Anda di halaman 1dari 2

Oleh:

Ahmad Sarwat, Lc.

Pak ustadz, saya pernah ditanya oleh teman, karena kita hidup di lingkungan orang
Islam dan orang tua kita Islam, apakah kita termasuk orang Islam, karena salah satu
syarat Islam kan 2 kalimat syahadat? Apabila di dalam shalat kita sering membaca
syahadat, termasuk syahadat syarat Islamkah?
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pertanyaan anda dengan sendirinya akan terjawab kalau kita perhatikan makna harfiyah
kata "syahadat." Apa sih arti kata syahadat itu?
Syahadat artinya adalah persaksian. Seorang yang bersyahadat pada dasarnya dia
sedang bersaksi. Pertanyaannya: mengapa harus bersaksi? Katakanlah sebagai
contoh, mengapa seseorang harus bersaksi di pengadilan? Untuk apa bersaksi atau
berikrar di depan hakim?
Jawabnya untuk menegaskan kepada khalayak tentang persepsi, pemahaman,
keyakinan serta pendirian dirinya. Tetapi kenapa harus ada persaksian? Karena saat itu
belum jelas pendirian seseorang, sehingga orang itu harus bersaksi di depan
pengadilan.
Di masa lalu, ketika belum ada satu pun orang yang memeluk agama Islam, setiap kali
ada yang masuk Islam, nabi SAW meminta mereka melakukan persaksian ini, yaitu
melafadzkan dua kalimat syahadat. Sebagai tanda bahwa mulai saat itu dia sudah
pindah agama dan menjadi pemeluk Islam. Pengucapan ini dilakukan untuk
menegaskan bahwa seseorang sudah pindah agama, dari agama selain Islam menjadi
beragama Islam.
Lalu bagaimana dengan orang yang sudah jadi muslim sejak lahir? Masihkah diperlukan
persaksian?
Jawabnya tentu saja tidak perlu bersyahadat lagi. Mengapa? Sebab dalam kehidupan
sehari-hari, semua ciri, perilaku dan penampilannya sudah menunjukkan bahwa dirinya
seorang muslim. Karena itu persaksian itu tidak lagi diperlukan. Toh tidak ada
kepentingannya lagi.
Lagi pula secara aqidah, keyakinan dan fikrah, sudah bisa dipastikan dirinya
mentauhidkan Allah dan menjadikan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul-Nya,
serta kesetiaan untuk menjalankan semua perintah Allah SWT. Mengapa seorang yang

sejak lahir sudah demikian masih dipertanyakan keIslamannya dengan harus syahadat
ulang?
Apakah anak-anak para shahabat nabi, para tabiin, para ulama salaf dan setiap lapis
generasi muslim sepanjang 14 abad itu pernah melakukan proses syahadat ulang,
padahal mereka lahir sudah jadi muslim? Jawabnya tidak pernah. Sebab mereka
memang sudah muslim, sejak lahir dan selama 24 jam dalam setiap hari dalam
kehidupan mereka.
Bahkan ketika mereka pergi ke masjid untuk shalat, itu adalah syahadat mereka. Ketika
Ramadhan mereka berpuasa, itu adalah syahadat mereka juga. Ketika bayar zakat atau
pergi haji ke baitullah, itu adalah syahadat mereka. Lantas buat apa lagi mereka
bersyahadat lagi? Adakah pihak-pihak yang meragukan atau mencurigai bahwa orang
yang melakukan itu bukan muslim?
Dan anda benar, bukankah tiap shalat kita pasti sudah mengucapkan dua kalimat
syahadat. Bukan hanya sekali seumur hidup saja, tetapi setiap hari tujuh belas kali, apa
masih kurang?
Syahadat Tidak Harus di Depan Imam
Sebuah cara pandang yang keliru dan sesat adalah bila mensyaratkan bersyahadat di
depan imam tertentu, atau pimpinan tertentu dari suatu jamaah. Pemikiran ini tidak
datang dari ajaran Islam yang benar, tetapi merupakan hasil rekayasa palsu kelompok
tertentu. Mereka menyamakan antara syahadat dengan baiat. Seolah orang yang tidak
berbaiat dengan kelompok mereka, masih belum muslim. Syahadatnya dianggap belum
sah, kecuali setelah bersyahadat sekaligus berbaiat dengan kelompok mereka.
Ide harus adanya syahadat ulang buat semua umat Islam, biasanya datang dari
kelompok-kelompok yang punya kepentingan tertentu.
Syahadat ulang hanya diberlakukan kepada mereka yang murtad, yaitu ingkar kepada
salah satu rukun iman dan rukun Islam, atau melakukan hal-hal yang kongkrit
membatalkan syahadat. Itu pun ada perintah penguasa resmi, bukan orang perorang.
Wallahu alam bishshawab, wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.
http://www.eramuslim.com/aqidah/islam-keturunan-haruskah-syahadat.htm#.VJYs2sAA

Anda mungkin juga menyukai