Anda di halaman 1dari 15

Foto: http://tinyurl.

com/a9kd5f5

Membangun Kerukunan
Umat Beragama

guna Terwujudnya Harmonisasi Kehidupan


Masyarakat dalam Rangka Ketahanan Nasional
LATAR BELAKANG
Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
Kemajemukan tersebut adalah anugerah,
namun juga dapat berpotensi menimbulkan
masalah apabila tidak dikelola dengan
baik. Salah satu masalah berkaitan dengan
kemajemukan bangsa Indonesia adalah
dalam hal kehidupan beragama. Kerukunan
hidup antar atau internal umat beragama di

122

Indonesia sangat penting karena agama bagi


masyarakat Indonesia adalah sistem acuan
nilai (system of referenced values) yang
menjadi dasar dalam bersikap dan bertindak
bagi para pemeluknya.
Dalam perspektif sosial budaya, agama
tidak terlepas dari masyarakat tempat para
pemeluk agama yang bersangkutan berada.
Agama berfungsi sebagai sistem pengetahuan

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

Sosbud
dan keyakinan untuk menjalani kehidupan
di dunia dan kesiapan untuk memasuki
kehidupan di akhirat. Karena fungsi agama
seperti itulah, maka agama dianggap
sebagai roh dari kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, agama dapat menjadi
perekat kedamaian, tetapi agama juga dapat
menimbulkan ketegangan dan kekerasan
sosial.

menganut beberapa macam agama dan


kepercayaan?
b. Bagaimana cara mencegah dan
mengatasi kekerasan sosial yang berlatar
belakang agama di Indonesia?
c. Bagaimana cara mencegah atau
mengurangi penggunaan simbol-simbol
agama oleh kelompok masyarakat
untuk kepentingan tertentu yang dapat
menimbulkan konflik sosial?

Masalah yang berlatar belakang agama


antara lain dipicu oleh konflik atau kekerasan
antar atau internal umat beragama karena
perbedaan keyakinan
ANALISIS DAN UPAYA
atau akidah,
a. Umum
pendirian tempat
ibadah, perebutan
Indonesia adalah bangsa yang
Indonesia adalah
tempat ibadah
majemuk. Kemajemukan tersebut
bangsa dan negara
dan penggunaan
adalah anugerah, namun juga dapat yang serba beragam
simbol-simbol agama
(bhinneka) baik dalam
berpotensi menimbulkan masalah
untuk kepentingan
suku, etnik, agama
tertentu sehingga
apabila tidak dikelola dengan baik.
maupun golongan,
menimbulkan reaksi
Salah satu masalah berkaitan dengan adat istiadat,
atau penolakan
kemajemukan bangsa Indonesia
bahasa daerah,
serta perlawanan
budaya daerah,
adalah dalam hal kehidupan
dari kelompok yang
tingkat pendidikan
beragama. Kerukunan hidup antar
lain. Konflik antar
serta tingkat
dan internal umat
atau internal umat beragama di
kesejahteraan dan
beragama masih
Indonesia sangat penting karena
tingkat partisipasinya.
terjadi di Indonesia.
Bangsa Indonesia
agama
bagi
masyarakat
Indonesia
Kekerasan sosial
telah bersatu hampir
adalah
sistem
acuan
nilai
(system
seperti itu sangat
tujuh dekade dalam
of referenced values) yang menjadi
tidak sesuai dengan
Negara Kesatuan
ajaran agama apapun
dasar dalam bersikap dan bertindak
Republik Indonesia.
yang dianut oleh para
bagi para pemeluknya.
Keberagaman bagi
pelaku kekerasan
bangsa Indonesia
sosial itu sendiri.
adalah rahmat dan
Selain itu kekerasan
karena itu harus
sosial juga menunjukkan dangkalnya
disyukuri sebagai kekayaan bangsa
pemahaman para pelaku kekerasan terhadap
Indonesia. Namun jika bangsa Indonesia
ajaran agama dan hancur-leburnya ketaatan
gagal mengelola kebhinnekaan itu, maka
hukum masyarakat pelaku kerusuhan sosial.
yang terjadi adalah disintegrasi bangsa.
Apabila fenomena kekerasan sosial yang
Oleh karenanya seluruh komponen
berlatar belakang agama tidak segera diatasi
bangsa harus bersatu padu menjaga
maka akan berdampak negatif terhadap
kebhinnekaan itu sebagai kekayaan dan
ketahanan nasional yang akhirnya akan
modal dasar dalam pencapaian tujuan
berpengaruh pada tegak dan utuhnya NKRI.
nasional.
PERMASALAHAN
a. Bagaimana cara meningkatkan kerukunan
hidup beragama di tengah pluralisme
masyarakat Indonesia yang mengakui dan

Indonesia bukan negara agama tetapi


juga bukan negara sekuler. Keunikan
ini memiliki kelebihan dan kekurangan
karena agama-agama dapat hidup
dan berkembang dengan baik dijamin

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

123

Sosbud
oleh undang-undang. Keanekaragaman
tersebut apabila tidak dikelola dengan
baik mengandung potensi konflik
dan konflik itu akan mengganggu
terwujudnya kerukunan hidup beragama
di Indonesia.

dan menjadikan Islam di Indonesia


menjadi ajaran yang akomodatif.
Sifat ini menjadikan pemeluk Islam
di Indonesia lebih toleran dan
terbuka. Namun pada sisi yang lain,
sikap akomodatif ini menimbulkan
sinkretisme dengan nilai-nilai yang
tidak islami. Akibatnya munculah
politik aliran dan kelompok-kelompok
sosial keagamaan dan yang terakhir
adalah aliran-aliran Islam yang begitu
banyak muncul pada masa reformasi.

