Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGEMBANGAN WILAYAH


ACARA III
EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN DAN ARAHAN
PEMANFAATAN LAHAN
(GKP 0213)

Disusun oleh:
Nama

: Yan Nur Hidayat

NIM

: 12/334173/GE/07410

Hari/Pukul : Selasa/09.00-10.40
Asisten

: 1. Seno Aji P
2. Hidayat Akhyar

LABORATORIUM PENGINDERAAN JAUH TERAPAN


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

I.
II.

III.

IV.

Judul
Evaluasi Kemampuan Lahan dan Arahan Pemanfaatan Lahan
Tujuan
Melatih praktikan untuk dapat melakukan survey dan ekstraksi informasi
medan sebagai dasar arahan pemanfaatan
Alat dan Bahan
1. Citra Landsat sebagian DI Yogyakarta
2. OHP marker
3. Transparansi
Tinjauan Pustaka
Menurut Liliesand dan Kiefer (1997), penginderaan jauh adalah
ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau
fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa
kontak langsung dengan obyek, daerah atau fenomena yang dikaji. Karena
tanpa kontak langsung, diperlukan media supaya obyek atau gejala
tersebut dapat diamati dan didekati oleh si penafsir. Media ini berupa
citra (image, atau gambar). Citra dapat diperoleh melalui perekaman
fotografis, yaitu pemotretan dengan kamera; dan dapat pula diperoleh
melalui perekaman nono-fotografis, misalnya dengan pemindai atau
penyiam (scanner). Perekaman fotografis menghasilkan foto udara,
sedangkan perekaman lain menghasilkan citra non-foto. Citra foto udara
selalu berupa gambar tercetak yang diproduksi dari master rekaman yang
berupa film. Citra non-foto biasanya terekam secara digital dalam format
asli, dan memerlukan computer untuk interpretasinya.
Citra yang didapat dari kegiatan penginderaan jauh kemudian dapat
dimanfaatkan untuk kegiatan analisis medan analisis medan merupakan
kegiatan yang dilakukan memahami karakteristik fisik yang ada
dilapangan mencakup ketinggian titik, lembah, kemiringan lereng, tanah
dan topografi (Tim, 2015). Analisis ini kemudian dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan sebuah wilayah yang didasarkan pada karakteristik
dilapangan. Kegiatan ini penting dilakukan sebagai salah satu langkah
awal untuk observasi wilayah sehingga seorang perencana dapat
menentukan sebuah model pengembangan yang sesuai dengan kondisi
fisik wilayah. Pengembangan wilayah merupakan rangkaian usaha untuk
mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumberdaya dan
menyeimbangkan pembangunan wilayah, serta meningkatkan keserasian

antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses


penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan wilayah
V.

yang berkelanjutan (Harianto, 2007)


Diagram Alir
Alat dan Bahan

Pembuatan peta tentative


satuan medan kemudian
membuat IPL (Indeks Potensi
Lahan)

Pembuatan peta tentative


satuan medan kemudian
membuat kelas kemampuan
lahan

Peta tentatif IPL dan


Kemampuan Lahan, tabel
skoring dan matching
Analisis tentang informasi medan
terhadap pemanfaatan lahan
sesuai peruntukan

Ulasan tentang informasi


medan terhadap pemanfaatan
lahan sesuai peruntukan

= input data
= proses
= hasil sementara

= hasil akhir
VI.

VII.

Hasil Praktikum
1. Peta tentatif satuan medan pada transparansi dan HVS (terlampir)
2. Peta tentatif Penggunaan Lahan pada transparansi (terlampir)
3. Peta Tentative IPL pada transparansi dan HVS (terlampir)
4. Peta tentative Kemampuan Lahan pada transparansi dan HVS
(terlampir)
5. Tabel metode skoring dan matching (terlampir)
Pembahasan
Informasi suatu medan dapat dimanfaatkan dalam perencanaan
suatu wilayah. Informasi medan tidak hanya dilihat dari aspek fisik saja,
tetapi kimia dan kultural juga penting untuk diperhatikan. Salah satu
penerapan dalam pemanfaatan informasi medan untuk perencanaan
wilayah adalah mengetahui indeks potensi suatu lahan dan evaluasi
kemampuan lahan. pembuatan indeks potensi lahan digunakan metode
skoring dan untuk kemampuan lahan digunakan metode matching.
Pengginaan metode skoring dilakukan dengan memberikan harkat.
Parameter yang digunakan meliputi relief, lereng, tekstu tanah, kedalaman
tanah, keterdapatan air permukaan, air tanah dan kerawanan bencana.
Pengisian harkat tersebut berdasarkan pada satuan bentuk lahan yang
dibuat. Dalam memberikan harkat, mempertimbangkan local knowledge
karena sangat subjektif. Identifikasi satuan bentuk lahan menghasilkan 13
satuan bentuklahan dari 3 bentuklahan utama yaitu denudasional, vulkanik
dan fluvial.
Hasil yang diperoleh adalah kelas IPL terbegi menjadi rendah,
sedang dan tinggi. Potensi tertinggi hanya terdapat di wilayah fluvial,
sedangkan sebagian besar vulkan cenderung rendah hingga sedang sama
dengan bentuk lahan denudasional. Informasi yang dapat diambil adalah
penggunaan lahan yang dapat digunakan secara terus menerus dan
bermacam macam berada pada karakteristik wilayah fluvial. Dibandingkan
dengan bentuk lahan yang lain, bentuk lahan fluvial memiliki potensi air
yang berlimpah dibandingkan bentuk lahan yang lain meskipun asal dari
recharge area berada di gunung gunung. Selain itu kondisi tanah juga
sangat potensial untuk ditanami dan kerawanan becana sangat minim.

Metode matching merupakan salah tau metode kualitatif dalam


menentukan suatu klas baru. Dalam metode ini penggunaan parameter
untuk membuat kelas kemampuan lahan meliputi tekstur, pH, kedalaman,
drainase, lereng, bahan bakar, erosi dan bahaya banjir. Pendugaan karakter
ini didasarkan pada tabel klasifikasi kemampuan lahan. pemberian
keterangan harus disesuaikan dengan karkteristik bentuk lahan. akan tetapi
setiap peneliti akan memiliki nilai variabel yang berbeda beda sehingga
dibutuhkan jam terbang dan kemampuan pengetahuan yang tinggi agar
didapat hasil yang akurat. Hasil yang didapatkan memunculkan rentang
kelas I, II, IV, V, VI, VII dan VIII pada setiap satuan bentuk lahan.
semakin rendah kelas maka kemampuan lahan untuk dimanfaatkan
semakin kecil. Sebagai Contoh pada wilayah kerucut gunung api kelas
kemampuan lahan adalah VIII, peruntukan yang sesuai dengan area
tersebut adalah cagar budaya atau hutan lindung, karena area tersebut
VIII.

sebagai recharge area untuk wilayah dibawahnya.


Kesimpulan
1. IPL atau indeks potensi lahan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya
yang memiliki indeks paling tinggi berada di wilayah fluvial
karena wilayah yang datar, air yang berlimpah dan bencana yang
minim memberikan faktor penting untuk lahan yang berpotensial
dimanfaatkan untuk manusia.
2. Kemampuan Lahan di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya
cenderung bervariasi dan sebagian besar hasil kelas sesuai dengan
penggunaan lahan yang sekarang meskipun ada sebagian kecil
yang berbeda seperti kelas VII yang peruntukannya non pertanian
tetapi masih ada sawah sawah disana.
Daftar Pustaka
Hariyanto. 2007. Konsep Pengembangan

Wilayah dan Penataan

Ruang Indonesia. Jurnal Geografi Volume 4 No 1


Kiefer, Lillesand, 1997, Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra,
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tim, Asisten Praktikum. 2015. Modul Praktikum Penginderaan Jauh
untuk Pemnegmbangan Wilayah. Yogyakarta. Fakultas Geografi
UGM

Anda mungkin juga menyukai