Anda di halaman 1dari 27

PRE EKLAMPSIA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Reproduksi 1
Pembimbing :
Hemi Fitriani S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat.
Disusun oleh :
Indry Artri ( 213113114 )

ILMU KEPERAWATAN S1
STIKES JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas petunjuk dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar.
Makalah ini menampilkan rangkuman materi pokok dengan sajian kompetensi
yangbertujuan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang pokok-pokok materi
yang telah dipelajari.Diharapkan makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam kegiatan
belajar guna meraih prestasi belajar yang maksimal.
Kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pembimbing Diskel yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk menyusun makalah ini.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyajian makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari mahasiswa akan kami terima dengan
senang hati, guna penyempurnaan makalah ini berikutnya.

Cimahi ,18 November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

PRE EKLAMPSIA................................................................................................ 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang..................................................................................... 3
1.2 Tujuan Masalah.................................................................................... 3
1.3 Metode Penyusunan............................................................................. 4
1.4 Studi kepustakaan...............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 5
2.1 Skenario kasus..................................................................................... 5
2.2 Step 1 (klasifikasi Istilah).....................................................................5
2.3 Step 2 (pertanyaan)............................................................................. 6
2.4 Step 3 ( Jawaban)................................................................................. 6
2.5 Step 4 (sintesis)................................................................................... 9
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 26
KESIMPULAN............................................................................................ 26
SARAN...................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 27

BAB I
PENDAHULUAN
1

Latar Belakang

Preeklamsia masih merupakan masalah esehatan dibidang obstetrik selain


infeksi dan perdarahan, karena merupakan salah satu penyebab meningkatnya
morbiditas maupun mortalitas pada ibu dan perinatal. Preeklamsia merupakan
penyulit dalam proses persalinan yang kejadiannya senantiasa tetap tinggi. Pada
preeklamsia terjadi keggagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat,
sehingga kontraspsi tetap berjalan tetapi sel trofoblast tidak mampu melakukan invasi
kedalam arteri spiralis agar dilatasi, sehingga tonus pembuluh darah tetap tinggi dan
terjadi vasokontriksi (Angsar, 2003). Hal ini menyebabkan pembuluh darag ibu tidak
mampu memenuhhi kebutuhan darah plasenta, sehingga terjadi iskemia plasenta
(Leungetal, 2001)
Dari kasus persalinan yang dirawat di rumah sakit 3-5% merupakan kasus
preeklamsia atau eklamsia (Manuaba, 1998). Dari kasus tersebut tersebut 6% terjadi
pada semua persalinan, 12% terjadi pada primi gravida. Masih tinngginya angka
kejadian ini dapat dijadikan sebagai gambaran umum tingat kesehatan ibu bersalin
dan tingkat kesehatan masyarakat secara umum.
Pada preeklamsi terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam
dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat diakui
oleh satu sel darah merah. Jadi semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka
tekanan darah akan naik sebagai usaha untuk mengatasi tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang
disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan intersisial belum
diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
1.2 Tujuan Masalah
a. Tujuan Umum :
Melakukan asuhan keperawatan dan mempelajari lebih dalam tentang penyakit pre
ekslampsia melalui pendekatan proses keperawatan secara komprehensif.
b. Tujuan Khusus :
1 Mahasiswa mengerti mengenai tentrang definisi penyakit pre ekslampsia.

2
3
4
5
6

Mahasiswa mampu mengetahui tentang etiologi penyakit pre ekslampsia.


Mahasiswa mampu mengetahui tentang manifestasi penyakit pre ekslampsia.
Mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi penyakit pre ekslampsia.
Mahasiswa mampu mengetahui tentang patofisiologi penyakit pre ekslampsia.
Mahasiswa mampu mengetahui tentang penatalaksaan penyakit pre ekslampia.

1.3 Metode Penyusunan


1

Studi kepustakaan
Yaitu suatu pengumpulan data yang diperoleh dengan cara penelusuran buku-buku

untuk memperoleh ketentuan dasar terhadap materi yang dihadapi.


Pencarian dari internet
Yaitu penelusuran dari berbagai macam alamat web yang mengenai materi pre
ekslampsia yang ada di dalam internet untuk memperoleh meteri yang dihadapi.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Skenario kasus
Seorang ibu,ny s, usia 37 tahun, hamil 32 minggu, G 4P2A1, datang ke poli kandungan untuk
memeriksakan kehamilannya. Tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 84 x/menit, berat badan

85 kg, tinggi badan 185 cm. Ibu mengatakan bahwa pandangannya terasa tidak jelas yang
dirasakan akhir-akhir ini, ibu juga mengeluh sakit ulu hati. Hasil pemeriksaan urin dinyatakan
proteinuria. Setelah selesai pemeriksaan ibu dianjurkan untuk dirawat.
Pertanyaan:
1
2
3
4

Pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan pada Ny S.?


Gangguan apa yang dialami oleh Ny S.?
Data-data apa yang dipakai untuk menentukan gangguan yang dialami Ny S.?
Faktor resiko apa yang dimiliki Ny S, sehingga mengalami gangguan pada

5
6
7
8
9
10
11

kehamilannya.?
Bagaimana proses perjalanan penyakitnya.?
Bagaimana tindakan medis yang dilakukan.?
Komplikasi yang dapat muncul dari gangguan tersebut.?
Diagnosa keperaatan apa yang mungkin terjadi pada Ny S.?
Tindakan perawatan apa yang harus Ny s dapatkan selama dirawat.?
Kriteria apa yang harus dicapai hingga NY S dapat pulang.?
Discart planning yang dilakukan pada Ny S.?

2.2 Step 1 (klasifikasi Istilah)


1 G4P2A1
2 Proteinuria
Jawab
1 G4=Gravida 4 (Kehamilan ke-4)
P2=Partus 2

(Melahirkan 2x)

A1=Abortus 1 (Pernah keguguran 1x)


2

Adanya protein serum yang berlebihan didalam urin.

2.3 Step 2 (pertanyaan)


1 Pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan pada Ny S.?
2 Gangguan apa yang dialami oleh Ny S.?
3 Data-data apa yang dipakai untuk menentukan gangguan yang dialami Ny S.?
4 Faktor resiko apa yang dimiliki Ny S, sehingga mengalami gangguan pada
kehamilannya.?
5 Bagaimana proses perjalanan penyakitnya.?
6 Bagaimana tindakan medis yang dilakukan.?
7 Komplikasi yang dapat muncul dari gangguan tersebut./
8 Diagnosa keperaatan apa yang mungkin terjadi pada Ny S.?
9 Tindakan perawatan apa yang harus Ny s dapatkan selama dirawat.?
10 Kriteria apa yang harus dicapai hingga NY S dapat pulang.?
11 Discart planning yang dilakukan pada Ny S.?

Step 3 ( Jawaban)

- Pemeriksaan Laboratorium,Radiologi,USG,Urinology.
-Pemeriksaan TTV.

- Hipertensi.
-Proteinuria = Akan mempengaruhi kerja ginjal.
-Pusing
-Nyeri ulu hati
-Pandangan terasa tidak jelas.
-Usian kehamilan lebih dari 20 minggu.
-Kenaikan berat badan terasa cepat.

-Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg.


-Proteinuria.
-Nyeri epigastrium.

-Obesitas
-Riwayat hipertensi
-Usia lebih dari 35 tahun.
-Kehamilan ganda
-Primigrafida= Pembentukan antibody penghambat (blocking antobodi) belum
sempurna sehingga meningkatkan resiko pre akslampsia.

Pre Ekslampsia

Kompensasi agar oksigenasi cukup

Spasme pembuluh darah dan retensi


Dari garam dan air

Sparme arteola ginjal atau gromerulus


Proses reabsorbsi cairan diginjal terganggu

Terjadi perubahan glomerulus

Proteinuria
6

-Kolaborasi pemberian obat


-Dilakukan secsio (apabila kondisi sudah memburuk)

-Subsio placenta = Bisa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.


-Hipofabrinogenemia.
-Hemolisis = Gejala klinik berupa ikterik diduga terkaot nekrosis periportal.
-Hati pada penderita,Pre ekslampsia.
-Perdarahan otak = merupakan penyebab utama kematian maternal penderita.
-Ekslampsia
-Kelaina mata = kehilangan penglihatan sementara dapat terjadi pendarahan pada
retina dapat ditemukan dan merupaka tanda gawat yang menunjukan adanya
apopfleksia serebri.
-Edema paru.
-Prematuritas.

-Nekrosis hati.
-Sindrom HELLP (Hemolisis, elevatet, liver enzymes, dan low platelet)
-Kelainan ginjal.
-DIC (Diseminatet Intravascular Coagulation) = Dapat terjadi telah mencapai tahap
pre ekslampsia.
8

1.Gangguan perfusi jaringan b/d hipertensi vasospasme ditandai TD 180/100


mmHg
2.Nyeri b/d sakit ulu hati
3.Hipertensi b/d spasme pembuluh darah dan kenaikan CO.

-Monitor TD setiap 4 jam sekali.


-Catat tingkat kesadaran.
-Kaji adanya tanda-tanda pre ekslampsia seperti hiperaktif, reflek patella dalam,
penurunan nadi, Respirasi dan Nyeri epigastrium.

10 -Tekanan darah menurun sehingga kembali menjadi normal.


-Berat badan mencapai ideal.
-Pandangannya menjadi lebih jelas.
-Nyeri di ulu hati hilang
-Urinnya normal tidak ada proteinuria.
11 -1-2 mg dilakukan checkup.
-Menghitung penggerakan bayi setiap hari.
-Timbang berat badan sebelum sarapan setiap pagi.
-Istirahat atau bedrest.
-Diet makan TKTP, tinggi karbohidrat.
-Hindari makanan yang mengandung msg.

-Pengawasan Antenatal hamil.


2.5 Step 4 (sintesis)
1

Pengertian
Pre-eklamsia adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan, terjadi
setelah minggu ke 20 gestasi, ditandai dengan hipertensi dan protein uria dan dapat
juga diserta dengan udema. Hipertensi di sini adalah tekanan darah 140/90
mmHgatau lebih, atau sutu kenaikan tekanan sistolik sebesar 30mmHg atau lebih
(jika diketahui tingkat yang biasa), atau kenaikan tekanan darah diastolic sebesar 15
mmHg atau lebih (jika diketahui tingkat yang biasa). Protein uria dalam preeklamsia
adalah konsentrasi protein sebesar 0,3 g/l atau lebih pada sedikitnya 2 spesimen urin
yang di ambil secara acak dan pada selang waktu 6 jam atau lebih. Edema biasa
terjadi pada kehamilan normal, sehingga edema bukanlah tanda pre-eklampsia yang
dapat dipercaya kecuali jika edema juga mulai terjadi pada tangan dan wajah, serta
kenaikan berat badan yang mendadak sebanyak 1 kg atau kebih dalam seminggu
(atau 3 kg dalam sebulan) adalah indikasi pre-eklampsia (kenaikan berat badan
normal sekitar 0,5 kg per minggu). (Anonim, 2007).
Pre-eklamsia adalah penyakit dengan tanda tanda hipertensi, edema dan proteinuria

yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul pada tri wulan ke tiga
kehamilan, tetapi dapat sebelumnya, misalnya karena mola hidatidosa (Winknjosastro.1977 ;
282).
Preeklampsia (Toksemia Gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi
pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. (Manuaba
( 1998)).
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer,
2000).
Preeklampsia adalah toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi,
edema, dan proteinuria. ( kamus saku kedokteran Dorland).
Pre-eklampsia adalah kelainan multiorgan spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan terjadinya hipertensi, edema dan proteinuria tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda

kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah
kehamilan berumur 20 minggu. (Obgynacea 2009). (Nanda NIC NOC 2013).

Klasifikasi
Pre-Eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
a

Pre-Eklampsia Ringan
Bila disertai keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik
30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih
per minggu.
3) Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada
urin kateter atau midstream.

Pre-Eklampsia Berat
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .

4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis.
Etiologi
Etiologi preeklampsia

sampai saat ini belum

diketahui dengan

pasti.

Banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya, oleh karena itu disebut penyakit teori; namun belum ada yang
memberikan jawaban yang memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai
penyebab preeklampsia adalah teori iskemia plasenta.
Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan
penyakit ini.Adapun teori-teori tersebut adalah ;
a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler,
sehingga

sekresi vasodilatator prostasiklin

oleh sel-sel endotelial plasenta

berkurang, sedangkan
pada kehamilan normal prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh t
rombosit bertambah sehingga timbul vasokonstrikso generalisata dan sekresi
aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangn perfusi
plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma.
b. Peran Faktor Imunologis
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan I karena pada kehamilan I
terjadi pembentukan blocking antibodies terhadap antigen placenta tidak sempurna.
Padapreeklampsia terjadi komplek imun humoral dan aktivasi komplemen.
Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.
c. Peran Faktor Genetik
Preeklampsia hanya terjadi pada manusia. Preeklampsia meningkat pada anak
dari ibu yang menderita preeklampsia.
d. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus
e. Defisiensi kalsium. Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu memperta
hankan vasodilatasi dari pembuluh darah.
f. Disfungsi dan aktivasi dari endotelial. Kerusakan sel endotel vaskuler maternal
memilikiperanan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsia. Fibron
ektin diketahui dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan
meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan preeklampsia.

Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan


dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan
(Anonim, 2007).

Manifestasi Klinis
1

Pre ekslampsia Ringan


a Bila tekanan sistolik >140mmHg kenaikan 30mmhg diatas tekanan biasa, tekanan
diastolik 90mmhg kenaikan 14mmhg diatas tekanan biasa, tekanan darah yang
b

meninggi ini sekurangnya diukur 2kali dengan jarak 6 jam.


Proteinuria sebesar 300mg/dl dalam 25 jam atau >1 gram/L secara random dengan
memakai contoh urine siang hari yang dikumpulkan 2 waktu dengan jarak 6 jam

karena kehilangan protein adalah bervariasi


Edema defendent, bengkak dimata, wajah, jari, bunyi pulmoner tidak terdengar
edema timbul dengan didahului penambahan berat badan 1/2kg dalam seminggu
atau lebih. Tambahan BB yang banyak ini disebabkan retensi air dalam jaringan

dan kemudian baru edema nampak, edema ini tidak hilang dengan istirahat
Pre ekslampsia Berat
a Tekanan darah sistolik >160mmhg dan diastolik >110mmhg pada 2 kali
b

pemerikasaan setidaknya berjarak 6 jam dengan ibu posisi tirah baring.


Proteinuria >5g dalam urine 24 jam atau lebih dari +3 pada pemeriksaan
diagnostik setidaknya pada 2 kali pemeriksaan acak menggunakan contoh urine

c
d
e
f

yang diperoleh cara bersih dan berjarak setidaknya 4 jam.


Oliguria <400ml dalam 24 jam
Gangguan otak atau gangguan penglihatan
Nyeri ulu hati
Edema paru atau sianosis

Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang pelepasan bahan tropoblastik
yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik
menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin.

Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan


aktivasi / agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi
intravaskular yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif
koagulapati. Konsumtif koagulapati mengakibatkan trombosit dan faktor
pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin
uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan
bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi
angiotensin II. Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya
vasospasme. Vasospasme menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol
yang menyempit menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah
merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhab
sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme,
angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron.

Vasospasme

bersama

dengan

koagulasi

intravaskular

akan

menyebabkan gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.


Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak,
darah, paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya
pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah
merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paruparu, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal,
perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru.
Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati,
vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan
kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan

diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol


pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein
akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi
oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan
terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa
keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang
meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus
dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation serta memunculkan
diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis
akan

meningkat.

Peningkatan

saraf

simpatis

mempengaruhi

traktus

gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan


terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl
meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi
akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga
muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan
keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan intoleransi
aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang terpajan
informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.

PATHWAY

Faktor
imunologik

Tekanan
darah
(hipertensi)

Perfusi ke
jaringan

Aliran darah
berkurang

CO2
Gangguan
Ganggu
perfusi
Intra
an uterin
jaringan
growth
perfusi

Hipoksia dan
iskemik pada
plasenta

Kerusakan
gromerulus

primigravida dan multigravida


Riwayat keluarga pre-eklampsia
dan eklampsia
Pre-eklampsia pada kehamilan
sebelumnya
Ibu hamil dengan usia <20
tahun >35 tahun
Wanita dengan gangguan fungsi
organ atau riwayat kesehatan
diabetes, penyakit ginjal,
migrain dan tekanan darah
tinggi
Kehamilan kembar
Obesitas
Interval antar kehamilan yang
jauh

Terjadi
mikroemboli
pada hati
(kerusakan
liver)

Kemampu
Gangguan Protein
an filtrasi
Nyeri
Hipoksia
ke
padaResiko
plasma
Mengeluarka
Gangguan
Vasospas
menurun
Retensi
epigastriu
semua
Proteinur
endotel
tubuh
Nye
n toksik
eliminasi
me
tinggi dalam
foetal

Edem
a

Gangguan
Spasme
persepsi
Edem
Edem Pandang
Edema
arteriol
Nyeri sensori
a
a
serebr
an
kabur
a retina
penglihata
paru ulu
hepar

Pemeriksaan penunjang
1

Pemeriksaan laboratorium
a Pemeriksaan darah lengkap
1 Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk

wanita hamil adalah 12-14 gram %)


2 Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43vol%)
3 Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450.000/mm3)
b Urinalisis ditemukan protein dalam urine
c Pemeriksaan fungsi hati
1 Bilirubin meningkat (N=<1mg/dL)
2 LDH meningkat
3 Aspartat aminomtransferase (AST) >60 uL
4 Serum glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat (N=15-45 u/ml)
5 Total protein serum menurun (N=6,7-8,7 g/dL)
d Tes kimia darah
Asam urat meningkat (N=2,4-2,7mg/dL)
2 Radiologi
a Ultrasonografi
Ditemukan terarbasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intra uterus
lambat, aktifitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
b Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah.
Komplikasi
Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi antara
lain:
1. Pada Ibu
a.

Eklapmsia

b. Solusio plasenta
c.

Pendarahan subkapsula hepar

d. Kelainan pembekuan darah ( DIC )


e.

Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )

f.

Ablasio retina

g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.


2. Pada Janin
a.

Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus

b. Prematur
c.

Asfiksia neonatorum

d. Kematian dalam uterus


e.

Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal

Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8
jam pada malam hari)
d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari,
atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30
mg/hari).
g. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
h. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
i. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau
pasien

menunjukkan

tanda-tanda

pre-eklampsia

berat.

Berikan

juga

obat

antihipertensi.
j. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat.
Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
k. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan
pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi
terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
l. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan
ekstraksi untuk mempercepat kala II.
2) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat

Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri /
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti : kehamilan
dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip : Tetap PEMANTAUAN
JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi.

Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre
eklampsia, dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya. Walaupun timbulnya
pre eklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi
dengan pemberian penerangan secukupnya dan palaksanaan pengawasannya yang baik
pada wanita hamil. Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam
pencegahan.istirahat tidak selalu berarti berbaring ditempat tidur, namun pekerjaan
sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan untuk lebih banyak duduk dan berbaring. Diet
tinggi protein dan rendah lemak, karbohidat, garam dan penambahan BB yang tidak
berlebihan perlu dianjurkan. Mengenla secara dini pre eklampsia dan segera merawat
penderita tanpa memberikan diuretika dan obat anti hipertensif memang merupakan
kemajuan yang penting dari pemeriksaan anternatal yang baik
Asuhan keperawatan
A PENGKAJIAN
Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
1. Data subyektif :
a

Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35 tahun

Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing,


nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur

Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler


esensial, hipertensi kronik, DM

Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion


serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya

Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan

Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan,


oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.

Data Obyektif :
a

Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress


a

Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika


refleks + )

Pemeriksaan penunjang :

Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali
dengan interval 6 jam

Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya


meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric
acid biasanya > 7 mg/100 ml

Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu

Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada


otak

USG ; untuk mengetahui keadaan janin

NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

B DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ ( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
2 Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
3 Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan
pembukaan jalan lahir
4 Resiko tinggi terjadinya trauma ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
5 Gangguan perfusi pada jaringaan ginjal berhubungan dengan vasokontriksi, spasme
dan edema glomerulus
6 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan retensi air dan
garam
7 Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif
terhadap proses persalinan

C INTERVENSI
1

Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi
organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu

Kriteria Hasil :
1

Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )

Tanda-tanda vital :
-

Tekanan Darah : 100-120/70-80 mmHg

Suhu : 36-37 C

Nadi : 60-80 x/mnt

RR : 16-20 x/mnt

Intervensi :
1

Monitor tekanan darah tiap 4 jam


Rasional: Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih
merupakan indikasi dari PIH

Catat tingkat kesadaran pasien


Rasional: Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
3

Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam,


penurunan nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
Rasional: Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak,
ginjal, jantung dan paru yang mendahului status kejang

Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
Rasional:

Kejang

akan

meningkatkan

kepekaan

uterus

yang

akan

memungkinkan terjadinya persalinan


5

Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM


Rasional: Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang

Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan
pada plasenta
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi foetal distress pada janin

Kriteria Hasil :
1

DJJ ( + ) : 12-12-12

Hasil NST :

Hasil USG ;

Intervensi :
1

Monitor DJJ sesuai indikasi


Rasional : Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia, prematur dan
solusio plasenta

Kaji tentang pertumbuhan janin


Rasional : Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan karena hipertensi
sehingga timbul IUGR
3

Jelaskan adanya tanda-tanda solutio plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim


tegang, aktifitas janin turun )
Rasional : Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio plasenta dan tahu
akibat hipoxia bagi janin

Kaji respon janin pada ibu yang diberi SM


Rasional Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin dan fungsi jantung
serta aktifitas janin

Kolaborasi dengan medis dalam pemeriksaan USG dan NST


Rasional : USG dan NST untuk mengetahui keadaan/kesejahteraan janin

Kolaborasi untuk pemberian kortikosteroid


Rasional : Kortikosteroid merangsang kematangan surfactant paru janin
sehingga bila lahir premature bayi lebih siap.

D Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan


pembukaan jalan lahir
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan ibu mengerti penyebab nyeri dan dapat
mengantisipasi rasa nyerinya
Kriteria Hasil :
1

Ibu mengerti penyebab nyerinya

Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya

Intervensi :

Kaji tingkat intensitas nyeri pasien


Rasional : Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian akan
dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai dengan respon pasien
terhadap nyerinya

Jelaskan penyebab nyerinya


Rasional : Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa
kooperatif
3

Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan nafas dalam bila HIS timbul
Rasional : Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi , terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal sehingga kebutuhan
02 pada jaringan terpenuhi

Bantu ibu dengan mengusap/massage pada bagian yang nyeri


Rasional : untuk mengalihkan perhatian pasien

E Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif


terhadap proses persalinan
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan kecemasan ibu berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1

Ibu tampak tenang

Ibu kooperatif terhadap tindakan perawatan

Ibu dapat menerima kondisi yang dialami sekarang

Intervensi :
1

Kaji tingkat kecemasan ibu


Rasional : Tingkat kecemasan ringan dan sedang bisa ditoleransi dengan
pemberian

pengertian

sedangkan

yang

berat

diperlukan

tindakan

medikamentosa
2

Jelaskan mekanisme proses persalinan


Rasional : Pengetahuan terhadap proses persalinan diharapkan dapat
mengurangi emosional ibu yang maladaptif

Gali dan tingkatkan mekanisme koping ibu yang efektif

Rasional : Kecemasan akan dapat teratasi jika mekanisme koping yang


dimiliki ibu efektif
4

Beri support system pada ibu


Rasional : ibu dapat mempunyai motivasi untuk menghadapi keadaan yang
sekarang secara lapang dada asehingga dapat membawa ketenangan hati

F Resiko tinggi terjadinya trauma ibu berhubungan dengan penurunan fungsi


organ (vasospasme dan peningkatan tekanan darah).
Tujuan :
Tidak terjadi trauma pada ibu
Intervensi :
1

Kaji tanda-tanda perubahan fungsi otak


Rasional : Oedema serebral dan vasokontriksi dapat dievaluasi dari tanda
subjektif, tingkah laku dan gangguan retina
2

Kaji tingkat kesadaran klien


Rasional : Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan sirkulasi otak

Kaji tanda eklamsi (hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan nadi dan
respirasi, nyeri epigastrium dan oliguri)
Rasional : Oedema keseluruhan dan vasokontriksi merupakan manifestasi
dan perubahan pada SSP, Ginjal, Jantung dan Paru-Paru

Tutup kamar atau ruangan, batasi pengunjung, tingkatkan waktu istirahat.


Rasional : Mengurangi rangsangan lingkungan yang dapat menstimulasi
otak dan dapat menimbulkan kejang.

G Gangguan perfusi pada jaringaan ginjal berhubungan dengan vasokontriksi,


spasme dan edema glomerulus
Tujuan :
Perfusi jaringan ginjal lancar
Intervensi :
1

Anjurkan pasien bedrest dengan posisi miring.


Rasional : Bedrest dapat meningkatkan cardius output dan urine output
total dan menurunkan aktivitas kelenjar adrenal

Observasi intake dan output serta BJ urine


Rasional : Oliguri sebagai indikasi hipovelemik sedang dan ginjal
terganggu

Cek kadar kreatinin, asam urat dan BUN


Rasional : Peningkatan kadar tersebut sebagai indikasi penurunan kondisi
klien

H Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan retensi air dan
garam
Tujuan :
Keseimbangan cairan terjaga
Intervensi :
1

Timbang BB secara rutin


Rasional : Peningkatan BB > 1 kg/minggu sebagai indikasi adanya retensi
abnormal pada klien.

Monitor adanya edema


Rasional : edema sebagai tanda gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit

Catat kadar Hb dan Hematokrit


Rasional : Identifikasi adanya Hemokonsentrasi. HCT 3X Hb merupakan
indikasi adanya Hemokonsentrasi.

Monitor output urine, suara parau dan tanda vital.


Rasional : indikator kerja ginjal, indicator adanya udema paru, adanya
peningkatan tensi abnormal.

BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Pre Eklamsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odem dan protein
uria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya.
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori
teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena
itu disebut penyakit teori namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan.
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis
pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan
iskemia.
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah.
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini
preeklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganan semestinya.

SARAN
1

Preeklampsia adalah salah satu penyakit yang berbahaya pada ibu hamil, oleh karena
itu hendaknya upaya preventif dilakukan agar tidak terjadi masalah tersebut.

Ibu yang hamil hendaknya memeriksakan kehamilannya secara teratur untuk


mengetahui jika ada tanda-tanda dini preeklampsia.

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid I. EGC : Jakarta.
Doengoes, Marilyn E. 2000. REncana Asuhan Keperawatan edisi III. EGC : Jakarta.
Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1 edisi 2. EGC : Jakarta.

Sarwono P. 2006. Ilmu Kebidanan edisi 3. Bina Pustaka : Jakarta


Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai