AUTISEM
Disusun Oleh :
Risky Agviola Putri
2010730094
Pembimbing :
dr. Isa Multazam, Sp. KJ
STATUS PSIKIATRI
I. IDENTITAS
Nama
TTL
Umur
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Suku
Status
No. RMK
Alamat
Tanggal Masuk
: An. A
: Jakarta, 07 Maret 2011
: 4 tahun
: Laki-laki
:: Paud
: Islam
: Jawa
: Belum menikah
:: Tambun
: 12 Juli 2015
kamar.
Medik
Pasien tidak pernah mengalami kecelakaan, terjatuh atau terbentur yang
mengakibatkan luka/cedera pada daerah kepala. Ibu Pasien juga mengatakan
tidak pernah mengalami demam tinggi sampai kejang.
Penggunaan Zat
-
E. RIWAYAT HIDUP
1. Masa prenatal dan perinatal
Menurut keterangan ibu pasien kurang memperhatikan dan berhati-hati pada
kondisi kandungannya. Ibu klien bekerja hingga kelelahan. Anak lahir dengan
normal, langsung menangis, dengan berat badan waktu lahir 3 kg. Pasien
merupakan anak yang dikehendaki orangtuanya. Pasien merupakan anak pertama.
Tidak pernah ada sakit kejang demam atau penyakit lainnya yang bermakna.
2. Masa kanak-kanak dini/awal (s/d 3 tahun)
Pasien diasuh oleh neneknya dan tidak diberikan ASI. Tidak ada cacat bawaan
yang ditemukan. Perkembangan fisik pasien cukup baik, pola perkembangan
motorik tidak ada hambatan, seperti kebanyakan anak yang normal. Pasien dapat
berjalan saat berumur kurang lebih dua tahun. Tidak ada kebiasaan buruk pasien,
seperti membenturkan kepala atau menghisap jari. Pasien sangat periang, tidak
mudah marah, tetapi perilaku klien di lingkungan rumah cenderung hyperaktif dan
konsentrasi klien juga masih kurang.
Keterangan :
Pasien merupakan anak tunggal. Sejak lahir pasien tinggal bersama orang tua
nya. Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarganya, namun saat pasien
menjelang usia 2 tahun pasien tidak dapat berbicara seperti temannya.. Keluarga
pasien tidak ada yang memiliki riwayat gangguan yang serupa.
G. SITUASI KEHIDUPAN SEKARANG
Pasien tinggal dengan keluarganya, tetapi pasien cenderung lebih dekat dengan
eyangnya. Hal ini dikarenakan kedua orang tua klien sibuk bekerja. Sosialisasi klien
pun kurang, karena saat sedang bermain bersama teman-teman sebayanya anak lebih
asik dengan dirinya sendiri ( dengan dunianya sendiri ). Bahasa yang digunakan
dalam keluarga adalah bahasa Indonesia.
III.
STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Laki-laki berusia 4 tahun, penampilan pasien tampak sesuai dengan usianya,
berpakaian cukup rapi, ekspresi tenang, perawatan diri cukup baik, dan warna kulit
sawo matang
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Pasien kooperatif, selama wawancara kontak mata baik, pasien duduk tenang, tidak
ada gerakan involunter, dan dapat menjawab pertanyaan dengan baik dan cukup
jelas.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif dan cukup sopan terhadap pemeriksa.
B. KEADAAN AFEKTIF
1. Mood
: Hipotimia
2. Afek
: Menyempit
3. Keserasian : TIdak serasi
C. GANGGUAN PERSEPSI
1. Halusinasi
- Auditorik
: Ada
- Visual
: Tidak ada
- Taktil
: Tidak ada
- Olfaktorik
: Tida ada
- Gustatorik
: Tidak ada
2. Ilusi
: Tidak ada
3. Depersonalisasi
: Tidak ada
3
4. Derealisasi
: Tidak ada
D. GANGGUAN PIKIRAN
1. Proses pikir
a. Kontinuitas
- Blocking
: Tidak ada
- Asosiasi longgar : Tidak ada
- Inkoheren
: TIdak ada
- Flight of idea
: Tidak ada
- Sirkumstansia
: Tidak ada
- Tangensial
: TIdak ada
- Neologisme
: Tidak ada
- Word salad
: Tidak ada
b. Hendaya berbahasa
: Tidak ada
2. Isi pikir
a. Preokupasi
: TIdak ada
b. Waham
Waham bizarre
: Tidak ada
Waham sistematik
: Tidak ada
Waham nihilistic
: Tidak ada
Waham paranoid
: tidak ada
- Waham kebesaran
: Tidak ada
- Waham kejaran
: Tidak ada
- Waham rujukan: tidak Ada
- Waham dikendalikan : tidak ada
o Thought withdrawal : Tidak ada
o Thought insertion
: Ada
o Thought broadcasting : Tidak ada
o Thought control
: Tidak ada
Waham cemburu
: Tidak ada
Erotomania
: Tidak ada
c. Obsesi
: Tidak ada
d. Kompulsif
: Tidak ada
e. Fobia
Fobia spesifik : Tidak ada
Fobia sosial
: Tidak ada
Akrofobia
: Tidak ada
Agoraphobia : Tidak ada
Klaustrofobia : Tidak ada
Aiirufobia
: Tidak ada
Zoofobia
: Tidak ada
Xenophobia : Tidak ada
E. FUNGSI KOGNITIF
1. Kesadaran : Compos mentis (E4M6V5)
2. Orientasi
: Baik
ke RSJI-Klender)
Daya ingat jangka panjang baik (pasien dapat mengingat tempat
Thorax
Abdomen
Ekstermitas
: Paru : Vesikuler +/+ , Rh-/-, Wh -/Jantung : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
: Tidak ada kelainan
: Tidak ada kelainan
2. Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal : tidak ada
Mata :
Gerakan baik
: Kelumpuhan tidak ada, nistagmus(-)
Persepsi
: Baik
Bentuk Pupil
: Bentuk bulat (+/+), isokor
Rangsang Cahaya : Reaksi cahaya (+/+)
Motorik
o Tonus
: Baik
o Turgor
: Baik
o Kekuatan
: Baik
o Koordinator
: Baik
o Refleksi
: Baik
V.
: Compos mentis
: hipotima
: menyempit
: tidak serasi
6
O
O
O
O
O
Gangguan persepsi
:Halusinasi auditorik
Gangguan isi pikir
: waham rujukan
RTA (Reality testing ability): Terganggu
Tilikan
: Derajat 1
Taraf dapat dipercaya
: Dapat dipercaya
2. Axis II
3. Axis III
4. Axis IV
sosial
5. Axis V
VIII.
DAFTAR MASALAH
Organobiologik : Tidak diketemukan kelainan organik atau fisik
Psikologik
: Waham rujukan, gangguan persepsi (halusinasi auditorik)
Sosiobudaya
: penarikan diri dari sosiobudaya
IX.
RENCANA TERAPI
a. Farmakoterapi
Risperidon 3x2mg
THP 3x2mg
b. Psikoterapi
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam
: Dubia ad malam
o Faktor yang memperberat :
Onset muda
Prilaku menarik diri atau autistik
Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
Gejala positif
BAB II
9
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Istilah autistic berasal dari kata autos artinya self. Digunakan oleh Bleuler untuk
menjelaskan ciri menarik diri dari penderita skizofrenia.
Autisme pertama kali diteliti oleh Leo Kanner (1943) yang mengamati 11 anak
dengan ciri-ciri khusus. Disimpulkan bahwa 2 ciri penting anak autis adalah extreme
aloness dan keinginan untuk mempertahankan kesamaan.