Dalam kehidupan beragama, ada


peningkatan daya kritis umat dan pada
saat yang sama ada kebebasan masuknya
ideologi baru yang disebut gerakan
transnasional. Implikasinya ketegangan
sering muncul, sehingga diperlukan
upaya sistematis berjangka panjang dan
berkesinambungan.
b. Analisis Strategik (Astagatra)
Kondisi objektif kerukunan hidup
antarumat beragama di Indonesia yang
ditandai oleh banyaknya permasalahan
yang berakhir dengan kekerasan sosial
dapat dilihat dari aspek asta gatra yang
terkait langsung dengan kehidupan
berbangsa, bermasyarakat dan
bernegara, sebagai berikut:
1) Aspek Geografi
Letak geografi Indonesia yang
sangat strategis berada di antara
dua samudra dan dua benua serta
dilintasi jalur lalu lintas laut selat
Malaka yang ramai. Posisi tersebut
menempatkan Indonesia sebagai
jalur lalu lintas ekonomi dunia yang
penting dan menjadi perhatian
beberapa negara. Aspek negatif dari
kondisi geografis Indonesia ini adalah
munculnya kepentingan negaranegara maju untuk memanfaatkan
posisi strategis tersebut untuk tujuan
politik, ekonomi, keamanan dan
penyebaran agama, baik dengan
cara campur tangan, intervensi atau
invasi jika memungkinkan.

bersatu hampir tujuh dekade dalam


Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keberagaman bagi bangsa Indonesia
adalah rahmat dan karena itu
harus disyukuri sebagai kekayaan
bangsa Indonesia. Namun jika
bangsa Indonesia gagal mengelola
kebhinnekaan itu, maka yang
terjadi adalah disintegrasi bangsa.
Oleh karenanya seluruh komponen
bangsa harus bersatu padu menjaga
kebhinnekaan itu sebagai kekayaan
dan modal dasar dalam pencapaian
tujuan nasional.

Dengan memanfaatkan
arus globalisasi sebagai media,
kepentingan negara-negara maju
itu menyusup ke seluruh aspek
kehidupan bangsa. Letak geografi
Indonesia yang strategis itu menjadi
sangat penting dalam siar agama.
Dalam satu hal masuknya Islam ke
Indonesia menimbulkan pluralisme

124

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

Munculnya organisasi-organisasi
Islam seperti Muhammadiyah (1912),
Syarikat Islam (1912), Nahdatul
Ulama (1920) dan lain sebagainya
pada awalnya adalah karena
keinginan untuk menjaga kemurnian
ajaran Islam dari pengaruh-pengaruh
religiositas/budaya lokal. Namun
akhirnya perbedaan dan persaingan
di antara kelompok-kelompok itu
tidak dapat dihindari. Munculnya
banyak kelompok sosial keagamaan
Islam di Indonesia mengakibatkan
di internal umat beragama sendiri
ada kecenderungan umum untuk
melakukan klaim kebenaran atas
agama yang diikuti secara sepihak.
Klaim yang sepihak tersebut akan

Sosbud
mudah melahirkan pilahan sosial
yang cenderung menimbulkan
perbedaan pemahaman, penyikapan
dan tindakan kekerasan/anarkisme
seperti yang dialami oleh umat
Ahmadiyah di berbagai tempat di
Indonesia.
2) Aspek Demografi
Jumlah penduduk Indonesia yang
saat ini mencapai 237,6 juta jiwa
(survei BPS tahun 2010) merupakan
modal dasar untuk melaksanakan
pembangunan nasional. Namun
karena penyebaran penduduk yang
tidak merata, jumlah penduduk
miskin yang masih sangat besar,
tingkat pengangguran yang masih
tinggi dan pendidikan masyarakat
yang relatif masih rendah, maka
kondisi ini akan menjadi potensi
dan daya dukung bagi para elite
untuk memperalat masyarakat
miskin. Dalam hal ini, dapat dilihat
betapa mudahnya masyarakat
dipengaruhi dan digerakkan untuk
melakukan tindakan kekerasan
karena perbedaan pemahaman
ajaran agama dan praktik beribadah.
Selain itu masyarakat miskin juga
sangat rentan dijadikan amunisi dan
operator untuk melakukan kekerasan
sosial akibat digunakannya agama
bagi kepentingan ekonomi, politik
dan ideologi.
Jumlah penduduk Indonesia
menempati ranking ke-4 dari total
jumlah penduduk terbesar di dunia
yang terdiri dari 265 macam etnik
dengan berbagai bahasa lokal yang
digunakan dan memeluk enam
agama besar (Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha dan Khonghucu) yang
diakui oleh negara. Perbedaan ini
seharusnya tidak akan menjadikan
sumber perpecahan, justru dapat
menjadi kekayaan/aset negara
yang saling melengkapi dan saling
bersinergi.
Perseteruan, konflik, saling
bersitegang, saling bermusuhan
haruslah dapat diakhiri sehingga

kedamaian dan keamanan dapat


diwujudkan. Memang tidak mudah
mengharapkan agar tumbuh
keharmonisan dalam perbedaan,
khususnya dalam perbedaan
agama. Seharusnya semua saling
menghormati karena pada dasarnya
manusia memiliki hak untuk memilih
dan menjalankan agamanya masingmasing. Disinilah tugas pemerintah
untuk mewujudkan harmonisasi
kehidupan masyarakat beragama.
3) Aspek Sumber Kekayaan Alam
Kondisi geografis Indonesia yang
sangat luas dan memiliki sumber
kekayaan alam yang melimpah
akan menarik orang-orang,
kelompok, dan negara asing untuk
memanfaatkan/mengeksploitasi
kekayaan alam tersebut secara tidak
sah. Pemanfaatan sumber kekayaan
alam ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, termasuk dengan
pendekatan terhadap pemimpin
agama. Hubungan pemimpin agama
nonformal dan formal harus selalu
ditingkatkan untuk bersama-sama
menjaga dan memanfaatkan sumber
kekayaan alam yang kita miliki
untuk kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia. Eksploitasi sumber
kekayaan alam untuk penyebaran
agama dan kegiatan keagamaan lain
yang dapat mengganggu kerukunan
hidup beragama di Indonesia harus
dihentikan. Sebaliknya harus
diupayakan kehidupan keagamaan
yang harmonis untuk menjaga
pelestarian sumber kekayaan alam
Indonesia.
4) Aspek Ideologi
Pancasila adalah landasan
idiil yang menjadi satu-satunya
dasar negara dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Akhir-akhir ini ada
usaha dari kelompok kecil dalam
masyarakat yang ingin mengubah
nilai-nilai dasar Pancasila dan
mengembangkan primordialisme
sempit berdasarkan agama, etnik dan

