P.Vivaks
P. Falciparum
P. Ovale
P. Malariae
Trias Malaria
Fase dingin
Fase Panas
Fase berkeringat
MALARIA
Definisi
Etiologi
Insiden :
- Di Indonesia bagian timur endemis malaria
dengan P. Falciparum & P. Vivax
- Cenderung meningkat didaerah Sumatera
(Lampung, Riau, Jambi & Batam)
Daur Hidup
Patogenesis
Dipengaruhi oleh :
1. Faktor parasit
Intensitas transmisi
Densitas parasit
Virulensi parasit
2. Faktor penjamu (host)
Tingkat endemisitas daerah tempat tinggal
Genetik
Usia
Status nutrisi
Status imunologi
3. Faktor sosial dan geografis
- Akses mendapatkan pengobatan
- Faktor budaya & ekonomi
- Intensitas transmisi nyamuk
- Stabilitas politik
Gejala klinis
Manifestasi klinis tergantung :
-Imunitas penderita
-Tingginya transmisi infeksi malaria
Berat ringannya infeksi dipengaruhi:
-Jenis plasmodium
-Daerah asal infeksi
-Umur
-Dugaan konstitusi genetik
-Keadaan kesehatan dan nutrisi
-Kemoprofilaksis dan pengobatan sebelumnya
Diagnosis malaria
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Diagnosis
Perlu diketahui
Asal penderita apakah dari daerah endemik malaria
Riwayat bepergian ke daerah malaria
Riwayat pengobatan kuratip maupun preventip
Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Dapat dilakukan melalui :
1.
Tetesan preparat darah tebal : untuk menemukan parasit malaria
2.
Tetesan darah tipis : untuk identifikasi jenis plasmodium
3.
Tes antigen : untuk mendeteksi antigen
4.
Tes serologi : untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik
5.
Pemeriksaan PCR : sebagai sarana penelitian, belum untuk
pemeriksaan rutin
2.
b.
c.
c.
d.
b.
Demam dengue
d.
Diagnosis Banding
TX
1.Gol.
-
Artemisinin
Obat bekerja cepat (waktu paruh + 2 jam)
Larut dalam air
Bekerja sebagai obat sizontocidal darah
Dosis
2. Artemeter
Oral : 40 mg/50 mg
Injeksi 80 mg/amp
3. Artemisinin
Oral 250 mg
Suppositoria :
100/200/300/400/500 mg/supp
4. Dihidroartemisinin
Oral : 20/60/80 mg
Suppositoria : 80 mg/sup
5. Artheether
arteeher (artemotil) : 4,8 dan 1,6 mg/kg 6 jam kemudian dan hari I; 1,6
mg/kg 4 hari selanjutnya
1.
Artesunat
Kemasan/Tablet/Cap
6. Asam artelinik
Dosis tetap
Contoh :
- Co-Artem : kombinasi artemeter (20 mg) + Lumefantrine (120 mg)
Dosis : 2 x 1 selama 3 hari
- Artenin : kombinasi dihidroartemisin (40 mg) + piperamin (320 mg)
Dosis : awal 2 tablet, 8 jam kemudian 2 tablet, 24 jam, 32 jam msg
2 tablet
Klorokuin + SP
SP + kina
Klorokuin + Donsisiklin/tetrasiklin/tetrasiklin
Sp + doksisiklin/tetrasiklin
Kina + doksisiklin/tetrasiklin
Kina + klindamisin
Kemoprofilaksis
ketahui dulu sensitivitas plasmodium di tempat tujuan jika daerah:
- Klorokuin sensitif
2 tablet klorokuin 250 mg/mgg
1 minggu sebelum & 4 minggu setelah kembali
- Resisten klorokuin
Deoksisiklin 100 mg/hr
Mefloquin 250 mg/minggu
Kloroquin 2 tablet/minggu + proguanil 200 mg/hr
Primakuin 0,5 mg/kg BB
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Malaria cerebral
Acidosis/acidemi ditandai dengan pernafasan kussmaul
Anemia berat
Gagal ginjal akut (GGA)
Edema paru non kardiogenik / ARDS (adult respitorory
distress syndrome)
Hipoglikemi
Gagal sirkulasi atau syok
Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cema
Kejang berulang lebih dari 2 kali/24jam
Hemoglobinuria (blackwater fever)
Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit pada
pembuluh kapiler jaringan otak
d.
e.
GCS <15
Kelemahan otot (tak bisa duduk/berjalan) tanpa kelainan neurologis
Hiperparasitemia > 5% pada daerah hipoendemis atau daerah
malaria tak stabil
Ikterus (bilirubin > 3 mg%)
Hiperpireksia (temperatur rektal > 40 C pada orang dewasa, > 41 C
pada anak)
Pemeriksaan Laboratorium
Malaria Berat
a.
b.
c.
Pemeriksaan penunjang
EKG
Foto toraks
Analisis cairan serebrospinalis,kadar laktat cairan
serebrospinal
Biakan darah untuk menyingkirkan sepsis
Pemeriksaan air seni(analisis),hemoglobinuria
MALARIA BERAT
Nur Anna C. Sadyah
Pendahuluan
definisi
MALARIA BERAT
PATOGENESIS
MEKANISME PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
Malaria Serebral
GEJALA KLINIS
Malaria Serebral
Gagal ginjal Akut
Kelaianan Hati (malaria
biliosa)
Edema Paru ARDS
Anemia
Hipoglikemia
Hemoglobinuria (Black
water fever)
Malaria Algid
Asidosis
Gastrointestinal
Hiponatremia
Gangguan Perdarahan
Edeme Paru/ARDS
Edema paru dapat terjadi oleh karena
hiperpermiabilitas kapiler dan atau kelebihan cairan
dan mungkin j uga oleh karena peningkatan TNF- .
Penyebab lain Gangguan pernafasan (Respiratory
distress):
1. Kompensasi pernafasan asidosis metabolik.
2. Efek langsung dari parasit atau peningkatan tekanan
intrakranial pada pusat pernapasan di otak
3. Infeksi skunder pada paru-paru.
4. Anemia berat.
5. Kelebihan dosis antikonvulsan (phenobarbital)
menekan pusat pernafasan.
Anemia
Hipoglikemi
Hipoglikemi sering terjadi pada anak-anak, wanita hamil,
dan penderita dewasa dalam pengobatan quinine.
Hipoglikemi terjadi karena :
1. Cadangan glukosa << penderita Starvasi atau
malnutrisi.
2. Gangguan absorbsi glukosa berkurangnya aliran
darah ke splanchnicus.
3. Meningkatnya metabolisme glukosa di jaringan.
4. Pemakaian glukosa oleh parasit.
5. Sitokin akan menggangu glukoneogenesis.
6. Hiperinsulinemia pada pengobatan quinine.
Malaria Algid
Asidosis
Asidosis (bikarbonat < 15meq) atau asidemia (PH < 7,25), pada malaria
menunjukkan prognosis yang buruk.
Keadaan ini dapat disebabkan:
1. Perfusi jaringan yang buruk oleh karena hipovolemia yang akan
menurunkan pengangkutan oksigen
2. Produksi laktat oleh parasit.
3. Terbentuknya laktat karena aktifitas sitokin terutama TNF- , pada fase
respon akut.
4. Aliran darah ke hati yang berkurang, sehingga mengganggu bersihan
laktat.
5. Gangguan fungsi ginjal,sehingga terganggunya ekresi asam.
Gastro Intestinal
Hiponatremia
Gangguan Perdarahan
PATOLOGI DI OTAK
PENGOBATAN MALARIA
BERAT
Pengobatan Suportif
Pengobatan Spesifik
Artemisin.
Golongan artemisin yang dipakai untuk pengobatan malaria berat antara lain :
1. Artemether, diberikan dengan dosis 3,2mg/kgbb/hari im pada hari pertama,
kemudian dilanjutkan dengan 1,6mg/kgbb/han (biasanya diberikan dengan
dosis 160mg dilanjutkan dengan dosis 80mg) sampai 4 hari (penderita dapat
minum obat), kemudian dilanjutkan dengan obat kombinasi peroral.
2. Artesunate. Artesunate diberikan dengan dosis 2,4mg/kgbb iv pada waktu masuk
(time= 0) kemudian pada jam ke 12 dan jam ke 24, selanjutnya setiap hari
sekali sampai penderita dapat minum obat dilanjutkan dengan obat oral
kombinasi.
Kuinin HCL
Kumin HC1 25% 500mg (dihitung BB rata-rata 50kg) dilarutkan dalarn 500cc Dekstrose
5% atau Dekstrose dalam larutan saline diberikan selarna 8 jam, atau pemberian infus
dalarn cairan tersebut diberikan selarna 4jam, kemudian diulang dengan cairan yang sama
terus menerus sampai penderita dapat minum obat dan dilanjutkan dengan pembenian
kuinin peroral dengan dosis 3 kali sehari 10mg/kgBB (3x600mg), dengan total pemberian
kuinin keseluruhannya selamia 7 hari.
Kuinin HC1 25% dengan dosis loading 20mg/kg/BB dalam 100-200cc cairan dekstrose 5%
(NaC1 0,9%) selama 4jam, dan dilarjutkan dengan 10 mg/kgbb dilarutkan dalam 200 ml
dekstrose 5% diberikan dalam waktu 4 jam. Selanjutnya diberikan dengan dosis dan cairan
serta waktu yang sama setiap 8 jam. . Apabila penderita sudah sadar penderita dapat
minum obat dan dilanjutkan dengan pemberian kuinin peroral dengan dosis 3 kali sehari
10mg/kgBB (3x600mg), dengan total pernberian kuinin keseluruhannya selama 7 hari.
Dosis loading ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah mendapat pengobatan kumin
atau meflokuin dalarn 24jam sebelumnya, penderita usia lanjut atau pada penderita
dengan pemanjangan Q-Tc interval/arittriia pada basil pemeriksaan EKG.
Selama pemberian kuinin parenteral monitoring: 1). Gula darah setiap 8 jam, 2). EKG.
Kuinidin glukonate diberikan dengan dosis 7,5 mg/kg/BB selama 4 jam setiap 8 jam
sampai penderita dapat mimun obat.
Pengobatan Komplikasi
PROGNOSIS
Thank you
PENTING