Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel-partikel koloid. Prose koagulasi pada koloid
terjadi karena tidak stabilnya sistem koloid. Sistem koloid disebut stabil (koloid stabil) jika
sistem koloid bermuatan negatif dan positif. Jika sistem koloid dinetralkan muatannya maka
sistem koloid tersebut tidak stabil sehingga terkoagulasi (menggumpal). Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara
fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan
elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
Koagulasi dengan menetralkan muatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
kimia dan secara mekanis dan fisik. Koagulasi secara kimia dapat dilakukan dengan cara:
1. Penambahan zat elektrolit
Jika suatu koloid yang bermuatan ditambahkan zat elektrolit, maka koloid tersebut akan
terkoagulasi. Penambahan zat elektrolit kedalam koloid bermuatan tergantung pada jenis muatan
sistem koloid tersebut. Jika koloid bermuatan positif, maka zat elektrolit yang ditambahkan
haruslah mempunyai muatan negatif yang lebih besar. Begitu pula sebaliknya, jika sistem koloid
bermuatan negatif, maka zat elektroit yang ditambahkan sebaiknya adalah yang mempunyai ion
postif lebih besar. Contoh koagulasi koloid dengan penambahan zat elektrolit:
Penambahan zat elektrolit negatif kedalam sistem koloid positif. Contoh koloid Fe(OH)3
yang bersifat basa lebih effisien jika di gumpalkan oleh H2SO4 daripada HCl. Karena
H2SO4 mempunyai sifat asam yang kuat di bandingkan HCl.
Penambahan zat elektrolit positif kedalam sistem koloid negatif. Contoh koloid As2S3
lebih effisien jika dinetralisir oleh BaCl2 daripada NaCl.
diantara partikel.
4. Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan.
Secara garis besar (bedasarkan uraian diatas), mekanisme koagulasi adalah :
1. Destabilisasi muatan negatif partikel oleh muatan positip dari koagulan
2. Tumbukan antar partikel
3. Adsorpsi
Koagulasi dalam Kehidupan Sehari-hari dan Industri
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam air sungai
mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
2. Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan penambahan
asam asetat atau asam format sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya.
3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah
liat dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al 3+ dari
tawas (alumunium sulfat)
4. Asap dan tebu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari
Cottrel
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam
yang tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 75.000). Ujung-ujung yang runcing
akan mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorbsi oleh partikel
asap dan menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pad
aelektroda yang lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua
tujuan yaitu, mencegah udar oleh buangan beracun atau memperoleh kembali debu yang
berharga (misalnya debu logam)
5. Jika bagian tubuh mengalami luka maka ion Al 3+ atau Fe 3+ segera nenetralkan partikel
albuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi penggumpalan darah yang menutupi luka.
Koagulasi merupakan salah satu sifat dari koloid. Partikel-partikel suatu koloid dapat
mengalami penggumpalan membentuk zat semi-padat. Partikel-partikel koloid tersebut bersifat
stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang, maka partikel
koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan
pengendapannya disebut Koagulasi.
Dalam hal ini, koagulasi koloid merupakan proses bergabungnya partikel-partikel koloid
secara bersama membentuk zat dengan massa yang lebih besar. Pada dasarnya, penggumpalan
partikel-partikel koloid dapat terjadi baik secara fisis maupun secara kimia. Secara fisis,
penggumpalan koloid biasanya terjadi akibat perubahan suhu. Dalam hal ini, suatu koloid dapat
menggumpal ketika dipanaskan atau didinginkan. Sementara itu, secara kimia koagulasi koloid
dapat terjadi sebagai hasil dari pencampuran suatu koloid dengan koloid lain yang berbeda
muatan, mencampurkan dengan beberapa zat elektrolit, dan dengan pemanasan.
a. Mencampurkan koloid dengan koloid lain yang berbeda muatan. Sistem koloid bermuatan
positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, kedua koloid tersebut
akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi., misalnya koloid Fe(OH)3
dengan As2S3 pembentukan delta pada pertemuan dua sungai.
b. Mencampurkan koloid dengan zat elektrolit yang bermuatan berlawanan. Semakin besar
muatan ion yang ditambahkan, semakin efektif penggumpalannya. Jika suatu elektrolit
ditambahkan ke dalam sistem koloid, maka partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif
akan menarik ion positif (kation) dari elektrolit. Hal ini disebabkan karena partikel-partikel
koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini
menyebabkan partikel -partikel koloid tersebut dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki
muatan berlawanan dengan muatan lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama
dan kedua cukup dekat, maka muatan keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi.
Contoh, untuk menggumpalkan koloid Fe(OH)3 yang bermutan positif, efektivitas anion yang
dipakai menggumpalkan adalah Cl- <>42- <>43-. Beberapa contoh koagulasi koloid karena
penambahan elektrolit adalah : susu akan menggumpal jika ditambahkan jeruk nipis, partikel
karet dalam lateks akan menggumpal jika ditambahkan asam laktat, emulsi sari kedelai pada
proses pembuatan tahu akan menggumpal jika ditambahkan batu tahu (CaSO4. 2H2O) atau
asamcuka.
c. Pemanasan akibat kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara
partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya
elekrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Partikel-partikel koloid bersifat stabil
karena memiliki muatan listrik yang sejenis. Apabila muatan listrik tersebut hilang, maka
partikel-partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses pengumpulan
ini disebut flokulasi (floculation) dan gumpalannya disebut flok (flocculant). Gumpalan ini
akan mengendap akibat pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan partikel-partikel koloid
Sistem koloid penting bagi kehidupan sebagai contoh hampir semua bahan pangan
mengandung partikel dengan ukuran koloid, seperti protein, karbohidrat dan lemak. Emulsi
seperti susu juga termasuk koloid. Dalam bidang-bidang lain juga terdapat fungsi dan kegunaan
koloid. Alasan mengapa kimia permukaan sering dibicarakan bersama dengan koloid adalah
karena utama sistem koloid. Pada larutan sejati, nisbah permukaan dan volume ini tidak ada
karena larutan hanya terdiri dari 1 fasa. Jadi tidak terdapat pemisahan permukaan yang jelas
antara zat terlarut dan pelarut. Pada koloid, sistem ini selalu terdiri dari 2 fasa dan tiap
permukaan partikel koloid jelas terpisah dari medium pelarutnya.
Sistem koloid selalu terdiri dari 2 fasa yaitu fasa terdispersi yang terdiri dari partikelpartikel berukuran koloid dan medium pendispersi yang merupakan medium tempat partikelpartikel koloid tersebar.
Cara penggolongan koloid yang lebih umum :
a. Dispersi koloid
Sistem ini secara termodinamika tidak stabil karena nisbah permukaan yang sangat besar.
b. Larutan koloid sejati
Terdiri dari larutan dengan zat terlarut yang BMnya tinggi. Sistem ini secara termodinamika
stabil.
c. Koloid assosiasi
Terkadang dinamakan koloid elektrolit. Sistem ini terdiri dari molekul yang berat molekulnya
rendah yang beragregasi membentuk Partikel-partikel berukuran koloid. Sistem ini stabil secara
termodinamika.
Kestabilan Koloid
Stabilitas larutan koloid sangat erat hubungannya dengan muatan listrik pada partikelpartikel. Jadi dalam pembentukan arsenik (II) sulfida dengan pengendapan dengan H2S dalam
larutan asam lemah sekali. Ion sulfida adalah yang pertama kali diadsorpsi karena setiap endapan
cenderung mengadsorpsi ionnya sendiri dan agar terjaga kenetralannya. Jadi terciptalah suatu
lapisan ganda listrik di sekeliling tiap partikel dengan sisi positif menghadap ke larutan
akibatnya partikel-partikel koloid satu sama lain saling menolak, sehingga terhalangnya
pembentukan partikel-partikel yang lebih besar. Bila lapisan ganda ini dirusak, koloid
berkoagulasi ini dapat dicapai misalnya dengan menambahkan suatu elektrolit dalam jumlah
yang cukup besar kepada larutannya (efek penggaraman, salting out effect). Ion-ion elektrolisis
itu karena terdapat dalam konsentrasi yang besar mengganggu pembentukan lapisan ganda listrik
yang bundar sekeliling partikel sehingga partikel-partikel tak terhalangi lagi untuk berkoagulasi.
Ternyata yang diperlukan untuk koagulasi ialah ion-ion yang bermuatan yang berlawanan
dengan ion-ion yang diadsorpsi primer pada permukaan. Jumlah minimum elektrolit yang perlu
untuk menyebabkan flokulasi (penggumpalan) disebut nilai flokulasi.
Koagulasi
Koagulasi atau penggumpalan ialah peristiwa pengendapan koloid. Terdapat beberapa
cara melakukan koagulasi antara lain :
a. Cara mekanik
Dapat dilakukan dengan pemanasan, pendinginan, pendinginan
b. Cara penambahan elektrolit
Dilakukan dengan menambahkan zat elektrolit ke dalam suatu koloid misalnya sol emas yang
bermuatan negatif dapat dikoagulasi dengan menambahkan elektrolit bermuatan positif ( Na+,
Mg2+, Al3+). Elektrolit ini akan menempel pada permukaan partikel emas sehingga partikel netral
ini tak memiliki daya tolak menolak lagi, tak saling bergabung dan menggumpal. Daya koagulan
kation kira-kira berbanding dengan muatan pangkat 6.
c. Pencampuran 2 macam larutan koloid yang muatannya berlawanan
Contohnya campuran antara sistem koloid yang muatannya berlawanan positif dengan koloid
As2I3 yang bermuatan negatif akan menggumpal.
Flokulasi
Sebagian besar air baku untuk persediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti
danau, sungai. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah
menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut. Kekeruhan ini disebabkan adanya partikelpartikel koloid misalnya tanah liat, sisa tanaman ganggang dsb.
Kekeruhan ini dapat dilakukan dengan pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifatsifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya, flokulan tersebut ialah tawas, namun dapat pula
garam Fe(III) atau suatu elektrolit organik. Selain pembubuhan flokulan diperlukan pengadukan
sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini menggupalkan partikel-partikel kecil dari koloid
tersebut bertumbukan dan bersama mengendap. Proses flokulasi terdiri dari 3 langkah :
a. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat, bila perlu juga pembubuhan bahan kimia
sesaat untuk koreksi pH.
b. Pengadukan lambat untuk pembentukan flok-flok
c. Penghapusan flok-flok dengan koloid yang terkurung dari larutan melalui proses
sedimentasi.
Proses Pembentukan Endapan Melalui Koagulasi dan Flokulasi
Pada koloid, lapisan primer dan sekunder dianggap menbentuk lapisan pengisap listrik
yang membantu menstabilkan dispersi koloid. Lapisan-lapisan ini menyebabkan partikel tolakmenolak bergabung membentuk partikel-pertikel yang lebih besar dan turun ke dasar wadah.
Partikel-partikel tersebut dapat berkoagulasi (berflokulasi yakni saling mendekati dan
membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mengendap). Misalnya AgCl koagulasi dapat
dicapai dengan penambahan AgNO3 sampai terdapat ion Ag+ dan Cl- dalam kuantitas yang
ekuivalen. Karena Ag+ tertarik pada lapisan primer dimana Ag+ lebih kuat daripada Na+ maka
ion Ag+ dapat menggeser ion Na+ dalam lapisan sekunder dan kemudian menetralkan muatan
negatif yang disumbangkan oleh lapisan primer. Dengan dikupas, muatan partikel itu segera
bergabung membentuk gumpalan yang cukup besar yang mengendap ke dasar wadah.
Koagulasi dispersi koloid dapat dilaksanakan oleh ion yang bukan endapan itu sendiri,
bila terjadi koagulasi suatu koloid, ion pengkoagulasi dapat terbawa mengendap dengan endapan
itu sendiri. Jika ion-ion ini terlarutkan ketika endapan dicuci. Partikel zat padat itu akan kembali
menjadi dispersi koloid dan menembus kertas saring.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Koagulasi
Kadar dan jenis zat terdispersi
Kadar atau banyaknya konsentrasi dan jenis zat terdispersi sangat mempengaruhi proses
koagulasi. Makin tinggi konsentrasi zat tersuspensi koagulasi akan semakin cepat. Jenis zat
tersuspensi juga mempengaruhi proses koagulasi dimana hal itu pula dipengaruhi oleh zat
pendispersi.
pH larutan
pH larutan akan mempengaruhi terjadinya koagulasi Hal ini akan terjadi seperti koagulasi
pada KAl(SO4)2.xH2O dengan air pada pH<7 al="" molekul="" sup="" terbentuk="">2+
, Al(OH)4+, Al2(OH)22+ pada pH=7 terbentuk Al(OH) Waktu dan kecepatan pengadukan
lama waktu cukup mempengaruhi dimana waktu yang cukup cepat saat koagulasi makin
baik koagulan tersebut. Dengan semakin cepat pengadukan proses koagulasi makin cepat terjadi.
Jenis ion terlarut
Jenis ion terlarut juga mempengaruhi koagulasi seperti fosfat dan sulfat yang akan lebih
mudah melakukan terjadinya koagulasi dibanding ion lain.
Kadar dan jenis flokulan
Kadar atau jenis flokulan yang berbeda akan mempengaruhi cepat tidaknya koagulasi
berlangsung.
Mekanisme Pembentukan Koagulasi dan Flokulasi
Pada koloid, lapisan primer dan sekunder dianggap membentuk suatu lapisan rangkap
yang memberikan suatu tingkat kestabilan pada dispersi koloid. Lapisan ini menyebabkan
TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA