Anda di halaman 1dari 13

Sejarah Datangnya Bangsa-Bangsa Eropa Ke Indonesia

Hindia Timur atau Indonesia telah lama dikenal sebagai


daerah penghasil rempah-rempah seperti vanili, lada, dan
cengkeh. Rempah-rempah ini digunakan untuk mengawet
makanan, bumbu masakan, bahkan obat. Karena kegunaannya,
rempah-rempah ini sangat laku di pasaran dan harganya pun
mahal. Hal ini mendorong para pedagang Asia Barat datang
dan memonopoli perdagangan rempah-rempah. Mereka
membeli bahan-bahan ini dari para petani di Indonesia dan
menjualnya kepada para pedagang Eropa.
Namun, jatuhnya Konstantinopel pada tahun 1453 ke Turki
Utsmani mengakibatkan pasokan rempah-rempah ke wilayah
Eropa terputus. Hal ini dikarenakan boikot yang dilakukan oleh
Turki Utsmani. Situasi ini mendorong orang-orang Eropa
menjelajahi jalur pelayaran ke wilayah yang banyak memiliki
bahan rempah-rempah, termasuk kepulauan Nusantara
(Indonesia). Dalam perkembangannya, mereka tidak saja
berdagang, tetapi juga menguasai sumber rempah-rempah di
negara penghasil. Dimulailah era kolonialisasi Barat di Asia .
pada bab ini akan diuraikan tentang kedatangan bangsa Eropa
hingga terbentuknya kekuasaan kolonial Barat di Indonesia.
A. Sebab dan Tujuan Kedatangan Bangsa Barat
Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia
termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk
berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan
agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia
Timur adalah sebagai berikut :
v Mencari kekayaan termasuk berdagang
v Menyalurkan jiwa penjelajah
v Meyakini Keberadaan Prester John
v Menyebarkan agama
v Mencari kemuliaan bangsa
Sejak abad ke -13, rempah-rempah memang
merupakan bahan dagang yang sangat menguntungkan. Hal
ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta
kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini

diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa


dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk
menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba
meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke
satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula.
Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol
yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan
penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka
berani berlayar jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan
orang-orang seagama.
Di luar faktor yang disebutkan di atas, orang-orang
Eropa yang sebagian besar beragama Kristen terdorong pula
untuk pergi ke mana pun guna mewartakan Injil (Gospel).
Mereka percaya bahwa mewartakan Injil kepada orang-orang
yang belum mengenal Tuhan adalah salah satu panggilan
hidupnya. Selain menyebarkan Injil, mereka juga berusaha
mencari kekayaan (gold) dan kebanggaan serta kejayaan
(glory) bagi negaranya.
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke
Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para
petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya
kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka
kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi
sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa
Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan
mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan
memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa
menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya,
harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka.
Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa
Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan
sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui
suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa
Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan
politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu
domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian
mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka

dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk


memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
1. Bangsa Portugis
Ekspedisi pertama untuk mencari jalan langsung
ke Indonesia dirintis oleh bangsa Portugis dan Spanyol.
Bangsa-bangsa lain seperti Inggris, Prancis, dan Belanda
baru melakukan ekspedisi setelah kedua bangsa ini
menemukan jalan keIndonesia.
Orang Portugis pertama yang mencoba mencari jalan
baru
ke Indonesia adalahBartholomeus
Diaz. Ia
meninggalkan Portugal pada tahun 1486. Ia menyusuri
pantai barat Afrika hingga tiba di Tanjung Harapan baik,
namun
ia
gagal
mencapai Indonesia.
Setelah
Bartholomeus Diaz menemukan jalan ke timur di Tanjung
Harapan Baik (Afrika Selatan), upaya mencari jalan
ke Indonesiaditeruskan oleh armada-armada Portugis
berikutnya.
Armada Portugis berikutnya yang mencoba berlayar
ke Indonesia dipimpin oleh Vasco da Gama. Mereka
berangkat pada tahun 1497 dan berhasil melewati Tanjung
Harapan Baik. Sewaktu tiba di Pelabuhan Malinda (Afrika
Timur), mereka bertemu dengan pedagang-pedagang
Arab dan India. Namun, jalan ke Asia Tenggara tetap
dirahasiakan oleh para pedagang tersebut. Oleh karena
itu, orang-orang Portugis melanjutkan perjalannya
menyusuri pantai timur Afrika. Mereka harus melewati
perairan dengan ombak yang sangat besar. Daerah itu
terletak di timur laut Afrika terutama di sekitar Ujung
Tanduk. Oleh karena itu, daerah ini disebut Guadafui
(berhati-hatilah).
Ekspedisi ini kemudian berhasil melewati selat di
ujung selatan Laut Merah yang disebutnyaBab el
Mandeb (Gapura Air Mata). Pada tahun 1498, Vasco da
Gama tiba di Kalikut (India). Sejak saat itu, perdagangan
antara orang Eropa dan India tidak lagi melalui jalur Laut
Tengah melainkan melalui pantai timur Afrika.

