I. Pengertian
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga
partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi.
(http://free.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0170%20kim%201-
4b.html)
2. Secara kimia
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan,
dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat
netral, yaitu:
1. Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel
koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai
elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral.
2. Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan
positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua.
Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid
sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid,
sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)
3 Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid
yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit.
Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari
adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi.
Dalam proses koagulasi,stabilitas koloid sangat berpengaruh.stabilitas merupakan daya tolak koloid
karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatif).
Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
1. Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak terjadi jika partikel-partikel mempunyai muatan yang
sejenis.
2. Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
3. Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Suspensi atau koloid bisa dikatakan stabil jika semua gaya tolak menolak antar partikel lebih besar
dari ada gaya tarik massa, sehingga dalam waktu tertentu tidak terjadi agregasi.
Untuk menghilangkan kondisi stabil, harus merubah gaya interaksi antara partikel dengan
pembubuhan zat kimia supaya gaya tarik menarik lebih besar.
Untuk destabilisasi ada beberapa mekanisme yang berbeda:
1. Kompresi lapisan ganda listrik dengan muatan yang berlawanan.
2. Mengurangi potensial permukaan yang disebabkan oleh adsorpsi molekul yang spesifik dengan
muatan elektrostatik berlawanan.
3. Adsorpsi molekul organik diatas permukaan partikel bisa membentuk jembatan molekul diantara
partikel.
4. Penggabungan partikel koloid kedalam senyawa presipitasi yang terbentuk dari koagulan.
Apabila muatan koloid dihilangkan, maka kestabilan koloid akan berkurang dan dapat menyebabkan
koagulasi atau penggumpalan. Penghilangan muatan koloid dapat terjadi pada sel elektroforesis atau
jika elektrolit ditambahkan ke dalam sistem koloid. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam
sel elektroforesis maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Jadi, koloid yang
bermuatan negatif akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid yang bermuatan positif
digumpalkan di katode.
Koagulan yang paling banyak digunakan dalam praktek di lapangan adalah alumunium sulfat
[Al2(SO4)3], karena mudah diperoleh dan harganya relatif lebih murah dibandingkan dengan jenis
koagulan lain.
IV. Koagulasi dalam Kehidupan Sehari-hari dan Industri
Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri:
1. Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat dalam air sungai mengalami
koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
2. Pada pengolahan karet, partikel-partikel karet dalam lateks digumpalkan dengan penambahan
asam asetat atau asam format sehingga karet dapat dipisahkan dari lateksnya.
3. Lumpur koloidal dalam air sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat
dalam air sungai biasanya bermuatan negatif sehingga akan digumpalkan oleh ion Al 3+ dari tawas
(alumunium sulfat)
4. Asap dan tebu dari pabrik/ industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel
Asap dari pabrik sebelum meninggalkan cerobong asap dialirkan melalui ujung-ujung logam yang
tajam dan bermuatan pada tegangan tinggi (20.000 - 75.000). Ujung-ujung yang runcing akan
mengionkan molekul-molekul dalam udara. Ion-ion tersebut akan diadsorbsi oleh partikel asap dan
menjadi bermuatan. Selanjutnya, partikel bermuatan itu akan tertarik dan diikat pad aelektroda yang
lainnya. Pengendap Cottrel ini banyak digunakan dalam industri untuk dua tujuan yaitu, mencegah
udar oleh buangan beracun atau memperoleh kembali debu yang berharga (misalnya debu logam)
5. Jika bagian tubuh mengalami luka maka ion Al 3+ atau Fe 3+ segera nenetralkan partikel
albuminoid yang dikandung darah sehingga terjadi penggumpalan darah yang menutupi luka.
DAFTAR PUSTAKA
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/fitriani%20ratnasari%20dewi
%20(044642)/KOAGULASIjadi.html
http://www.google.com/search?q=aplikasi+koagulasi+dalam+sehari-hari&ie=utf-8&oe=utf-
8&rls=org.mozilla:en-US &client=firefox-a
http://journal.ui.ac.id/?hal=detailArtikel&q=289
(http://free.vlm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Kimia/0170%20Kim%201-
4b.html
Jika partikel-partikel koloid tersebut bersifat netral, maka akan terjadi penggumpalan dan
pengendapan karena pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan dan pengendapan ini disebut
koagulasi.
Koagulasi (en:coagulation, clotting) adalah suatu proses yang rumit di dalam sistem koloid
darah yang memicu partikel koloidal terdispersi untuk memulai proses pembekuan
(en:agglomerate) dan membentuk trombus. Koagulasi adalah bagian penting dari
hemostasis[1], yaitu saat penambalan dinding pembuluh darah yang rusak oleh keping darah
dan faktor koagulasi (yang mengandung fibrin) untuk menghentikan pendarahan
(en:hemorrhage) dan memulai proses perbaikan. Kelainan koagulasi dapat meningkatkan
risiko pendarahan atau trombosis.
Proses koagulasi terjadi segera setelah terjadinya luka pada pembuluh darah dengan
rusaknya endotelium (en:endothelium). Langkah awal koagulasi adalah dengan pelepasan
komponen fosfolipid (en:phospholipid) yang disebut faktor jaringan (en:tissue factor) dan
fibrinogen sebagai inisiasi sebuah reaksi berantai]. Segera setelah itu keping darah bereaksi
membentuk penyumbat pada permukaan luka, reaksi ini disebut hemostasis awal
(en:primary). Hemostasis lanjutan (en:secondary) terjadi hampir bersamaan:protein dalam
plasma darah yang disebut faktor koagulasi merespon secara berjenjang dan sangat rumit
untuk membentuk jaring-jaring fibrin yang memperkuat penyumbatan keping darah.
Gambar di atas memperlihatkan bahwa ion fosfat yang bermuatan 3- tertarik lebih dekat
daripada ion klorida yang bermuatan 1-, walaupun konsentrasi ion fosfat itu lebih kecil.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau
secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
D. Koagulasi
Koagulasi merupakan salah satu sifat dari koloid. Partikel-partikel suatu koloid dapat
mengalami penggumpalan membentuk zat semi-padat. Partikel-partikel koloid tersebut bersifat
stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan listrik itu hilang, maka partikel koloid
tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses penggumpalan partikel koloid dan
pengendapannya disebut Koagulasi.
a. Mencampurkan koloid dengan koloid lain yang berbeda muatan. Sistem koloid bermuatan positif
dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, kedua koloid tersebut akan saling
mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi., misalnya koloid Fe(OH) 3 dengan As2S3
pembentukan delta pada pertemuan dua sungai.
b. Mencampurkan koloid dengan zat elektrolit yang bermuatan berlawanan. Semakin besar muatan
ion yang ditambahkan, semakin efektif penggumpalannya. Jika suatu elektrolit ditambahkan ke
dalam sistem koloid, maka partikel-partikel koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion
positif (kation) dari elektrolit. Hal ini disebabkan karena partikel-partikel koloid yang bermuatan
positif akan menarik ion negatif (anion) dari elektrolit. Hal ini menyebabkan partikel -partikel
koloid tersebut dikelilingi oleh lapisan kedua yang memiliki muatan berlawanan dengan muatan
lapisan pertama. Apabila jarak antara lapisan pertama dan kedua cukup dekat, maka muatan
keduanya akan hilang sehingga terjadi koagulasi. Contoh, untuk menggumpalkan koloid Fe(OH) 3
yang bermutan positif, efektivitas anion yang dipakai menggumpalkan adalah Cl - <>42- <>43-.
Beberapa contoh koagulasi koloid karena penambahan elektrolit adalah : susu akan menggumpal
jika ditambahkan jeruk nipis, partikel karet dalam lateks akan menggumpal jika ditambahkan
asam laktat, emulsi sari kedelai pada proses pembuatan tahu akan menggumpal jika
ditambahkan batu tahu (CaSO4. 2H2O) atau asam cuka.
c. Pemanasan akibat kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-
partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit
yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Partikel-partikel koloid bersifat stabil karena memiliki
muatan listrik yang sejenis. Apabila muatan listrik tersebut hilang, maka partikel-partikel koloid
tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses pengumpulan ini disebut flokulasi
(floculation) dan gumpalannya disebut flok (flocculant). Gumpalan ini akan mengendap akibat
pengaruh gravitasi. Proses penggumpalan partikel-partikel koloid