I.
PENDAHULUAN
Fobia berasal dari kata Phobos, nama salah satu Dewa Yunani yang dapat
menimbulkan rasa takut. Sang Dewa digambarkan sebagai satu lukisan memakai
kedok/topeng dan pelindung untuk menakuti lawan dalam peperangan. Kata
Phobia berasal dari namanya yang diartikan dengan kekhawatiran, ketakutan,
atau kepanikan. Freud yang pertama kali membahas rumusan teoretis
terbentuknya fobia dalam sejarah / riwayat kasusnya yang cukup terkenal, LittleHans yang bercerita tentang seorang anak laki-laki usia 5 tahun yang mempunyai
ketakutan berlebihan terhadap kuda. 1
Fobia adalah kecemasan luar biasa, terus-menerus daan tidak realistis
sebagai respon terhadap keadaan external tertentu. Apabila cukup menimbulkan
penderitaan dan ketidakmampuan maka disebut sebagai Gangguan Fobia. Rasa
takut yang umum, ringan, sering muncul, tetapi bersifat sementara (misal takut
pada kegelapan, ketinggian, ular) tidak didiagnosis sebagai fobia. Fobia adalah
suatu ketakutan irasional yang menyebabkan penghindaran yang disadari terhadap
objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Adanya atau diperkirakan akan adanya
situasi fobik menimbulkan ketegangan parah pada orang yang terkena. Pada kasus
berat, fobia dapat terus berlanjut hingga puluhan tahun dan secara perlahan
berubah menjadi gangguan depresi. 1,2,3
II.
DEFINISI
Fobia barasal dari kata Yunani phobos yang berarti takut. Fobia merupakan
suatu gangguan jiwa yang merupakan salah satu tipe dari gangguan anxietas.
Fobia adalah suatu ketakutan irasional yang menyebabkan penghindaran yang
disadari terhadap objek, aktivitas, atau situasi yang ditakuti. Adanya atau
diperkirakan akan adanya situasi fobik menimbulkan ketegangan parah pada
orang yang terkena, yang mengetahui bahwa reaksi adalah berlebihan. Namun
demikian, reaksi fobik menyebabkan suatu gangguan pada kemampuan seseorang
untuk berfungsi di dalam kehidupannya. 3
1,2,4
EPIDEMIOLOGI
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa fobia adalah salah satu gangguan jiwa
paling lazim di Amerika Serikat. Sekitar 5-10% populasi diperkirakan terkena gangguan yang
menyulitkan. Prevalensi seumur hidup fobia sosial sekitar 11 dan prevalensi seumur hidup
fobia spesifik dilaporkan sekitar 3-13%. 3
Agorafobia sering mulai terjadi terhadap wanita yang berumur di antara 20
hingga 40 tahun. Sebanyak 3,2 juta penduduk atau kurang lebih 2,2% golongan
anak muda yang berumur di antara 18 hingga 54 tahun di Amerika Serikat
mengidap agoraphobia. Hampir 60% kasus fobia adalah agoraphobia. 3
Fobia spesifik lebih umum ditemukan dari pada fobia sosial. .Fobia spesifik
umumnya lebih banyak pada perempuan. Rasio perempuan banding laki-laki
sekitar 2:1. Objek dan situasi yang ditakuti pada fobia adalah
hewan, badai,
ketinggian, penyakit, cedera dan kematian. Fobia sosial lebih banyak ditemukan pada
perempuan di banding laki-laki. Usia puncak awitan fobia sosial adalah remaja
walaupun awitannya lazim antara usia 5 tahun dan 35 tahun. 3
IV.
ETIOLOGI
Baik fobia spesifik dan fobia sosial memiliki tipe-tipe, dan penyebab tepat
dari tipe tersebut kemungkinan berbeda. Bahkan di dalam tipe-tipe, seperti pada
semua gangguan mental, ditemukan heterogenisitas penyebab. Patogenesis fobia,
jika dimengerti, mungkin terbukti sebagai model yang jelas untuk interaksi antara
faktor biologis dan genetika, pada satu pihak, dan peristiwa lingkungan, pada
pihak lain. Pada fobia spesifik tipe darah, injeksi, cedera, orang yang terkena
mungkin memiliki refleks vasovagal yang kuat yang diturunkan, yang menjadi
berhubungan dengan emosi fobik. 3
1. Teori Psikoanalitik
Secara historis, penyebab gangguan fobia ini biasanya dijelaskan dari
perspektif psikoanalisis. Teori psikoanalitik memandang serangan panik sebagai
akibat dari pertahanan yang tidak berhasil dalam melawan impuls yang
menyebabkan kecemasan. Apa yang sebelumnya merupakan suatu sinyal
kecemasan ringan menjadi suatu perasaan ketakutan yang melanda, lengkap
dengan gejala somatik. 1,3
Sigmund Freud mengatakan bahwa gangguan ansietas (salah satunya
gangguan fobia) sebagai akibat konflik yang berasal dari kejadian-kejadian pada
fase perkembangan psikoseksual yang tidak terselesaikan dengan baik. pada
pasien fobia mekanisme pertahanan ego yang dipakai adalah displacement
(memindahkan situasi yang tidak bisa diterima ke situasi yang lebih bias
diterima). Beberapa penelitian melaporkan hubungan dengan kebiasaan
menghalanghalangi anak pada masa kecilnya. Freud pertama kali membahas
rumusan teoritis terbentuknya fobia pada kasusnya yang terkenal, Little Hans,
bercerita tentang seorang anak laki-laki usia 5 tahun yang takut terhadap kuda.1
Hans pernah melihat seekor kuda jatuh dan kemudian berkembang satu ketakutan
bahwa kuda akan jatuh dan menggigitnya. Freud dapat menunjukkan bahwa kuda
tidak ada hubungannya dengan ketakutan Hans yang sebenarnya, tetapi sebagai
simbol menggantikan ayahnya yang ditakutinya secara tidak sadar. Gigitan kuda
menjadi simbol (secara tidak sadar) ancaman kastrasi oleh ayahnya. Ketakutan
terhadap si ayah telah direpresi dan diganti ke objek lain. Freud percaya bahwa
baik dorongan seksual atau agresif, atau gabungan keduanya bersamaan,
menjadikan adanya kekuatan bertahan dalam melawan dorongan tersebut. Prinsip
teori psikoanalitik adalah ide/pikiran yang merupakan sumber asli ketakutan telah
kecemasan
lainnya.
Beberapa
penelitian
melaporkan
adanya
bahwa
orang
tua
pasien
fobia
sosial
kurang
Teori Genetika
Fobia spesifik dan sosial cenderung berada di dalam keluarga. Penelitian telah
melaporkan bahwa dua pertiga sampai tiga perempat penderita yang terkena
memiliki sekurangnya satu sanak saudara derajat pertama dengan fobia spesifik
dan sosial dari tipe yang sama. Beberapa data awal menyatakan bahwa kembar
monozigotik adalah lebih sering bersesuaian dibandingkan kembar dizigotik,
walaupun cukup penting untuk mempelajari kembar yang dibesarkan secara
terpisah untuk membantu mengontrol faktor lingkungan. Penelitian pada 1.427
orang anak kembar (898 monozigot dan 529 dizigot) menemukan kasus gangguan
kepribadian menghindar sebanyak 2,7% dan fobia sosial 5%. Meta-analisis ikatan
gen pada pasien gangguan fobia menemukan kelainan pada kromosom 16q. 1,3
4. Teori Neurokimiawi
Keberhasilan farmakoterapi dalam mengobati fobia sosial telah menciptakan
dua hipotesis neurokimiawi spesifik tentang dua jenis fobia sosial. Secara spesifik,
penggunaan antagonis adrenergik-beta, sebagai contohnya, propranolol (Inderal)
untuk fobia kinerja (performance phobia) (sebagai contohnya, berbicara di depan
publik) telah mengembangkan teori adrenergik untuk fobia tersebut. Pasien
dengan fobia mungkin melepaskan lebih banyak norepinefrin dan epinefrin, baik
di sentral maupun perifer, dan juga penurunan GABA (Gamma-aminobutiric
Acid), dopamine dan serotonin, dibandingkan orang nonfobik, atau pasien
tersebut mungkin peka terhadap stimulasi adrenergik tingkat yang normal.
Norepinefrin yang terletak di lokus serulens dalam pons, disekresi oleh badan sel
yang terletak pada otak dan hipotalamus bagi membantu pengaturan seluruh
aktivitas dan perasaan, misalnya peningkatan kewaspadaan. GABA pula bersifat
inhibisi dan disekresikan oleh ujung saraf dalam spinal cord, cerebellum, basal
ganglia dan korteks serebri. Dopamine juga bersifat inhibisi dan disekresikan oleh
neuron di substansia nigra basal ganglia. Manakala serotonin penting dalam
perasaan kesejahteraan, maka jika berlaku penurunan akan mengakibatkan
kecemasan dan depresi. Pengamatan bahwa inhibitor monoamin oksidase (MAOI)
mungkin lebih efektif dibandingkan obat trisiklik dalam pengobatan fobia sosial
umum, dikombinasikan dengan data praklinis, telah menyebabkan beberapa
peneliti menghipotesiskan bahwa aktivitas dopaminergik adalah berhubungan
dengan patogenesis gangguan. Akhirnya, serotonin memainkan peranan didalam
fobia karena SSRI terbukti efektif dalam mengobati gangguan ini. 1,3
V.
GAMBARAN KLINIS
a. Agorafobia
Agorafobia merupakan ketakutan akan keramaian atau tempat
b. Fobia Sosial
Fobia sosial merupakan ketakutan yang bermakna dan terus-menerus dari
satu atau lebih situasi-situasi sosial ketika berhadapan dengan orang yang tidak
dikenal atau kemungkinan diperhatikan dengan cermat oleh orang lain. 1
Beberapa individu pengidap fobia sosial bisa mempunyai ketakutan yang
sangat spesifik (non-generalized social phobia) dengan gambaran sangat jelas,
seperti berbicara di depan umum dan makan/minum atau menulis di tempat
umum, menghadapi lawan jenis, tidak dapat buang air kecil di toilet umum (shy
bladder), atau ketakutan terhadap interaksi yang terbatas pada satu atau dua
keadaan saja. Jenis fobia sosial lain adalah takut pada keadaan-keadaan yang
bersifat umum (generalized type). Penderita ini takut atau merasa malu atau tidak
dapat berada dalam sebagian besar situasi-situasi sosial atau keadaan-keadaan
fungsi social khusus. Dalam PPDGJ-III, gangguan ini disebut dengan gambaran
kabur (difus) yang mencakup hampir semua situasi sosial di luar lingkungan
keluarga. Orang dikatakan menderita fobia sosial umum (generalized social
phobia) jika ia merasa takut akan situasi-situasi interaksi dengan orang lain,
seperti pertemuan sosial atau terlibat dalam satu percakapan, sedangkan tipe
spesifik atau nongeneralized social phobia jika yang bersangkutan takut akan
situasi-situasi yang berorientasi pada penampilan/perbuatan (performanceoriented situations), seperti berbicara di depan umum atau menulis di hadapan
orang lain. 1,3,6
Manifestasi klinis bisa bermacam-macam dan bisa mengenai setiap sistem
tubuh. Gejala yang sering adalah palpitasi, kadang-kadang disertai nyeri dada,
dispnea, mulut kering, kadang-kadang disertai mual atau muntah. Selain itu, bisa
terdapat gejala banyak keringat, ketegangan otot, perasaan panas dingin, serta rasa
tertekan di kepala atau nyeri kepala. Dapat juga tercetus keluhan malu (muka
merah), tangan gemetar, atau ingin buang air kecil. Kadang-kadang individu
bersangkutan merasa yakin bahwa salah satu dari manifestasi gejala sekunder
ansietasnya merupakan yang utama; dalam hal ini, gejala dapat berkembang
menjadi serangan panik. 1
Temuan pemeriksaan status mental yang paling bermakna adalah ketakutan
irasional dan ego-distonik terhadap situasi, aktivitas, atau objek tertentu; pasien
juga dapat menggambarkan bagaimana mereka menghindari hubungan/kontak
dengan situasi fobik tersebut. Depresi ditemukan pada kira-kira sepertiga pasien
fobia. 1
c. Fobia Spesifik
Fobia spesifik merupakan rasa takut yang irasional pada objek atau
situasi tertentu. Beberapa fobia spesifik mulai timbul pada masa kanakkanak. Tetapi banyak fobia yang menghilang setelah penderita beranjak
dewasa.
Beberapa fobia lebih sering terjadi pada anak-anak meliputi takut ketinggian,
kegelapan, suntikan, anjing, suara keras, hewan kecil, dan serangga. 7
The National Epidemiological Study On Alcohol And Related Conditions
meneliti tingkat prevalensi di kalangan orang dewasa. Fobia yang paling sering
dilaporkan terlibat hewan dan ketinggian yaitu terdiri lebih dari setengah dari
kasus didiagnosis fobia spesifik. Claustrophobia dan takut terbang yang
ditemukan menjadi signifikan dalam sekitar sepertiga dari orang yang didiagnosis
dengan fobia spesifik. 7
Beberapa subtipe fobia spesifik: 7
1. Animal Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap binatang
atau serangga. Subtipe ini umumnya mempunyai onset masa kecil.
2. Natural Environment Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan
terhadap objek objek dalam lingkungan alami, seperti : badai, ketinggian,
atau air. Subtipe ini mempunyai onset masa kecil.
3. Blood-Injection-Injury Type. Subtipe ini ditandai dengan adanya ketakutan
melihat darah, cedera, menerima injeksi ataupun segala prosedur medis.
Subtipe ini sering dijumpai dan karakteristiknya adalah adanya respon
vasovagal.
4. Situational Type. subtype ini ditandai dengan adanya ketakutan terhadap
situasi tertentu seperti: transportasi umum, lorong, jembatan, elevator, pesawat
terbang, berkendara, atau tempat tertutup. Subtipe ini mempunyai dua onset,
onset pertama pada waktu kecil dan yang kedua pada pertengahan umur 20-an.
5. Other Type. Subtipe ini ditandai dengan ketakutan terhadap stimulasi yang
lain. Stimulus dapat berupa ketakutan ketika tersedak, muntah, menderita
penyakit, space fobia (seseorang yang takut jatuh ketika berada jauh dari
dinding atau sesuatu yang mempertahankan dirinya), anak-anak takut terhadap
suara yang keras atau karakter berkostum
VI.
DIAGNOSIS
a. Agorafobia
8
10
11
DIAGNOSIS BANDING
12
kepribadian
paranoid,
gangguan
kepribadian
menghindar,
di
mana pasien tidak ingin keluar rumah dan gangguan kepribadian dependan karena
pasien harus selalu ditemani setiap keluar rumah. 3
Dua pertimbangan diagnosis banding tambahan untuk fobia sosial adalah
gangguan depresif berat dan gangguan kepribadian skizoid. Menghindari situasi
sosial seringkali merupakan gejala depresi; tetapi, wawancara psikiatrik dengan
pasien kemungkinan mengungkapkan berbagai kumpulan gejala depresif. Pada
pasien dengan gangguan kepribadian skizoid, tidak adanya minat dalam hal
sosialisasi, menyebabkan perilaku sosial menghindar. 3
Diagnosis lain yang harus dipertimbangkan di dalam diagnosis banding
fobia spesifik adalah hipokondriasis, gangguan obsesif-kompulsif, dan gangguan
kepribadian paranoid. Hipokondriasis adalah ketakutan akan menderita suatu
penyakit, sedangkan fobia spesifik tipe penyakit adalah ketakutan akan tertular
penyakit. Beberapa pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif terdapat perilaku
yang tidak dapat dibedakan dari perilaku seorang pasien dengan fobia spesifik.
Sebagai contohnya, pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif mungkin
menghindari pisau karena mereka memiliki pikiran kompulsif tentang membunuh
anak-anaknya, sedangkan pasien dengan fobia spesifik yang melibatkan pisau
mungkin menghindari pisau karena ketakutan dirinya akan terpotong. Gangguan
kepribadian paranoid dapat dibedakan dari fobia spesifik oleh adanya ketakutan
menyeluruh pada pasien dengan gangguan kepribadian paranoid. 3
VIII. PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
1. Golongan Trisiklik
Mekanisme kerja : Obatobat ini menghambat re-uptake aminergic
neurotransmitter (noradrenalin, serotonin, dan dopamine) dan menghambat
penghancuran oleh enzim Monoamine Oxidase sehingga terjadi peningkatan
13
14
15
PROGNOSIS
a. Agorafobia
Sebagian besar kasus agorafobia diperkirakan disebabkan oleh gangguan
panik. Jika gangguan panik diobati, agorafobia sering kali membaik dengan
berjalannya waktu. Untuk mendapatkan reduksi agorafobia yang cepat dan
lengkap, terapi perilaku kadang-kadang diperlukan. Agorafobia tanpa riwayat
gangguan panik sering kali menyebabkan ketidakberdayaan dan kronis. Gangguan
depresif dan ketergantungan alkohol sering kali mengkomplikasi perjalanan
agorafobia. 3
b. Fobia Sosial dan Fobia Spesifik
Tidak banyak yang diketahui tentang perjalanan penyakit dan prognosis
fobia spesifik dan fobia sosial karena mereka relatif baru dikenali sebagai
gangguan mental yang penting. Diperkenalkannya psikoterapi spesifik dan
farmakoterapi untuk mengobati fobia akan juga mempengaruhi interpretasi data
tentang perjalanan penyakit dan prognosis kecuali kontrol pemeriksaan untuk
strategi pengobatan. Gangguan fobik mungkin disertai dengan lebih banyak
morbiditas dibandingkan yang diketahui sebelumnya. Tergantung pada derajat
mana perilaku fobik mengganggu kemampuan seseorang untuk berfungsi, pasien
yang terkena mungkin memiliki ketergantungan finansial pada orang lain semasa
dewasa dan memiliki berbagai derajat gangguan dalam kehidupan sosialnya,
keberhasilan
pekerjaan,
dan,
pada
orang
muda,
prestasi
sekolahnya.
KESIMPULAN
Fobia barasal dari kata Yunani phobos yang berarti takut. Fobia merupakan
suatu gangguan jiwa yang merupakan salah satu tipe dari gangguan anxietas.
16
utama
yang
digunakan
untuk
gangguan
kecemasan
adalah
17
DAFTAR PUSTAKA
1. Yaunin, Yaslinda. Fobia Sosial. CDK-98 Vol. 39 No.10. 2012. P. 752-4.
2. Gangguan
Ketakutan
(Fobia).
http://medicastore.com/penyakit/253/gangguan_ketakutan_28fobia_29.htnl.
Diakses pada tanggal 2 Juli 2014.
3. Sadock, BJ., Sadock, VA. Spesific Phobia and Social Phobia. In: Grebb, JA.,
Pataki, CS., Sussman, N., Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 10th edition. New York: Lippincott
Williams & Wilkins. 2007. P. 598-604.
4. Maslim, R. Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan
Terkait Stress. Dalam: Maslim, R., Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa
Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. 2013. hal. 72-73.
5. Maslim, R. Obat Anti Depresi dan Obat Anti Anxietas. Dalam: Maslim, R,
Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi 3. Jakarta:
18
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. 2007.
Hal. 23-25; 36-40.
6. Merckelbach, H., Muris, P., Faravelli, C., Zucchi, T., Perone, A., Salmoria, R.
and Viviani, B. Phobia and Social Phobia. In: Griez, EJL., Faravelli, C., Nutt
and Zohar, D. eds. Anxietas Disorder. John Wiley & Sons Ltd. 2001. P. 105137.
7. Crozier, Marjorie, Gillihan, Seth J. and Powers, Mark B. Issues in
Differential Diagnosis: Phobias and Phobic Conditions. In: McKay, D., and
Storch, E.A., eds. Handbook of Child and Adolescent Anxiety Disorders.
Anxiety Research and Treatment Program, Southern Methodist University,
Dallas. 2011. P. 7-22.
8. Ulrich, Wittche H., Gloster, Andrew T., et al. Review: Agoraphobia: A Review
Of The Diagnostic Classificatory Position And Criteria. Depression And
Anxiety 27. 2010. P. 128.
9. J. Albers, Lawrence, K. Hahn, Rhoda, Reist, Christopher. Handbook of
19