Namun, penemuan ini belum juga memuaskan


bangsa Portugis. Mereka ingin menjelajahi daerah timur
lainnya yakni Malaka dan Maluku.
Pada waktu itu, di Asia Tenggara terdapat salah satu
daerah pusat perdagangan yang sangat ramai dikunjungi.
Daerah tersebut adalah Malaka sedangkan daerah sumber
rempah-rempahnya adalah Maluku. Bagi Portugis, cara
termudah menguasai perdagangan di sekitar Malaka
termasuk di Maluku adalah dengan merebut atau
menguasai Malaka. Kolonialisme Portugis di Indonesia
dimulai sejak kedatangan Alfanso dAlbuquerque di
Maluku. Pada tahun 1511, ekspedisi Portugis di bawah
pimpinan Alfonso dAlbuquerque berhasil menaklukkan
Malaka. Dari sana, mereka menuju Maluku dan diterima
dengan baik oleh raja Ternate. Mereka diperkenankan
berdagang dan membangun benteng di ternate.
2. Bangsa Spanyol
Pelopor bangsa Spanyol yang mencari jalan langsung
ke Indonesia adalah Christopher Columbus, ia berjalan
kearah barat. Setelah dua bulan, ia sampai di sebuah
pulau yang kemudian dinamakan San Salvador. Columbus
gagal mencapai India.
Setelah Columbus gagal menemukan India, ekspedisi
Spanyol selanjutnya ke daerah rempah rempah
dipelopori oleh Ferinand Magellan. Berbeda dengan
armada Portugis, pada tahun 1519 Magellan berangkat
melalui Samudera Atlantik. Setelah melewati ujung
Amerika Selatan, ia masuk ke Samudera Pasifik. Ia tiba di
Filipina pada tahun 1521. sewaktu mencoba mengatasi
perang antarsuku di Cebu, Magellan terbunuh. Ia
digantikan oleh Del Cano. Dalam perjalanan kembali ke
Spanyol, mereka singgah di Tidore. Sejak saat itu, terjalin
kerja sama antara Spanyol dan Tidore. Kerja sama itu
tidak hanya dalam hal perdagangan, tetapi juga diperkuat
dengan dibangunnya benteng Spanyol di Tidore. Kondisi
tersebut tentu saja menyebabkan antara Portugis dan
Spanyol saat itu, Portugis membuka kantor dagangnya
di Ternate. Portugis merasa terancam dengan hadirnya

Spanyol di Tidore. Hal ini diperkuat lagi dengan kenyataan


bahwa Tidore dan Ternate telah lama bermusuhan.
Dengan alasan tersebut, Portugis yang didukung pasukan
Tidore. Benteng Spanyol di Tidore dapat direbut Portugis.
Namun, berkat perantara Paus di Roma, Portugis dan
Spanyol akhirnya mengadakan perjanjian yang disebut
Perjanjian Zaragosa. Berdasarkan perjanjian itu, Maluku
dikuasai Portugis sedangkan Filipina dikuasai Sepanyol.
3. Bangsa Inggris
Kedatangan bangsa Inggris ke Indonesiadirintis
oleh Francis Drake dan Thomas Cavendish. Dengan
mengikuti jalur yang dilalui Magellan, pada tahun 1579
Francis Drake berlayar ke Indonesia. Armadanya berhasil
membawa rempah-rempah dari Ternate dan kembali ke
Inggris lewat Samudera Hindia. Perjalanan beriktunya
dilakukan pada tahun 1586 oleh Thomas Cavendish
melewati jalur yang sama.
Pengalaman kedua pelaut tersebut mendorong Ratu
Elizabeth I meningkatkan pelayaran internasioalnya. Hal
ini dilakukan dalam rangka menggalakan ekspor wol,
menyaingi perdagangan Spanyol, dan mencari rempahrempah. Ratu Elizabeth I kemudian memberi hak istimewa
kepadaEIC (East Indian Company) untuk mengurus
perdagangan dengan Asia. EIC kemudian mengirim
armadanya ke Indonesia. Armada EIC yang dipimpin James
Lancestor berhasil melewati jalan Portugis (lewat
Afrika). Namun, mereka gagal mencapai Indonesia karena
diserang Portugis dan bajak laut Melayu di selat Malaka.
Awal abad ke 17, Inggris telah memiliki jajahan di
India dan terus berusaha mengembangkan pengaruhnya
di Asia Tenggara, kahususnya di Indonesia. Kolonialisme
Inggris di Hindia Belanda dimulai tahun 1604. menurut
catatan sejarah, sejak pertama kali tiba di Indonesia tahun
1604, EIC mendirikan kantor-kantor dagangnya. Di
antaranya di Ambon, Aceh, Jayakarta, Banjar, Japara, dan
Makassar.
Walaupun demikian, armada Inggris tidak mampu
menyaingi armada dagang barat lainnya di Indonesia

dagang Barat lainnya di Indonesia, seperti Belanda.


Mereka akhirnya memusatkan aktivitas perdagangannya
di India. Mereka berhasil membangun kota-kota
perdagangan seperti Madras, Kalkuta, dan Bombay.
4. Bangsa Belanda
Armada Belanda yang pertama berusaha mencapai
Indonesia dipimpin Van Neck, namun ekspedisi ini gagal.
Kemudian,
pada
tahun
1595
armada
Belanda
dipimpin Cornelis
de
Houtmandan Pieter
de
Kaizer berangkat menuju Indonesia. Mereka menyusuri
pantai barat Afrika lalu sampai ke Tanjung Harapan Baik.
Dari sana, mereka mengarungi Samudera Hindia dan
masuk ke Indonesia melalui Selat Sunda lalu tiba di
Banten.
Armada ini tidak diterima oleh rakyat Banten karena
Belanda bersikap kasar. Selain itu, hubungan antara
Banten dan Portugis masih baik.
Dari Banten, armada ini bermaksud menuju Maluku
untuk membeli rempah-rempah namun gagal mencapai
Maluku. Cornelis de Houtman tiba kembali di negerinya
pada tahun 1597. ia disambut sebagai penemu jalan
ke Indonesia.
Setelah
Cornelis,
armada
Belanda
datang
keIndonesia susul menyusul. Hal ini mengakibatkan lalu
lintas Indonesia Belanda menjadi ramai. Armada
Belanda yang pertama mencapai Maluku adalah armada
kedua. Mereka berhasil melakukan pembelian remapahrempah disana.
Pada awalnya, Belanda memang gagal menghadapi
persaingan dengan Portugis, baik di Maluku maupun di
pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia. Namun, karena
armada Belanda semakin hari semakin bertambah, sedikit
demi sedikit armada Portugis mulai terdesak. Akhirnya
Portugis terusir dari Maluku menandai era kolonialisme
Belanda di Indonesia. Sejak itu, pedagang-pedagang
Belanda semakin banyak yang datang ke Maluku.
Untuk mengatasi persaingan diantara pedagangpedagang
Belanda
sendiri,
pada
tahun
1602

dibentuk VOC
(Vereenigde
OostIndische
Compagnie) atau persekutuan Dagang Hindia Timur. VOC
dipimpin oleh De Heren Zuventien (Dewan Tujuh Belas)
dengan Pieter Both sebagai gubernur jenderal yang
pertama.
Semula VOC berpusat di Ambon. Namun, sejak
kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterzoon Coen,
pusat VOC dipindah ke Jayakarta yang kemudian berganti
nama menjadi Batavia
Untuk memperkuat kedudukan VOC di Indonesia,
pemerintah Belanda memberikan hak-hak istimewa. Hakhak istimewa VOC tersebut antara lain :
v Hak monopoli dagang
v Hak membuat dan mencetak uang
v Hak membentuk tentara
v Hak menyatakan perang ataupun membuat perjanjian
Dengan hak-hak tersebut berarti VOC memiliki
kekuasaan seperti suatu negara. Mereka dapat bertindak
bebas tanpa harus konsultasi lebih dulu dengan
pemerintah Belanda di negeri induk.
Bangsa Eropa datang ke Asia termasuk Indonesiakarena
mereka ingin berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan
menyebarkan agama. Untuk itu, bangsa-bangsa Eropa mencari
jalan baru dengan mengarungi samudera. Pelapornya adalah
bangsa Portugis dan Spanyol. Pelaut-pelaut terkenal dari
Portugis adalah Bartholomeus Diaz dan Vasco da Gama.
Sedangkan pelaut dari Spanyol adalah Columbus dan Magellan.
Bakat kepeloporannya, Portugis dan Spanyol berhasil
menguasai jalur berlayar, terutama untuk mencari kekayaan.
Indonesia sebagai daerah penghasil rempah-rempah menjadi
rebutan. Akhirnya, bangsa-bangsa Eropa tersebut berhasil
menjajah Indonesia. Belanda adalah bangsa yang paling lama
berkuasa
dan
paling
banyak
mengeruk
keuntungan
perdagangan di Indonesia dibandingkan bangsa Portugis dan
Inggris
KEKUASAAN H.W. DAENDELS DI JAWA (1808-1811)

Di awal Januari 1795, Napoleon menaklukkan negeri Belanda


tanpa perlawanan yang berarti. Raja Willem V melarikan diri
dan bersembunyi di Kew, sebuah kota kecil di Inggris. Sebagai
ganti Willem V, Napoleon mendudukkan adiknya, Louis
Bonaparte, di tahta kerajaan Belanda. Segera ia
memerintahkan untuk mengantisipasi serangan dari Inggris
terhadap tanah jajahan. Ada tiga target utama serangan Inggris
yaitu; Tanjung Harapan, Jawa dan kepulauan Maluku. Ketiga
tempat tersebut berada didalam blokade angkatan laut Inggris.
Napoleon pun mengirim dua orang militer untuk tujuan itu.
Jendral Jan Willem Janssen di kirim ke Tanjung Harapan tahun
1803 dan Marshall Herman Willem Daendels ke Jawa tahun
1808.
H.W. Daendels adalah seorang jendral Belanda, pengagum
Napoleon dan Jacobis. Ia memimpin perlawanan yang gagal
terhadap kerajaan Oranje pada 1787. Setelah kegagalannya, ia
lari ke Prancis. Ia kembali ke Belanda, 1795, bersama serangan
Prancis. Sejak itu, Belanda terlibat dalam perang Eropa di pihak
Prancis. 1797, Daendels memimpin 30.000 pasukan Belanda di
Texel, menunggu invasi Inggris yang sedang dalam
pertempuran laut di Camperdown. 1799, ia hampir menjadi
tawanan perang di pertempuran Helder.
Di awal 1800-an, Inggris dan Prancis mengkonsentrasikan
kekuatan perangnya di wilayah India dan Mesir. Secara tak
terduga Tanjung Harapan sebagai pelabuhan strategis dapat di
kuasai Inggris tahun 1806, Jawa berada dalam posisi terancam.
Jawa membutuhkan seorang gubernur-jendral baru yang dapat
memperkuat pertahanan militer. Untuk alasan itu, Napoleon
tidak mempercayai pejabat Asiatic Council, Dirk van
Hogendorp, seorang liberalis yang dicalonkan sebagai gubernur
jendral. Maka pilihan jatuh pada Daendels.
Daendels menempuh perjalanan melalui Cadix, Tanger,
Kepulauan Kanari dan New York. Dengan kapal dagang
berbendera Amerika, Daendels tiba di Batavia pada Januari
1808. Amerika adalah negara netral yang tidak terlibat dalam
perang Eropa. Kedatangannya seorang diri menggunakan nama
samaran van Vlierden (nama istrinya) dengan kapal tersebut,
dimaksudkan untuk mengelabui blokade kapal perang Inggris.
Kedatangannya di Batavia, ia langsung berhadapan dengan
keadaan keuangan dan administrasi yang buruk. Korupsi

membuat bangkrut VOC. Keuntungan dagang lebih banyak


masuk ke kantong pejabat VOC. Kekuatan pasukan Belanda di
Jawa tidak lebih dari 2.000 orang dengan kemampuan dan
disiplin yang rendah.
Pada saat yang hampir bersamaan dengan dikuasainya Belanda
oleh Prancis, VOC dibubarkan. Herren XVII (dewan
beranggotakan 17 orang pengusaha besar Belanda) ditiadakan.
Sebagai gantinya, seluruh jajahan Belanda langsung berada
dibawah penguasaan kerajaan Belanda dan diurus oleh
kementerian jajahan (Pemerintah kolonial Belanda di Nusantara
menguasai Jawa, Palembang, Makassar dan Maluku, sisanya
dikuasai oleh Inggris). Pengaruh langsung dari pergantian itu
adalah soal otonomi pengaturan keuangan dan pembentukkan
angkatan perang.
Segera setelah menginjakkan kakinya di Weltevreden,
Daendels mengganti bendera Belanda di depan kantor
gubernuran dengan bendera Prancis. Tak ada seorang pegawai
pun yang berani bereaksi atas tindakannya itu. Begitu pula
ketika ia mengeluarkan aturan bahwa pegawai pemerintah
kolonial dilarang untuk memberi dan menerima hadiah dari
pejabat pribumi. Setiap kesalahan akan ditindak dengan keras
dan tak luput dari dampratan dengan suaranya yang sangat
keras. Hobi membentak dan suaranya yang menggelegar
membuatnya mendapat panggilan mas guntur dan mas galak.
Berdiri di atas ketaatan para pegawainya, ia membangun
pasukan dalam jumlah dan organisasi yang cukup
mengesankan. Pasukannya terdiri dari orang-orang Belanda
dan pribumi. Ia menghentikan penggunaan orang-orang Jawa
dalam pasukan inti nya dan menggantinya dengan orang-orang
dari Madura, Makasar, Bali, Ambon dan budak-budak dari
wilayah jajahan lainnya. Sistem kepangkatan dalam organisasi
militer eropa diterapkan pula dalam pasukan pribumi. Mereka
mendapat latihan, pangkat, ransum, seragam, senjata dan juga
upah. Dalam dua tahun, ia berhasil membentuk 20.000 orang
pasukan yang terdiri dari lima divisi; divisi mobile, tiga divisi
kota (Batavia, Semarang, dan Surabaya) dan divisi pertahanan
di luar Jawa. Ia mengatur korps tentaranya dengan gaya Prancis
dan mengubah banyak industri komersial menjadi industri
militer, seperti pabrik-pabrik di Gresik menjadi senjata dan di
Semarang diubah menjadi penghasil mesiu.

Sebagai bagian dari proyek militernya, Daendels juga


membangun instalasi militer seperti pelabuhan militer di
Surabaya dan benteng di Mester Cornelis serta sebuah jalan
utama dari Anyer hingga Panarukan. Sebelumnya, hanya ada
jalan setapak yang diketahui oleh penduduk setempat dan
itupun selalu disertai dengan penebasan hutan. Jalur
perdagangan lebih mengutamakan penggunaan jalur laut
sepanjang pantai utara.
Kesulitan jalur darat itu memang telah menjadi perhatian pihak
kolonial seperti yang dituturkan oleh Francois Tombe. Tombe
adalah seorang perwira Prancis yang dikirim oleh Daendels dua
tahun sebelum kedatangannya. Tugasnya adalah membuat
peta selat Bali. Sayangnya, ia terdampar di Banyuwangi dan
kemudian memutuskan melakukan perjalanan ke Surabaya.
Perjalanan itu memakan waktu enam bulan.
Dari sekian banyak proyek Daendels dalam kurun waktu tiga
tahun kepemimpinannya, pembuatan jalan utama AnyerPanarukan adalah yang paling besar pengaruhnya. Bahkan
diluar yang dibayangkan olehnya sebagai fasilitas yang
mempercepat mobilitas pasukan (Dengan kekuatan lautnya,
Inggris mempunyai kemungkinan untuk mendarat dimanapun
sepanjang pantai utara Jawa. Oleh karena itu, mustahil bagi
Daendels untuk terus mengawasinya. Baginya, adalah paling
penting membangun pasukan infanteri dengan mobilitas yang
tinggi untuk mengantisipasi penyusupan lebih jauh dari
pasukan Inggris). Belum diperoleh waktu yang tepat kapan
pembuatan jalan tersebut dimulai. Hanya saja, bersamaan
dengan pembuatan jalan, ia juga mendirikan jasa pos dan
telegraf yang kemudian menjadi nama jalan AnyerPanarukan, groote postweg (jalan raya pos). Tercatat pada 1810
Daendels telah membeli 200 ekor kuda alat pengangkut pos
yang menandakan jalan Anyer-Panarukan telah selesai. Pada
tahun ini juga ia menghidupkan kembali surat kabar yang
sebelumnya pernah terbit dan mati, Bataviasche Koloniale
Courant. Surat kabar ini terus terbit hingga berakhirnya
kekuasaan kolonial di Indonesia.
groote postweg di buat dalam jangka waktu sekitar satu tahun.
Pembuatannya memaksa pada penguasa pribumi setempat,
yang dilewati jalan tersebut, untuk mengerahkan penduduk di
wilayah cacah-nya. Jarak yang ditempuh oleh Groote postweg

adalah sekitar 800 mil. Dalam jarak itu, dibangun 12


pesanggrahan, 126 stasiun untuk kereta, 51 stasiun untuk
penggantian kuda-kuda pos, semuanya didirikan atas tanggung
jawab bupati setempat. Menurut laporan yang didapat oleh
Raffles, pembuatan jalan tersebut memakan korban sekitar
10.000 orang. Dalam situasi perang Inggris-Prancis di
Nusantara, seluruh aktivitas Daendels dipantau oleh biro
urusan intelejen Inggris yang berpusat di Penang.
Februari 1808, Du Fuy menghadap Sultan Banten untuk
meminta pekerja untuk pengerjaan jalan dan pembuatan
pelabuhan militer di Merak. Sultan Banten yang berseteru
dengan pemerintah kolonial sejak masa VOC menolak. Ia
melihat peperangan antara Inggris dan Prancis memberikan
kesempatan baginya untuk memberontak apalagi pasukan
Daendels dianggap belum cukup siap untuk menghadapi
peperangan. Atas alasan itu, ia membunuh Du Fuy dan
menghabisi seluruh garnisun kecil pemerintah kolonial di
Banten. Atas tindakannya itu, segera Daendels mengirim 1.000
pasukan yang dipimpinnya langsung. Kesultanan Banten
berhasil dikuasai bahkan Daendels sambil duduk di tahta
kerajaan berujar, akulah raja Banten. Kesultanan Banten
kemudian dihapus dan ia mengirim saudaranya untuk menjadi
residen di sana(Kemudian hari ia merehabilitasi kesultanan
Banten dan menentukan siapa yang duduk di tahta kerajaan.
Banten tidak sepenuhnya aman dari gangguan karena sering
adanya pemberontakan yang dibantu oleh Inggris.)
.
Sebagai penganut jacobism, Daendels menghancurkan
kekuatan raja-raja Jawa. Setelah Banten, ia mencoba mengatasi
kesultanan Yogyakarta. Mangkunegara II di Surakarta telah
memutuskan untuk bekerjasama dengan Belanda. Atas
perintah Daendels pada 1808, Mangkunegara II mendapat
pangkat kolonel dan membentuk Legiun Mangkunegara
beranggotakan 1.150 prajurit serta mendapat bantuan
10.000 ryksdaalders pertahun. Sementara itu, Saudara ipar
Sultan Hamengkubuwana II, Raden Rangga melancarkan
pemberontakan atas Daendels yang secara diam-diam
mendapat dukungan dari Sultan Hamengkubuwana II. Dengan
3.200 pasukan, Daendels dapat mengatasi pemberontakan.
Pangeran Rangga terbunuh dan Sultan Hamengkubuwana II

diturunkan dari tahta serta digantikan oleh putra mahkota. Atas


pembangkangan itu, dua orang pangeran, Natakusuma dan
Natadiningrat, dikirim ke penjara Cirebon.
Menjelang akhir jabatannya, Daendels menghadapi banyak
persoalan. Perjalanan kepemimpinannya telah membangun
tembok kebencian baik dikalangan Belanda maupun Pribumi.
Beberapa suku yang menjadi anggota pasukannya membelot
dan menolak berperang di pihaknya. Belum dapat dipastikan
apakah itu ada kaitannya dengan kegiatan intelejen Inggris.
Proyek besar Daendels memakan banyak biaya. Sementara
keadaan keuangannya semakin memburuk. Blokade Inggris
menyebabkan hilangnya pemasukan dari sektor perdagangan.
Bahkan untuk mata uang, Daendels harus
mengeluarkan assigant (Mata uang kertas yang biasa
digunakan di Prancis)sebagai pengganti mata uang tembaga
yang bahannya harus diimpor. Satu-satunya pemasukan yang
diperolehnya adalah dari pajak (Pajak dikenakan pada
penjualan barang, tol jalan, penjualan & penyewaan tanah, judi,
rumah madat dan banyak lagi.), pencetakan assigant, dan
penjualan tanah seperti. Contoh penjualan tanah seperti yang
berlangsung pada wilayah Besuki dan Panarukan kepada
Kapiten Cina di Surabaya, Han Chan Pit. Terakhir ia menjual
tanah seluas Besuki dan Panarukan di Probolinggo kepada
saudara Han Chan Pit, Han Ki Ko.
Pada masa Daendels, ia memindahkan ibukota pemerintahan
dari Batavia ke Weltevreden dan memindahkan tempat tinggal
dari Batavia ke Buitenzorg (Bogor). Dengan gajinya,
130.000 guilders, ia membeli tanah Buitenzorg ke pemerintah
dan membangun sebuah istana megah bagi dirinya yaitu Istana
Bogor. Tanah disekitar istana dijual kembali ke pengusaha Cina
dan istananya dijual kembali kepada pemerintah. Pada saat
hendak digantikan oleh W. Janssens, Daendels menjual
istananya. Untuk penjualan itu, ia mendapat untung
900.000 guilders. Pada 27 April 1811, W. Janssens datang
disertai oleh seorang mayor jenderal Prancis, Jumel. Segera
Daendels diganti dan dipulangkan. Sebagai seorang tahanan.
4 Agustus 1811 60 kapal perang Inggris muncul di Batavia. 26
Agustus seluruh wilayah disekitar Batavia dapat dikuasai.
Janssens bertahan di Semarang bersama legiun Mangkunegara

dibantu pasukan Yogyakarta dan Surakarta. 18 September


1811, Janssens menyerah di Salatiga.

Anda mungkin juga menyukai