Disusun Oleh:
Muhammad Akbar
125060107111018
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan adanya tuntutan untuk peningkatan perekonomian menyebabkan
meningkatnya jumlah pergerakan baik untuk barang maupun penumpang sehingga
mendorong peningkatan lalu lintas dan jalan. Untuk wilayah yang masih berada dalam
satu pulau maka prasarana transportasi darat sangat penting yaitu jalan. Perekonomian
di Pulau Jawa adalah salah satu contoh perekonomian yang berkembang pesat. Pada
wilayah regional Jawa Timur, dengan terus meningkatnya perekonomian kota
Surabaya dan sekitarnya, kota-kota di jawa timur terutama yang berdekatan dengan
kota Surabaya terkena dampaknya. Dalam kurun waktu satu sampsi dua dasawarsa
terakhir, Peningkatan perekonomian di Jawa Timur terus berkembang pesat, terutama
di beberapa kabupaten seperti kabupaten Sidoarjo, Gresik, Bangkalan, Mojokerto, dan
Lamongan. Peningkatan perekonomian tersebut dikarenakan oleh tumbuhnya industri
yang diiringi oleh pemukiman penduduk di sekitarnya
Pembangunan jalan menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh
pemerintah Jawa Timur demi mendukung perkembangan ekonomi yang terjadi, salah
satunya jalan tol. Jalant tol merupakan kunci bagi perkembangan ekonomi di Pulau
Jawa, khususnya di sektor industri. Para perencana dan pengambil keputusan
menganggap, bahwa dengan kondisi prasarana transportasi, khususnya jalan raya, saat
ini kurang mendukung perkembangan sektor industri di pulau Jawa dalam persaingan
global, maka diambil langkah untuk mengadakan pembangunan jalan tol Trans Jawa .
hal ini merupakan solusi yamg baik bagi perkembangan ekonomi di pulau Jawa.
Untuk itu, pembangunan ruas tol Surabaya - Mojokerto sangat diperlukan guna
menunjang perkembangan ekonomi di wilayah Jawa Timur.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja permasalahan yang terjadi pada pelaksanaan proyek pembangunan jalan
tol Surabaya-Mojokerto ?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Dasar Teori
1. Penjelasan Umum
Pelaksanaan pekerjaan dilapangan dilakukan sepenuhnya oleh kontraktor
pelaksana yang telah ditunjuk dan diawasi langsung konsultan pengawas dan
Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pekerjaan dilakukan berdasarkan
atas gambar-gambar kerja dan spesifikasi tekhnik umum dan khusus yang telah
tercantum dalam dokumen kontrak, rencana kerja & syarat-syarat (RKS) dan
mengikuti perintah atau petunjuk dari konsultan, sehingga hasil yang dicapai
akan sempurna dan sesuai dengan keinginan pemilik proyek.
2. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan dilaksanakan sebelum pekerjaan fisik dimulai. Adapun pekerjaanpekerjaan yang dilaksanakan dalam pekerjaan persiapan tersebut, yaitu :
a. Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang
Pekerjaan pematokan dan pengukuran ulang dilaksanakan oleh kontraktor
pelaksana dengan tujuan pengecekan ulang pengukuran. Pemasangan
patok pengukuran untuk profil memanjang dipasang pada setiap jarak 25
meter.
Pekerjaan Galian
2. Lokasi yang akan dipotong (cutting) haruslah terlebih dahulu dilakukan pekerjaan
clearing dan grubbing yang bertujuan untuk membersihkan lokasi dari akar-akar
pohon dan batu-batuan.
3. Untuk mengetahui elevasi jalan rencana, surveyor harus melakukan pengukuran
dengan menggunakan alat ukur (theodolit). Apabila elevasi tanah tidak sesuai maka
tanah dipotong kembali dengan menggunakan alat berat (motor grader), sampai
elevasi yang diinginkan.
4. Memadatkan tanah yang telah dipotong dengan menggunakan Vibrator Roller.
5. Melakukan pengujian kepadatan tanah dengan tes kepadatan (ujiDdensity Sand Cone
test) di lapangan.
Pekerjaan galian dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian :
Pekerjaan Timbunan
Perlu diingat sebelum pekerjaan galian maupun timbunan harus didahului dengan pekerjaan
clearing dan grubbing, maksudnya adalah agar lokasi yang akan dilakerjakan tidak
mengandung bahan organik dan benda-benda yang mengganggu proses pemadatan. Timbunan
dilaksanakan lapis demi lapis dengan ketebalan tertentu dan dilakukan proses pemadatan.
Proses penimbunan dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Timbunan Biasa
Pada timbunan biasa ini material atau tanah yang biasa digunakan berasal dari hasil galian
Pemadatan Tanah
Proses pemadata tanah dimaksudkan untuk memadatkan tanah dasar sebelum melakukan
proses penghamparan material untuk memenuhi kepadatan 95%, dengan menggunakan alat
berat seperti Vibrator Roller, Dump Truck, Motor Grader.
Adapun langkah kerja dari proses pemadatan tanah, yaitu :
1. Mengangkut material dari quary menuju lokasi dengan menggunakan Dump Truck.
2. Menumpahkan material pada lokasi tempat dimana akan dilaksanakan pekerjaan
penimbunan.
3. Meratakan material menggunakan Motor Grader sampai ketebalan yang direncanakan.
Sebagai panduan operator Grader dan vibro maka dipasang patok tiap jarak 25 m yang
ditandai sesuai dengan tinggi hamparan.
4. Memadatkan tanah denga menggunakan Vibrator Roller yang dimulai sepanjang tepi
dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan dalm keadaan memanjang,
sedangkan pada tikungan (alinyemen horizontal) harus dimulai pada bagian yang
rendah dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah yang tinggi, pemadatan tersebut
dipadatkan dengan 6 pasing (12 x lintasan) hingga didapatkan tebal padat 20 cm
hingga didapat elevasi top subgrade yang sesuai dengan rencana.
4. Pengujian Kepadatan Tanah
Pengujian Sand Cone
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui nilai kepadatan dan kadar air dilapangan.
Juga bisa sebagai perbandingan pekerjaan yang akan dilaksanakan dilapangan dengan
perencanaan pekerjaan.
Lapisan perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar dinamakan lapis
pondasi bawah yang berfungsi sebagai :
1. Bagian dari konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ke tanah dasar.
Dengan nilai CBR 20% dan Plastisitas indeks (PI) 10%.
2. Material pondasi bawah relatip murah dibandingkan dengan lapisan perkerasan
diatasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan diatasnya yang lebih mahal.
4. Lapisan perkerasan, agar air tanah tidak berkumpul dipondasi.
5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancar.
6. Lapisan untuk mencegah partikel-partikel halus dari tanah dasar naik kelapis atas.
Tebal rencana lapisan pondasi bawah ini adalah 20 cm.
Lapisan pondasi agregat kelas B yang digunakan dalam proyek ini memiliki komposisi
sebagai berikut :
1. Split 5/7
2. Split 3/5
3. Split 2/3
4. Abu Batu
Teknik pelaksanaan pekerjaan penghamparan dan pemadatan dari Base B adalah :
Setelah sampai di lokasi, campuran ditumpuk menjadi lima sampai enam tumpukan
disepanjang lokasi yang telah siap untuk dihampar base B.
Jika disuatu lokasi ada campuran material yang kurang baik ikatannya maka dapat
ditambahkan abu batu dengan bantuan tenaga manusia untuk mengikat material
tersebut ketika dipadatkan kebali dengan vibrator roller.
Untuk mengetahui apakah tebal penghamparan base B dan % kemiringan telah sesuai dengan
yang direncanakan maka digunakan waterpass agar dapat menemukan elevasinya.
Peralatan
Dalam pelaksanaan pekerjaan lapis pondasi atas digunakan alat alat sebagai berikut :
Wheel Loader berfungsi untuk mengambil tumpukan agregat dari tempat pengambilan
material, selanjutnya dimasukkan kedalam dunp truck.
Dump truck berfungsi untuk mengangkut material agregat base B ke lokasi pekerjaan.
Water tank truck berfungsi untuk menyiram agregat base B setelah penghamparan.
5. Pengawasan Pekerjaan
Pengawasan pekerjaan dilaksanakan olek konsultan pengawas. Hal ini dilakukan
untuk menjamin pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor sebagai pelaksana proyek, apakah
sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam spesifikasi.
Ketentuan ketentuan pelaksanaan pekerjaan yang sesuai dengan spesifikasi adalah sebagai
berikut :
Penghamparan lapis pondasi agregat, baik kelas A maupun kelas B tidak boleh
mempunyai ketebalan kurang dari dua kali ukuran maksimum bahan.
Penghamparan lapis pondasi kelas A maupun kelas B tidak boleh lebih dari 20 cm
dalam keadaan loose, hal ini dapat mempengaruhi proses pemadatan sehingga
pemadatan yang dilakukan tidak mencapai keadaan optimal.
Permukaan lapis pondasi agregat harus rata sehingga air tidak dapat menggenang
akibat permukaan yang tidak rata. Deviasi maksimum untuk kerataan permukaan
adalah 1 cm.
Toleransi terhadap tebal total lapis pondasi agregat adalah 1 cm dari tebal rencana.
Lapis pondasi yang terlalu kering atau terlalu basah untuk pemadatan yaitu kurang
dari 1% atau lebih dari 3% pada kadar air optimum, diperbaiki dengan cara menggali
dan mengganti dengan bahan yang memenuhi syarat kadar air tersebut.
Proyek jalan tol Surabaya-Mojokerto berada pada 4 kabupaten/ kota di Jawa Timur,
yaitu Sidoarjo, Surabaya, Gresik, dan Mojokerto. Lokasi ini dipilih berdasarkan pertimbangan
banyaknya kawasan industri yang berada pada lokasi-lokasi tersebut. Pembangunan jalan tol
ini direncanakan membutuhkan lahan seluas 310 ha yang terdiri dari 3877 bidang di 37 desa, 9
kecamatan dan 4 daerah tingkat II meliputi kabupaten Sidoarjo, kota Surabaya, Kabupaten
Gresik, dan Kabupaten Mojokerto. Trase jalan direncanakan dimulai dari interchange atau
Bundaran Waru (Kabupaten Sidoarjo) dan berakhir di Kabupaten Mojokerto.
3. Data Proyek dan Data Teknis
Adapun data mengenai proyek jalan tol Surabaya-Mojokerto adalah sebagai berikut:
Nama Proyek
: Pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto (SUMO)
Lokasi Proyek
: Sidoarjo, Surabaya, Gresik, dan Mojokerto, Jawa Timur
Konsultan Perencana
: PT Buana Archicon & Associates
Konsultan Supervisi
: Dressa Badja KSO
Kontraktor/ Pelaksana
: PT Wijaya Karya (Persero)
Panjang Jalan
: 36,27 km
Terbagi dalam 5 seksi
:
Seksi 1A yaitu Waru-Sepanjang
: 2,3 km
Seksi 1B yaitu Sepanjang-Western Ring Road : 4,3 km
Seksi II yaitu Western Ring Road-driyorejo
: 5,1 km
Seksi IV yaitu Krian-Mojokerto-Spoor
: 18,47 km
Dengan:
o Sub Seksi IV.1 Wringin Anom IC-Krian
: 6,1 km
o Sub Seksi IV.2 Batas Kabupaten Mojokerto-Wringin Anom IC
: 5,2 km
o Sub Seksi IV.3 Mojokerto-Batas Kabupaten Mojokerto
: 5,55 km
: 2,22 km
: Rp 3,378 triliun
: Tahun 1996
: April 2007
: Juni 2011
: 27 Agustus 2011
: Juli 2010
: Desember 2013 (Prediksi)
: Maret 2014 (Prediksi)
: 2 x 2 lajur
: 2 x 3 lajur
: 10,5 m
:3m
: 1,5 m
:3m
: 120 km/jam
: 50-95 m
: Rigid Pavement
: Tertutup
2.3Tahap Pelaksanaan
Berikut ini adalah tahapan pelaksanaan pembangunan proyek jalan tol Surabaya-Mojokerto:
1991
: Studi kelayakan awal proyek dilaksanakan oleh JICA (Japan
pekerjaan konstruksi
1997
: Pembangunan infrastruktur dhentikan sementara akibat krisis
moneter di Indonesia
Oktober 2005
: Dilakukan Review Design terhadap proyek jalan tol SUMO
Maret 2006 : Persetujuan ROW Plan
31 Juli 2006
: Proyek mendapat persetujuan AMDAL oleh Gubernur Propinsi Jawa
Timur
7 September 2006: Review Desain disetujui oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT)
18 April 2007
: Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) seksi 1A diterbitkan,
Nujyasumo Agung (MNA) yang merupakan perusahaan dengan komposisi kepemilikan saham
yaitu Jasa Marga sebesar 55%, PT Moeladi sebesar 25% dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk
sebesar 20%. MAsa konsesi pengusahaan jalan tol ini 42 tahun terhitung sejak Surat Perintah
Mulai Kerja (SPMK) pertama pada April 2007 (tahun 2007-2049). Pelaksanaan
dengan panjang 5,53 km, Sub Seksi IV.2 (Batas Kabupaten Mojokerto Wringin
Anom IC) sepanjang 5,2 km dan Sub Seksi IV.3 (Mojokerto Batas Kabupaten
Mojokerto) sepanjang 5,55 km, serta ditambah jalan akses Mojokerto sepanjang 2,22
km.
