Karakteristik
Titik Leleh (OC)
Bilangan Ester (mg KOH/g)
Viskositas (cP)
Densitas
Nilai
4 32
133,98 191,0
5,99 1956
0,8509 0,8785
Biodiesel harus disimpan di dalam lingkungan yang tidak terkena matahari secara langsung, bersih dan kering.
Kebanyakan bahan bakar saat ini digunakan sebelum enam bulan penyimpanan, sedangkan biodiesel masih bisa digunakan
setelah enam bulan disimpan, bahkan biodiesel masih dapat digunakan lagi dalam waktu lebih dari enam bulan, tetapi hal ini
tergantung dari komposisi bahan bakar.
Negara yang membutuhkan methyl ester dalam jumlah yang besar sebagai minyak diesel adalah Italia, yang
membutuhkan 250.000 ton per tahun. Diperkirakan pada tahun mendatang, konsumsi dunia akan methyl ester akan
meningkat termasuk Indonesia.
1.1. Metode Proses
Biodiesel merupakan senyawa mono alkyl ester dari asam lemak rantai panjang yang diturunkan dari
sumber lipida yang dapat diperbaharui. Ada beberapa jenis proses pembuatan biodiesel, diantaranya adalah
sebagai berikut :
1.3.1. Metode Mikro Elmusi
Metode mikro emulsi merupakan salah satu upaya untuk menurunkan viskositas minyak nabati.
Metode ini dilakukan dengan melarutkan minyak nabati ke dalam larutan methanol, ethanol atau 1buthanol, tetapi menurut hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan alkohol yang digunakan
sebagai pengemulsi cukup besar, sehingga dapat menaikkan volatilitas dan menurunkan titik nyala.
1.3.2. Metode Pirolisis
Pirolisis adalah proses dekomposisi minyak nabati secara termal atau dapat juga menggunakan
bantuan katalis untuk memutuskan rantai hidrokarbon. Pemutusan rantai minyak nabati secara katalik
dilakukan dengan menggunakan katalis yang biasa digunakan pada pemutusan rantai minyak bumi, yaitu
SiO2 atau Al2O3 pada temperatur 450OC. Produknya kemudian difraksionasi untuk menghasilkan biodiesel
dan biogasoline. Pada pemutusan rantai katalik, temperature mempengaruhi selektivitas produk.
Semakin tinggi temperatur, fraksi ringan yang dihasilkan semakin banyak.
Keuntungan produk biodiesel dari metode ini adalah adanya kemiripan dengan struktur bahan bakar
diesel dari minyak bumi, tetapi kelemahan metode ini adalah karena prosesnya tidak boleh terdapat
oksigen, maka bahan bakar yang dihasilkan tidak teroksigenasi dan peralatan yang digunakan pada
metode ini relatif mahal.
1.3.3. Metode Transesterifikasi
Proses transesterifikasi adalah suatu proses reaksi kimia yang mempunyai sifat yang kuat dan
umum dimana alkohol monohydroxy linier bereaksi dengan trigliserida, dimana trigliserida dari zat asam
yang mengandung lemak, dimasukkan ke dalam katalisator. Unsur alkohol yang digunakan dalam proses
ini adalah methanol dan katalisatornya adalah NaOH. Kadar alkohol dalam proses transesterifikasi
adalah penting untuk memutuskan gliserin dengan asam lemak. Reaksi transesterifikasi dengan katalis
alkali lebih cepat dan lebih sering digunakan secara komersil dibandingkan dengan katalis asam.
Mekanisme reaksi transesterifikasi dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama adalah penyerangan
ikatan karbonil pada trigliserida oleh anion dari alkohol dan membentuk zat antara tetrahedral. Pada
tahap kedua, zat antara tetrahedral bereaksi dengan alkohol dan terbentuk anion dari alkohol. Pada
tahap akhir, zat antara tetrahedral mengalami transfer proton sehingga terbentuk ester dan alkohol.