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

125

Sosbud
golongan serta pemaksaan ideologi
asing kepada masyarakat. Gerakan
ini di samping membahayakan

Akhir-akhir ini ada usaha dari


kelompok kecil dalam masyarakat
yang ingin mengubah nilai-nilai
dasar Pancasila dan mengembangkan
primordialisme sempit berdasarkan
agama, etnik dan golongan
serta pemaksaan ideologi asing
kepada masyarakat. Gerakan
ini di samping membahayakan
kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, juga akan
mempersulit usaha pemerintah dan
pemberdayaan masyarakat untuk
menciptakan kerukunan hidup
beragama di Indonesia.

kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, juga akan
mempersulit usaha pemerintah dan
pemberdayaan masyarakat untuk
menciptakan kerukunan hidup
beragama di Indonesia.
Sejak awal kemerdekaan
Indonesia, perdebatan antara
golongan nasionalis dan agama
mengenai landasan ideologi negara
sudah ada. Gerakan nasionalis
menghendaki negara kesatuan,
sedangkan golongan Islam
menghendaki dimasukkannya nilainilai Islam sebagai dasar negara.
Setelah melalui perdebatan panjang
akhirnya dicapai kata sepakat bahwa
Indonesia menjadi negara kesatuan.
Dengan demikian negara bukan
berdasarkan agama (negara terpisah
dengan agama).
Keputusan yang merupakan
kesepakatan itu tertuang dalam
dokumen Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) yang kemudian dituangkan

126

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

dalam Undang-Undang Dasar


1945. Di dalamnya tercantum
penjelasan sila pertama Pancasila
yang berbunyi dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi
pemeluk-pemeluknya. Namun
dalam perdebatan selanjutnya
rumusan tujuh kata itu ditolak oleh
kalangan nonmuslim dan didukung
oleh sarjana muslim didikan Barat,
seperti Husein Djayadiningrat, karena
akan menimbulkan fanatisme dalam
menjalankan syariat Islam. Akhirnya
tercapai kesepakatan baru untuk
mempertahankan negara kesatuan
tanpa merujuk kepada ajaranajaran dan nilai-nilai Islam. Rumusan
tujuh kata itu akhirnya hilang dari
Pembukaan UUD 1945 sebagaimana
yang kita kenal sekarang ini.
Kegagalan para politisi Islam
dalam memperjuangkan tujuh
kata yang dianggap sebagai simbol
penegakan ajaran dan nilai-nilai
Islam menimbulkan kekecewaan
yang mendalam dalam diri kalangan
Islam militan. Pada tahun 1948
S.M. Kartosuwiryo memberontak
dengan memploklamasikan Negara
Islam Indonesia (NII) di Jawa Barat.
Salah satu alasannya adalah karena
pemerintah Indonesia menolak Islam
sebagai dasar negara. Penolakan itu
dipandang sebagai simbol kekalahan
umat Islam dari kalangan sekuler.
Tuntutan penerapan syariat Islam
di Indonesia muncul kembali setelah
masa Orde Baru. Pada era reformasi
ini, beberapa kelompok Islam
menuntut kembali diterapkannya
syariat Islam sebagai dasar dan
ideologi negara. Sementara itu,
organisasi Islam ada yang tidak
mempersoalkan penerapan
syariat Islam, karena yang lebih
dipentingkan adalah berlakunya nilai
dan substansi ajaran agama di dalam
kehidupan sosial yang pluralistik.
Dalam konteks Indonesia,
Pancasila yang digunakan sebagai
dasar negara tidak perlu dipersoalkan

Sosbud
karena (1) roh dari lima dasar
Pancasila itu sendiri selaras
dengan substansi ajaran agama (2)
penggunaan Pancasila dan bukan
agama (Islam) adalah pilihan yang

seperti ini juga harus kita tolak


karena Indonesia adalah negara
berdaulat yang tidak berada di
bawah pengaruh dan kekuasaan
bangsa lain.

Foto: http://tinyurl.com/a63dbmc

tepat untuk menjaga persatuan


dan kesatuan masyarakat Indonesia
yang pluralistik. Pemilihan Pancasila
didasari keyakinan bahwa Islam sama
sekali tidak mewajibkan kepada
umatnya untuk menjadikan Islam
sebagai ideologi negara.
Selain adanya keinginan
sekelompok orang yang ingin
mengubah ideologi negara dengan
ideologi Islam, juga ada sekelompok
orang yang memperjuangkan ideologi
transnasional atau yang lebih
dikenal sebagai Khilafah Islamiyah.
Ideologi ini menghendaki adanya
kepemimpinan tunggal berdasar
syariat Islam di tingkat dunia. Ini
berarti bahwa umat Islam di seluruh
dunia bersatu padu di bawah satu
kepemimpinan global. Keinginan

Tuntutan penerapan syariat Islam di


Indonesia muncul kembali setelah
masa Orde Baru. Pada era reformasi
ini, beberapa kelompok Islam
menuntut kembali diterapkannya
syariat Islam sebagai dasar dan
ideologi negara.

5) Aspek Politik
Reformasi yang bergulir sampai
sekarang ini cenderung kebablasan
dan telah menimbulkan konflik di
tingkat elite politik maupun dalam
kelompok masyarakat sehingga
menimbulkan kerawanan politik.
Selain itu tuntutan masyarakat

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

127

Sosbud
yang ingin segera menikmati hasil
reformasi mendorong munculnya
sikap ketidakpercayaan dan saling
menyalahkan. Salah satu dampak
negatif dari reformasi dewasa ini
ialah munculnya ketidakpercayaan
terhadap pemimpin agama yang
belum juga mampu mengantar
masyarakat menuju harmonisasi
kehidupan beragama yang lebih
baik. Kondisi ini mendorong perlunya
memantapkan peran pemimpin
agama di Indonesia.

keagamaannya dinodai atau dihina


orang atau kelompok lain, maka
akan dibela atau diperjuangkan
dengan nyawa sebagai taruhannya.
Dalam hal ini yang menjadi persoalan
ialah dipergunakannya dogma
tersebut oleh oknum tertentu untuk
menggerakkan massa demi mencapai
ambisi atau tujuan politiknya.
Kondisi masyarakat Indonesia relatif
masih rendah tingkat pendidikan dan
kemampuan ekonominya sehingga
dengan mudah mereka diperalat
untuk melakukan kekerasan atas

Salah satu hal menonjol dalam

Reformasi yang bergulir sampai sekarang ini cenderung kebablasan dan


telah menimbulkan konflik di tingkat elite politik maupun dalam kelompok
masyarakat sehingga menimbulkan kerawanan politik. Selain itu tuntutan
masyarakat yang ingin segera menikmati hasil reformasi mendorong
munculnya sikap ketidakpercayaan dan saling menyalahkan.

bidang politik dalam kaitannya


dengan agama di Indonesia akhirakhir ini adalah dimanfaatkannya
agama sebagai ideologi dan sarana
pencapaian tujuan politis seseorang
atau kelompok tertentu. Dalam
politik Indonesia sekarang ini ada
beberapa partai politik Islam, baik
yang secara tegas memperjuangkan
penerapan syariat Islam seperti
Partai Persatuan Pembangunan,
Partai Bulan Bintang, atau yang
menggunakan Islam sebagai platform
dalam merekrut massa, seperti Partai
Amanat Nasional, Partai Keadilan
Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa
dan lain sebagainya.

dasar membela agama tertentu.


Sementara itu dampak dari
kondisi politik Indonesia yang
memperlemah kepercayaan
masyarakat kepada para
pemimpinnya, baik formal maupun
nonformal, akan mempersulit
mewujudkan kerukunan hidup
antarumat beragama di Indonesia.
Oleh karena itu semua pemimpin
bangsa dalam semua tingkatan harus
bekerja keras agar masyarakat tidak
bertindak anarkis dalam menyikapi
perbedaan keyakinan dan praktik
beribadah.
6) Aspek Ekonomi

Penggunaan agama untuk


tujuan politik di Indonesia sangat
rawan terhadap kekerasan sosial,
karena agama bagi sebagian besar
masyarakat Indonesia adalah sistem
acuan perilaku yang sangat vital
tetapi juga sensitif. Oleh karena
itu, jika seseorang atau kelompok
berbeda pendapat atau paham

128

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

Secara makro ekonomi


Indonesia sudah lebih baik. Namun
dari segi mikro ekonomi, apalagi
yang menyangkut masalah rakyat
banyak, kemiskinan masih cukup
besar, yaitu di atas 13% dari jumlah
penduduk Indonesia. Tentunya hal
ini harus tetap diwaspadai oleh
seluruh pimpinan nasional. Jangan

Sosbud
sampai kemiskinan ini menjadi
pemicu konflik. Keadaan ini perlu
penanganan yang lebih serius,
sehingga tidak timbul antipati
terhadap pemerintah dan perlu
segera dicarikan solusinya agar
jurang antara kaya dan miskin tidak
terlalu tajam, sehingga kedamaian
dapat diciptakan dan konflik dapat
dihindari.
Kesemuanya ini tentu saja
menjadi perioritas yang harus
dilakukan oleh pemerintah melalui
program-program yang lebih
konkret, sehingga kehidupan yang
sejahtera secara adil dan merata
dapat lebih mudah diwujudkan,
sekaligus konflik-konflik dapat
dicegah, khususnya yang menyangkut
konflik agama.
Tingginya tingkat pengangguran
dan kesenjangan ekonomi antara
yang kaya dengan yang miskin
dan terbatasnya lapangan kerja
memperparah kemiskinan di
Indonesia. Kondisi masyarakat
Indonesia yang relatif masih
rendah tingkat ekonomi dan
pendidikannya menjadikan mereka
mudah digerakkan untuk melakukan
kekerasan atas dasar membela
agama tertentu.
Kondisi ekonomi Indonesia
yang belum pulih dari krisis dan
diperparah oleh kenaikan harga
BBM di tingkat dunia akan semakin
memperlemah posisi Indonesia dalam
percaturan ekonomi dunia. Akibatnya
perekonomian Indonesia akan
semakin tergantung pada negara
lain, terutama melalui mekanisme
bantuan, hibah dan pinjaman. Dalam
hal ini harus diwaspadai kemungkinan
adanya infiltrasi dan pemanfaatan
bantuan, hibah dan pinjaman
asing serta investasi asing untuk
mengganggu kerukunan hidup umat
beragama di Indonesia.
Hal ini sangat dimungkinkan
karena agama adalah sistem acuan
nilai yang sangat mendasar dan

sensitif bagi bangsa Indonesia. Oleh


karena itu, dengan berdalih pada
agama masyarakat sangat mudah
diprovokasi untuk melaksanakan
kekerasan sosial terutama pada
masyarakat miskin yang rendah
pendidikannya. Untuk itu,
perekonomian Indonesia yang baik
dan stabil harus segera terwujud,

Kondisi masyarakat Indonesia


yang relatif masih rendah tingkat
ekonomi dan pendidikannya
menjadikan mereka mudah
digerakkan untuk melakukan
kekerasan atas dasar membela
agama tertentu.

karena hal tersebut menjadi


prasyarat utama bagi terwujudnya
kerukunan hidup antarumat
beragama di Indonesia.
7) Aspek Sosial Budaya
Kondisi masyarakat Indonesia
yang sangat majemuk di semua
segi kehidupan sangat rawan akan
terjadinya konflik antarsuku, agama,
ras, dan antargolongan. Kondisi
ini juga menimbulkan fenomena
baru berupa konflik-konflik yang
berdimensi menyatukan (dalam
bentuk ikatan kesukuan, keagamaan
yang bercirikan primordial) dan
sekaligus memisahkan (dalam
bentuk merenggangnya hubungan
batin antargolongan, antarsuku,
antaragama bahkan terhadap
pemerintah). Kondisi seperti ini
berpengaruh terhadap kerukunan
hidup antarumat beragama di
Indonesia.
Di Indonesia masalah kerukunan
hidup antarumat beragama telah
lama menjadi potensi konflik yang
berakhir dengan kekerasan sosial.
Konflik atas dasar agama terjadi

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

129

Sosbud
ketika ajaran agama ditransmisikan
ke dalam kesadaran batin yang
kemudian memengaruhi perilaku
sosial individu pemeluknya sehingga
membentuk elective affinity.
Masyarakat yang pola hubungan

Dalam menangani kasus anarkisme


bernuansa keagamaan, hendaknya
TNI dan Polri bertindak secara
profesional, proporsional, tegas,
keras, adil dan transparan. Sebab
apabila kekerasan bernuansa agama
tidak segera ditangani maka akan
berkembang menjadi besar dan
menimbulkan opini masyarakat
internasional sebagai negara
gagal, bahwa Indonesia tidak
mampu mewujudkan terciptanya
harmonisasi kehidupan masyarakat
beragama.

sosialnya bersifat keterikatan tidak


hanya menempatkan agama sebagai
kategori pembeda dengan mereka
yang memeluk agama yang lain,
tetapi orang-orang yang memeluk
agama tertentu juga akan cenderung
menggabungkan dirinya pada
pemeluk agama yang sama. Dengan
demikian akan terbentuk inner dan
outer group yang saling berhadapan,
dan kondisi ini sangat rentan
terhadap konflik yang berakhir
dengan kekerasan sosial jika ada
masalah sebagai pemicunya.
8) Aspek Pertahanan dan Keamanan
TNI dan Polri pada waktu lalu
dianggap militerisme dan otoriter,
sehingga menimbulkan rasa benci
dari sebagian masyarakat terhadap
aparat keamanan. Hal ini membawa
dampak negatif jika sebagian
masyarakat menganggap segala

130

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

sesuatu yang berbau militer harus


disingkirkan. Padahal peristiwa masa
lalu sebenarnya adalah kesalahan
oknum semata, namun digeneralisasi
di mana semua aparat keamanan
dianggap melakukan hal yang sama.
Oleh karenanya harus diwaspadai,
sebab akan membahayakan negara
kita sendiri. Karena siapa yang akan
menjaga keamanan dan ketertiban
NKRI, kalau bukan aparat keamanan
yang bersatu dengan rakyat.
Aparat TNI dan Polri tanpa
pamrih menjaga keamanan negara
kita, maka merupakan keharusan
bersatunya masyarakat dengan TNI
dan Polri untuk bersama menjaga
NKRI. Dalam menangani kasus
anarkisme bernuansa keagamaan,
hendaknya TNI dan Polri bertindak
secara profesional, proporsional,
tegas, keras, adil dan transparan.
Sebab apabila kekerasan bernuansa
agama tidak segera ditangani maka
akan berkembang menjadi besar
dan menimbulkan opini masyarakat
internasional sebagai negara gagal,
bahwa Indonesia tidak mampu
mewujudkan terciptanya harmonisasi
kehidupan masyarakat beragama.
Sekalipun keamanan nasional
saat ini dalam kondisi kondusif,
namun kondisi keamanan nasional
masih menghadapi berbagai
masalah, antara lain (1) terorisme
(2) gerakan separatis bersenjata,
dan (3) konflik sosial/etnik/agama.
Terorisme adalah ancaman serius
bagi keamanan nasional karena
Indonesia telah menjadi sasaran
terorisme internasional. Oleh karena
itu, pencegahan dan penanggulangan
masalah terorisme harus menjadi
program utama pemerintah.
Begitu pula masalah separatisme
harus juga ditangani dengan
bijaksana agar pengalaman pahit di
masa lalu dengan lepasnya Timor
Timur dari Indonesia tidak terulang
lagi. Aceh dan Papua adalah dua
daerah yang rentan terhadap

Sosbud
gerakan separatisme. Oleh karena
itu kedua daerah tersebut harus
selalu menjadi perhatian penting
bagi pemerintah Indonesia. Konflik
sosial/etnik masih sering terjadi,
baik yang bermotif ekonomi, sosial
maupun agama. Konflik sosial yang
berlatar belakang agama akhir-akhir
ini terjadi di beberapa daerah. Salah
satunya adalah kekerasan sosial
dalam menyikapi aliran Ahmadiyah.
Walaupun masih berskala kecil dan
terjadi di beberapa daerah, namun
memiliki potensi akan menjadi
besar. Apabila kekerasan sosial yang
berlatar belakang agama tersebut
menjadi sangat besar, maka akan
dapat mengganggu keamanan
dan pertahanan Negara Kesatuan

infrastruktur komunikasi dan


transportasi yang dapat menjangkau
seluruh wilayah Indonesia.
2) Proporsi penduduk Indonesia dilihat
dari segi agama dapat dibedakan
atas mayoritas penduduk beragama
Islam dan lainnya beragama nonIslam. Kedua kelompok penduduk ini
secara geografi berada di wilayah
yang berbeda di Indonesia. Bagian
barat Indonesia lebih banyak didiami
penduduk yang beragama Islam dan
di wilayah Indonesia bagian timur
didiami penduduk yang beragama
non-Islam.

Segregasi sosial seperti ini sangat


rentan terhadap konflik yang
berlatar belakang agama seperti

Selain kewaspadaan terhadap keinginan sekelompok orang Indonesia yang


ingin menjadikan Islam sebagai ideologi negara, juga perlu diwaspadai
masuknya ideologi baru yang sebelumnya kurang berkembang yang sering
disebut gerakan transnasional. Ideologi ini ingin membawa masyarakat
Indonesia sebagai bagian dari komunitas dunia di bawah satu pemerintahan
atau kepemimpinan maupun yang sering disebut sebagai Khilafah Islamiyah.

Republik Indonesia.
c. Upaya
1) Kondisi geografis Indonesia yang
merupakan kepulauan sangat rentan
terhadap masuknya secara ilegal
benda, manusia dan sistem nilai dari
luar Indonesia karena banyaknya
pintu masuk yang terbuka. Oleh
karena itu diperlukan peningkatan
dalam pengawasan terhadap
masuknya benda, manusia dan
sistem nilai yang berdampak negatif
terhadap kerukunan hidup beragama
di Indonesia, terutama berkaitan
dengan bantuan asing (legal dan
ilegal) khususnya yang berupa hartabenda dan sumber daya manusia.
Untuk meningkatkan pengawasan
diperlukan kemudahan komunikasi
dan transportasi. Oleh karena itu
sangat diperlukan pembangunan

yang pernah terjadi di Maluku dan


Poso. Oleh karena itu, pemerintah
dan semua elemen bangsa harus
mewaspadai kondisi ini dan semakin
meningkatkan pembangunan di
wilayah Indonesia bagian timur agar
mobilitas penduduk dari bagian
barat Indonesia menuju ke timur
semakin meningkat, sehingga terjadi
keseimbangan penduduk dilihat dari
segi agamanya. Mobilitas penduduk
dari bagian barat ke bagian timur
Indonesia di samping penting untuk
menghindari segregasi sosial juga
sangat diperlukan sebagai sumber
daya manusia untuk mengolah
kekayaan alam yang sangat
melimpah di bagian timur Indonesia.
3) Kekayaan alam Indonesia yang
melimpah hendaknya dikelola dan
dimanfaatkan untuk kesejahteraan

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

131

Sosbud
masyarakat Indonesia. Pengelolaan
bukan negara yang berideologi
sumber kekayaan alam oleh negara
Islam atau agama lainnya. Dalam
asing hendaknya dihindari dengan
hal ini, sosialisasi nilai-nilai
cara memberi kesempatan kepada
Pancasila yang langsung berkaitan
negara dan masyarakat pribumi.
dengan kerukunan hidup beragama
Apabila pengelolaan sumber
(toleransi, tenggang rasa, empati
kekayaan alam Indonesia dapat
dan lain-lain) harus ditingkatkan ke
meningkatkan kesejahteraan dan
seluruh elemen masyarakat. Masingpendidikan masyarakat, diharapkan
masing kelembagaan agama, adat,
masyarakat dapat menjaga
pemuda, wanita dan cendekiawan
kerukunan hidup beragama dan
melaksanakan kegiatan peningkatan
tidak mudah
pemahaman baik
terpancing
dengan metode
untuk
sosialisasi dan
Ketegasan negara dalam menegakkan edukasi tentang
melakukan
konstitusi menjadi sangat mendesak. pemahaman nilaihal-hal
yang dapat
nilai Pancasila dan
Hal ini menuntut kecekatan
menimbulkan
UUD NRI 1945 kepada
negara untuk hadir dalam berbagai
kerusuhan.
tokoh masyarakat,
persoalan yang dihadapi bangsa,
Sejarah telah
tokoh agama,
khususnya dalam ketegangan yang
membuktikan
pimpinan formal
terindikasi berbau suku, agama, ras
bahwa
dan informal, serta
kerusuhan
seluruh kelompok
dan antargolongan (SARA).
sosial di
masyarakat yang
Indonesia
pelaksanaannya
terjadi
dilakukan secara
dengan modus pengerahan massa
terpadu dan terkoordinasi.
oleh oknum-oknum dengan
Pemahaman akan nilai-nilai Pancasila
menggelorakan solidaritas berbasis
diharapkan akan menjadikan
agama, suku, politik dan ideologi.
seluruh lapisan masyarakat dapat
Dalam hal ini massa yang mudah
meningkatkan kerukunan hidup
digerakkan itu adalah masyarakat
beragama dalam rangka persatuan
yang berkategori miskin dan
dan kesatuan bangsa dalam wadah
berpendidikan rendah. Oleh karena
NKRI.
itu, apabila pengelolaan sumber
Selain kewaspadaan terhadap
kekayaan alam mampu memberi
keinginan sekelompok orang
kesejahteraan masyarakat,
Indonesia yang ingin menjadikan
diharapkan kerusuhan sosial di
Islam sebagai ideologi negara, juga
Indonesia tidak mudah terjadi karena
perlu diwaspadai masuknya ideologi
tidak ada lagi kelompok masyarakat
baru yang sebelumnya kurang
yang dapat digerakkan oleh oknumberkembang yang sering disebut
oknum yang tidak bertanggung
gerakan transnasional. Ideologi ini
jawab.
ingin membawa masyarakat Indonesia
4) Pemerintah beserta seluruh
sebagai bagian dari komunitas dunia
komponen masyarakat harus waspada
di bawah satu pemerintahan atau
terhadap keinginan sekelompok
kepemimpinan maupun yang sering
orang yang ingin mengganti Pancasila
disebut sebagai Khilafah Islamiyah.
sebagai ideologi negara dengan
5) Dalam politik Indonesia ada
ideologi Islam. Walaupun mayoritas
kecenderungan pemanfaatan agama
masyarakat Indonesia beragama
untuk kepentingan politik, baik
Islam, namun bangsa Indonesia
dengan cara menempatkan agama
telah menyepakati bahwa Indonesia
sebagai ideologi partai, merekrut