Jalan Tol Surabaya Mojokerto juga terbagi dalam dua karakter, yaitu jalan tol
dalam kota (urban section) yang dimulai dari Sta 8+800 hingga Sta 14+200 dan jalan
tol luar kota (rural section) yang mulai dari Sta 14+200 hingga Sta 42+840, serta
mulai dari Sta 50+00 hingga Sta 52+470. Berdasarkan rencana awal, pelaksanaan
pembangunan tol Sumo dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, yaitu pembangunan
jalan tol dari Surabaya hingga Mojokerto Kota, dengan jumlah lajur 2x2 lajur (2 lajur
dan 2 arah) yang dibagi lagi dalam 2 seksi pelaksanaan. Yaitu, Seksi 1 pelaksanaanya
dimulai dari Waru (km 8+800) hingga Krian (km 26+570) dan Seksi 2 pelaksanaannya
dimulai dari Krian (km 26+570) sampai dengan Mojokerto Utara (km 42+840),
ditambah Spoor mulai dari Mojokerto Utara (km 50+000) sampai dengan Mojokerto
Kota (km 52+470). Untuk tahap kedua, yaitu penambahan jumlah lajur jalan tol dari
2x2 lajur menjadi 2x3 lajur (3 lajur dan 2 arah).
sebagai
penghubung
jalan
Waru Juanda
dengan tol
Surabaya
Gempol.
tol
Gambar 2.4 Pelaksanaan Konstruksi Tol Sumo yang Terkendala Tiang SUTET dan Rel Kereta
Api
2.3 Jenis Pekerjaan
Pekerjaan yang dilakukan pada proyek pembuatan jalan tol Surabaya Mojokerto
adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan Tanah
2. Pekerjaan Drainase
3. Pekerjaan Pemadatan
4. Pekerjaan Rigid Pavement
2.3.1. Pekerjaan Tanah
Rangkaian pekerjaan tanah pada proyek pembuatan jalan tol Surabaya
Mojokerto adalah sebagai berikut :
1. Pembersihan dan pembongkaran
a. Pembongkaran dilakukan pada daerah milik jalan yang telah
ditentukan dan atas petunjuk direksi.
b. Hasil pembongkaran dibuang diluar lokasi pekerjaan atau lokasi
Persiapan
Pengecoran
Membuat alur
Pembasahan beton
Pemotongan joint
BAB 3
KESIMPULAN
a. Kesimpulan
Proses perencanaan proyek pembangunan jalan tol Surabaya-Mojokerto
dilakukan dalam beberapa tahap, diantaranya adalah tahap penentuan gagasan dasar
dan kebutuhan, tahap penentuan lokasi, tahap pengumpulan data proyek dan data
teknis.
Proyek pembangunan jalan tol Surabaya-Mojokerto berada pada 4 kabupaten/
kota di Jawa Timur, yaitu Sidoarjo, Surabaya, Gresik, dan Mojokerto sepanjang 36,27
km. Proyek ini menghabiskan biaya total sebesar 3,378 trilliun.
Proses pelaksanaan proyek pembangunan jalan tol Surabaya-Mojokerto dibagi
menjadi lima seksi yaitu: Seksi IA (Waru Sepanjang) dengan panjang 2,3 km, Seksi
IB (Sepanjang Western Ring Road) dengan panjang 4,3 km, Seksi II (Western Ring
Road Driyorejo) sepanjang 5,1 km, Seksi III (Driyorejo Krian) sepanjang 6,1 km
dan Seksi IV (Krian Mojokerto Spoor) yang merupakan ruas terpanjang yaitu
18,47 km. Untuk Seksi IV terbagi menjadi 3 sub seksi, yakni Sub Seksi IV.1 (Wringin
Anom IC Krian IC) dengan panjang 5,53 km, Sub Seksi IV.2 (Batas Kabupaten
Mojokerto Wringin Anom IC) sepanjang 5,2 km dan Sub Seksi IV.3 (Mojokerto
Batas Kabupaten Mojokerto) sepanjang 5,55 km, serta ditambah jalan akses Mojokerto
sepanjang 2,22 km.
Tahap pelaksanaan pembangunan proyek jalan tol Surabaya-Mojokerto
dilaksanakan pada tahun 1991-1997, lalu terhenti karena adanya krisi moneter di
Indonesia. Kemudian pelaksanaan dilanjutkan di tahun 2007 sampai Maret 2014.
b. Saran
Adapun saran yang dapat kami diberikan, yaitu sebagai berikut :
1. Perlunya optimalisasi tenaga kerja agar tidak terjadi pemborosan waktu dan biaya
proyek serta pengawasan yang ketat dan teliti agar didapatkan hasil maksimal
dalam pelaksanaan tiap item pekerjaan di lapangan.
2. Pengelolaan dan manajemen yang baik mutlak diperlukan bagi suatu proyek dalam
mengendalikan situasi dan kondisi di lapangan.
3. Semua pihak yang terlibat di dalam Proyek Pembangunan Jalan Tol Surabaya-
Mojokerto harus dapat memiliki pemahaman yang sama terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan dan terfokus pada penyelesaian proyek yang tepat waktu, efisien, dan
berkualitas.
4. Masing-masing unit pelaksana pekerjaan perlu memahami hubungan jenis
pekerjaan yang dilaksanakannya dengan jenis pekerjaan yang lain.