Email: nayadzaky@gmail.com
ABSTRAK
Pasung pada penderita gangguan jiwa dapat berdampak baik secara fisik maupun psikis. Dampak
fisiknya bisa terjadi atropi pada anggota tubuh yang dipasung, dampak psikisnya yaitu penderita mengalami
trauma, dendam kepada keluarga, merasa dibuang, rendah diri, dan putus asa. Lama-lama muncul depresi dan
gejala niat bunuh diri. Data Propinsi Jawa Tengah mulai tahun 2010 terdapat 1145 jumlah kasus yang dipasung.
Keluarga sangat penting artinya dalam perawatan dan penyembuhan pasien. Salah satu faktor yang merupakan
predisposisi terjadinya pemasungan adalah sikap keluarga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
kecenderungan atau sikap keluarga penderita gangguan jiwa terhadap tindakan pasung
Metode penelitian ini metode deskriptif yang bertujuan untuk memuat gambaran tentang suatu keadaan
secara objektif, jenis yang digunakan adalah survey dengan pendekatan cross sectional yaitu data yang
dikumpulkan sesaat atau data yang diperoleh saat ini juga. Populasi dalam penelitian ini adalah semua keluarga
yang mengantar klien rawat jalan di Poli Klinik RSJ Dr. Amino Gondohutomo Semarang yang berjumlah sekitar
100 orang per bulan. Besar sampel 80 responden dengan teknik sampling accidental sampling. Analisa data
menggunakan analisa deskriptif yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Sebagian besar keluarga berumur dewasa menengah (36 59 tahun) sejumlah 47 (58, 8 %), ayah/ibu
yaitu sejumlah 27 (33, 8 %), berasal dari Semarang sejumlah 35 (43, 8%) dan Demak sejumlah 16 (20 %).
Penderita gangguan jiwa berumur dewasa muda (18-35 tahun) sejumlah 51 (63, 8 %), berjenis kelamin
perempuan yaitu sejumlah 42 (52, 5 %), mengalami gangguan jiwa > 5 tahun yaitu sejumlah 39 (48, 8%),
mempunyai sikap kurang mendukung terhadap tindakan pasung yaitu sejumlah 40 (50%).
Kata Kunci: Pasung, sikap keluarga penderita gangguan jiwa
14
PENDAHULUAN
Gangguan jiwa adalah kondisi
dimana proses fisiologik atau mentalnya
kurang berfungsi dengan baik sehingga
mengganggunya dalam fungsi seharihari.Gangguan ini sering juga disebut
sebagai gangguan psikiatri atau gangguan
mental dan dalam masyarakat umum
kadang disebut sebagai gangguan saraf.
Gangguan jiwa yang dialami oleh
seseorang bisa memiliki bermacam-macam
gejala, baik yang tampak jelas maupun
yang hanya terdapat dalam pikirannya.
Mulai dari perilaku menghindar dari
lingkungan, tidak mau berhubungan/
berbicara dengan orang lain dan tidak mau
makan hingga yang mengamuk dengan
tanpa sebab yang jelas. Mulai dari yang
diam saja hingga yang berbicara dengan
tidak jelas. Dan adapula yang dapat diajak
bicara hingga yang tidak perhatian sama
sekali dengan lingkungannya. Dampak
gangguan jiwa antara lain gangguan dalam
aktivitas sehari hari, gangguan hubungan
interpersonal dan gangguan fungsi dan
peran sosial.
Gangguan jiwa bukanlah suatu
keadaan yang mudah untuk ditentukan
penyebabnya. Banyak faktor yang saling
berkaitan yang dapat menimbulkan
gangguan jiwa pada seseorang. Faktor
kejiwaan (kepribadian), pola pikir dan
kemampuan untuk mengatasi masalah,
adanya gangguan otak, adanya gangguan
bicara, adanya kondisi salah asuh, tidak
diterima dimasyarakat, serta adanya
masalah dan kegagalan dalam kehidupan
mungkin menjadi faktor-faktor yang dapat
mnimbulkan adanya gangguan jiwa.
Faktor-faktor diatas tidaklah dapat berdiri
sendiri; tetapi dapat menjadi satu kesatuan
yang secara bersama-sama menimbulkan
gangguan jiwa. Karena banyak sekali
faktor yang dapat mencetuskan gangguan
jiwa; maka petugas kesehatan kadangkala
tidak dapat dengan mudah menemukan
penyebab dan mengatasi masalah yang
dialami oleh pasien. Disamping itu tenaga
kesehatan sangat memerlukan sekali
Kecenderungan Atau Sikap Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Terhadap Tindakan Pasung
(Studi Kasus di RSJ Amino Gondho Hutomo Semarang)
Puji Lestari, Zumrotul Choiriyyah, Mathafi
15
Pemasungan
berarti
tanpa
penanganan.
