Anda di halaman 1dari 5

OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL ( Diabetus Melitus)

Pada dasarnya DM tipe 2 disebabkan defek pada sekresi insulin dan kerja insulin.. Ada
tidaknya hiperglikemia ditentukan oleh 3 faktor yaitu sel beta pankreas yang mensekresi
insulin, Hepatic glucose out put (produksi glukose hati) oleh hati dan sensitivitas jaringan
perifer (otot, usus dan hati) terhadap insulin .
Obat hipoglikemik oral mempunyai titik kerja pada salah satu atau lebih dari ketiga faktor
tersebut diatas. Sulfonilurea misalnya mempunyai kerja terutama meningkatkan sekresi
insulin, metformin bekerja diperifer pada otot-otot dimana memperbaiki sensitivitas sel
terhadap insulin, inhibitor alfa glukosidase bekerja menekan penyerapan glukose di usus,
troglitazon bekerja menekan produksi glukose oleh hati dan repaglinide bekerja
meningkatkan sekresi insulin pada sel beta pankreas .
Klasifikasi OHO
1. Golongan Sulfonilurea (SU)
Generasi 1 :
Tolbutamid, Klorpropamid (Diabenese ),Tolazamid, Asetoheksamid.
Generasi 2 :
Glibenklamid=Gliburid(Daonil),Glipizid(Minidiab),GlipizidGITS

(Glucotrol

XL),

Gliclazid(Diamicron),Gliquidon (Glurenorm), Glimepirid (Amaryl).


2. Biguanid :
Metformin (Glucophag, Diabex, Neo Dipar).
3. Inhibitor alfa- glukosidase:
Akarbose ( Glucobay)
4. Tiazolidinedione(Troglitazon).
5. Repaglinid (Prandin)
A. Sulfonil urea
Efek hipoglikemia dari anti diabetik SU adalah pertama kali dikemukakan oleh
Loubatieres pada tahun 1940 dan selanjutnya berkembang pada tahun 1950 an sehingga
sekarang ini tetap dipakai sebagai pilihan utama yang diterima secara luas untuk pasien
DM tipe 2 yang tidak berhasil dengan diet dan latihan jasmani .
Obat ini bekerja secara primer dengan merangsang sel beta mensekresi insulin.
Sulfoniurea terikat dengan permukaan reseptor pada membran sel beta dan menghambat
ATP-sensitive potassium Channel sehingga mencegah keluarnya kalium dan terjadilah
depolarisasi membran sel. Depolarisasi membuka voltage- dependent calcium channel

akibatnya kalsium ekstra seluler masuk dalam sel dan akhirnya meningkatkan Calcium
Cytosolic yang merangsang insulin.

Gambar : 1. Mekanisme kerja sulfonilurea


Generasi l dari SU saat ini sudah jarang dipakai oleh karena efek sampingnya
baik kerja pendek maupun kerja panjang seperti Klorpropamid.walaupun tidak ada
perbedaan dalam segi efek sistemiknya. Generasi 2 mempunyai kelebihan yaitu efek
kerjanya sedang sehingga dapat diberikan 1 -2 kali perhari., dosis obat lebih rendah. Dan
sangat baik untuk penderita DM yang kurus yang mana sekresi insulin nya menurun .
Golongna SU dalam pemberiannya dapat menyebabkan kegagalan primer yaitu
sejak awal pasien tidak memberi respons yang memuaskan walaupun sudah ditingkatkan
dosisnya ke dosis maksimal.
Keberhasilan menurunkan kadar glukose puasa terbatas hanya 20-30 %
pasien(penurunan kadar gula darah 40-80 mg %). Demikian pula dapat terjadi kegagalan
sekunder bila dalam periode yang lama obat ini sudah tidak memberi hasil yang
memuasjkan walaupuin diberikan dosis maksimal. Kegagalan sekunder dapat terjadi
pada sekitar 10 % pasien pertahun. Untuk itu diperlukan obat OHO tambahan atau
insulin untuk memperbaiki kontrol glikemik .
B. Metformin
Metformin adalah golongan dimetil biguanide merupakan OHO yang dipakai
untuk menurunkan kadar glukose darah pada pasien DM tipe 2 bertujuan menurunkan
resistensi insulin dengan memperbaiki sensitivitas insulin terhadap jaringan. Dengan
demikian metformin diindikasikan sebagai obat pilihan pertama pada pasien DM tipe 2

gemuk yang mana dasar kelainannya adalah resistensi insulin. Walaupun cara kerja
metformin berbeda dengan SU akan tetapi efek kontrol glikemik sama dengan golongan
SU. Sulfonil urea dapat menyebabkan kenaikan berat badan sedang metformin tidak
demikian. Selain itu efek hipoglikemik SU sering ditemukan sedang dengan metformin
jarang. Oleh karena itu metformin dikenal bekerja sebagai anti hiperglikemi sedang SU
sebagai obat yang bekerja sebagai hipoglikemik.
Metformin dapat diindikasikan sebagai terapi awal atau terapi tambahan pada
penderita yang mendapat SU sendiri tidak memberi hasil memuaskan. Tidak seperti
SU ,metformin tidak terikat pada protein plasma, tidak dimetabolisme dan diekskresi
dengan cepat oleh ginjal.
Mekanisme kerja metformin menambah up-take(utilisasi) glukose diperifer
dengan meningkatkan sensitifitas jaringan terhadap insulin, menekan produksi glukose
oleh hati, menurunkan oksidasi Fatty Acid dan meningkatkan pemakaian glukose dalam
usus melalui proses non oksidatif. Ekstra laktat yang terbentuk akan diekstraksi oleh hati
dan digunakan sebagai bahan baku glukoneogenesis. Keadaan ini mencegah terjadinya
efek penurunan kadar glukose yang berlebihan .
Dosis metformin 500-850 mg diberikan bersama makanan pada pagi dan malam
hari. Dosis dapat ditingkatkan dengan menambah 1 tablet tiap pemberian dengan interval
1-2 minggu. Dosis total dapat mencapai 3-4 kali 500mg atau 2-3 kali 850 mg perhari bila
diperlukan. Dosis maksimal 3000 mg perhari.
Efek samping pemberian metformin adalah gangguan gastro intestinal seperti
diare, anoreksia atau rasa tidak enak pada perut. Asidosis laktat jarang ditemukan(0,03
per 1000 pasien pertahun). Biasanya terjadi bila diberikan pada pasien yang
kontraindikasi.
Metformin tidak dapat diberikan pada gangguan fungsi ginjal,penyakit jantung ,
kor pulmonale, riwayat asidosis laktat, infeksi berat, gangguan faal hati, keracunan
alkohol, pemakaian bahan kontras radiografi intra vena.

C. Inhibitor Alfa Glukosidase


Obat golongan inhibitor alfa glukosidase (Acarbose) mempunyai mekanisme
kerja berbeda dengan sulfonilurea dan metformin yaitu menghambat kerja enzim alfa
glukosidase yang terdapat pada brush border dipermukaan membran usus halus. Enzim
alfa glukosidase berfungsi sebagai enzim pemecah karbohidrat menjadi glukose di usus
halus. Dengan pemberian acarbose maka pemecahan karbohidrat menjadi glukose di
usus akan menjadi berkurang dengan sendirinya kadar glukose darah postprandial akan

berkurang(1). Banyak uji klinis membuktikan bahwa acarbose sebagai pengobatan


tunggal pada DM tipe 2 memberikan hasil memuaskan, bahkan keberhasilannya
menyamai sulfonilurea.
Obat ini efektif bagi pasien dengan diet tinggi karbohidrat dan kadar glukose
darah puasa kurang 180 mg %. Hanya mempengaruhi kadar glukose pada waktu makan
dan tidak mempengaruhi kadar glukose darah setelah itu. Bila diminum bersama-sama
sulfonilurea atau dengan insulin dapat terjadi hipoglikemia yang hanya dapat diatasi
dengan glukose murni, jadi tidak dapat dengan gula pasir .
Dosis Acarbose dimulai dengan 50 mg sesaat sebelum makan dan dosis dapat
ditingkatkan menjadi 3 kali 100 mg perhari bila tidak ditemukan keluhan gastro
intestinal. Efek samping obat ini berupa perut kurang enak, lebih banyak flatus dan
kadang-kadang diare. Keluhan ini akan berkurang jika pengobatan tetap dilanjutkan.
D. Tiazolidinedion(Troglitazon)
Troglitazon adalah OHO baru yang meningkatkan sensitivitas jaringan perifer
terhadap insulin. Obat ini sebagaimana dengan Metformin tidak menyebabkan reaksi
hipoglikemia.Telah terbukti pada manusia menghilangkan adanya resistensi insulin,
menurunkan hepatic glucose out put, menormalkan gangguan toleransi glukose, dan
mencegah serta memperlambat progresifitas gangguan toleransi glukose menjadi
diabetes. Terbukti pula obat ini dapat memperbaiki kendali glukose darah, dan
hiperinsulinemia.
Dosis Troglitazon umumnya berkisar 400 mg perhari sudah menurunkan kadar
glukose darah puasa dan HbA1C. Efek yang tidak diinginkan adalah pusing dan edema,
namun ini dapat ditolerir penderita.

E. Repaglined (Prandin).
Obat ini merupakan OHO yang paling baru dan baru diperkenalkan di Amerika
Serikat pada tahun 1998. Berbeda dengan golongan SU maupun golongan OHO
lainnya,repaglinid adalah derivat dari asambenzoat yang mempunyai struktur molekul ,
mekanisme kerja dan ekskresi yang berbeda. Repaglinid dapat diindikasikan pada pasien
DM tipe 2 yang tidak berhasil dengan diet dan latihan jasmani. Dapat dikombinasi
dengan metformin bila obat ini sendiri tidak berhasil mengontrol glukose darah .
Mekanisme kerja repaglinid adalah menutup ATP-sensitive potassium Channel
pada sel beta pankreas. Sehingga terjadi depolarisasi dan menyebabkan perangsangan
pengeluaran insulin dari sel-sel beta pankreas. Repaglinid tidak menekan biosintesis

proinsulin dan tidak merangsang secara langsung eksositosis insulin sebagaimana


golongan SU .
Repaglinid sebagian besar diekskresi oleh hati dan hanya 8 % diekskresi di ginjal.
Sehingga bermanfaat terhadap pasien DM disertai gagal ginjal. Dosis repaglinid
bervariasi antara 0,5 - 4 mg 30 menit sebelum makan dan uji klinis membuktikan efek
hipoglikemik lebih rendah dibanding SU dan efek yag tidak diinginkan selama
pemberian hampir sama dengan SU.
Sebagaimana dengan OHO

lainnya

maka

repaglinid

tidak

dianjurkan

pemberiannya pada wanita hamil dan wanita menyusui .

1. Sidartawan soegondo : Prinsip pengobatan diabetes, obat hipoglikemik


oral dan insulin. Dalam Buku Acuan Penatalaksanaan Diabetes mellitus
bagi dokter Puskesmas, Dokter praktek umum dan Edukator diabetes.
Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Dr Ciptomangunkusumo FKUI Jakarta, 1998.
Editor.Pradana S,Indah,SW., Hilma P.1998, p. 63 -77. 12.

2. Wijaya,C., Tjendraputra : Metformin hidroklorida dalam Penggunaan obat


hipoglikemik oral(OHO) pada NIDDM. 1994, p. 11- 21.
3. Lebovitz,HE.: Oral anti diabetic agentin Joslins Diabetes mellitus, 13th ed.
edit.by Kahn,CR., Weir,GC. Lea Febiger Philadelphia. 1994, p.508 -529.

Anda mungkin juga menyukai