Pada reaksi transesterifikasi yang menggunakan katalis alkali, bilangan asam dari minyak nabati
yang digunakan harus kurang dari satu. Jika bilangan asamnya lebih dari satu, maka minyak nabati yang
harus dinetralisir terlebih dahulu dengan menambahkan jumlah alkali sehingga basa yang digunakan
dapat berfungsi sebagai katalis dan penatralisir asam. Bilangan asam yang tinggi disebabkan oleh
adanya kandungan asam lemak bebas pada minyak nabati.
Ada beberapa proses transesterifikasi adalah sebagai berikut :
Proses transesterifikasi dengan proses batch
Proses ini menggunakan unit operasi dua tahap secara batch, tiap tahap terdiri atas tangki reaktor
dan tangki pengendapan sehingga sering disebut sistem pencampuran dan pengendapan.
Kelebihan proses ini adalah kualitas produk yang didapat cukup baik, tetapi produksi methyl
esternya tidak kontinyu.
Proses transesterifikasi kontinyu
Proses ini menggunakan kolom reaktor sentrifugal. Proses ini terdapat dua siklus tertutup, yaitu
tertutup alkohol dan siklus tertutup air untuk ekstraksi gliserol dan pemurnian dengan pencucian dari
ester.
Proses transesterifikasi Henkel
Proses ini menggunakan reaktor dari tangki pengendapan. Kondisi operasinya pada tekanan 9000
Kpa dan temperatur 240OC. Kelebihan proses ini adalah kualitas methyl ester relatif baik dengan
tingkat kemurnian tinggi dan warna minyak yang terang. Kekurangannya adalah konsumsi energi
yang besar.
Pada dasarnya, proses transesterifikasi bertujuan untuk menghilangkan kandungan gliserin dalam
minyak nabati karena jika dipanaskan, gliserin akan membentuk senyawa akrolein dan terpolimerisasi
menjadi senyawa plastis yang agak padat dan proses ini bertujuan juga untuk menurunkan viskositas
minyak nabati.
Dari beberapa metode pembuatan biodiesel dari minyak nabati, metode transesterifikasi adalah
metode yang sering digunakan karena relatif sederhana tanpa membutuhkan peralatan yang rumit dan
juga bahan bahan yang diperlukan dapat diperoleh dengan mudah. Maka dari itu, perancangan pabrik
biodiesel ini memilih proses transesterifikasi.
DASAR PERANCANGAN
2.1. Penjelasan Produk
Melihat sumber daya energi baru, seperti biodiesel menjadi arti penting pada tahun sekarang ini. Biodiesel yang
terbuat dari minyak sawit digunakan sebagai pengganti untuk petroleum-based diesel, karena biodiesel adalah sumber daya
energi yang dapat diperbahurui dan sumber energi yang ramah energi. Biodiesel atau methyl ester dengan rumus bangunnya
RCOOCH3 merupakan senyawa alkyl ester, yang mempunyai sifat fisiknya berbentuk cairan pada suhu kamar dan berwarna
kuning.
2.1.1. Produk Utama
Metode yang paling umum untuk menghasilkan biodiesel yang berupa methyl ester adalah dengan
metode Transesterify triacylglycerols, dimana minyak dengan alkohol ditambah dengan katalisator. Alkohol yang
digunakan adalah methanol. Penggunaan biodiesel pada mesin konvensional mampu mengurangi emisi dari
hydrocarbon yang tidak terbakar, CO, sulfat, dan hidrokarbon aromatis polisiklik.
Biodiesel dapat digunakan sebagai bahan bakar murni atau dicampur dengan petroleum dengan persentase
tertentu. B20 (campuran 20% volume biodiesel petroleum dengan 80% volume petroleum diesel) telah dibuktikan
menguntungkan bagi lingkungan. Sifat fisik biodiesel standar Jerman DIN V 51606 yang paling banyak dijadikan
acuan dapat dilihat pada table 2.1.
Table 2.1 Sifat fisik biodiesel standar Jerman Din V 51606
Parameter
Nilai
0,875 0,890
Flash Point, OC
110
Moisture, ppm
300
0,5
Total gliserol, %
0,25
Gliserol bebas, %
0,02
Kandungan fosfor, %
10
Kandungan methanol, %
0,3
Parameter
Nilai
Titik leleh, OC
18,17
14,9
0,33
Parameter
Nilai
63,4
1499
0,28
Komposisi (%)
Jenuh
Lauric
Myristic
1,4
Palmatic
40,1
Stearic
5,5
Aracidic
Other
Tak Jenuh
Palmitoleic
Oleic
42,7
Linoleic
10,3
Linolenic
Other
Parameter
Melting point, OC
Nilai
35
Densitas
0,915
Nilai Iodin
54,2
Nilai Saponifikasi
199,1
2.3.2. Methanol
Methanol atau methyl alkohol atau sering juga disebut carbinol merupakan larutan polar yang larut dalam
air, alkohol, ester dan pelarut organic lainnya. Methanol mempunyai rumus molekul CH 3OH adalah alkohol
aliphatic sederhana. Reaksinya ditentukan oleh gugus hydroxyl fungsional, sedangkan reaksi terjadi oleh gugus C
O atau O H.
Penggunaan methanol sebesar 85% digunakan sebagai bahan baku serta bahan pelarut sintetis. Dalam hal
ini methanol direaksikan dengan trigliserida akan menghasilkan methyl ester.
Methanol mempunyai sifat fisik sebagai berikut : tidak berwarna, mudah terbakar dan menguap, tidak
berbau, mudah larut dalm air, sangat polar, dengan spesifik gravitasi 0,7924 pada 20 OC, titik didihnya 64,5 OC,
titik eku -97,5OC dan flash point 12,2OC.
Keberadaan methanol dalam proses transesterifikasi adalah untuk memutuskan hubungan gliserin dengan
zat asam lemak.
2.3. Bahan Penunjang
2.3.1. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH) digolongkan dalam basa kuat. Oleh karena itu, NaOH sering digunakan
dalam menetralisasi suatu zat. NaOH atau lebih dikenal dengan kaustik soda atau soda api merupakan zat yang
larut dalam pelarut air, alkohol, dan juga dalam gliserol. NaOH memiliki dua macam bentuk, yaitu :
Padatan, biasanya berwarna putih dengan kadar konsentrasi 100%
Larutan, biasanya memiliki kadar konsentrasi, yaitu : 40%, 50% dan 70%
Adapun fungsi dari NaOH adalah :
Menetralkan asam
Sebagai bahan baku pembuatan sabun deterjen
Memisahkan unsur belerang dari minyak bumi
Membantu mengurangi zat warna dari kotoran yang berupa getah minyak bumi
Table 2.6 sifat fisik NaOH
Nilai
Berat Molekul, BM
40
BP, OC
142
12
1530
Viskositas, Ns/m3
80.000
20OC
40.000
30OC
15.000
40OC
3,24
Cp
0,65
Konsentrasi NaOH yang diperlukan tergantung pada perbandingan molar antara umpan dan methanol.
2.3.2. Asam Phospat (H3PO4)
Penambahan asam phospat (H3PO4) digunakan pada proses menetralisir NaOH, dimana reaksinya yaitu :
3NaOH + H3PO4 Na3PO4 + 3H2
Kapasitas
Negara
2002
2003
2004
2005
Jerman
450
715
1088
1900 2100
Perancis
366
357
502
600 800
Italia
210
273
419
500 550
Austria
25
32
100
150
Spanyol
70
70 80
Denmark
10
41
44
30 40
Inggris
15
250
Kapasitas produksi biodiesel yang dilakukan di pabrik ini, beroperasi pada tahun 2007 adalah 7895,32128 ton/tahun
dengan waktu operasi 24 jam penuh setiap hari dengan jumlah hari kerja 330 hari dalam setahun.