DISUSUN OLEH:
INGGITO IDHAR A.
ANDRE PRATAMA A.
ADITYA BAYU S.A
MUHAMAD ABIYYU.R
RIZKI ARI KURNIAWAN
FRANSCISCO PURBA
MOHAMMAD ALAM GUMELAR
(155120607111026)
(155120600111014)
(155120607111019)
(155120607111024)
(155120600111020)
(155120601111033)
(155120601111032)
ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul SISTEM KEBUDAYAAN DALAM ISLAM dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih pada Bapak Drs.
Abdul Halim rafie M.Ag selaku Dosen mata kuliah pendidikan agama islam yang
telah memberikan kami pengarahan untuk menyelesaikan tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai sistem kebudayaan dalam islam.Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya juga mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
PE
ND
A
H
UL
UA
N
B
A
B
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara
pesat ke seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis
Islam telah meletakkan nilai-nilai kebudayaannya.
Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya
manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal
manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa yang
telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang
menjadi sebuah peradaban.
Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang
mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani,
sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk
membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan
kebudayaan yang beradab atau perdaban Islam.
1.3TUJUAN PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
B
A
B
PE
M
BA
H
AS
AN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
Menurut ahli budaya, kata budaya merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
budi dan daya. Budi mengandung makna akal, pikiran, paham, pendapat, ikhtiar,
perasaan. Daya mengandung makna tenaga, kekuatan, kesanggupan. Jadi kebudayaan
berarti kumpulan segala usaha dan upaya manusia yang dikerjakan dengan
mempergunakan hasil pendapat untuk memperbaiki kesempurnaan hidup (Sidi
Gazalba, 1998 : 35).Oleh karena itu, jika kita membicarakan kebudayaan berarti kita
membicarakan kehidupan manusia dengan segala aktivitasnya. Dengan melakukan
berbagai kegiatan dan aktivitasnya manusia berusaha dengan daya upaya serta dengan
kemampuan yang dimilikinya untuk mengerjakan sesuatu guna kesempurnaan hidup.
Kesempurnaan hidup itu dapat dicapai jika manusia mampu menggunakan akal
budinya dengan baik.
Kebudayaan adalah alam pikiran atau mengasah budi. Usaha kebudayaan
adalah pendidikan. Kebudayaan adalah pergaulan hidup diantara manusia dengan
alam semesta. Boleh jadi kebudayaan adalah usaha manusia melakukan tugas hidup
sebagai khalifah fil ardli (wakil Tuhan di bumi).
A.L. Kroeber dan Clyde Kluckhohn, telah mengumpulkan kurang lebih 161 definisi
tentang kebudayaan (Musa Asyari.1992) secara garis besar definisi sebanyak itu
dapat dikelompokkan dalam enam kelompok, sesuai dengan sudut pandang mereka.
Kelompok pertama melihat dan pendekatan historis, kedua dari pendekatan normatif
oleh Ralph Linton, ketiga dari pendekatan psikologi oleh Kluckkhonh,keempat dari
pendekatan structural oleh Turrney, kelima dari pendekatan genetik oleh Bidney dan
keenam dengan pendekatan deskriptif oleh Taylor.
Dilihat dari berbagai tujuan dan sudut pandang tentang definisi kebudayaan,
menunjukkan bahwa kebudayaan itu merupakan suatu persoalan yang sangat luas,
namun esensinya adalah bahwa kebudayaan itu melekat dengan diri manusia. Artinya,
manusialah itu pencipta kebudayaan. Kebudayaan itu hadir bersama dengan kelahiran
manusia sendiri. Dari penjelasan tersebut kebudayaan itu dapat dilihat dari dua sisi,
yaitu kebudayaan sebagai suatu proses dan kebudayaan sebagai sutau produk.
Al Quran memandang kebudayaan itu merupakan suatu proses, dan
meletakkan kebudayaan sebagai eksistensi hidup manusia. Kebudayaan merupakan
suatu totalitas kegiatan manusia yang meliputi kegiatan akal hati dan tubuh yang
menyatu dalam suatu perbuatan. Oleh karena itu, secara umum kebudayaan dapat
dipahami sebagai hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia. Ia tidak
mungkin terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan, namun bisa jadi lepas dari nilai-nilai
ketuhanan.
Kebudayaan Islam adalah hasil akal, budi, cipta rasa, karsa dan karya manusia
yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia
untuk berkiprah dan berkembang. Hasil akal, budi rasa dan karsa yang telah terseleksi
oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal berkembang menjadi sebuah
peradaban.
Dalam perkembangannya kebudayaan perlu dibimbing oleh wahyu dan
aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber
dari nafsu hewani dan setan, sehingga akan merugikan dirinya sendiri. Di sini agama
berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga
menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islami.
Oleh karena itu, misi kerasulan Muhammad SAW sebagaimana dalam sabdanya:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak. Artinya Nabi
Muhammad SAW, mempunyai tugas pokok untuk membimbing manusia agar
mengembangkan kebudayaan sesuai dengan petunjuk Allah.
Awal tugas kerasulan Nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan Islam yang
kemudian berkembang menjadi peradaban Islam. Ketika dakwah Islam keluar dan
Jazirah Arab, kemudian tersebar ke seluruh dunia, maka terjadilah suatu proses
panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya setempat dengan nilai-niali Islam itu
sendiri, kemudian menghasilkan kebudayaan Islam, kemudian berkembang menjadi
suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
sejarah intelektual. Untuk melihat sejarah intelektual dunia Islam, maka harus
melacaknya ke belakang pada perkembangan filsafat di Yunani.
Begitu pula sejarah perkembangan ilmu pengetahuan di Barat. Ilmu
pengetahuan di Barat berkembang terutama setelah abad pertengahan. Untuk melihat
bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan di Barat, maka harus dilacak ke
belakang, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Yunani. Orang-orang
Barat pada masa itu banyak mempelajari pemikiran-pemikiran dari para
cendeikiawan Muslim, seperti ilmu kedokteran dari Ibnu Sina, sehingga di Barat
nama Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicena. Kajian tentang perkembangan ilmu
pengetahuan di Barat dapat merupakan tema dalam sejarah intelektual.Salah satu
tokoh terkenal dalam sejarah intelektual adalah Ibnu sina.
Adapun tradisi intelektual dalam islam yaitu :
bisa menjawabnya. Pada zaman nabi, masjid digunakan untuk mensucikan jiwa kaum
muslimin, mengajarkan Al Qur'an dan Al Hikmah, bermusyawarah untuk
menyelesaikan berbagai macam persoalan kaum muslim pada zaman tersebut,
membina sikap dasar kaum muslimin terhadap perang yang berbeda agama atau ras,
hingga upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru dari masjid. Pada
zamannya masjid dijadikan simbol persatuan umat Islam. Selama sekitar 700 tahun
sejak nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh dan orisinil
sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Pada dasarnya, sekolah-sekolah dan
universitas-universitas pun kemudian bermunculan justru dari masjid. Sebagai salah
satu contoh adalah Masjid Al Azhar di Kairo, Mesir. Masjid ini sangat dikenal luas
oleh kaum muslimin Indonesia. Masjid ini mampu memberikan beasiswa bagi para
pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan pun merupakan program
nyata yang secara kontinyu dilaksanakan masjid ini.
Tetapi lain halnya dengan saat ini, sekarang kita akan sangat sulit menemukan
masjid-masjid yang memiliki program nyata dibidang pencerdasan keberagamaan
umat. Kita mungkin tidak akan menemukan masjid yang memiliki kurikulum
terprogram dalam pembinaan keberagamaan umat, lebih-lebih lagi masjid yang
menyediakan beasiswa dan upaya pengentasan kemiskinan. Dalam perkembangan
berikutnya muncul kelompok-kelompok yang sadar untuk mengembalikan fungsi
masjid sebagaimana mestinya. Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan pentingnya
peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jamaahnya. Menurut ajaran
dalam Islam, masjid memiliki dua fungsi utama yaitu :
1). Sebagai pusat ibadah ritual.
2). Sebagai pusat ibadah sosial.
Dari kedua fungsi tersebut titik sentralnya, bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai
pusat pembinaan umat islam.
10
yang ideal berdasarkan pada hal-hal yang biasa terjadi dan berkaitan dengan yang
aktual. Sistem Islam menerapkan dan menjanjikan perdamaian dan stabilitas
dimanapun manusia berada, karena pada hakikatnya manusia memiliki kedudukan
yang sama di hadapan Allah SWT, yang berbeda justru hanya terletak pada unsurunsur keimanan dan ketakwaannya saja.
Perkembangan kebudayaan Islam membutuhkan petunjuk wahyu berupa firmanfirman Allah SWT yang terdapat di dalam Al Quran, dan diperlukan seorang
pemimpin umat yaitu Rasulullah saw, serta bertujuan hanya untuk beribadah kepada
Allah semata-mata. Islam dalam hal ini, bermanfaat untuk memberikan petunjuk
kepada manusia dalam upaya agar dapat menumbuhkembangkan akal budi, sehingga
memperoleh
kebudayaan
yang
memenuhi
aturan-aturan
dan
norma-norma
11
sistem agama yang disebut dengan sistem ibadat, hubungan manusia dengan diri
sendiri menimbulkan sistem antropologi yang disebut dengan sistem takwa,
hubungan manusia dengan manusia lain dan alam semesta menimbulkan sistem
kebudayaan disebut dengan sistem muamalat, kemudian menjadi wadah kebudayaan
yaitu kebudayaan Islam. Islam bukan saja agama, namun Islam juga kebudayaan,
maka Islam adalah segala sesuatu yang melingkupi semua kehidupan umat manusia;
dengan demikian Islam dapat dikategorikan sebagai way of life atau cara (sikap)
hidup. Dengan kata lain Islam adalah kesatuan kehidupan orang-orang Islam. Pusat
kehidupan orang-orang Islam adalah masjid, maka masjid merupakan pusat ibadat
dan kebudayaan Islam pada khususnya serta pusat kehidupan Islam pada umumnya.
B
A
B
3
12
PE
NU
TU
P
13
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Kebudayaan yang Islami adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya
manusia yang tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan. Hasil olah yang universal
berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam perkembangannya, perlu dibimbing
oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi
yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan diri manusia sendiri. Di
3.2 SARAN
1.Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan Sistem Kebudayaan Islam di Indonesia dan dapat pula mengerti dan
paham tentang konsep kebudayaan islam di indonesia.
2.Penulisan makalah ini tidak lepas dari yang namanya konsep dan sebuah rujukan
yang dijadikan bahan penulisan makalah. Untuk itu kami mohon kepada Bapak
pembimbing mata kuliyah pendidikan agama islam (PAI) agar mengajarkan kepada
para pelajar khususnya bagi mahasiswa agar tidak melanggar dari norma-norma
agama yang sudah ditetapkan, karena selain merugikan diri sendiri juga akan
merugikan orang lain.
14
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen PAI UNM.2006.Reorientasi Pendidikan Islam: Menuju Pengembangan
Kepribadian Insan Kamil.Malang:Hilal Pustaka
Tim Dosen PAI UB.2006.Buku Daras Pendidikan Agama Islam.Malang:PPA UB
Gazalba,Sidi.1975.Mesjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam.Jakarta:Pustaka
Antara
Aminuddin, dkk. 2002. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta: Ghalia Indonesia
http://ssbelajar.co.id/2013/09/sejarah-intelektual.html