132

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

Sosbud
tokoh agama sebagai kader partai,
pemakaian simbol-simbol agama
sebagai simbol partai, memasukkan
organisasi sosial keagamaan sebagai
organisasi sayap (underbow) partai
dan lain sebagainya. Kecenderungan
ini harus diwaspadai dan pemerintah
harus meningkatkan sosialisasi
kepada masyarakat bahwa agama
adalah urusan manusia dengan
Tuhan, dengan sesama manusia dan
dengan lingkungan/alam, sedang
politik adalah urusan duniawi dalam
rangka memperoleh kekuasaan
untuk kesejahteraan dan keamanan
masyarakat. Oleh karena itu,
segala usaha untuk memperoleh
kekuasaan yang tidak ditujukan
untuk kesejahteraan dan kedamaian
masyarakat harus diwaspadai,
apalagi kekuasaan itu diperoleh
dengan memanfaatkan agama untuk
memenuhi kepentingannya.
6) Proporsi penduduk Indonesia
masih didominasi oleh kelompok
masyarakat dengan pendidikan
dan ekonomi yang relatif rendah.
Kelompok masyarakat ini mudah
dimobilisasi oleh para elite untuk
mencapai kepentingan mereka
dengan cara menawarkan uang
guna memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Oleh karena
itu, pembangunan
nasional harus
semakin ditingkatkan
akselerasinya agar
kesenjangan di
antara kelompok
masyarakat miskin dan
kaya tidak semakin
besar dan jumlah
masyarakat miskin
semakin berkurang.
Kesenjangan ekonomi
antara yang kaya
dan miskin akan
menimbulkan
kecemburuan sosial
yang akan semakin
menempatkan
kelompok kaya dan

miskin berhadap-hadapan sebagai


dua pihak yang bermusuhan.
Masyarakat miskin inilah yang
umumnya mudah digerakan dalam

Masyarakat dengan difasilitasi


oleh pemerintah perlu semakin
meningkatkan dialog, tradisi
silaturahmi, kerja sama antar dan
internal umat beragama, untuk
mewujudkan harmonisasi kehidupan
masyarakat, terutama melalui
Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB).

kerusuhan yang berlatar belakang


agama di Indonesia.
7) Dalam kehidupan sosial budaya
masyarakat Indonesia akhir-akhir
ini semakin dirasakan menurunnya
nilai-nilai tradisi seperti toleransi,
gotong-royong, sopan-santun, setia
kawan, empati dan lain-lain. Kondisi
seperti ini sangat memprihatinkan
karena nilai-nilai tradisi seperti
itulah yang sangat dibutuhkan

Foto: http://tinyurl.com/cc8ets6

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

133

Sosbud
untuk mewujudkan kerukunan
hidup beragama di Indonesia.
Oleh karena itu, para pemimpin
formal dan nonformal dalam semua
bidang harus memberi keteladanan
dengan menerapkan nilai-nilai
tradisi tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Kurikulum pendidikan
nasional kita juga harus diisi dengan
pengajaran pendidikan agama yang
peduli pada nilai-nilai toleransi dan
kebersamaan.
8) Kesatuan wilayah dan kesatuan
bangsa Indonesia dapat utuh
terwujud melalui kinerja TNI dan
Polri yang optimal. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan postur TNI dan
Polri yang mampu mengamankan
wilayah Indonesia dan menjaga
ketertiban masyarakat sesuai dengan
hak dan kewajibannya menurut
konstitusi/perundang-undangan
yang berlaku di Indonesia. Selain
itu juga harus didukung dengan
anggaran yang memadai agar TNI dan
Polri dapat menjalankan tugas dan
fungsinya secara maksimal.
9) Pemerintah meningkatkan
terciptanya dialog, tradisi
silaturahmi dan kerja sama antar
dan internal umat beragama untuk
mewujudkan harmonisasi kehidupan
masyarakat melalui Forum Kerukunan
Umat Beragama (FKUB) dari tingkat
provinsi/kabupaten sampai tingkat
pedesaan.
10) Perlu adanya undang-undang yang
mengatur kerukunan hidup beragama
yang dapat memberikan jaminan
kebebasan dalam menjalankan
ajaran agamanya masing-masing,
melindungi masyarakat beragama
dan tidak adanya tindakan kekerasan
bernuansa agama di Indonesia.

KESIMPULAN
a. Bangsa Indonesia memiliki heterogenitas
dalam bidang agama. Perbedaan ini
merupakan kekuatan, namun berpotensi
menjadi ancaman konflik sosial

134

Pembangunan tempat ibadah perlu


dimasukkan dalam perencanaan
pembangunan suatu wilayah.
Rencana peruntukan suatu
kawasan tidak boleh mengabaikan
kemungkinan timbulnya masalah
pembangunan rumah ibadah dengan
mempertimbangkan sejarah sosial di
tempat tersebut.
bernuansa agama yang terjadi berulang
kali dan sulit dihilangkan. Oleh karena
itu diperlukan upaya komprehensif dari
segenap elemen bangsa untuk menangani
dan mengantisipasinya ke depan.
b. Kerukunan hidup umat beragama
mengandung arti kesediaan untuk
menerima perbedaan keyakinan individu
maupun kelompok lain, kesediaan
memberi kebebasan orang lain untuk
mengamalkan ajaran yang diyakininya
dan kemampuan untuk bersikap simpati
dan empati pada suasana kekhusyukan
yang dirasakan orang lain.
c. Kerukunan umat beragama merupakan
suatu keadaan yang dinamis. Hal
tersebut sangat tergantung pada sikap
dan respons dari masyarakat umat
beragama terhadap permasalahan yang
dapat memicu terjadinya konflik. Adapun
faktor-faktor pemicu konflik bernuansa
agama di Indonesia, antara lain:
1) Perbedaan keyakinan/akidah
2) Penyiaran agama
3) Bantuan keagamaan luar negeri
4) Perkawinan antarpemeluk agama
5) Pendidikan agama
6) Perayaan hari besar keagamaan
7) Penodaan agama
8) Kegiatan kelompok sempalan
9) Pendirian rumah ibadah
10) Kepentingan politik, ekonomi dan

