Derivat Pyrole
Menurut Yagiela (2011), Derivat Pyrole terbagi menjadi tujuh, adapun
klasifikasinya
2.4.1
Ketorolac
Ketorolac merupakan obat untuk anti inlamasi, analgesic, dan efek antipiuretik.
1. Indikasi
Ketorolac diindikasikan untuk pengelolaan nyeri inflamasi sedang jangka
pendek hingga nyeri pasca operasi gigi yang parah .Ketorolac sering di gunakan
pada pasien yang postoperative dikarenakan tidak bisa mengkonsumsi analgesic
secara oral & saat sakit nyeri yang parah (Haveles, 2000).
2. Kontraindikasi
Adapun kontraindikasi dari ketorolac yaitu adanya hipersensitivitas
terhadapa ketorolac, polip nasal, angioedema, bronnkospasma karena aspirin atau
obat OAINS lainnya, dan Dikonsumsi sebelum operasi karena bisa meningkatkan
efek antiplatelet sehingga meningkatkan perdarahan (Haveles, 2000).
3. Farmakokinetik
Adapun rute administrasi dari ketorolac bisa dikonsumsi baik secara oral
maupun intramuscular sama-sama diserap dengan baik. Ketorolac sepenuhnya
berikatan dengan protein plasma. Adapun onsetnya yaitu 30 menit dengan efek
maksimum 1-2 jam setelah dosis intravena / intramuscular dengan durasu 4-6 jam.
Konsentrasi plasma diperkirakan mecapai 2.2-3.0 mcg/mL 50 menit setelah
diberikan dosis 30 mg, dengan waktu paruh yaitu 2.5-5 jam. Metabolitnya di liver
(rata-rata 90%) dan di eksresi di urin dan sisanya dalam feses (Haveles, 2000).
4. Farmakodinamik
Ketoprolac termasuk ke dalam golongan anti inflamasi non steroid dan
juga merupakan derivat asam propionat yang bekerja dengan menghambat
aktivitas cyclooxygenase 1 dan 2 (COX 1 dan 2) sehingga terdapat penurunan
prostaglandin. (MIMS Indonesia, 2015)
5. Efek samping
Adapun efek sampingnya ketorolac berupa muntah, nyeri gastrointestinal,
dyspepsia, ulser peptic, perdarahan gastrointestinal, mulut kering, vasodilatasi
(Haveles, 2000).
6. Merek dagang
Adapun merek dagang ketorolac yaitu Ketorolak, Dolac, Ketoflam,
Lantipain, Latrol, Matolac, Remopain, Rolac, Scelto, Toradol, Toramine, Torasic,
Torpain, Trolac, Xevolac, Zevolac 30 (Haveles, 2000).
7. Interaksi obat dengan yang lain
Adapun interaksi ketorolac dikonsumsi dengan obat lain umunya bersifat
antagonis. Adapun obat-obanya yaitu Methothrexate, Warfarin, dan dengan
Furosemide. Jika Ketorolac dikonsumsi dengan Methotrexate memungkinkan
adanya peningkatan toksisitas dari obat Methotrexate. Lalu, jika Ketorolac
dikonsumsi bersamaan dengan Warfarin memungkinkan adanya perdarahan berat.
Ini mungkin disebabkan karena adanya peningkatan perdarahan dari ulserasi
gastrointestinal yang di induksi oleh ketorolac,atau adanya efek tambahan dari
Ketorolac
jika
dikonsumsi
melalui
intra
muscular
yang
Tolmetin
Menurut Haveless (2000) Tolmetin merupakan obat untuk anti inlamasi,
yaitu 1-2 minggu. Distribusi umunnya sama seperti obat OAINS lainnya yaitu dari
saluran gastrointestinal dan akan berikatan dengan protein, lalu di metabolit di
liver dan di eksresikan di urin tapi tidak berubah (Haveles, 2000).
4. Farmakodinamik
Tolmetin termasuk ke dalam golongan anti inflamasi non steroid dan juga
merupakan derivat asam propionat yang bekerja dengan menurunkan aktifitas
cyclooxygenase danpenghambatan sintesis prostaglandin (MIMPS Indonesia,
2015).
5. Efek samping
Adapun efek samping dari tolmetin yaitu berupa reaksi kulit, efek
gastrointestinal. Pada reaksi kulit, tolmetin bisa menyebabkan penyakit kulit
seperti exfoliative dermatitis, steven Johnson syndrome, toxic epidermal
necrolysis yang bisa menyebabkan fatal oleh karena itu pasien harus di
informasikan mengenai tanda dan gejala dari penggunaan obat ini dan agar
menghentikan penggunaan obat jika terdapat tanda berupa skin rash atau tanda
hipersensitivitas lainnya.
Pada efek dari gastrointestinal sendiri, tolmetin bisa menyebabkan adanya
inflamasi, perdarahan, ulser di perut, usus bersar atau usus kecil yang bisa
menjadi fatal (Haveles, 2000).
6. Merek dagang
Adapun merek dagang dari tolmetin yaitu tolectin, nova-tolmetin, tolectin
DS, tolecton 200, tolectin 600 (Haveles, 2000).
7. Interaksi obat dengan yang lain
2.4.3
Diclofenac
1. Indikasi
Adapun indikasi dari obat ini yaitu untuk mengobati kondisi inflamasi,
nyeri dan dysmenorrhea, juga digunakan sebagai obat topical dari inflamasi
oklular (Haveles, 2000).
2. Kontraindikasi
Adapun kontraindikasi dari obat ini yaitu penderita yang mempunyai
riwayat asma, urtikaria, atau alergi setelah mendapatkan terapi aspirin atau
OAINS lainnya dan Penderita yang hipersensitif terhadap Cataflam atau Kalium
diklofenak (Haveles, 2000).
3. Farmakokinetik
Adapun rute administrasi diklofenak yaitu bisa dengan oral maupun gel.
Puncak konsentrasi plasma obat ini yaitu selama 2-3 jam, waktu paruh selama 1 -2
jam dengan onset 30 menit dan durasi selaama 8 jam. Lalu obat akan di absorpsi
di saluran gastrointerstinal dan kemudian dimetabolit di liver dan diekskresi di
ginjal (Haveles, 2000).
4. Farmakodinamik
Diklofenak adalah non-steroidal anti-inflammatory drug (NSAID) yang
menunjukkan aksi anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik. Mekanisme aksi
seperti NSAID yang lain berkaitan dengan menghambat pembentukan
prostaglandin. Prostaglandin mempunyai peranan penting sebagai penyebab dari
inflamasi, nyeri dan demam. Pada percobaan-percobaan klinis menunjukkan efek
analgesik yang nyata pada nyeri sedang dan berat. Dengan adanya inflamasi yang
disebabkan oleh trauma atau setelah operasi, diklofenak mengurangi nyeri spontan
dan nyeri pada waktu bergerak serta bengkak dan luka dengan edema. Diklofenak
digunakan pada perawatan sakit atau peradangan yang disebabkan oleh arthritis
atau ankylosing spondylitis (MIMS Indonesia, 2015)
5. Efek samping
Adapun efek samping dari obat ini yaitu pada penggunaan topical yaitu
keratitis, alergi ocular, infeksi virus, & meningkatkan tekanan intraocular
(Haveles, 2000).
6. Interaksi Obat
Adapun
obat-obanya
yaitu
Citalopram
(Celexa),
Duloxetine
Daftar pustaka
Haveles, Elena Bablenis. 2000. Delmars Dental Drug Reference. Albani :
Thomson Learning.
Yagiela, John A. 2011. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry sixth
edition. Missouri : Mosby Inc.