PEMERIKSAAN FISIK
TUGAS KDPK
Disusun oleh:
Eli Sandra
D3-Kebidanan ( sem 1 )
1321049
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi rahmat
dan
karunia-Nya
sehingga
makalah
tentang
(PEMERIKSAAN
FISIK)
ini
dapat
terselesaikan.Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KETRAMPILAN DASAR
PRAKTIK KLINIK. Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya.Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................4
1.2 TUJUAN MAKALAH...............................................................................4
1.3 RUMUSAN MASALAH ...........................................................................4
2
BAB II..............................................................................................................5
DASAR TEORI................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN...............................................................................7
2.1 PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK .................................................7
2.2 MANFAAT PEMERIKSAAN FISIK ......................................................8
2.3 TEHNIK PEMERIKSAAN FISIK............................................................8
2.4 PEMERIKSAAN TANDA VITAL...........................................................8
2.5 PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE.................................................9
BAB IV PENUTUP.......................................................................................21
KESIMPULAN..............................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini banyak ilmu pengetahuan tentang kesehatan yang semakin berkembang baik dalam
praktik-praktik kesehatan maupun ilmu-ilmu yang semakin baru. Jika kita sebagai bidan tidak mampu
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin berkembang dengan pesat ini, maka dapat
dipastikan akan mengalami kesulitan dalam bersaing dengan bidan-bidan lain di zaman ini. Apalagi
sebentar lagi akan kita hadapi bersama persaingan global. Karena hal tersebut, kami berusaha
menyusun makalah tentang pemeriksaan fisik ini dengan harapan dapat mengambil pelajaran yang
3
kami sajikan demikian rupa ini. Mengingat pemeriksaan fisik ini cukup penting maka perlu didalami
dan dipahami dengan sebaik mungkin.
BAB II
DASAR TEORI
Pemeriksaan fisik adalah suatu system untuk mengumpulkan data kesehatan klien yang diatur
berdasarkan fungsi dimulai dari kepala sampai dengan ujung kaki (head to toes) hal ini dilakukan
untuk meningkatkan dan memperoleh hasil pemeriksaan yang actual.
Pemeriksaan fisik ekstrimitas adalah pemeriksaan yang meliputi seluruh bagian tubuh yang
bertujuan mengetahui struktur dan kesemetrisan ekstrimitas, ron sendi tonus dan kekuatan
otot,keadaan pembuluh darah (supplay oksigen) dan reflex tendon.
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah suatu system untuk mengumpulkan data kesehatan klien yang diatur
berdasarkan fungsi dimulai dari kepala sampai dengan ujung kaki (head to toes) hal ini dilakukan
untuk meningkatkan dan memperoleh hasil pemeriksaan yang actual.
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap system
tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat
penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien
dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang
dianggap
perlu,
untuk
memperoleh
data
yang
sistematif
dan
komprehensif,
Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan
umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi
local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus
seperti optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi,
kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal
dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus),
terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan
pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Palpasi
adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk
mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran,
kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010).
Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau
massa, edema, krepitasi dan sensasi. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan
bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di
bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk
membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang
bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan konsistensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010). Adapun
suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah
hepar.
Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah
caverna paru, pada klien asthma kronik.
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam
organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Auskultasi Adalah pemeriksaan
fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung,
suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010).
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri
khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
Wheezing : bunyi yang terdengar ngiii.k. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi.
Misalnya pada bronchitis akut, asma.
Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar kering seperti suara gosokan amplas pada kayu.
Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
D. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana tubuh
menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan suhu harus diatur
dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur oleh hipotalamus.
2.
3.
4.
5.
6.
Kulit:
Tindakan:
I = Inspeksi: lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna kehitaman/kecoklatan), edema, dan
distribusi rambut kulit.
P = Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus, suhu : akral
dingin atau hangat.
Rambut:
Tindakan:
I = disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang
P = mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus
Kuku:
Tindakan:
I = catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb, bentuk: clubbing karena
hypoxia pada kangker paru, beaus lines pada penyakit difisisensi fe/anemia fe
P = catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia lambat s/d 515 detik.
B. Pemeriksaan Kepala:
Tindakan:
I = Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih condong ke kanan atau ke kiri
itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada pasien SH.
P = Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan kepala sesuai kebutuhan
Mata:
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan pengelihatan, visus dan otot-otot mata)
Tindakan:
10
I = Kelopak mata ada radang atau tidak, simetris ka.ki atau tidak, reflek kedip baik/tidak, konjungtiva
dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor
ka,ki (normal), miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL), medriasis/melebar/dilatasi
(pada pasien sudah meninggal)
Inspeksi gerakan mata:
1.
2.
3.
4.
Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di periksa
Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik pandang, misal:
Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa kemudian tarik atau
jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan dan dititik mana benda mulai tidak
terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk hasil akurat).
Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar sampai yang
Hidung:
Tindakan:
I = Apakah hidung simetris, apakah ada inflamasi, apakah ada secret
P = Apakah ada nyeri tekan, massa
Telinga
Tindakan:
Telinga luar:
I = Daun telinga simetris atau tidak, warna, ukuran, bentuk, kebresihan, adanya lesy.
P = Tekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan kartilago.
Telinga dalam:
Note : Dewasa : Daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Anak
I = Telinga dalam menggunakan otoskop perhatikan memberan timpani (warna, bentuk) adanya
serumen, peradangan dan benda asing, dan darah.
Pemeriksaan pendengaran:
1)
Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
2)
Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi. telinga dan suruh pasien menyatakan tak
mendengar lagi.
3)
a.
Tes Rinne
Pegang garpu tala (GT) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan
Kemudian angkat GT dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar jarak 1-2 cm,
13
b.
Pegang GT pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau jari
Tanayakan pada klien apakah bunyi terdengar saama jelas antara telinga ka.ki atau hanya jelas
c.
Dekatkan GT pada telinga klien kemudian dengan cepat di dekatkan ke telinga pemeriksa.
Tindakan:
I = Amati bibir apa ada klainan kogenital (bibir sumbing), warna, kesimetrisan, kelembaban,
pembengkakkan, lesi.
Amati jumlah dan bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Inspeksi mulut dalam dan faring:
Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan adanya lesi
Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril, kemudian minta klien
menjulurkan lidah dan berkata AH amati ovula/epiglottis simetris tidak terhadap faring, amati
tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
P = Pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor, pembengkakkan dan nyeri.
14
Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari telunjuk dengan memekai handscond,
kemudian suruh pasien mengatakan kata EL sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah
dengan kassa dan tekan lidah dengan jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu. Catat apakah ada
respon nyeri pada tindakan tersebut.
C. Leher
Tindakkan:
I = Amati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut
Amati adanya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan adanya massa
Amati kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping ka,ki.
Mintalah pasien untuk mengerakkan leher (fleksi-ektensi ka.ki), dan merotasi- amati apakah
bisa dengan mudah dan apa ada respon nyeri.
P = Letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan rasakan adanya
kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.)
Palpasi trachea apakah kedudukan trachea simetris atau tidak.
D. Dada/Thorax
Paru/Pulmonalis
Untuk mengetahui adanya nyeri tekan, adanya massa, peradangan, edema, taktil fremitus.
Tindakkan:
I = Amati kesimetrisan dada ka.ki, amati adanya retraksi interkosta, amati gerkkan paru.
Amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
P = Palpasi ekspansi paru:
Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah papilla, anjurkan
Berdiri di belakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi costa ke-10, ibu
jari ka.ki di dekatkan jangan samapai menempel, dan jari-jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu
jari. Suruh pasien kembali menarik nafas dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
Palpasi Taktil vremitus posterior dan anterior:
Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi supra scapula
(posisi posterior) .
posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi vertebra thoraxkal ke-12.
Pe/Perkusi =
Atur pasien dengan posisi supinasi
Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5 tentukkan batas
paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru hepar dan jantung: redup)
Aus/auskultasi =
E. Jantung/Cordis
Tindakan :
I = Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm disamping bawah xifoideus.
P = Merasakan adanya pulsasi
Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan spasium interkosta ke-
Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area trikuspidalis/ventikuler amati adanya
pulsasi
Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri dimana akan
ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls) temukkan pulsasi kuat pada
area ini.
Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah sternum.
Pe =
Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri,
Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung
Aus =
Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5 sambil menekan
arteri carotis
Bunyi S1: dengarkan suara LUB yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral (bikuspidalis) dan
tikuspidalis pada waktu sistolik.
Bunyi S2: dengarkan suara DUB yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris (aorta dan pulmonalis)
pada saat diastolic.
17
Adapun bunyi : S3: gagal jantung LUB-DUB-CEE S4: pada pasien hipertensi DEE..-LUBDUB.
Simetris, tidak ada lesi/retraksi/lekukan, kulit utuh, warna kulit sama dengan daerah sekitarnya,
c)
Putting: keluar, tidak drainase(kecuali ibu hamil), berwarna sama dengan aerola.
d)
e)
Putting: inverse/ masuk ke dalam (karena adanya pertumbuhan tubuh di bawah kulit.
f)
Terdapat lesi kinder (keras, terikat kuat, tidak nyeri, berbentuk tidak teratur)
Tidak ada pembesaran nodus limfe/massa. Terdapat pembesaran nodus limfatik,ada massa,
terasa nyeri.
H. Perut/Abdomen
Tindakkan:
I = Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi, penonjolan, adanya ketidak
simetrisan, adanya asites.
P = Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan telapak tangan
pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai kuadran.
Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa dengan metode
bimanual/2 tangan.
18
I. Hepar:
Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian hipokondria kanan,
Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar. Kaji
hepatomegali.
Limpa:
mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya limpa.
Renalis:
Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi Lumbal 3-4
Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan bentuk, kontur,
J. Reflex
Perkusi
Refleks patela, Tendon patella (ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae) dipukul dengan
refleks hammer. Respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar fleksi.
19
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya bagian tertentu
yang
dianggap
perlu,
untuk
memperoleh
data
yang
sistematif
dan
komprehensif,
merencanakan tindakan
DAFTAR PUSTAKA
21