydrograf digambarkan oleh gambar dibawah ini:

Hidrograf terdiri dari 3 bagian:


Sisi naik (rising limb or concentration curve)
Puncak (crest or peak discharge)
Sisi turun (falling limb or recession curve)

Air sungai pada hidrograf berasal dari empat sumber, yaitu:


1. Air yang berasal langsung dari hujan (porsinya kecil).
2. Limpasan atas permukaan (direct runoff, DRO) yang mencapai sungai setelah
melalui suatu proses penguapan, infiltrasi dan tampungan di cekungan.
3. Aliran antara (interflow) yang merupakan bagian air hujan yang terinfiltrasi dan
mengalir di lapisan tanah atau di lapisan yang tidak jenuh air.

4.

Limpasan bawah permukaan, aliran ini mencapai sungai setelah melalui proses
perkolasi dan tampungan air tanah.

Hidrograf Satuan dan Hidrograf Satuan Sintetik


1. Hidrograf Satuan
Teori klasik hidrograf satuan berasal dari hubungan antara hujan efektif
dengan limpasan langsung. Hubungan tersebut merupakan salah satu komponen
model watershed yang umum. Gambar dibawah ini menunjukkan teori klasik
hydrograf satuan:

mperkenalkan teori klasik hidrograf satuan, berasal dari hubungan antara hujan efektif dengan limpasan

Q
t

t
Sistem/Box

Input

Output

Teori hidrograf satuan merupakan penerapan pertama teori sistemlinear


dalam hidrologi. Watershed-nya dipandang sebagai black boxdan sistemnya
ditandai oleh response Q terhadap input tertentu yaitu berupa hujan merata dan
memiliki intensitas konstan sebesar i dan durasi tertentu T yang terbagi rata atas
watershed.
Definisinya yaitu hidrograf satuan suatu watershed adalah suatu limpsan
langsung yang diakibatkan oleh suatu satuan volume hujan efektif, yang terbagi
rata dalam waktu dan ruang (CD.Soemarto, 1999).
Karakteristik Hidrograf Satuan
Hidrograf satuan memberikan distribusi waktu pada limpasan yang keluar
dari watershed, dengan tinggi (d) tertentu. Hidrograf satuan juga menunjukkan
bagaimana hujan efektif tersebut ditransformasikan menjadi limpasan langsung
dipelepasan (outlet) watershed, disertai anggapan berlakunya proses linear.
Untuk mendapatkan hidrograf satuan dari suatu watershedtertentu diperlukan
adanya pencatatan-pencatatan debit, sekurang-kurangnya termasuk pula
pencatatan banjir-banjir sedang.

Prinsip-prinsip hidrograf satuan dapat diterapkan untuk menaksir banjir


perencanaan (design flood), mengisi data banjir yang hilang, dan meramal banjir
jangka pendek yang didasarkan atas curah hujan yang tercatat (recorded rainfall).
Hidrograf Satuan Sintetik
Hidrograf Satuan Sintetik digunakan dalam pembuatan hidrograf banjir pada
sungai-sungai yang tidak ada atau sedikit dilakukan observasi hidrograf banjirnya
(CD.Soemarto, 1999). Maka perlu dicari karakteristik atau parameter daerah
pengaliran tersebut terlebih dahulu, misalnya pada waktu itu telah mencapai
puncak hidrograf, lebih besar, luas kemiringan, panjang alur terpanjang, koefisien
limpasan, dan sebagainya.
Hidrograf satuan sintetik dibedakan menjadi dua, yaitu :

Hidrograf Satuan Sintetik Snyder


F.F Snyder dari Amerika Serikat telah mengembangkan rumus empiris
dengan koefisien-koefisien empiris yang berhubungan dengan unsur-unsur
hidrograf satuan dan karakteristik daerah pengaliran. Hidrograf satuan
tersebut ditentukan secara cukup baik dengan tinggi d = 1 cm, dan ketinggian

unsur yang lain, yaitu

Qp

(m/detik),

Tb

, dan

Tr

(jam).

Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Nakayasu dari Jepang telah menyelidiki hidrograf satuan pada beberapa
sungai Jepang. Ia telah membuat rumus hidrograf satuan sintetik dari hasil
penyelidikannya, yaitu :
Qp

C. A.Ro
3,6 0,3T p T0,3

Dimana :
Qp

Debit puncak banjir (m/detik)

Ro

Hujan satuan (mm)

Tp

Tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir

T0,3

Waktu yang diperlukan untuk menurunkan debit, dari debit puncak sampai
30% dari debit puncak (jam)

Hidrograf satuan sintetik Nakayusu ini banyak dipakai dalam perencanaan bendungan dan
perbaikan sungai di Proyek Brantas, Jawa Timur, antara lain menentukan debit perencanaan
bendungan Lahor, Wlingi, Widas, Kesamben, Sengguruh, Wonorejo, dan perbaikan sungai
Kali Brantas bagian Tengah.
2.5 Hidrograf Satuan Kejut
Hidrograf Satuan Kejut (HSK) terjadi karena adanya hujan sesaat yang terjadi dalam
waktu singkat (t < 1 jam) dengan intensitas sangat tinggi (d > 10 mm).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari Paparan atau penjelasan di atas, dapat menyimpulkan analisa karasteristik curah
hujan dapat membantu memberikan info yang bermanfaat dalam perencanaan sumber air
yang diperlukan untuk pertanian maupun aktivitas manusia yang lain , terutama pada saat
beriklim kering.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah masih jauh dari kata sempurna, banyak copy
paste tulisan orang lain. kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan
tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentung dapat di
pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.its.ac.id/ITS-Master-3100007030154/2160
http://geoenviron.blogspot.co.id/2011/12/data-iklim-peta-curah-hujan-indonesia.html
http://davidyulizar.blogspot.co.id/2013/04/alat-pengukuran-curah-hujan.html

https://mtnugraha.wordpress.com/2009/04/02/metode-intensitas-curah-hujan/
https://mtnugraha.wordpress.com/2010/05/18/memilih-metode-intensitas-curah-hujan-2/

Anda mungkin juga menyukai