B. Epidemiologi
Autism ditemukan pada 4-5 per 10.000 anak (penelitian Victor Lotter, di Inggris, 1966).
Pasien autism lebih sering ditemukan paa anak laki-laki dibandingkan anak perempuan
2,6 : 1. Dikatakan bahwa anak laki-laki lebih mudah mendapat gangguan fungsi otak.
Namun anak perempuan penyandang autism biasanya mempunya gejala yang lebih berat
dan pada test intelegensi mempunyai hasil yang lebih rendah dibandingkan pada anak
laki-laki
C. Etiologi
1. Teori psikososial
Pada anak yang disebabkan karena hostilitas yang tidak disadari dari ibu, yang
sebenarnya tidak menghendaki anak ini mengakibatkan gejala penarikan diri pada
anak autism.
2. Teori biologis
Teori ini menjadi berkembang karena beberapa fakta seperti berikut : adanya
hubungan yang erat dengan retardasi mental (75-80%), perbandingan laki-laki :
perempuan = 4:1, meningkatnya insidens gangguan kejang (25%) dan adanya
beberapa kondisi medis dan genetic yang mempunyai hubungan dengan gangguan ini.
Sehingga sekarang ini diyakini bahwa gangguan autistic ini merupakan suatu sindrom
perilaku yang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi siste saraf
pusat. Walaupun sampai saat ini belum diketahui dengan pasti dimana letak
abnormalitasnya, diduga adanya disfungsi dari batang otak dan mesolimbik, namun
dari penelitian terakhir ditemukan kemungkinan adanya keterlibatan dari sebelumya.
3. Teori imunologi
Ditemukannya penurunan respon dari sistem imun pada beberapa anak autistic
meningkatkan kemungkinan adanya dasar imunologis pada beberapa kasus autism.
10
Ditemukannya antibody beberapa ibu terhadap antigen lekosit anak mereka yang
autistic, memperkuat dugaan ini karena ternyata antigen lekosit itu juga ditemukan
pada sel-sel otak, sehingga antibody ibu dapat secara langsung merusak jaringan saraf
otak janin, yang menjadi penyebab timbulnya.
4. Infeksi virus
Peningkatan frekuensi yang tinggi dari gangguann autism pada anak-anak dengan
congenital rubella, herpes simplex encephalitis, dan cytomegalovirus infection, juga
pada anak-anak yang lahir selama musim semi dengan kemungkinan ibu mereka
menderita influenza musim dingin saat mereka ada didalam rahim, telah membuat
para peneliti menduga infeksi virus ini merupakan salah satu penyebab autism.
D. Tanda dan Gejala
Gangguan ini mempunyai cirri khas :
1. Adanya gangguan yang menetap pada interaksi social, komunikasi yang menimpang
dan pola tingkah laku yang terbatas dan stereotip.
2. Fungsi yang abnormal ini biasanya telah muncul sebelum usia 3 tahun.
3. Lebih dari dua per tiga mempunyai fungsi dibawah rata-rata.
Gangguan perkembangan pervasive (PDD)
:
1. Gangguan autistic
Gangguan dalam interaksi social, komunikasi dan perilaku terbatas dan berulang
(steteotipik), yang muncul sebelum usia 3 tahun. Gangguan ini dijumpai 3-4 kali lebih
banyak pada anak laki-laki dibanding dengan anak perempuan.
2. Autisme tak khas (ICD-X)
Dibedakan dari autism dalam usia timbulnya gejala (biasanya timbul setelah berusia
diatas 3 tahun) atau dari tidak terpenuhinya ke tiga criteria diagnortik autism. Autism
tak khas sering muncul pada individu dengan retardasi mental berat, yang sangat
rendah kemampuannya, juga tampak pada individu denga gangguan perkembangan
yang khas dari bahasa reseptif yang berat. Jadi autism tak khas secara bermakna
merupakan kondisi yang terpisah dari autism. Termasuk disini : psikosis masa kanak
tak khas, retardasi mental dengan gambaran autistic.
3. Sindrom rett
Suatu bentuk kelainan progresif yang sejauh ini hanya dilaporkan terjadi pada anak
perempuan. Onset terjadinya gangguan ini pada usia 7-24 bulan, sebelumnya terlihat
perkembangan yang normal, lalu terjadi kemunduran berupa hilangnya kemampuan
gerakan tangan yang bertujuan dan keterampilan motorik yang telah terlatih. Disertai
kehilangan atau hambatan seluruh atau sebagian kemampuan berbahasa, gerakan
seperti mencuci tangan tang stereotipik, dengan fleksi lengan di depan dada atau dagu,
membasahi tangan secara stereotipik denga saliva, hambatan dalam fungsi
mengunyah makanan.
4. Gangguan desintegratif masa kanak lainnya
11
Ditandai adanya periode perkembangan normal sebelum onset penyakit atau minimal
dalam 2 tahun pertama kehidupan, disusul hilangnya keterampian terlatih pada
beberapa bidang perkembangan setelah beberapa bulan gangguan berlangsung. Juga
disertai adanya gangguan yang khas dari fungsi social, komunikasi dan perilaku. Pada
beberapa kasus hilangnya keterampilan terjadi secara progresif dan menetap.
Prognosis biasanya amat sangat buruk, dan sebagian penderita akan mengalami
retardasi mental berat. Terdapat ketidakpastian tentang arah perluasan kondisi ini yang
berbeda dengan keadaan autism.
5. Sindrom asperger
Ditandai oleh abnormalitas yang kualitatif sama seperti pada autism, yaitu hendaya
dalam interaksi social, minat dan aktivitas yang terbatas dan stereotipik. Namun tanpa
disertai keterlambatan perkembangan berbahasa dan kognitif (IQ normal atau diatas
normal).
6. Gangguan perkembangan pervasi lainnya (pervasive developmental disorder-not
otherwise specified = PDD-NOS).
Ditandai dengan tidak terpenuhinya criteria diagnostic yang spesifik, namun terdapat
gangguan berat dan pervatif pada perilakunya. (menurut DSM-IV-TR: Autisme Tak
Khas termasuk dalam criteria diagnostic PDD-NOS).
E. Penatalaksaan
Tujuan dari terapi pada gangguan autistic adalah :
1. Mengurangi masalah perilaku
2. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangannya, terutama dalam pengusaan
bahasa.
3. Mamapu bersosialisasi dan beradaptasi di lingkungan sendiri
Tujuan ini dapat tercapai dengan baik melalui suatu program terapi yang menyeluruh dan
bersifat individual, dimana pendidikan khusus dan terapi wicara merupakan komponen
yang penting.
1. Pendekatan edukatif
Pada yang mempunya inteligensi normal-tinggi sebaiknya tetap dimasukkan ke
sekolah formal umum, sedangkanyang mempunyai inteligensi dibawah rata-rata
normal sebaiknya bersekolah di SLB-C, tentu dengan catatan perilaku dan emosinya
telah terkendali. Bila belum dapat dikendalikan anak autistic seharusnya mendapat
pendidikan khusus. Rencana pendidikan sebaiknya dibuat secara individual sesuai
dengan kebutuhan masing-masing anak, dan juga perlu diperhitungkan tidak hanya
kelemahan anak ini namun juga kekuatan yang mereka punyai, agar guru dapat
mempertimbangkannya dalam memberikan keterlampian baru. Pendekatan ini
tentunya membutuhkan suatu kelas yang perbandingan murid dan gurunya rendah.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
1.
Maslim R. Diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT Nuh
2.
Jaya;2003.p.46-51.
Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
3.
4.
5.
Jaya;2003.p.46-51.
Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.
Saddock,JB, Saddock AC. Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences,
6.
Clinical Psychiatry. Edisi ke 10. 2007. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins.
Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.
14