Semakin
lama
tidak
ditangani, kerusakan otak niscaya makin
parah. Tak usah lama-lama didiamkan atau
dipasung. "Sekitar tiga tahun otak makin
rusak dan berdampak ke mana-mana, "
Skizofrenia adalah penyakit otak akibat
kelebihan dopamin, salah satu sel kimia
otak sejenis neurotransmitter-penyampai
pesan antarsaraf-yang sangat berperan
mengatur fungsi motorik, status emosional,
kognitif, juga pembelajaran perilaku.
Sebagai perbandingan, orang yang
kekurangan dopamin menderita parkinson,
penyakit dengan gejala seperti kesulitan
bergerak atau lamban bereaksi.
Dalam kondisi tanpa pengobatan
itu, dopamin terus meningkat dan menjadi
racun yang membunuh sel saraf (neuron)
otak yang lain. "Saraf di otak pun seperti
gundul, kehilangan serabut, dan terjadi
pelebaran pembuluh saraf, " Nurmiati
menjelaskan. Dalam kondisi itu, kerja saraf
otak pasti terganggu. Tak ada pesan-pesan
antarsel saraf sehingga fungsi kognitif,
emosi, dan verbalisasi merosot tajam.
Dengan kondisi lebih parah, pengobatan
makin berat. Terlebih respons pada obat
atau terapi juga turut tergerus. "Sel
sarafnya kurang, pesan tidak diterima
optimal."
Berdasarkan buku saku kesehatan Dinas
Kesehatan propinsi Jawa Tengah mulai
tahun 2010 terdapat 1145 jumlah kasus
yang dipasung, dan yang sudah ditangani
1067 dan sudah dipulangkan 760 jiwa.
Daerah di Jawa Tengah dengan jumlah
kasus pasung > 50 kasus terdapat antara
lain di Tegal, Pemalang, Pekalongan, Pati,
Blora, Wonogiri dan Kebumen.
Keluarga adalah orang-orang yang
sangat dekat dengan pasien dan dianggap
paling banyak tahu kondisi pasien serta
dianggap paling banyak memberi pengaruh
pada pasien. Sehingga keluarga sangat
penting artinya dalam perawatan dan
penyembuhan pasien. Alasan utama
pentingnya keluarga dalam perawatan jiwa
adalah : 1. Keluarga merupakan lingkup
yang paling banyak berhubungan dengan
Kecenderungan Atau Sikap Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Terhadap Tindakan Pasung
(Studi Kasus di RSJ Amino Gondho Hutomo Semarang)
Puji Lestari, Zumrotul Choiriyyah, Mathafi
17
Jumlah
25
%
31, 3
47
58, 8
8
80
10
100
Jumlah
27
16
2
6
20
2
4
3
80
Persentase
33, 8
20
2, 5
7, 5
25
2, 5
5
3, 8
100
Jumlah
35
3
8
16
2
5
1
4
1
3
1
1
80
alamat
Persentase
43, 8
3, 8
10
20
2, 5
6, 3
1, 3
5
1, 3
3
1
1
100
Jumlah
51
29
%
63, 8
36, 3
80
100
Kecenderungan Atau Sikap Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Terhadap Tindakan Pasung
(Studi Kasus di RSJ Amino Gondho Hutomo Semarang)
Puji Lestari, Zumrotul Choiriyyah, Mathafi
19
Jumlah
38
42
80
Persentase
47, 5
52, 5
100
Jumlah
5
35
39
80
Persentase
6, 3
45
48, 8
100
Jumlah
25
40
15
80
Persentase
31, 3
50
18, 8
100
Kecenderungan Atau Sikap Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Terhadap Tindakan Pasung
(Studi Kasus di RSJ Amino Gondho Hutomo Semarang)
Puji Lestari, Zumrotul Choiriyyah, Mathafi
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
2012. Buku saku kesehatan Dinas
Kesehatan propinsi Jawa Tengah
Fitrikasari A dan Hediati
Penilaian Fungsi Pribadi
Sebelum dan Sesudah
Pengobatan
pada
Gangguan
Jiwa
Pemasungan.
Media
Indonesiana: FK UNDIP
T. 2011.
dan Sosial
Mendapat
Penderita
Korban
Medika
Sunaryo,
2002.
Psikologi
keperawatan. Jakarta:EGC
untuk
Kecenderungan Atau Sikap Keluarga Penderita Gangguan Jiwa Terhadap Tindakan Pasung
(Studi Kasus di RSJ Amino Gondho Hutomo Semarang)
Puji Lestari, Zumrotul Choiriyyah, Mathafi
23