Pranata Pembangunan
Sumber:
http://budisud.community.undip.ac.id/files/2010/08/BAB-1-pdf.pdf
http://mulyanto.staff.uns.ac.id/wpcontent/blogs.dir/4/files//2008/12/pranata-hukum.ppt./
http://id.wikipedia.org/
http://wwww.google.com/
Pranata dibidang arsitektur dapat dikaji melalui pendekatan system, karena fenomena yang ada
melibatkan banyak pihak dengan fungsi yang berbeda sehingga menciptakan anomali yang berbeda juga sesuai
dengan kasus masing-masing.
Didalam proses membentuk ruang dari akibat kebutuhan hidup manusia, maka ada cara teknik dan tahapan
metoda untuk berproduksi dalam penciptaan ruang. Misalnya secara hirarki dapat disebutkan ruang tidur
yaitu sebagai ruang untuk istirahat, sampai dengan ruang kota sebagai ruang untuk melakukan aktifitas
sosial, ekonomi, dan budaya. Secara fungsi ruang memiliki peran yang berbeda menurut tingkat kebutuhan
hidup manusia itu sendiri, seperti ruang makan, ruang kerja, ruang baca, dan seterusnya. Secara structural
ruang memiliki pola susunan yang beragam, ada yang liniear, radial, mengelompok, dan menyebar. Estetika
adalah pertimbangan penciptaan ruang yang mewujudkan rasa nyaman, rasa aman, dan keindahan.
HUKUM adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang dikukuhkan oleh penguasa
atau pemerintah; undang - undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup masyarakat, patokan
(kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam,dsb) yang tertentu; keputusan (pertimbangan) yang ditetapkan
oleh hakim (dalam pengadilan) ; vonis ; KBBI
PRANATA adalah interaksi antar individu atau kelompok atau kumpulan, pengertian individu dalam satu
kelompok dan pengertian individu dalam satu perkumpulan memiliki makna yang berbeda.
PEMBANGUNAN adalah perubahan individu atau kelompok dalam kerangka mewujudkan peningkatan
kesejahteraan hidup.
Jadi, pengertian dari Hukum Pranata Pembangunan adalah peraturan resmi yang mengatur tentang interaksi
antar individu dalam melakukan perubahan untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan hidup.
Dalam arsitektur khususnya Hukum Pranata Pembangunan lebih memfokuskan pada peningkatan
kesejahteraan hidup yang berhubungan dengan interaksi individu dengan lingkungan binaan. Interaksi yang
terjadi menghasilkan hubungan kontrak antar individu yang terkait seperti pemilik (owner), konsultan
(arsitek), kontraktor (pelaksana), dan unsur pendukung lainnya dalam rangka mewujudkan ruang atau
bangunan untuk memenuhi kebutuhan bermukim.
Hukum Pranata Pembangunan memiliki 4 unsur, yaitu:
1. Manusia
Unsur pokok dari pembangunan yang paling utama adalah manusia. Karena manusia merupakan sumber daya
paling utama dalam menentukan pengembangan pembangunan.
2. SDA
Sumber daya alam merupakan faktor penting dalam pembangunan yang mana sebagai sumber utama dalam
pembuatan bahan material untuk proses pembangunan.
3. Modal
Modal faktor penting untuk mengembangkan aspek pembangunan dalam suatu daerah. Apabila semakin
banyak modal yang tersedia semakin pesat pembangunan suatu daerah.
4. Teknologi
Teknologi saat ini menjadi faktor utama dalam proses pembangunan. Dengan teknologi dapat mempermudah,
mempercepat proses pembangunan.
B. Aplikasi dan penegakan HPP
Apa pentingnya Hukum Pranata Pembangunan dan mengapa harus ada yang namanya Hukum Pranata
Pembangunan. Dalam membangun suatu bangunan diperlukan adanya hukum yang berlaku. Pentingnya kita
mempelajari hukum pranata pembangunan ini juga dapat membuat kita lebih memahami peraturan peraturan serta hal - hal apa saja yang harus dilakukan dalam membangun suatu bangunan. Kita tidak hanya
merancang dan mendirikan namun juga memperhatikan hukum yang telah berlaku agar suatu daerah tersebut
dapat tertata rapih.
Sebagai calon arsitek, dalam membengun suatu bangunan baik itu rumah, sekolah, maupun bangunan tinggi
tentunya kita memerlukan ijin dari pemerintah setempat. Izin yang dimaksud tak lain dan tak bukan ialah
IMB (Izin Mendirikan Bangunan). IMB merupakan perizinan yang diberikan oleh kepala daerah kepada
pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan
sesuai dengan persayaratan administratif dan persyaratan teknis yang berlaku. IMB juga merupakan salah
satu produk hukum untuk mewujudkan tatanan tertentu sehingga tercipta ketertiban, keamanan,
keselamatan, kenyamanan, sekaligus kepastian hukum. Kewajiban setiap orang atau badan yang akan
mendirikan bangunan untuk memiliki Izin Mendirikan Bangunan diatur pada Pasal 5 ayat 1 Perda 7 Tahun
2009.
IMB akan melegalkan suatu bangunan yang direncanakan sesuai dengan Tata Ruang yang telah ditentukan.
Selain itu, adanya IMB menunjukkan bahwa rencana konstruksi bangunan tersebut juga dapat
dipertanggungjawabkan dengan maksud untuk kepentingan bersama. Pada umumnya proses IMB ialah 25 hari
dari tanggal diajukannya IMB. Jangka waktu tersebut dapat berbeda - beda tergantung kebijakan daerah
Kegiatan pembangunan memiliki empat unsur pokok, adalah manusia, kekayaan alam, modal, dan
teknologi. Pembangunan sebagai suatu sistem yang kompleks mengalami proses perubahan dari
yang sederhana sampai dengan yang rumit/kompleks. Proses perubahan tersebut mengalami
perkembangan perubahan cara pandang, beberapa cara pandang tersebut adalah pertumbuhan
(GROWTH), perubahan strukutr (STRUCTURAL CHANGE), ketergantungan (DEPENDENCY),
pendekatan sistem (SYSTEM APPROACH), dan penguasaan teknologi (TECHNOLOGY).
Arsitektur adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang keterkaitan antara manusia dengan
lingkungan binaan-nya, dan ruang adalah wujud manifestasi dari manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Ada tiga aspek penting dalam arsitektur, yaitu : firmitas (kekuatan atau
konstruksi), utilitas (kegunaan atau fungsi), dan venustas (keindahan atau estetika).
Didalam proses membentuk ruang dari akibat kebutuhan hidup manusia, maka ada cara (teknik)
dan tahapan (metoda) untuk berproduksi dalam penciptaan ruang. Secara hirarki dapat disebutkan
ruang tidur ruang untuk istirahat sampai dengan ruang kota ruang untuk melakukan aktifitas
sosial, ekonomi, dan budaya. Secara fungsi ruang memiliki peran yang berbeda menurut tingkat
kebutuhan hidup manusia itu sendiri, seperti ruang makan, ruang kerja, ruang baca, dan
seterusnya. Secara structural ruang memiliki pola susunan yang beragam, ada yang liniear, radial,
mengelompok, dan menyebar. Estetika adalah pertimbangan penciptaan ruang yang mewujudkan
rasa nyaman, rasa aman, dan keindahan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, permasalahan dalam
pembangunan menjadi semakin kompleks. Artinya ruang yang dibangun oleh manusia juga
mengalami banyak masalah. Salah satu masalah adalah persoalan mekanisme/ikatan/pranata
yang menjembatani antara fungsi satu dengan fungsi lainnya. Masalah ke-pranata-an ini menjadi
penting karena beberapa hal akan menyebabkan turunnya kualitas fisik, turunnya kualitas
estetika, dan turunnya kuantitas ruang dan materinya, atau bahkan dalam satu bangunan akan
terjadi penurunan kuantitas dan kualitas bangunan tetapi biaya tetap atau menjadi berlebihan.
Pranata dalam pengertian umum adalah interaksi antar individu/kelompok dalam kerangka
peningkatan kesejahteraan atau kualitas hidup, dalam arti khusus bahwa terjadi interaksi antar
aktor pelaku pembangunan untuk menghasilkan fisik ruang yang berkualitas. Pranata di bidang
arsitektur dapat dikaji melalui pendekatan sistem, karena fenomena yang ada melibatkan banyak
pihak dengan fungsi berbeda dan menciptakan anomaly yang berbeda sesuai kasus masingmasing.
Dalam penciptaan ruang (bangunan) dalam dunia profesi arsitek ada beberapa aktor yang terlibat
dan berinteraksi, adalah pemilik (owner), konsultan (arsitek), kontraktor (pelaksana), dan unsur
pendukung lainnya.
Keterkaitan antar aktor dalam proses kegiatan pelaksanaan pembangunan mengalami pasang
surut persoalan, baik yang disebabkan oleh internal didalamnya dan atau eksternal dari luar dari
ketiga fungsi tersebut. Gejala pasang surut dan aspek penyebabnya tersebut mengakibatkan
rentannya hubungan sehingga mudah terjadi perselisihan, yang akibatnya merugikan dan/atau
menurunkan kualitas hasil.
Buku ini akan menuntun mahasiswa untuk memahami wacana ke-pranata-an bidang arsitektur
Sumber :
Pelatihan Applied Approach (AA) Angkatan XX 16-20 September 2002 Mata Kuliah Hukum Pranata
Pembangunan oleh Budi Sudarwanto, Ir. MSi
Daftar Bacaan
1. Sidharta, Ir. Prof, (1984),Peran arsitek, Pendidikannya, dan Masa Depan Arsitektur, Pidato
Pengukuhan Guru Besar, Semarang.
2. Soemardi Reksopoetranto, MA, Phd, Prof, (1992), Manajemen Proyek Pembangunan; Konsep
dan Beberapa Studi Kasus di Indonesia, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.
3. Paulina Pannen dan Purwanto, (2001)Penulisan Bahan Ajar Pusat Antar Universitas-PPAI,
Universitas Terbuka-Dirjen Dikti Depdiknas, Jakarta.
4. Preston, PW (1996), Development Theory, An Introduction, Blackwll Publishers, Oxford, UK
Diposkan oleh budi sudarwanto di 00.32 2 komentar:
Minggu, 10 Februari 2008
arsitekturberkelanjutan
Arsitektur berkelanjutan............ apa dan mengapa ?, arsitektur berkelanjutan adalah satu
eksplorasi rancangan arsitektur yang berbasis pada keberlanjutan alam dan lingkungannya yang
dilakukan oleh manusia. Suatu rancangan yang ramah terhadap alam dan lingkungan. Suatu
rancangan yang mampu memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan secara aktif dan terus
menerus. Suatu rancangan yang dapat menjaga keseimbangan sistem alam dan lingkungan.
Mengapa suatu rancangan yang ramah terhadap alam semesta sangat dibutuhkan ???? Bukan
suatu wacana lagi bahwa kita harus menciptakan ruang yang nyaman dan hangat, rumah yang
sehat dan layak huni, kamar yang tidak lembab dan panas, perabotan yang hemat energi dan
tahan lama (durable), dan dengan biaya terjangkau?. Tapi merupakan suatu keharusan dan
kewajiban bahwa manusia harus bersahabat dengan alam sekitarnya.
Bagaimana semua itu dapat diciptakan ??? dibangun ???? dan dipertahankan ????, sehingga tetap
berlanjut kehidupan manusia di bumi ini >>>>>>>
Dalam bahasa disain/rancangan khususnya dalam lingkup pengetahuan arsitektur adalah upaya
seorang disainer/arsitek untuk merangkai warna, menyusun proporsi, memberikan tekstur,
mengukur skala, membangun bentuk, dan hasilnya difungsikan untuk kebutuhan beraktifitas bagi
penggunanya dengan tujuan akhir adalah menciptakan kenyamanan dan kesejahteraan sehingga
kualitas hidup pengguna meningkat dari sebelumnya.
Diposkan oleh budi sudarwanto di 23.47 Tidak ada komentar:
Bupati Bantaeng menyambut baik perubahan yang terjadi di tengah masyarakat hingga
melahirkan sejumlah aktor. Para aktor tersebut dari berbagai kalangan. Ini menjadi kado
akhir tahun, katanya.
HM Nurdin Abdullah menambahkan Ini menjadi bukti kebersamaan dan sinergi yang sudah
terbangun sebab selama ini banyak yang cemburu. Tak hanya kemajuan tetapi juga mereka
mempertanyakan bagaimana caranya sehingga LSM turut berpartisipasi dalam
pembangunan.
Biasanya LSM selalu kontra dengan pemerintah, ujar Bupati seraya mengatakan,
pertanyaan tersebut dijawab dengan kejujuran. Kita kerja jujur, transparan dan terbuka.
Dan ini dilakukan semua pihak sehingga Bantaeng bisa seperti ini, tandasnya. (NR)
mempengaruhi hasil negosiasi. Mereka yang menguasai teknologi, dana, aturan atau informasi,
cenderung akan mendominasi hasil. Komunitas terpinggirkan dan miskin tentunya akan kurang
mampu menegosiasikan kepentingannya dengan aktor yang menguasai sumberdaya. Hasan
Poerbo juga melihat bahwa konflik kepentingan untuk beroleh tanah misalnya cenderung akan
dimenangkan oleh aktor yang lebih dominan. Dominasi ini selayaknya tidak terjadi, karena
pembangunan seharusnya untuk mengangkat rakyat miskin yang terpinggirkan menjadi
komunitas dan warga yang mempunyai kemandirian dan kesempatan untuk lebih
mengembangkan dirinya.
Berdasarkan pemikiran itu, Hasan Poerbo melontarkan gagasan tentang fungsi mediasi atau
keperantaraan. Bagi sejumlah kalangan di pemerintahan, gagasan ini dianggap berlebihan
karena berpandangan bahwa kegiatan atau keputusan pemerintah pasti ditujukan untuk
kepentingan rakyat. Kalangan ini berpendapat bahwa pemerintah tidak boleh diperantarai oleh
siapapun, ketika berbicara dengan rakyatnya. Yang menjadi pertanyaan dan umumnya tidak
dipertanyakan adalah apakah memang pemerintah berkomunikasi -dalam pengertian dua arahkepada rakyatnya, atau hanya sekedar memberi instruksi?
Dan siapa yang dimaksud dengan rakyat oleh kalangan pemerintah? Pengalaman menunjukan
bahwa kalangan penguasa wilayah cenderung melihat yang disebut sebagai rakyat adalah
penduduk dengan kartu tanda penduduk (KTP) di wilayahnya. Mereka yang tidak ber-KTP
wilayah administrasinya, khususnya dari kelompok marginal, bukanlah rakyat yang harus
diurus, melainkan justru yang harus dihilangkan. Pandangan ini masih tampak sampai
sekarang, antara lain dengan kebijakan kota tertutup. Sementara kelompok marginal umumnya
adalah mereka yang tidak punya akses terhadap KTP, baik di daerah asalnya maupun di daerah
berhuninya yang baru, sehingga mereka tidak dianggap sebagai rakyat. Menarik untuk
dipertanyakan: kalangan marginal seperti itu menjadi rakyatnya siapa atau menjadi urusan
dan tanggung jawab siapa?
Hasan Poerbo menekankan pentingnya mempunyai kerangka pikir yang sistemik dalam
keberpihakannya pada kalangan marginal dalam pembangunan. Dalam hal ini, pembangunan
dipandangnya sebagai pemanfaatan sumberdaya oleh manusia dengan memanfaatkan
teknologi untuk menopang kehidupannya. Jadi pembangunan merupakan suatu interaksi antara
manusia, teknologi dan sumberdaya. Manusia tidak homogen, melainkan terdiri dari berbagai
kelompok yang masing masing mempunyai kepentingan berdasarkan nilai-nilai dan normanorma yang dominan dalam kelompoknya. Kepentingan dan kemampuan masing masing pelaku
dalam mempertahankan kepentingannya mempengaruhi sifat hubungan pelaku dengan
teknologi dan sumberdaya.
Pembangunan hendaknya memberi manfaat kepada semua pihak, semuanya harus beroleh
kemenangan (win win solution). Hasan Poerbo mengisyaratkan bahwa pembangunan,
khususnya yang terkait dengan perubahan fisik lingkungan, seharusnya dapat menjadi pemacu
meningkatnya kualitas hidup masyarakat di tempat itu. Karena itu perlu, Hasan Poerbo
berpendapat bahwa perlu dibentuk suatu organized client system, khususnya menyangkut
pelaku perorangan dari kalangan berpendapatan rendah, yang tidak mempunyai daya tawar
menghadapi pemerintah dan swasta yang merupakan pelaku yang terorganisasi.
Dalam banyak kasus pembangunan, para pemilik tanah dan rumah kampung yang tidak
terorganisasikan, umumnya cenderung hanya menerima keputusan dari aktor pemerintah dan
atau swasta yang menghendaki tanahnya. Kondisi tak terorganisasi ini sering dimanfaatkan oleh
pelaku terorganisasi yang kuat untuk beroleh keuntungan dengan berbagai cara. Hasan Poerbo
menawarkan gagasan pembentukan komunitas kepentingan bersama. Warga perorangan
haruslah diorganisasikan membentuk suatu komunitas. Disadarinya bahwa hal itu bukan proses
yang mudah.
Kelompok Kepentingan Bersama (KKB) berdasarkan tempat, sebenarnya suatu yang lazim dan
dapat terjadi secara alamiah karena interaksi antar warga untuk memperkuat silaturahmi.
Tetapi umumnya organisasi ini, RW atau RT, hanyalah mengurus kepentingan bersama yang
bersifat internal, seperti misalnya mengorganisasikan peringatan 17 Agustus, kematian, dan lain
lain. Tetapi mereka umumnya tidak dapat menghadapi tekanan besar secara massal dari luar,
seperti misalnya dalam pembangunan kawasan. Mereka tidak mempunyai daya tawar ketika ada
pelaku lain yang menghendaki sumberdaya yang dimiliki warga itu, tanah dan mungkin mineral
yang terkandung di dalamnya. Dalam konteks pembangunan seperti ini, KKB berfungsi untuk
memobilisasi sumberdaya lokal sebagai modal lokal menandingi investasi sebagai mitra usaha,
dalam konsep pembangunan yang partisipatif sifatnya. Untuk itulah, diperlukan pelaku yang
mampu mentrasformasikan perorangan menjadi komunitas terorganisasi. Hasan Poerbo
menyebutnya sebagai Konsultan Pembangunan.
Transformasi mekanisme pengambilan keputusan, dari yang bersifat perorangan tidak
terorganisasi menjadi suatu organisasi yang menuntut komitmen tugas dan tanggung jawab
anggota, bukanlah yang perkara mudah. Diperlukan suatu ketrampilan sosial untuk melakukan
persiapan sosial, yang prosesnya kompleks. Ini masalah proses bukan perkara teknik
administratif.
Hasan Poerbo juga melihat sisi positif dari aktor swasta. Meskipun aktor ini mempunyai norma
dan nilai yang dominan pada profit maximazation, dalam strategi survivalnya mereka dapat
menempuh jalan mengembangkan dan membesarkan pelaku pelaku lain sebagai mitra usaha
untuk kepentingan jangka panjang dirinya. Pembangunan yang partisipatif, dalam jangka
panjang akan lebih menguntungkan semua aktor.
Pembangunan menyangkut perubahan masyarakat dari apatis menjadi masyarakat dinamis
yang partisipatif. Pembangunan diharapkan menjadi momentum guna membuka terjadinya
revitalisasi hubungan ekonomi antara kota dan desa. Secara bersama-sama, pembangunan juga
akan meningkatkan kemampuan pemerintah untuk mengelola masalah masalah
kemasyarakatan, mengendalikan kontroversi dan menanggapi popular demands. Dalam hal ini
Hasan Poerbo tampak serupa dengan Bryan dan White, yang menyebutkan bahwa
pembangunan pada hakekatnya merupakan pembangunan kelembagaan.