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

Sosbud
ideologi
11) Masalah individu/kelompok yang
melibatkan umat lainnya
d. Pada setiap konflik bernuansa agama,
pemerintah harus selalu hadir untuk
menangani dengan memberi solusi
melalui berbagai cara (pendekatan
keamanan, dialog, pembinaan dan
pendidikan). Cara tersebut belum
optimal karena persoalannya menyangkut
keyakinan (keimanan) yang tidak bisa
diseragamkan. Peran pemerintah harus
ditingkatkan dengan menggandeng semua
pihak.
e. Selain pemerintah hadir di seluruh sektor
kehidupan masyarakat, ketegasan para
pemimpin untuk membela Konstitusi RI
perlu ditingkatkan, juga harus dijaga
agar jangan sampai masuk ke dalam
situasi tuna konstitusi dan terus-menerus
menghidupkan serta menggiatkan
terwujudnya Civil Society, yang salah
satu cirinya adalah kedewasaan dalam
bertindak dan berperilaku.
f. Ketegasan negara dalam menegakkan
konstitusi menjadi sangat mendesak.
Hal ini menuntut kecekatan negara
untuk hadir dalam berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa, khususnya dalam
ketegangan yang terindikasi berbau suku,
agama, ras dan antargolongan (SARA).
Kalau negara terkesan membiarkan
kekerasan yang ada, maka eskalasi akan
terjadi dan tentu berakibat buruk bagi
kesatuan dan persatuan bangsa. Negara
jangan sampai kalah terhadap tekanan
dari kelompok-kelompok radikal dan
yang tidak menginginkan kehidupan yang
rukun.
REKOMENDASI
Berdasar latar belakang, permasalahan
dan kesimpulan disampaikan rekomendasi
sebagai berikut:
a. Peran aparat pemerintah dan pemerintah
daerah harus ditingkatkan dengan
menggandeng semua pihak untuk
mewujudkan kehidupan beragama
yang harmonis dan mampu membuka

komunikasi yang mampet antarpihak


yang bertikai. Pihak keamanan
seyogianya menggunakan pendekatan
alternatif, yaitu melalui mediasi dengan
cara soft power dalam penyelesaian
konflik sosial bernuansa agama.
Penegakan hukum dilaksanakan secara
tegas, keras, adil dan konsisten serta
transparan terhadap pelaku segala
bentuk pelanggaran dan tindak pidana
yang menyangkut konflik bernuansa
agama.
b. Pemerintah melalui kementerian agama
bersama unsur kepolisian dan komando
kewilayahan serta institusi terkait agar
melakukan pemetaan secara intensif
dan konsisten terhadap perkembangan
gerakan radikalisme agama yang
mengancam keselamatan bangsa dan
negara.
c. Masyarakat dengan difasilitasi oleh
pemerintah perlu semakin meningkatkan
dialog, tradisi silaturahmi, kerja sama
antar dan internal umat beragama,
untuk mewujudkan harmonisasi
kehidupan masyarakat, terutama melalui
Forum Kerukunan Umat Beragama
(FKUB). FKUB harus ditingkatkan fungsi,
peran dan dukungan anggarannya,
sehingga forum komunikasi ini dapat
dikembangkan sampai tingkat pedesaan
secara berkelanjutan dan program dialog
dengan kelompok masyarakat dapat
dilakukan secara lebih luas.
d. Pada bidang pendidikan disarankan
perlunya melakukan review terhadap
kurikulum pendidikan agama, agar timbul
rasa peduli pada nilai-nilai toleransi dan
kebersamaan serta merancang kurikulum
sekolah yang berbasis pada nilai-nilai
kerukunan antarumat beragama.
e. Pemerintah secara intensif dan konsisten
bersama para tokoh agama dan tokoh
masyarakat memberi teladan cara
beragama yang peduli pada wawasan
multikulturalisme/pluralisme dan
melakukan kampanye kepada seluruh
komponen bangsa supaya memiliki
sikap tanggap dan waspada terhadap
munculnya sikap fanatik dan eksklusif.

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

135

Sosbud
f. Pemerintah bekerja sama dengan
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
menyempurnakan rancangan undangundang, kerukunan hidup beragama
dan mengesahkannya menjadi undangundang untuk mewujudkan kerukunan
hidup beragama dan memberikan
jaminan tidak adanya tindakan kekerasan
bernuansa agama di Indonesia.
g. Khusus untuk meminimalisasi
kemungkinan terjadinya konflik karena
pendirian tempat ibadah disarankan
sebagai berikut:
1) Pendirian tempat ibadah
dilaksanakan sesuai dengan Surat
Keputusan Bersama (SKB) Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 8 dan 9 Tahun 2006. Apabila
ada perbedaan tafsir atau kemauan,
diselesaikan melalui pengadilan
dan apabila masih ada yang tidak
menerima keputusan pengadilan,
sebaiknya tidak dipaksakan karena
setiap bentuk pemaksaan hanya
akan menjadi sumber konflik yang
lebih besar. Dan jika hal ini terjadi,
maka pemerintah hendaknya secara

136

arif menyediakan tempat ibadah


alternatif.
2) Pembangunan tempat ibadah perlu
dimasukkan dalam perencanaan
pembangunan suatu wilayah.
Rencana peruntukan suatu
kawasan tidak boleh mengabaikan
kemungkinan timbulnya masalah
pembangunan rumah ibadah
dengan mempertimbangkan sejarah
sosial di tempat tersebut. Apabila
terjadi perubahan peruntukan di
suatu kawasan (misalnya menjadi
kawasan real estate) maka perlu
mempertimbangkan historis-sosiologis
kawasan tersebut. Tujuannya untuk
menghindari adanya kelompok umat
beragama yang merasa tergusur
karena perubahan peruntukan
kawasan. Pemerintah daerah
sebelum memberi atau mengeluarkan
perizinan tempat ibadah hendaknya
meminta pertimbangan kepada unsur
kepolisian dan komando kewilayahan
setempat agar mendapatkan masukan
yang lebih komprehensif.[Mei 2012]

Jurnal Kajian Lemhannas RI | Edisi 14 | Desember 2012

Anda mungkin juga menyukai