Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini dengan baik. Dalam
makalah ini akan dibahas tentang Perpindahan Panas dari Mesin Excavator ke Radiator.
Makalah ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah
ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan pembaca untuk memberikan saran dan
kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Medan, Oktober 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Page | 1

KATA PENGANTA...............................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

ii

BAB I, PENDAHULUAN....................................................................................

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................


B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penulisan..........................................................................................

1
1
1

BAB II, PEMBAHASAN......................................................................................

A. Proses Perpindahan Panas.........................................................................


1. Konduksi..........................................................................................
2. Konveksi..........................................................................................
3. Radiasi..............................................................................................
B. Proses Perpindahan Panas dari Mesin Excavator Keradiator....................

3
7
7
7
8

BAB III, PENUTUP..............................................................................................

13

A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................

13
13

BAB II
PEMBAHASAN
A. Proses Perpindahan Panas
Page | 2

Perpindahan panas dapat didefenisikan sebagai perpindahan energi dari daerah


kedaerah lainnya sebagai akibat dari perbedaan temperatur antar daerah tersebut. Secara
umum ada 3 cara proses perpindahan panas yaitu:
1. Konduksi
Perpindahan panas konduksi merupakan perpindahan energi yang terjadi pada
media padat atau fluida yang diam sebagai akibat dari perbedaan temperatur. Hal ini
merupakan perpindahan energi dari partikel yang lebih energik kepartikel yang kurang
energik pada benda akibat interaksi antar partikel-partikel. Energi ini dihubungkan dengan
pergerakan translasi, sembarang, rotasi dan getaran dari molekul-molekul. Temperatur lebih
tinggi berarti molekul lebih berenergi untuk memindahkan energi ketemperatur yang lebih
rendah (kurang energi). Untuk kondisi panas, persamaan aliran dikenal dengan hukum
Fourier.
Jika kondisi pada dinding datar, laju perpindahan panas satu dimensi adalah
sebagai berikut:
q kond=K A dT /dx
Keterangan:
qkond = Besar laju perpindahan panas konduksi (W)
k

= Konduktivitas thermal bahan (W/mK)

dT/dx = Temperatur gradient


A

= Luas permukaan perpindahan panas (m2)

(-)

= perpindahan panas dari temperatur tinggi kerendah.

2. Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi adalah suatu perpindahan panas yang terjadi
antara suatu permukaan padat dan fluida yang bergerak atau mengalir akibat adanya
perbedaan temperatur.
Secara umum konveksi dapat dibedakan menjadi tiga yaitu:
1) Konveksi bebas (free convektion) yaitu konveksi dimana aliran fluida terjadi bukan
karena dipaksa oleh suatu alat, tetapi disebabkan karena gaya apung (buoyancy
force).
2) Konveksi paksa (force convektion), yaitu konveksi yang terjadi dimana aliran
fluida disebabkan oleh peralatan bantu seperti fan, blower dan lain-lain.
3) Konveksi dengan perubahan fase, yaitu sama seperti pendidihan (boiling) dan
pengembunan (kondensasi).
Persamaan laju perpindahan konveksi, bila Ts>T adalah:
Page | 3

q konv =h A( T ST )
Keterangan:
qkonv

= Besar laju perpindahan konveksi (K)

= Koefisien konveksi (W/m2K)

= Luas permukaan perpindahan panas (m2)

(TS-T)

= Perbedaan temperatur (K)

Persamaan diatas disebut dengan Hukum Newton Pendinginan atau Newton Law
of Cooling.
3. Radiasi
Radiasi thermal adalah energi yang diemisikan oleh benda yang berada pada
temperatur tinggi, dimana merupakan perubahan dalam konfigurasi elektron dari atom.
Energi dari medan radiasi ditransportasikan oleh gelombang elektro magnetik atau yang
lainnya. Photon berasal dari energi dalam sebuah elektron yang memancar. Pada
perpindahan panas konduksi dan konveksi adalah mutlak membutuhkan media. Sedangkan
pada perpindahan panas radiasi tidak diperlukan media. Kenyataannya perpindahan panas
radiasi lebih efektif terjadi pada ruang hampa. Laju perpindahan panas netto radiasi
dirumuskan sebagai berikut:
q rad = A( T s4T sur 4 )
Keterangan:
qrad

= Laju perpindahan panas radiasi (W)

= Emisivitas permukaan material

= Konstanta Stefan- Boltzmann 5,66910-8 W/m2K

= Luas permukaan perpindahan panas (m2)

TS

= Temperatur permukaan benda (K)

Tsur

= Temperatur surrounding (K)

B. Proses Perpindahan Panas dari Mesin Excavator


Keradiator

Page | 4

(Gambar skema perpindahan panas)


Secara umum engine beroperasi pada temperatur antara 88-980C (190-2100F), jika
beroperasi terlalu dingin ataupun terlalu panas maka akan menyebabkan kerusakan pada
engine atau usia pakainya menjadi pendek.
Saat engine dalam kondisi dingin, thermostat menutup aliran air menuju radiator
dan coolant dari engine akan dialirkan menuju water pump melalui bypass tube lalu
kembali ke engine . Ini akan membantu agar engine dapat mencapai suhu kerja dengan
cepat. Saat engine panas, thermostat akan mengalirkan air menuju radiator untuk
didinginkan sebelum memasuki engine. Thermostat tidak secara penuh membuka atau
menutup, tetapi berada dalam posisi keduanya untuk mempertahankan agar suhu engine
tetap konstan. Suhu engine yang tepat sangatlah penting.
Engine yang terlalu dingin tidak akan bekerja menghasilkan suhu yang cukup
tinggi untuk mendapatkan pembakaran yang effisien dan akan menyebabkan munculnya
endapan pada sistem pelumasan engine, karbon dan lapisan deposit pada dinding liner serta
dapat menimbulkan engine blow. Jika temperatur terlalu rendah dapat menyebabkan
timbulnya kondensasi di ruang bakar dan membentuk asam pada daerah sekitar ring piston.
Engine yang terlalu panas akan menyebabkan engine panas (overheat) dan menyebabkan
kerusakan yang serius pada engine.

(Gambar Temperature pembukaan thermostat)


Thermostat hanya mengontrol temperatur minimum coolant. Temperatur maksimal
tergantung pada kapasitas coolant dan panas yang dihasilkan oleh pembakaran di dalam
Page | 5

ruang bakar engine. Temperatur normal coolant diantara 71C (160F) dan 107C (225F).
Temperatur pembukaan dari thermostat tertera pada thermostat seperti ditunjukkan pada
Gambar Thermostat merupakan komponen penting untuk menjaga engine beroperasi pada
temperatur kerja operasi. Jangan pernah mengoperasikan engine tanpa thermostat pada
sistem pendingin karena akan aliran coolant pada sistem pendingin akan selalu mengalir ke
radiator akan menyebabkan engine akan bekerja di bawah temperatur kerja operasi terlalu
lama.
Thermostat didesain untuk membuka pada temperatur tertentu. Contoh, desain
thermostat pada 85C unit akan mulai membuka antara 84C (184F) dan 86C (187F) dan
akan membuka penuh pada 100C (212F). Desain thermostat dengan lapisan lilin (wax)
dimaksudkan bahwa jika thermostat rusak maka thermostat akan tetap berada pada posisi
terbuka (open). Lapisan lilin akan cenderung tetap dalam keadaan mengembang dengan
demikian menjaga valve tetap terbuka (open).
Panas mesin terpusat pada ruang bakar/silinder yang merupakan hasil dari proses
pembakaran udara dan bahan bakar. Seperti yang ditunjukkan (gambar skema sistem
pendingin), panas diruang mesin ini dipindahkan dari sisi dalam silinder kewater jacket
secara konduksi. Pembakaran yang terjadi di dalam silinder engine diesel dapat
menghasilkan panas hingga mencapai temperatur 30000F (16480C). Apabila engine
beroperasi tanpa sistem pendingin maka dalam waktu sekejap akan terjadi kerusakan.

(Gambar water jacket)


Kemudian panas pada water jacket diteruskan kefluida pendingin air ataupun oil
cooler secara konveksi, akibatnya air menjadi panas. Dimana coolant/pendingin harus dapat
dengan mudah mentransfer panas dari komponen engine yang panas menuju radiator atau
pelepas panas, dimana panas dilepaskan. Dimana sistim pendinginan pada gas engine
didesain dalam lingkup konveksi paksa, dengan menggunakan pompa untuk mengalirkan
fluida (water).

Page | 6

Dimana pompa ini akan bergerak apabila suhu didalam mesin sudah mencapai 85C. Unit
akan mulai membuka antara 84C (184F) dan 86C (187F) dan akan membuka penuh pada 100C
(212F). Selain itu panas udara pada radiator biasanya 90-107 0C. maka kita harus memahami

bagaimana konsep perhitungan perpindahan panas yang terjadi karena sifat ketergantungan
terhadap temperatur fluida, hal ini dapat diatasi dengan perhitungan temperatur film ( Tf )
yang ada disekitar permukaan panas. Dimana (Tf) dapat dihitung dengan persamaan.
Tf =

Ts+ Tx
2
Keterangan:
Ts

: Temperatur permukaan panas.

Tx

: Temperatur arus bebas.

Untuk konveksi paksa digunakan bilangan Nusselt sebagai fungsi bilangan


Reynolds dan Prandt dari persamaan.
Nu=f ( Pr )
Keterangan:
Nu

: Bilangan nusselt.

: Faktor koreksi.

Re

: Reynolds number.

Pr

: Prandtl number.

Dalam hubungannya dengan variable (koefisien perpindahan panas).


Nu=

h D
k
Keterangan:
h

: Koefisien perpindahan panas (W/m2oC ).

: Diameter pipa/silinder (m).

: Konduktifitas termal (W/m 0C).

Secara umum persamaan untuk mencari kuantitas perpindahan panas adalah:


Q=h A t

Keterangan:
Q:

Kuantitas perpindahan panas/laju perpindahan panas (Watt)

H:

Koefisien perpindahan panas konveksi (Wm-20C-1)

A:

Luas permukaan perpindahan panas (m2)

t :

Perbedaan temperatur pada saat perpindahan panas (0C)

Page | 7

Sedangkan pada heat exchanger, dimana Heat exchanger merupakan suatu alat
bantu untuk mentranfer panas kelingkungan dengan mengalirkan media lain untuk
mendinginkan media penghantar panas. Rumusan yang berlaku pada heat exchanger yaitu
persamaan:
Q=U A t
Keteranagan:
U:

Koefisien perpindahan panas konveksi (Wm-20C-1 )

Secara umum pendingin merupakan kombinasi dari air (water) dengan tambahan
aditif misalnya corrosion inhibitors atau anti freze. Ketepatan pemilihan pendingin akan
memberikan dampak langsung pada efesiensi dan umur pada sistem pendingin dan juga
engine.Endapan mineral daapat menyebabkan kerusakan serius pada engine karena endapan
dapat mengurangi sistem pendingin panas dan menghambat aliran cairan pendingin.

(gambar oil cooler)


Air pendingin yang telah menjadi panas ini disirkulasikan (dipompakan) keradiator
untuk didinginkan lagi agar mampu menyerap panas kembali. Kemudian air panas masuk
keradiator yaitu pada upper tank melalui upper hose,

(gambar radiator)
1) Upper tank
Page | 8

Upper tank adalah bagian atas radiator yang terbuat dari 2 bahan. yang pertama
berbahan dari kuningan dan yang kedua berbahan dari plastik composit.Upper tank ini
berfungsi untuk transit air panas yang berasal dari blok mesin.
2) Lower tank
Lower tank adalah bagian paling bawah dari radiator yang terbuat sama dengan
upper tank yaitu kuningan dan plastik composit. Lower tank ini fungsinya untuk
menampung air yang sudah didinginkan dari core radiator dan tempat transitairyang akan
masuk keblok mesin.
3) Core radiator
Core radiator bisa disebut juga sarang radiator. core radiator ini terbuat dari 2 jenis
juga.yaitu ada yang berbahan tembaga dan alumunium.Core radiator ini yang memegang
peranan penting saat proses pendinginan. core radiator ini terdiri dari susunan pipa pipih
yang dirangkai dengan plat tipis yang berfungsi untuk melepas panas. fungsi dari core
radiator ini adalah memecah volume air menjadi kecil-kecil melewati pipa pipih tadi agar
air lebih mudah dingin saat terkena angin dari hembusan kipas pendingin.
4) Radiator cup
Tutup radiator ini berfungsi untuk mencegah air keluar saat mesin hidup,dan juga
berfungsi untuk menyedot air masuk dari reservoir keradiator.
5) Selang radiator
Selang radiator berfungsi untuk mengalirkan air dari radiator kemesin.
6) Tabung reservoir
Tabung reservois berfungsi menampung air panas saat radiator bekerja.dan
menyediakan air cadangan untuk radiator saat radiator kekurangan air.
Selanjutnya kelower tank melalui tube (pipa kapiler) pada radiator core dan keluar
dari lower tank melalui lower hose sudah berupa air dingin. Air yang telah didinginkan
tersebut kembali disirkulasikan kesepanjang water jacket dan melakukan penyerapan panas.
Proses pembuangan panas dari fluida pendingin (air) terjadi diradiator yaitu pada
radiator core. Air panas yang mengalir pada tube memindahkan panas dari air (fluida
pendingin) kepermukaan dalam tube secara konveksi. Panas selanjutnya dipindahkan dari
permukaan dalam kepermukaan luar tube kefin (kisi-kisi radiator) secara konduksi juga.
Kemudian panas dari fin radiator dipindahkan keudara luar secara konveksi.

BAB III
Page | 9

PENUTUP
A.

Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa perpindahan

panas dapat didefenisikan sebagai perpindahan energi dari daerah kedaerah lainnya sebagai
akibat dari perbedaan temperatur antar daerah tersebut. Secara umum ada 3 cara proses
perpindahan panas yaitu:
Konduksi
Konveksi
Radiasi
Panas mesin terpusat pada ruang bakar/silinder yang merupakan hasil dari proses
pembakaran udara dan bahan bakar. Panas diruang mesin ini dipindahkan dari sisi dalam
silinder kewater jacket secara konduksi. Kemudian panas pada water jacket diteruskan
kefluida pendingin air ataupun oil cooler secara konveksi, akibatnya air menjadi panas. Air
pendingin yang telah menjadi panas ini disirkulasikan (dipompakan) keradiator untuk
didinginkan lagi agar mampu menyerap panas kembali. Kemudian air panas masuk
keradiator yaitu pada upper tank melalui upper hose.
Proses pembuangan panas dari fluida pendingin (air) terjadi diradiator yaitu pada
radiator core. Air panas yang mengalir pada tube memindahkan panas dari air (fluida
pendingin) kepermukaan dalam tube secara konveksi. Panas selanjutnya dipindahkan dari
permukaan dalam kepermukaan luar tube kefin (kisi-kisi radiator) secara konduksi juga.
Kemudian panas dari fin radiator dipindahkan keudara luar secara konveksi.

B.

Saran
Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyarankan kepada pembaca supaya

makalah ini dipahami karna sangat bermanfaat didalam kehidupan demi tercapainya
kemajuan teknik otomotif dikalangan mahasiswa. Selain itu penulis juga menyarankan
supaya pembaca dapat mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik.

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai