Anda di halaman 1dari 2

Gedung Tua ditegah Kota

Siapa yang tidak kenal Lawang Sewu, hampir seluruh masyarakat sangat
kental ditelinga dengan bangunan tua tersebut. Letaknya yang ditengahtengah kota membuat pemandangan yang tercampur menjadi menarik
untuk masyarakat kunjungi.
Pagi itu saya bersama rombongan kelas sedang mengikuti mata kuliah
creative writing yang mana pada kesempatan itu kelas diadakan expose
langsung dilapangan yaitu bertempat di Lawang Sewu Semarang. Pagi itu
selagi saya dan teman-teman menunggu dosen datang, dari luar saya
melihat pemandangan dari sudut ke sudut di kawasan tersebut. Tampak
didepannya berdiri Monumen Tugu Muda yang dihiasi taman-taman kecil
serta pancuran air yang memperindah panoramanya. Menuju kesebelah
selatan ada Musium Diponegoro yang tidak kalah menarik dilihat dari luar
ya meskipun saya sendiri belum pernah memasukinya. Melihat bangunan
Lawang Sewu sendiri jika dilihat dari luar sudah sedikit bisa digambarkan
dengan konsep bangunan yang identik dengan arsitur zaman kolonial
yang khas dimasa tersebut.
Masuk kedalam lingkungan Lawang Sewu, setelah melewati tempat loket
saya sudah bisa melihat kondisi didalam bangunan tua tersebut secara
lebih dekat dengan rumput-rumput yang sedikit menyelimuti sekitar
halaman serta beberapa pepohonan yang rindang yang menambah
suasana sejuk didalamnya. Bangunan yang sudah pernah direnovasi
tersebut menyimpan banyak sejarah yang bisa diungkap mulai dari awal
proses pembangunannya sampai awal fungsi penggunaannya serta tak
kalah lain kisah-kisah misteri yang konon banyak pengunjung yang
melihatnya. Namun, saat itu bukan kisah misterinya yang saya fokuskan
akan tetapi sesuai dengan apa yang Guide yang disampaikan hanya saja
proses awal mula pembangunan dan juga fungsi bangunan.
Untuk memperjelas pengetahuan yang dapatkan, kami menggunakan
jasa Guide yang mana sudah disediakan dari pihak Lawang Sewu
tersebut. Disini kami mulai expose Gedung Tua ditengah Kota tersebut.
Mulai dari sumur asli bangunannya yang dalamnya 1 km. Tentu hal
tersebut jauh melampaui batas kedalaman sumur-sumur yang dibuat
masyarakat di zaman sekarang. Akan tetapi sumur tersebutpun sampai
sekarang masih difungsikan antara lain untuk mengairi rumput taman
dihalaman Lawang Sewu tersebut. Setelah itu menuju bagian ke selatan
ada toilet umum yang memang dibuat menggabung akan tetapi beda tata
ruang yang dulunya untuk para karyawan maupun pengunjung ketika
dibutuhkan. Menuju Bangunan disebelah timur yang masih asli dan dalam
proses pengerjakannya tidak menggunakan besi satupun dan itu bisa

dilihat dari atap terasnya. Selain itu pada Bangunan tersebut juga
terdapat ruang bawah tanah yang juga terkenal angker dan sampai
menjadi lokasi uji nyali Trans7 saat itu. Konon katanya ruang tersebut
pernah digunakan penjara serta pembantaian pada masa kependudukan
Jepang. Menuju Bangunan sebelahnya yang juga menjadi icon Lawang
Sewu dilantai pertama berisikan museum-museum peninggalan benda
bersejarah mulai dari Batu Bata, Genting, maupun foto dokumenter dari
perkembangan masa ke masa Lawang Sewu tersebut. Sayang sekali lantai
2 sudah tidak bisa dikunjungi lantaran adanya peraturan dari pihak
pengelola yang tidak bisa dibuka oleh umum. Padahal di lantai 2 tersebut
bisa dilihat keunikan jika berada ditengah-tengah Bangunan tersebut.
Berjalan ke sebelah utara, ada sedikit taman yang sejuk dibawah
pepohonan yang rindang yang bisa dimanfaatkan untuk bersantai
maupun berfoto-foto. Disebelah taman juga terdapat bekas makam yang
dulunya pernah dibuat peristirahatan salah satu pejuang peristiwa
Pertempuran Lima Hari di Semarang yang juga ada kaitannya dengan
peristiwa di Ambarawa.
Lawang Sewu sendiri awalnya berfungsi sebagai kantor kereta api yang
mana didalamnya berfungsi mengatur lalu lintas maupun keperluan lain
yang berkaitan dengan perkereta apian. Semenjak kependudukan Jepang
Bangunan tersebut beralih fungsi menjadi Benteng Pertahanan bagi
tentara Jepang serta penjara tempat pembantaian tahanan-tahanan
tentara Jepang. Namun, waktu demi waktu alih fungsi Bangunan Lawang
Sewu menjadi Museum bagi pengunjung masyarakat Semarang maupun
masyarakat luar. Persepsi mistis dari cerita masyarakat menjadi icon
pertama disaat menggambarkan Bangunan Lawang Sewu yang padahal
mungkin hanya beberapa orang saja yang mengalami cerita lain tersebut.

Ilham Muiz

Anda mungkin juga menyukai