Anda di halaman 1dari 69

[Type text]

LEMBAR PENGESAHAN

Mini project, yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK MENSTRUASI, TINGKAT


ABSENSI, PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU
TERHADAP KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI KELAS XI
DI SMA 56 JAKARTA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti


Program Internship Dokter Indonesia
Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 1

Disusun oleh :
dr. Dini Noviani Pratiwi

Mengetahui,
Pendamping

dr. Rismauli Veronika


NIP: 196903302002122002

[Type text]
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya,
sehingga

penulis

dapat

menyelesaikan

penyusunan

mini project dengan judul

Hubungan antara karakteristik menstruasi, tingkat absensi, pengetahuan, sikap, dan


perilaku dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta. Penulis
menyadari bahwa mini project ini dapat tersusun berkat bimbingan dan bantuan berbagai
pihak.
1.
2.
3.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada :
Allah SWT yang senantiasa memberi kemudahan dalam menjalankan penelitian.
Mamah dan bapak tercinta yang selalu mendukung dan mendoakan saya.
Dr. Rismauli Veronika, selaku kepala puskesmas tegal alur 1 dan dokter

pendamping internsip yang selalu membantu disaat mengalami kesulitan.


4. Bapak Ginting, selaku kepala sekolah SMA 56 Jakarta yang telah memberikan
izin untuk dapat melakukan penelitian di SMA 56 Jakarta.
5. Bapak Nurdi dan ibu Komang selaku staf sekolah SMA 56 Jakarta yang telah
memberikan fasilitas penyuluhan sisiwi SMA 56 Jakarta.
6. Guru bimbingan konseling di SMA 56 Jakarta yang membantu memberikan data
siswi SMA 56 Jakarta.
7. Rd. Ganjar Tirta telah memberikan kasih sayang dan dukungan dalam melakukan
penelitian ini.
8. Teman-teman internsip Santri, Ledy, Anindita, Lola, Dimas, dan Wiliam yang
selalu membantu dan ikut serta dalam memberikan dukungan.
9. Seluruh staf serta karyawan Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 1yang telah
membantu dalam penyusunan penelitian ini.
Penulis menyadari penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis
mengharap saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga penelitian ini
dapat bermanfaat.
Jakarta, Agustus 2015
Dr. Dini Noviani Pratiwi
ABSTRAK

[Type text]

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL

[Type text]

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................... 1


KATA PENGANTAR .................................................................... 2
DAFTAR ISI ................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang ............................................................... 6

B.

Rumusan Masalah ........................................................... 7

C.

Tujuan Penelitian ............................................................ 8

D.

Hipotesis Masalah ............................................................ 9

E.

Manfaat Penelitian ............................................................ 9

F.

Keterbatasan Penelitian .................................................... 10

G.

Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 10

BAB II LANDASAN TEORI


A.

Tinjauan Pustaka ........................................................... 11

B.

Kerangka Teori ............................................................ 19

BAB III KERANGKA KONSEP


A.

Kerangka konsep ............................................................... 20

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A.

Desain Penelitian ............................................................... 21

B.

Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 21

C.

Populasi Penelitian ............................................................ 21

D.

Sampel dan Teknik Sampli................................................ 22

E.

Kriteria Retriksi ................................................................ 22

[Type text]

F.

Cara Pengambilan Sampel ........................................... 23

G.

Instrumen Penelitian ......................................................... 24

H.

Definisi Operasional ......................................................... 24

I.

Cara Pengumpulan Data ................................................ 27

J.

Pengolahan Data ............................................................ 28

K.

Analisis Data .................................................................. 29

L.

Penyajian Data ............................................................... 29

BAB V HASIL PENELITIAN


I.

II.

Analisis Univariat
A.

Karakteristik Responden ..................................................... 30

B.

Tingkat Absensi ................................................................ 32

C.

Tingkat Pengetahuan .......................................................... 32

D.

Sikap ................................................................................... 32

E.

Perilaku Penanganan Dismenorea ...................................... 33

F.

Kejadian Dismenorea . 33

Analisis Bivariat
A.

Hubungan antara Siklus Menstruasi dengan Kejadian


Dismenorea ... 34

B.

Hubungan antara Usia Menarche dengan Kejadian


Dismenorea . 35

C.

Hubungan antara Lama Menstruasi dengan Kejadian


Dismenorea .................................................................... 35

[Type text]

D.

Hubungan antara Nilai VAS (visual analogue scale)


dengan Kejadian Dismenorea ......................................... 36

E.

Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian


Dismenorea ..................................................................... 37

F.

Hubungan antara Sikap dengan Kejadian Dismenorea ... 37

G.

Hubungan antara Perilaku Penanganan Dismenorea


dengan Kejadian Dismenorea ............................................ 38

H.

Rangkuman hasil analisis bivariate ................................... 39

BAB VI PEMBAHASAN
A.

Karakteristik Menstruasi .................................................... 41

B.

Tingkat Absensi .................................................................. 43

C.

Tingkat Pengetahuan ........................................................ 44

D.

Sikap ................................................................................. 45

E.

Perilaku Penanganan Dismenorea .................................... 45

BAB VII PENUTUP


A.

Kesimpulan ...................................................................... 48

B.

Saran ................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA... 50
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
53

[Type text]

BAB I
PENDAHULUAN

[Type text]

A. Latar Belakang Masalah


Setiap wanita memiliki pengalaman menstruasi yang berbeda-beda. Sebagian
wanita mendapatkan menstruasi tanpa keluhan, namun tidak sedikit dari mereka yang
mendapatkan menstruasi disertai keluhan sehingga mengakibatkan rasa ketidaknyamanan
berupa dismenorea. Dismenorea merupakan nyeri perut bagian bawah yang terkadang
rasa nyeri tersebut meluas hingga ke pinggang, punggung bagian bawah dan paha
(Badziad, 2003).
Angka kejadian dismenorea di dunia sangat besar. Rata-rata lebih dari 50%
perempuan

di setiap dunia mengalaminya.

Dari hasil penelitian,

di Amerika

persentase kejadian dismenorea sekitar 60%, Swedia 72% dan di Indonesia 55%.
Penelitian di Amerika Serikat menyebutkan bahwa dismenorea dialami oleh 30%-50%
wanita usia reproduksi dan 10%-15% diantaranya kehilangan kesempatan kerja,
mengganggu kegiatan belajar di sekolah dan kehidupan keluarga. Begitu pula angka
kejadian dismenorea

di Indonesia cukup tinggi, namun yang berobat ke pelayanan

kesehatan sangatlah sedikit, yaitu hanya 1% - 2% (Abidin, 2004).


Wanita

di

Indonesia

yang

mengalami

dismenorea

lebih

banyak

mengatasinya dengan mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri yang beredar di


pasaran. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa nyeri ini akan hilang
setelah wanita menikah, sehingga mereka membiarkan gangguan tersebut (Admin,
2005).
Perilaku kesehatan merupakan tema penting yang perlu ditelaah secara mendalam
karena berdasarkan kajian teoritis, salah satu upaya mengurangi gangguan pada saat
menstruasi yaitu membiasakan diri dengan perilaku sehat. Namun hal tersebut tidak
terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang dipelajari karena individu
mengerti dampak positif atau negatif suatu perilaku yang terkait dengan keadaan
menstruasi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 28
juli 2015, menurut data yang didapatkan dari konseling siswi kelas XI SMA 56 Jakarta,
terdapat 50 siswi MIPA, 1 orang diantaranya seringkali ijin untuk tidak mengikuti proses

[Type text]

belajar setiap bulannya karena mengalami dismenorea. Dan terdapat 76 siswi IPS, 2 orang
diantaranya seringkali ijin untuk tidak mengikuti proses belajar setiap bulannya karena
dismenorea. Sedangkan siswi lainya yang mengalami dismenorea tetap mengikuti proses
pelajaran di sekolah namun tidak dapat berkonsentrasi karena gejala yang dirasakan.
Berdasarkan data absensi siswi dari bulan februari sampai mei 2015 didapatkan selama
bulan februari terdapat 22 hari ijin, bulan maret didapatkan 22 hari ijin, bulan april
didapatkan 24 hari ijin, bulan mei didapatkan 30 hari ijin untuk tidak mengikuti proses belajar
setiap bulannya dikarenakan dismenorea dan penyakit lainnya. Upaya penanganan dismenorea

yang dilakukan oleh sebagian siswi adalah mengoleskan minyak kayu putih pada daerah
nyeri, tiduran, minum obat pengurang rasa sakit, dan sebagian lagi hanya membiarkan
gejala tersebut karena terbatasnya informasi tentang kesehatan reproduksi remaja
khususnya tentang menstruasi dan permasalahannya, yaitu dismenorea.
Penelitian

sejenis

pernah

dilakukan

oleh Rani (2003)

yang berjudul

Pengaruh Penyuluhan dengan penanganan Sindroma Pra Haid pada Remaja Putri
Kelurahan Notoprajan Yogyakarta. Perbedaan antara penelitian tersebut dengan
penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah desain penelitian, variabel penelitian,
subyek penelitian serta uji analisis yang digunakan, sedangkan persamaan yang dapat
dilihat yaitu penanganan gangguan menstruasi sebagai permasalahan yang mendasari
dilakukannya penelitian.
B. Rumusan Masalah
- Apakah terdapat hubungan antara siklus menstruasi dengan kejadian dismenorea
-

pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta?


Apakah terdapat hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenorea pada

siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta?


Apakah terdapat hubungan lama menstruasi dengan kejadian dismenorea pada

siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta?


Apakah terdapat hubungan antara nilai VAS (visual analogue scale) dengan

kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta?


Apakah terdapat hubungan antara tingkat absensi dengan kejadian dismenorea

pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta?


Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian
dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta?

[Type text]

Apakah terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian dismenorea pada siswi

kelas XI di SMA 56 Jakarta?


Apakah terdapat hubungan antara perilaku dengan kejadian dismenorea pada siswi
kelas XI di SMA 56 Jakarta?

C. Tujuan Penelitian
A. Tujuan Umum
- Mengetahui jumlah angka dari tingkat absensi dengan kejadian dismenorea
-

pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.


Mengetahui hubungan antara karakteristik menstruasi, tingkat absensi,
pengetahuan, sikap, dan perilaku dengan kejadian dismenorea pada siswi

kelas XI di SMA 56 Jakarta.


B. Tujuan Khusus
a) Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku terhadap penanganan
dismenorea.
b) Adanya perubahan perilaku dalam mengurangi jumlah angka absensi di
sekolah dengan kejadian dismenorea.
Menganalisis presentasi kejadian dismenorea dengan:
- Siklus menstruasi
- Usia menarche
- Lama menstruasi
- Nilai VAS (visual analogue scale)
d)
Menganalisis tingkat absensi dengan kejadian dismenorea pada siswi
c)

e)

kelas XI di SMA 56 Jakarta.


Menganalisis tingkat pengetahuan dengan kejadian dismenorea pada

f)

siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.


Menganalisis sikap dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di

g)

SMA 56 Jakarta.
Menganalisis perilaku dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI
di SMA 56 Jakarta.

D. Hipotesis Penelitian
- Ada hubungan antara siklus menstruasi dengan kejadian dismenorea pada siswi
-

kelas XI di SMA 56 Jakarta.


Ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas

XI di SMA 56 Jakarta.
Ada hubungan lama menstruasi dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di

SMA 56 Jakarta.
Ada hubungan antara nilai VAS (visual analogue scale) dengan kejadian
dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.

10

[Type text]

Ada hubungan antara tingkat absensi dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas

XI di SMA 56 Jakarta.
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian dismenorea pada siswi

kelas XI di SMA 56 Jakarta.


Ada hubungan antara sikap dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di

SMA 56 Jakarta.
Ada hubungan antara perilaku dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di
SMA 56 Jakarta.

E. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Ilmiah
a. Menjadi landasan untuk penelitian sejenis selanjutnya yang terkait dengan
b.

dismenorea.
Memberikan informasi kesehatan reproduksi mengenai upaya penanganan
dan pencegahan dismenorea agar disrmenorea yang dialami tidak menjadi

lebih berat.
2) Manfaat Praktisi
a. Institusi
- Program Internsip Dokter Indonesia
Hasil penelitian ini mampu menambah

kepustakaan,

yang dapat

dimanfaatkan oleh dokter lain untuk meningkatkan pengetahuan mengenai

c.

dismenorea.
- SMA 56 Jakarta
Hasil penelitian ini mampu menjadi landasan pelaksanaan program kegiatan
bimbingan,

pembinaan

dan

konseling

dalam upaya

peningkatan

pengetahuan siswi untuk menangani dismenorea di SMA 56 Jakarta serta


b.

mengurangi angka absensi siswa karena kejadian dismenorea.


Profesi
Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi tenaga kesehatan untuk
meningkatkan pemberian asuhan kesehatan reproduksi wanita, khususnya
di lingkungan sekolah.

F. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan dengan keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga.
Namun demikian, peneliti berusaha melaksanakan penelitian ini sebaik mungkin.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Rang Lingkup Tempat :

11

[Type text]

SMA 56 Jakarta
Ruang Lingkup Waktu :
Ruang lingkup waktu dalam penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai
dengan September 2015

12

[Type text]

BAB II
LANDASAN TEORI
DISMENOREA
A. Pengertian
1) Dismenorea atau nyeri haid merupakan gejala, bukan penyakit. Gejalanya
terasa nyeri di perut bagian bawah. Pada kasus dismenorea berat, nyeri terasa
sampai seputaran panggul dan sisi dalam
pertama

dan

paha.

Nyeri

terutama

pada

hari

kedua menstruasi. Nyeri akan berkurang setelah keluar darah

menstruasi yang cukup banyak (Manuaba, 1999).


2) Dismenorea adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan
muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus
menerus. Dismenorea timbul akibat kontraksi disritmik lapisan miometrium yang
menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan hingga berat pada perut
bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha (Badziad, 2003).
3) Dismenorea atau nyeri haid adalah gejala-gejala ginekologik yang paling sering
dijumpai. Bahkan wanita-wanita dengan dismenorea cenderung

untuk

nyeri

pasien

haid

rekurens

secara

periodik yang

menyebabkan

mendapat
mencari

pengobatan darurat (Greenspan, Baxter, 2000).


B. Jenis Dismenorea
Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi menjadi:
1) Dismenorea Spasmodik
Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut dan berawal
sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai. Beberapa wanita yang
mengalami dismenorea spasmodik merasa sangat mual, muntah bahkan pingsan.
Kebanyakan yang menderita dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi
dijumpai pula kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya
(Mansjoer, 2001).

2) Dismenorea Kongestif

11

[Type text]

Dismenorea kongestif yaitu nyeri haid yang dirasakan sejak beberapa hari sebelum
datangnya haid. Gejala ini disertai sakit pada buah dada, perut kembung, sakit
kepala, sakit punggung, mudah tersinggung, gangguan tidur dan muncul memar di
paha dan lengan atas. Gejala tersebut berlangsung antara dua atau tiga hari sampai
kurang dari dua minggu sebelum datangnya menstruasi.
Berdasarkan ada tidaknya penyebab yang dapat diamati, dismenorea dapat dibagi
menjadi:
1) Dismenorea Primer
Dismenorea primer yaitu nyeri haid yang timbul tanpa ada sebab yang dapat diketahui.
Dismenorea primer terjadi sejak usia pertama kali datangnya haid yang disebabkan
oleh faktor intrisik uterus dan berhubungan erat dengan ketidakseimbangan hormon
steroid seks ovarium, yaitu karena produksi hormon prostaglandin yang berlebih pada
fase sekresi

yang menyebabkan perangsangan pada otot-otot polos endometrium

(Badziad, 2003).
2) Dismenorea sekunder
Dismenorea sekunder terjadi karena adanya kelainan pada organ genetalia dalam
rongga pelvis. Dismenorea ini disebut juga sebagai

dismenorea

organik,

dapatan

(akuisita) atau ekstrik. Kelainan ini dapat timbul setiap saat dalam perjalanan
hidup wanita, contohnya pada wanita dengan endometriosis atau penyakit peradangan
pelvik, penggunaan alat kontrasepsi yang dipasang dalam rahim, dan tumor atau
polip yang berada di dalam rahim. Nyeri terasa dua hari atau lebih sebelum
menstruasi dan nyeri semakin bertambah hebat pada akhir menstruasi (Llewellyn,
2001).
C. Derajat dismenorea
Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal menstruasi
namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara siklik dibagi
menjadi tiga tingkat keparahan, yaitu:
1) Dismenorea ringan

12

[Type text]

Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan pasien masih dapat melaksanakan
aktifitas sehari-hari.
2) Dismenorea sedang
Dismenorea ini membuat pasien memerlukan obat penghilang rasa nyeri dan
kondisi penderita masih dapat beraktivitas.
3) Dismenorea berat
Dismenorea berat membuat pasien memerlukan istirahat beberapa hari dan dapat
disertai sakit kepala, migrain, pingsan, diare, rasa tertekan, mual dan sakit perut.
(Manuaba, 1999).
D. Faktor Penyebab Dismenorea
Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor penyebab dismenorea primer,
antara lain:
1) Faktor kejiwaan
Dismenorea

primer banyak

dialami

oleh remaja

yang sedang mengalami

tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidak siapan
remaja putri dalam menghadapi perkembangan

dan pertumbuhan pada dirinya

tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan

gangguan

fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenorea (Hurlock, 2007).


Di dunia kedokteran nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang
bertujuan untuk memberikan peringatan akan adanya penyakit, luka atau kerusakan
jaringan. Sehingga terjadinya pelepasan zat-zat kimia seperti histamin, serotonim,
bradikadin, dan prostaglandin. Selain itu nyeri juga didefinisikan sebagai pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan

yang

berhubungan

dengan

kerusakan jaringan. Dari pengertian nyeri tersebut terlihat betapa pentingnya faktor
psikis. Pada umumnya gangguan nyeri juga merupakan penderitaan batin
diutarakan

dalam

suatu

jenis

penderitaan

yang

fisik, gangguan ini sering disebut

gangguan sensorik non-organik. Gangguan sensorik non-organik berlokasi di organ

13

[Type text]

genetalia. Berdasarkan penjelasan di atas maka dismenorea primer atau nyeri haid juga
dapat di masukkan sebagai gangguan sensorik non- organik (Mujaddid, 2006).
Kesiapan anak dalam menghadapi masa puber sangat diperlukan. Anak harus
mengerti

tentang

dasar

perubahan

yang terjadi

pada dirinya

dan anak-anak

sebayanya. Secara psikologis anak perlu dipersiapkan mengenai perubahan fisik dan
psikologisnya. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka anak tidak siap sehingga
pengalaman akan perubahan tersebut dapat menjadi pengalaman traumatis (Hurlock,
2007).
Pengalaman

tidak

menyenangkan

pada

seorang

gadis terhadap peristiwa

menstruasinya menimbulkan beberapa tingkah laku patologis. Pada umumnya mereka


akan diliputi kecemasan sebagai bentuk penolakan pada fungsi fisik dan psikisnya.
Apabila keadaan ini terus berlanjut, maka mengakibatkan gangguan menstruasi.
Gangguan menstruasi yang banyak dialami adalah kesakitan pada saat menstruasi yang
bersifat khas, yaitu nyeri haid atau dismenorea (Kartono K, 2006).
2) Faktor konstitusi
Faktor konstitusi erat hubungannya dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab
timbulnya keluhan dismenorea primer, karena faktor ini menurunkan ketahanan seseorang
terhadap rasa nyeri. Faktor ini seperti:
a) Anemia
Anemia adalah defisiensi eritrosit atau hemoglobin atau dapat keduanya hingga
menyebabkan kemampuan mengangkut oksigen berkurang. Sebagian besar penyebab
anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin,
sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel
otak dan dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang, termasuk daya tahan tubuh
terhadap rasa nyeri.

14

[Type text]

b) Penyakit menahun
Penyakit menahun yang diderita seorang wanita akan menyebabkan tubuh
kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk
penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migraine (Wiknjosastro, 1999).
3) Faktor obstruksi kanalis servikalis
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea primer
adalah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin
dapat terjadi stenosis kanalis servikalis. Akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai penyebab dismenorea. Banyak wanita menderita dismenorea

hanya

karena

mengalami stenosis kanalis servikalis tanpa hiperantefleksi posisi uterus. Sebaliknya


terdapat wanita tanpa keluhan dismenorea walaupun ada stenosis kanalis servikalis dan
uterus terletak hiperantefleksi (Wiknjosastro, 1999).
4) Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea
primer karena kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin erat hubungannya
dengan keadaan tersebut. Dari hasil penelitian Novak dan Reinolds, hormon estrogen
merangsang kontraktibilitas sedangkan hormon progesteron menghambatnya.
Penjelasan

lain dikemukakan

oleh Clitheroe

dan Piteles, bahwa

endometrium dalam fase sekresi akan memproduksi hormon

prostaglandin

ketika
yang

menyebabkan kontraksi otot polos. Jika hormon prostaglandin yang diproduksi banyak
dan dilepaskan di peredaran darah, maka selain mengakibatkan dismenorea juga
menyebabkan keluhan lain seperti vomitus, nousea dan diarhea (Carey, 2001).
5) Faktor pengetahuan
Dalam beberapa penelitian juga disebutkan bahwa dismenorea yang timbul pada
remaja putri merupakan dampak dari kurang pengetahuannya mereka tentang dismenorea.
Terlebih jika mereka tidak mendapatkan informasi tersebut sejak dini. Mereka yang
memiliki informasi kurang menganggap bahwa keadaan itu sebagai permasalahan
yang dapat menyulitkan mereka. Mereka tidak siap dalam menghadapi menstruasi dan

15

[Type text]

segala hal yang akan dialami oleh remaja putri. Akhirnya kecemasan melanda mereka
dan mengakibatkan penurunan terhadap ambang nyeri yang pada akhirnya membuat
nyeri haid menjadi lebih berat. Penanganan yang kurang tepat membuat remaja
putri selalu mengalaminya setiap siklus menstruasinya (Kartono K, 2006).
E.

Penanganan

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menangani dismenorea sehingga
menurunkan angka kejadia dismenorea dan mencegah keadaan dismenorea tidak
bertambah berat, diantaranya:
1) Penerangan dan nasihat
Perlu

dijelaskan

kepada

penderita

bahwa

dismenorea primer adalah

gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya dalam
masalah ini diadakan penjelasan dan

diskusi

mengenai

informasi

dismenorea,

penanggulangan yang tepat serta pencegahan agar dismenorea tidak mengarah pada
tingkat yang sedang bahkan ke tingkat berat. Penerangan tentang pemenuhan nutrisi yang
baik perlu diberikan, karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik maka status gizi remaja
menjadi baik. Dengan status gizi yang baik tersebut maka ketahanan tubuh meningkat
dan ganggauan menstruasi dapat dicegah. Nasehat menegenai makan bergizi, istirahat
dan olah raga cukup dapat berguna dan terkadang juga diperlukan psikoterapi.
2) Pemberian obat analgesik
Obat analgesik yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin, fenastin
dan kafein. Contoh obat paten yang beredar dipasaran

anatara lain ponstan,

novalgin, acetaminophen dsb.


3) Pola hidup sehat
Penerapan pola hidup sehat dapat membantu dalam upaya menangani ganggaun
menstruasi, khususnya dismenorea. Yang termasuk dalam pola hidup sehat adalah olah
raga cukup dan teratur, mempertahankan diit seimbang

seperti

peningkatan

pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.


4) Terapi Hormonal

16

[Type text]

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini hanya bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan benar berupa
dismenorea primer, sehingga wanita dapat
Tujuan

ini

tetap

melakukan

aktivitas

sehari-hari.

dapat dicapai dengan pemberian pil kombinasi dalam kontrasepsi

(Wiknjosastro, 1999).
5) Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin
Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenorea primer. Termasuk di
sini indometasin, ibu profen dan naproksen. Kurang lebih 70% penderita mengalami
perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan sebelum haid mulai, satu sampai tiga
hari sebelum haid dan pada hari pertama haid (Wiknjosastro, 1999).
Selain menurut Taruna (2003) beberapa cara di atas, ada cara pengobatan lain
yang dapat dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri haid yaitu:
1) Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air hangat
di perut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem
saraf.
2) Meningkatkan taraf kesehatan untuk daya tahan tubuh, misal melakukan
olah raga cukup dan teratur serta menyediakan waktu yang cukup untuk beristirahat. Olah
raga yang cukup dan teratur dapat meningkatkan kadar hormon endorfin yang berperan
sebagai natural pain killer. Penyediaan waktu dapat membuat tubuh tidak terlalu
rentan terhadap nyeri.
3)

Apabila nyeri haid cukup mengganggu aktivitas maka dapat diberikan obat

analgetik yang bebas dijual di masyarakat tanpa resep dokter, namun harus tetap
memperhatikan efek samping terhadap lambung.
4) Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri haid muncul
secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah merasakannya, maka
periksakan kondisi Anda untuk mendapatkan pertolongan segera, terlebih jika
dismenorea yang dirasakan mengarah ke dismenorea sekunder.
Menurut Akatri S (1996), nyeri haid dapat diatasi dengan:

17

[Type text]

1) Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan di tempat yang


datar. Lutut ditekuk dan di dekatkan ke dada.
2) Mandi dengan air hangat.
3) Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan.
4) Mengurangi konsumsi harian pada makanan dan minuman yang mengandung
kafein yang dapat mempengaruhi kadar gula dalam darah.
5) Menghindari makanan yang mengandung kadar garam tinggi.
6) Meningkatkan konsumsi sayur, buah, daging dan ikan sebagai sumber
makanan yang mengandung vitamin B6.

18

[Type text]

KERANGKA TEORI
Siklus Menstruasi
Nilai VAS (visual
analogue scale)

Usia Menarche
Lama Menstruasi

STIMULUS

RESPON

Kejadian
Dismenorea

Perilaku Penanganan
Dismenorea

Faktor Internal
Tingkat Pengetahuan

Perilaku Kognitif
Sikap

Perilaku Afektif
Perilaku Psikomotorik

Tingkat Pendidikan

Tingkat Sosial Ekonomi

Perilaku Positif
Nyeri berkurang
Faktor Eksternal

Tidak mengganggu
aktivitas

Fasilitas Kesehatan
Perilaku Tokoh Masyarakat
Perilaku Petugas Kesehatan
UU + Peraturan Kesehatan

Perilaku Negatif
Nyeri hebat
Mengganggu aktivitas

Absensi tidak hadir


di sekolah/ tempat
kerja

Keterangan :
: Variabel bebas yang diteliti
: Variabel terikat yang diteliti

19

[Type text]

BAB III
KERANGKA KONSEP

VARIABEL
BEBAS
Karakteristik Menstruasi
Siklus Menstruasi
Usia Menarche
Lama Menstruasi
Nilai VAS (visual analogue
scale)

VARIABEL
TERIKAT
Kejadian
Dismenorea

Tingkat Absensi

Sikap

Perilaku Penanganan Dismenorea

20

[Type text]

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang
mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian
melakukan analisis korelasi antar variabel (Notoatmodjo, 2005).
Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional.
Penelitian cross sectional akan mengukur atau mengumpulkan data mengenai usia
responden, usia menarche, lama menstruasi, tingkat absensi, pengetahuan, sikap, dan
perilaku tentang dismenorea sebagai variabel bebas yang menjadi penyebab dan data
penanganan dismenorea sebagai variabel terikat secara simultan dalam waktu yang
bersamaan (Notoatmodjo,2005).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SMA 56 Jakarta, karena untuk mempermudah pengambilan
data dan sampel.
Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli sampai dengan September 2015.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi Penelitian
-

Populasi Penelitian :
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi di SMA 56 Jakarta.

Populasi Target :
Seluruh siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta
D. Kriteria Retriksi
21

[Type text]

1. Kriteria Inklusi
a. Siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.
b. Siswi yang hadir saat diadakan penelitian.
c. Siswi yang pernah mengalami dismenorea sebelum atau ketika menstruasi.
d. Siswi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
2. Kriteria Eksklusi
a. Siswa yang belum mengalami menstruasi.
c. Siswi yang memiliki riwayat penyakit ginekologi.
E. Sampel dan Teknik Sampling
1. Estimasi Besar Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini
digunakan rumus:
N

n =
2

N (d ) + 1

Keterangan:
n

: banyaknya sampel

N : ukuran populasi
d

: persentase kelonggaran ketidaktelitian (presisi) karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir, yaitu 5%.


Berikut ini perhitungan sampel yang diambil

n =

N
22

[Type text]
2

N (d ) + 1
126

n=

126(0,05)

2 +

n = 95,81
n = 96 orang

Jadi siswi SMA 56 Jakarta kelas XI yang dijadikan responden sebanyak 96 siswi.
2. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan untuk mendapatkan sampel adalah non probabilty
purposive

sampling.

Purposive

sampling

adalah

teknik

pengambilan sampel

dengan didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat sendiri oleh peneliti,
berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,
2005).
F. Cara Pengambilan Sampel
Siswi kelas XI di
SMA 56 Jakarta
Pada bulan JuliAgustus 2015

Pre Test Intervensi (2-3


kali) Post Test
Dilakukan konseling bagi
siswa yang sering absen

Sampel
penelitian
= 96
orang

Evaluasi selama 1 bulan

G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian diambil dengan menggunakan kuesioner.
23

[Type text]

No. INSTRUMEN

FUNGSI INSTRUMEN

1.

Untuk mengukur karakteristik

Kuesioner

menstruasi, tingkat absensi,


pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang dismenorea.
2.

Leaflet

Untuk mempermudah siswi memahami


tentang dismenorea

3.

Materi penyuluhan berupa

Untuk mempermudah memberikan

powerpoint

informasi mengenai dismenorea

H. Definisi Operasional
1.

Perilaku Penanganan Diare

Perilaku penanganan dismenorea adalah skor yang diperoleh dari jawaban


kuesioner responden yang menggambarkan proses perubahan perilaku, mulai dari
kesadaran (warness), ketertarikan (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial) dan
menerima (adaptation) seseuai dengan kemampuan kognitif untuk menangani nyeri
menstruasi (dismenorea) dengan skala ukur ordinal yang dikategorikan menjadi:
1 = Baik, jika nilai rata- rata responden (mean) 30%
2 = Buruk, jika jika nilai rata- rata responden (mean) < 30 %
2.
Tingkat pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden yang
menggambarkan

kemampuan

kognitif:

mengetahui,

memahami,

menerapkan,

menganalisis, sintesis dan evaluasi responden mengenai nyeri menstruasi (dismenorea).


Skala ukur berupa skala ordinal yang dikriteriakan menjadi:
1 = Baik , jika nilai rata- rata responden (mean) 45,5%
2 = Buruk, jika nilai rata- rata responden (mean) < 45,5 %
3.

Tingkat Absensi

24

[Type text]

Tingkat

absensi

yang

diperoleh

dari

jawaban

kuesioner

responden

yang

menggambarkan ketidakhadiran seseorang disekolah yang diakibatkan nyeri perut


(dismenorea) pada saat siklus menstruasinya. Skala ukur berupa skala nominal yang
dikriteriakan menjadi:
1 = Pernah, jika tidak hadir di sekolah akibat dismenorea
2 = Tidak pernah, jika hadir di sekolah akibat dismenorea
4. Sikap terhadap dismenorea
Sikap yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden yang merupakan reaksi atau
respon seseorang terhadap stimulasi atau objek. Skala ukur berupa skala ordinal yang
dikriteriakan menjadi:
1 = Baik , jika nilai rata- rata responden (mean) 80%
2 = Buruk, jika nilai rata- rata responden (mean) < 80 %
5. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden yang merupakan
siklus bulanan pada wanita yang dimulai dari akhir menstruasi sebelumnya sampai akhir
menstruasi berikutnya. Siklus ini terjadi secara normal sekitar 28 hari. Skala ukur berupa
skala ordinal yang dikriteriakan menjadi:
1 = teratur jika siklus menstruasi 28 hari
2 = tidak teratur jika siklus menstruasi < 28 hari atau > 28 hari

6. Lama Menstruasi
Lama menarche yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden yang merupakan
waktu mulainya haid sampai berakhir haid. Waktu normal haid 5-7 hari. Skala ukur berupa
skala ordinal yang dikriteriakan menjadi:
25

[Type text]

1 = normal

: 7 hari

2= tidak normal: > 7 hari


7. Usia Menarche
Usia menarche yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden yang didefinisikan
sebagai pertama kali menstruasi, secara normal menstruasi awal terjadi pada usia 11-16
tahun. Skala ukur berupa skala ordinal yang dikriteriakan menjadi:
1= cepat : 12 tahun
2= ideal : > 12 tahun
8. Kejadian Dismenorea
Kejadian dismenorea yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden yang
didefinisikan sebagai nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan muncul
sebelum, selama atau setelah menstruasi. Dismenorea timbul akibat kontraksi disritmik
lapisan miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala mulai dari nyeri ringan
hingga berat pada perut bagian bawah, daerah pantat dan sisi medial paha. Skala ukur
berupa skala nominal yang dikriteriakan menjadi:
1 = ya
2 = tidak
9. Nilai VAS (visual analogue scale)
Nilai VAS (visual analogue scale) yang diperoleh dari jawaban kuesioner responden
yang merupakan alat pengukuran intensitas nyeri efiseien yang di kriteriakan menjadi 0 tidak
nyeri, 1-3 nyeri ringan, 1-6 nyeri sedang, 7-9 nyeri berat terkontrol, 10 nyeri berat tidak
terkontrol. Skala ukur berupa skala ordinal yang dikriteriakan menjadi:
1 = ringan sedang, jika skor 1- 6
2 = berat- sangat berat, jika skor 7 - 10
I. Cara Pengumpulan Data
a.
Alur Pengumpulan Data
26

Pengajuan judul dan proposal yang telah


disetujui dokter pendamping

[Type text]

Pendataan siswi kelas XI di SMA 56


Jakarta

Mengumpulkan sampel

Melakukan penyebaran kuesioner


sebagai pre test dan intervensi berupa
penyuluhan mengenai dismenore

Melakukan intervensi ulangan yang


dilanjutkan dengan post test berupa
kuesioner. Serta konseling bagi ssiswi
yang sering absen

Mengumpulkan data

Mengolah dan menganalisis data dalam


bentuk tabular, tekstular dan grafik
dengan menggunakan Microsoft Excel,
Word 2007 dan SPSS 21,0

Penyajian data dalam bentuk presentasi


b. Data Primer
Data yang diperoleh dari hasil observasi langsung pada responden yang datang
pada saat pemeriksaan dilakukan. Selain itu didapatkan informasi yang lebih
rinci melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah
dipersiapkan sebelumnya.
c. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari data pencatatan dan pelaporan yang ada di SMA 56
Jakarta.
d. Data Tersier
27

[Type text]

Data yang diperoleh dari buku-buku, majalah, internet maupun jurnal-jurnal


ilmiah berupa data yang berkaitan dengan dismenorea.
J. Pengolahan Data
Setelah data diperoleh maka dilakukan pengolahan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Editing data
Memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui jawaban kuesioner, dan
wawancara.
2. Coding
Memberi kode pada masing-masing jawaban untuk dilakukan pengolahan data
3. Entry data
Pemindahan data ke dalam media komputer agar diperoleh data masukan yang siap
diolah.

4. Tabulating
Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian dimasukkan dalam
Tabel yang sudah dimasukkan.
Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 21

K. Analisis Data
- Analisis Univariat
Analisis ini dilakukan pada masing-masing variabel. Hasil ini berupa distribusi dan
persentase pada variabel-variabel yang diteliti.
- Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas
dengan variabel tergantung.Dalam analisis ini, dilakukan uji statistik chi-square.
28

[Type text]

L. Penyajian Data
Data yang telah dikumpulkan dan diolah akan disajikan dalam bentuk

- Tabular
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan Tabel
- Tekstular
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan kalimat
- Grafik
Penyajian data hasil penelitian dengan menggunakan diagram batang yang
menggambarkan sifat-sifat yang dimiliki

BAB V
HASIL PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan pada siswi SMA 56 Jakarta ini, telah dilaksanakan pada
tanggal 27 Juli 20165. Penelitian menggunakan responden sebanyak 96 siswi yang telah
memenuhi kriteria. Dari kegiatan penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut :
A. GAMBARAN GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFI SMA 56 JAKARTA

29

[Type text]

SMA 56 Jakarta yang berlokasi di jalan kamal raya tegal alur merupakan sekolah
negeri di Jakarta barat. Dimana terdapat 666 siswa dengan 2 jurusan yaitu IPA dan IPS dan
mempunyai 18 kelas untuk melakukan aktivitas belajar. Dibimbing oleh 44 guru dengan
91 mata pelajaran serta kegiatan extrakulikuler seperti OSIS, pramuka, kesenian, berbagai
jenis olahraga dan lain-lain.
B. GAMBARAN TINGKAT ABSENSI DI SMA 56 JAKARTA
Berdasarkan sample penelitian yang diambil hanya mencakup siswi kelas XI di
SMA 56 Jakarta, maka penulis hanya melakukan pendataan mengenai tingkat absensi
terbatas pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta yang berjumlah 126 siswi pada bulan
februari sampai mei 2015,berikut hasilnya:
Tabel 1. Distribusi Tingkat Absensi Siswi Kelas XII di SMA 56 Jakarta pada bulan Februari
smapai Mei 2015

Alasan Absensi
Sakit

Kelas

Izin

Alfa

Feb

Mar

Apr

Mei

Feb

Mar

Apr

Mei

Feb

Mar

Apr Mei

XII MIPA 1

17

XII MIPA 2

27

XII IIS 1

30

[Type text]
XII IIS 2

20

XII IIS 3

12

Didapatkan jumlah terbanyak sakit yaitu 12 hari pada bulan mei di kelas XII MIPA 3
dengan total terbanyak sakit yaitu 30 hari sakit di bulan mei, dimana jumlah siswi yang sakit
belum dapat ditentukan apakah dikarenakan dismenorea atau penyakit lainnya.

Berdasarkan data yang didapatkan dari konseling siswi kelas XI SMA 56 Jakarta,
terdapat 50 siswi MIPA, 1 orang diantaranya seringkali ijin untuk tidak mengikuti proses
belajar setiap bulannya karena mengalami dismenorea. Dan terdapat 76 siswi IPS, 2 orang
diantaranya seringkali ijin untuk tidak mengikuti proses belajar setiap bulannya karena
dismenorea
C. ANALISIS UNIVARIAT
1. Karakteristik Menstruasi
a. Siklus Menstruasi
Hasil penelitian mengenai siklus menstruasi, dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu
teratur jika siklus mentruasi 28 hari dan tidak teratur jika siklus menstruasi < 28 hari atau >
28 hari. Hasil diketahui bahwa responden yang mempunyai siklus menstruasi teratur
sebanyak 41 responden (42,7%) dan siklus menstruasi tidak teratur sebanyak 55 responden
(57,3%) ditampilkan pada Tabel 2
.
b. Usia Menarche
Hasil penelitian mengenai usia menarche, dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu
cepat 12 tahun dan ideal > 12 tahun. Hasil diketahui bahwa responden yang mempunyai
usia menarche cepat sebanyak 51 responden (53,1%) dan usia menarche ideal sebanyak 45
responden (46,9%) ditampilkan pada Tabel 2.
c. Lama Menstruasi

31

[Type text]

Hasil penelitian mengenai lama menstruasi, dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu


normal jika lama mentruasi 7 hari dan tidak normal jika lama menstruasi > 7 hari. Hasil
diketahui bahwa responden yang mempunyai lama menstruasi normal sebanyak 67
responden (69,8%) dan lama menstruasi tidak normal sebanyak 29 responden (30,2%)
ditampilkan pada Tabel 2.
d. Nilai VAS (visual analogue scale)
Hasil penelitian mengenai lama menstruasi, dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu
ringan-sedang jika skor 1-6 dan berat-sangat berat jika skor 7-10. Hasil diketahui bahwa
responden yang mempunyai nilai VAS ringan-sedang sebanyak 44 responden (45,8%) dan
yang mempunyai nilai VAS berat-sangat berat sebanyak 52 responden (54,2%) ditampilkan
pada Tabel 2.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Menstruasi pada
siswi kelas XI SMA 56 Jakarta
Karakteristik

Teratur
Tidak teratur
Total
Usia Menarche

41
55
96

42,7
57,3
100

Cepat
Ideal
Total
Lama Menstruasi

51
45
96

53,1
46,9
100

Normal
Tidak normal
Total
Nilai VAS (visual analogue scale)
Ringan Sedang
Berat Sangat Berat
Total

67
29
96

69,8
30,2
100

44
52
96

45,8
54,2
100

Siklus Menstruasi

2. Tingkat Absensi

32

[Type text]

Hasil penelitian mengenai tingkat absensi, dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu


pernah absen dan tidak pernah absen. Hasil diketahui bahwa responden yang pernah absen
sebanyak 4 responden (4,2%) dan tidak pernah absen sebanyak 92 responden (95,8%)
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Absensi pada siswi
kelas XI SMA 56 Jakarta
Tingkat Absensi
Pernah
Tidak pernah
Total

N
4
92
96

%
4,2
95,8
100

3. Tingkat Pengetahuan
Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan, dikelompokkan menjadi 2 bagian,
yaitu baik dan buruk. Hasil diketahui bahwa responden yang tingkat pengetahuannya baik
sebanyak 50 responden (52,1%) dan tingkat pengetahuannya buruk sebanyak 46 responden
(47,9%) ditampilkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan pada
siswi kelas XI SMA 56 Jakarta
Tingkat Pengetahuan
Baik
Buruk
Total

N
50
46
96

%
52,1
47,9
100

Setelah dilakukan post test didapatkan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 85
orang (88, 6%) dan tingkat pengetahuan yang masih buruk sebanyak 11 orang (11,4 %).
4. Sikap
Hasil penelitian mengenai sikap, dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu baik dan
buruk. Hasil diketahui bahwa responden yang mempunyai sikap buruk sebanyak 58
responden (60,4%) dan mempunyai sikap baik sebanyak 38responden (39,6%) ditampilkan
pada Tabel 5.
33

[Type text]

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


pada siswi kelas XI SMA 56 Jakarta
Tingkat Pengetahuan
Baik
Buruk
Total

N
38
58
96

%
39,6
60,4
100

5. Perilaku Penangaanan Dismenorea


Hasil penelitian mengenai perilaku penanganan dismenorea, dikelompokkan menjadi
2 bagian, yaitu baik dan buruk. Hasil diketahui bahwa responden yang mempunyai sikap
baik sebanyak 72 responden (75%) dan mempunyai sikap buruk sebanyak 24 responden
(25%) ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Penangaanan
Dismenorea pada siswi kelas XI SMA 56 Jakarta
Pretest
N
41
55
96

Tingkat Pengetahuan
Baik
Buruk
Total

%
42,7
57,3
100

Post test
N
85
11
96

%
88,6
11,4
100

6. Kejadian Dismenorea
Hasil penelitian mengenai kejadian dismenorea, dikelompokkan menjadi 2 bagian,
yaitu ya dan tidak. Hasil diketahui bahwa responden yang mengalami dismenorea sebanyak
66 responden (68,8%) dan tidak mengalami dismenorea sebanyak 30 responden (31,3%)
ditampilkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Dismenorea pada
siswi kelas XI SMA 56 Jakarta
Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak
Total

N
66
30
96

%
68,8
31,3
100
34

[Type text]

D. ANALISIS BIVARIAT
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan
variabel terikat dengan menggunakan Chi Square(x2). Adanya hubungan dengan kejadian
dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditunjukkan nilai p< 0,05.
1. Hubungan antara Siklus Menstruasi dengan Kejadian Dismenorea pada
Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Pengujian secara statistik antara variabel siklus menstruasi dengan kejadian
dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditampilkan pada Tabel 8.
Tabel 8. Hubungan antara Siklus Menstruasi dengan Kejadian Dismenorea
pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Siklus

Teratur
Tidak

Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak
n
%
n
%
28
42,4
13
43,3
38
57,6
17
56,7

n
41
55

%
42,7
57,3

teratur
Total

66

96

100

Menstruasi

68,8

30

31,3

Total

0,933

Berdasarkan Tabel 8. Diketahui bahwa responden dengan siklus mentruasi tidak


teratur pada kejadian dismenorea sebanyak 38 responden (57,6%). Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p value = 0,933 > 0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan siklus
menstruasi dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.
2. Hubungan antara Usia Menarche dengan Kejadian Dismenorea pada Siswi
Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Pengujian secara statistik antara variabel usia menarche dengan kejadian dismenorea
pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditampilkan pada Tabel 9.
Tabel 9. Hubungan antara Usia Menarche dengan Kejadian Dismenorea
pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Usia

Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak

Total

p
35

[Type text]

Menarche
Cepat
Ideal
Total

n
35
31
66

%
53,0
47,0
68,8

n
16
14
30

%
53,3
46,7
31,3

n
51
45
96

%
53,1
46,9
100

0,978

Berdasarkan Tabel 9. Diketahui bahwa responden dengan usia menarche cepat pada
kejadian dismenorea sebanyak 35 responden (53,0%). Hasil analisis statistik menunjukkan
nilai p value = 0,978 > 0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan usia menarche dengan
kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.
3. Hubungan antara Lama Menstruasi dengan Kejadian Dismenorea pada
Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Pengujian secara statistik antara variabel lama menstruasi dengan kejadian
dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditampilkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Hubungan antara Lama Menstruasi dengan Kejadian
Dismenorea pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Lama

Normal
Tidak

Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak
n
%
n
%
46
69,7
21
70,0
20
30,3
9
30,0

n
67
29

%
69,8
30,2

normal
Total

66

96

100

Menstruasi

68,8

30

31,3

Total

0,976

Berdasarkan Tabel 10. Diketahui bahwa responden dengan lama menstruasi tidak
normal pada kejadian dismenorea sebanyak 20 responden (30,3%).Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p value = 0,976 > 0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan lama
menstruasi dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.
4. Hubungan antara Nilai VAS (visual analogue scale) dengan Kejadian
Dismenorea pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Pengujian secara statistik antara variabel nilai VAS (visual analogue scale) dengan
kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditampilkan pada Tabel 11.
36

[Type text]

Tabel 11. Hubungan antara Nilai VAS (visual analogue scale) dengan
Kejadian Dismenorea pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Nilai

Ringan-

Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak
n
%
n
%
25
37,9
19
63,3

n
44

%
45,8

Sedang
Berat

41

52

54,2

VAS

62,1

11

36,7

Total

0,020

sangat berat
Total
66
68,8
30
31,3
96
100
Berdasarkan Tabel 11. Diketahui bahwa responden dengan nilai VAS (visual
analogue scale) berat-sangat berat pada kejadian dismenorea sebanyak 41 responden
(62,1%).Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p value = 0,020<0,05 berarti disimpulkan
ada hubungan nilai VAS (visual analogue scale) dengan kejadian dismenorea pada siswi
kelas XI di SMA 56 Jakarta.
5. Hubungan antara Tingkat Absensi dengan Kejadian Dismenorea pada
Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Pengujian secara statistik antara variabel tingkat absensi dengan kejadian
dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditampilkan pada Tabel 12.
Tabel 12. Hubungan antara Tingkat Absensi dengan Kejadian Dismenorea
pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Tingkat

Pernah
Tidak

Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak
n
%
n
%
3
4,5
1
3,3
63
95,5
29
96,7

n
4
92

%
4,2
95,8

pernah
Total

66

96

100

Absensi

68,8

30

31,3

Total

0,783

Berdasarkan Tabel 12. Diketahui bahwa responden dengan tingkat absensi yang
pernah absen pada kejadian dismenorea sebanyak 3 responden (4,5%).Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p value = 0,783>0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan tingkat
absensi dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.
37

[Type text]

6. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Dismenorea


pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Pengujian secara statistik antara variabel tingkat pengetahuan dengan kejadian
dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditampilkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian
Dismenorea pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Tingkat
Pengetahuan
Baik
Buruk
Total

Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak
n
%
n
%
27
40,9
23
76,7
39
59,1
7
23,3
66
68,8
30
31,3

Total
n
50
46
96

p
%
52,1
47,9
100

0,001

Berdasarkan Tabel 13. Diketahui bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang
buruk pada kejadian dismenorea sebanyak 39 responden (59,1%).Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p value = 0,001<0,05 berarti disimpulkan ada hubungan tingkat
pengetahuan dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.
7. Hubungan antara Sikap dengan Kejadian Dismenorea pada Siswi Kelas XI
di SMA 56 Jakarta
Pengujian secara statistik antara variabel sikap dengan kejadian dismenorea pada
siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditampilkan pada Tabel 14.
Tabel 14. Hubungan antara Sikap dengan Kejadian Dismenorea pada Siswi
Kelas XI di SMA 56 Jakarta

Sikap
Baik
Buruk
Total

Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak
n
%
n
%
20
30,3
18
60,0
46
69,7
12
40,0
66
68,8
30
31,3

Total
n
38
58
96

p
%
39,6
60,4
100

0,006

Berdasarkan Tabel 14. Diketahui bahwa responden dengan sikap yang buruk pada
kejadian dismenorea sebanyak 46 responden (69,7%). Hasil analisis statistik menunjukkan
38

[Type text]

nilai p value = 0,006 0,05 berarti disimpulkan ada hubungan sikap dengan kejadian
dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.
8. Hubungan antara Perilaku Penanganan Dismenorea dengan Kejadian
Dismenorea pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Pengujian secara statistik antara variabel perilaku penanganan dismenorea dengan
kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta ditampilkan pada Tabel 15.
Tabel 15. Hubungan antara Perilaku Penanganan Dismenorea dengan
Kejadian Dismenorea pada Siswi Kelas XI di SMA 56 Jakarta
Perilaku
penanganan
dismenorea
Baik
Buruk
Total

n
20
46
66

Kejadian Dismenorea
Ya
Tidak
%
n
%
30,3
69,7
68,8

21
9
30

70,0
30,0
31,3

Total

41
55
96

42,7
57,3
100

0,000

Berdasarkan Tabel 15. Diketahui bahwa responden dengan perilaku penanganan


dismenorea yang buruk pada kejadian dismenorea sebanyak 46 responden (69,7%).Hasil
analisis statistik menunjukkan nilai p value = 0,000<0,05 berarti disimpulkan ada hubungan
perilaku penanganan dismenorea dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA
56 Jakarta.
9. Rangkuman hasil analisis bivariat
Hasil rangkuman analisis bivariat hubungan antara siklus menstruasi, usia menarche,
lama menstruasi, niali VAS (visual analogue scale), tingkat absensi, tingkat penegtahuan,
sikap, dan perilaku penanganan dismenorea dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas
XI di SMA 56 Jakarta dapat ditampilkan pada Tabel 16.
Tabel 16. Hasil rangkuman analisis bivariat hubungan antara siklus menstruasi, usia
menarche, lama menstruasi, niali VAS (visual analogue scale), tingkat absensi,
tingkat penegtahuan, sikap, dan perilaku penanganan dismenorea dengan
kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta

39

[Type text]

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Variabel
Siklus menstruasi
Usia menarche
Lama menstruasi
Nilai VAS
Tingkat absensi
Tingkat pengetahuan
Sikap
Perilaku penanganan dismenorea

Nilai p
0,933
0,978
0,976
0,020
0,783
0,001
0,006
0,000

Hipotesis
Tidak ada hubungan
Tidak ada hubungan
Tidak ada hubungan
Ada hubungan
Tidak ada hubungan
Ada hubungan
Ada hubungan
Ada hubungan

Dari delapan variable penelitian menunjukan bahwa variable nilai VAS, tingkat
pengetahuan dan perilaku penanganan dismenorea dengan kejadian dismenorea pada siswi
kelas XI di SMA 56 Jakarta ada hubungan.

BAB VI
PEMBAHASAN

Penelitian

yang

dilaksanakan

pada

siswi kelas XI SMA 56

Jakarta,

diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan nilai VAS, tingkat pengetahuan dan perilaku
penanganan dismenorea dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta
Pembahasan hasil penelitian dapat kita lihat di bawah ini :
A. Gambaran Tingkat Absensi Siswi Kelas XII di SMA 56 Jakarta Setelah
Intervensi
Hasil penelitian mengenai tingkat absensi, dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu
pernah absen dan tidak pernah absen. Hasil diketahui bahwa responden yang pernah absen
sebanyak 4 responden (4,2%) dan tidak pernah absen sebanyak 92 responden (95,8%).
40

[Type text]

Dimana responden yang pernah absen karena dismenorea dilakukan inmtervensi berupa
konseling mengenai pengetahuan dan sikap terhadap penanganan dismenorea sehingga
meminimalisir angka absensi karena dismenorea. Dilakukan konseling serta pendekatan
pada 4 siswi sebagai berikut :
Tabel 17. Gambaran siswi kelas XII di SMA 56 Jakarta yang tidak hadir
ke sekolah karena dismenorea sebelum dan setelah intervensi (konseling)

Nama Siswi
Nn. M
Jumlah Absen dalam 3

Nn. W

2 kali

Nn. F

3 kali

Nn. Y

1 kali

4 kali

bulan terakhir

Siklus Menstruasi

Tidak

teratur Teratur (28 hari)

( 20 hari)

Teratur

(28 Tidak

hari)

teratur

(sebulan

2x

haid, kadang 2
bulan

tidak

haid)
Derajat VAS

(nyeri 10 (Nyeri berat, 8

sedang, masih tidak


dapat
beraktivitas)

dapat berat,

beraktivitas)

(Nyeri 10
tidak berat,

(Nyeri
tidak

dapat

dapat

beraktivitas)

beraktivitas)
41

[Type text]
Perilaku Penanganan
Dismenorea

Minum

jamu Minum

anti Kompres

untuk

nyeri

mengurangi

mefenamat)

(asam perut dengan minyak


botol

nyeri
Jumlah Absen setelah

1 hari

kayu

berisi putih

air hangat
-

Mengoleskan

dan

minum jamu
2 hari

intervensi (Agustus)
Saran

Kompres perut, Kompres perut, Kompres


posisi
chest,
nyeri

knee posisi

knee perut,

anti chest, anti nyeri

knee

Konsultasi

posisi dokter
chest, spesialis

anti nyeri

kandungan dan
USG

Berdasarkan hasil konseling diatas, didapatkan siwi yang tidak hadir ke sekolah
karena dismenorea sebanyak 4 (4,2 %) siswi dimana sebelum dilakukan konseling dengan
jumlah 10 hari tidak hadir pada 4 siswa tersebut dikarenakan dismenorea. Namun setelah
dilakukan konseling didapatkan hanya 2 siswi dengan jumlah 3 hari tidak hadir karena
dismenorea di bulan Agustus. Terdapat satu siswi diduga dikarenakan dismenorea sekunder
sehingga disarankan untuk konsultasi dengan dokter spesialis kandungan agar dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
B. Karakteristik Menstruasi
1. Siklus Menstruasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswi kelas XI SMA 56 Jakarta,
didapatkan

hasil bahwa responden dengan kategori siklus menstruasi tidak teratur dan

mengalami kejadian dismenorea sebanyak 38 responden (57,6%). Hasil analisis statistik


menunjukkan nilai p value = 0,933 > 0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan siklus
menstruasi dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta. Pada
penelitian ini didapatkan siswi dengan siklus mentruasi tidak teratur sebanyak 55 responden.
Grenspan (1998) sebagian besar perumpuan remaja mengalami perdarahan menstruasi yang
terjadi setiap 25 sampai 35 hari dengan median panjang siklus adalah 28 hari. Siklus
menstruasi normal berlangsung selama 21 samapai 35 hari, selang waktu antara awal
42

[Type text]

perdarahan menstruasi smapai fase luteal relatif konstan dengan rata-rata 14 2 hari pada
kebanyakan perumpuan. Keteraturan menstruasi merupakan rangkaian siklus menstruasi
yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara stimultan ketika perdarahan
periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Llewellyn (2001) jumlah darah yang keluar pada setiap perumpuan berbeda-beda.
Rata-rata darah yang dikeluarkan sekitar 30 sampai 80 ml sampai 80 ml darah per siklus
menstruasi, lama menstruasi normalnya 3 sampai 8 hari. Jenis siklus menstruasi yang tidak
normal, seperti menstruasi yang terjadi setiap 3 sampai 6 minggu sekali, menstruasi yang
terjadi setiap 2 sampai 3 minggu sekali dan menstruasi yang terjadi hanya 2 kali pertahun.
Siklus menstruasi yang tidak teratur dapat berdampak pada gangguan kesuburan sehingga
dapat menyebabkan dismenorea. Hal ini sejalan dengan penelitian ini dimana kejadian
dismenorea lebih banyak terjadi pada siswi yang menstruasinya tidak teratur sebanyak 38
responden.
2. Usia menarche
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswi kelas XI SMA 56 Jakarta,
didapatkan hasil bahwa responden dengan kategori usia menarche cepat dan mengalami
kejadian dismenorea sebanyak 35 responden (53,0%). Hasil analisis statistik menunjukkan
nilai p value = 0,978 > 0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan usia menarche dengan
kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta. Dalam penelitian lain
menyebutkan bahwa usia menarche 12 tahun memiliki kemungkinan 1,6 kali lebih besar
mengalami dismenorea dibandingkan umur 13-14 tahun. Namun hal ini tidak sejalan dengan
American Academy of Pediatrics (2006) yang mengungkapkan median usia menstruasi
pertama stabil antara usia 12 sampai 13 tahun dan hanya 10 % yang mengalami usia
menstruasi pertama pada usia 11 tahun dan 90 % sudah mengalami menstruasi pada usia 13
tahun, sedangkan pada penelitian ini didapatkan siswi yang mengalami usia menarche 12
tahun 51 siswi dan usia menarche > 12 tahun 45 siswi. Dianawati (2003) biasanya
dismenorea primer muncul pada masa remaja, yaitu sekitar 12 tahun, hal ini sejalan dengan
penelitian ini dimana didapatkan 35 siswi usia menarche cepat dengan kejadian dismenorea.
3. Lama menstruasi
43

[Type text]

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswi kelas XI SMA 56 Jakarta,
didapatkan

hasil

bahwa

responden dengan kategori lama menstruasi normal pada

kejadian dismenorea sebanyak 46 responden (69,7%). Hasil analisis statistik menunjukkan


nilai p value = 0,976 > 0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan lama menstruasi
dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta. Berdasarkan penelitian
lain menyebutkan bahwa lama menstruasi yang normal ( 7 hari) lebih kecil kemungkinan
untuk mengalami dismenorea sebesar 0,19 kali, namun pada penelitian ini tidak didapatkan
hubungan tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan peneliti lain yang menyebutkan bahwa
semakin lama menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus berkontraksi, akibatnya
semakin banyak pula hormone prostaglandin yang dikeluarkan. Akibat hormone
prostaglandin yang berlebihan maka timbul rasa nyeri pada saat menstruasi. Menurut Baziad
(2008) timbulnya nyeri haid disebabkan rendahnya kadar progesterone pada akhir fase
korpus luteum yang menyebabkan timbulnya nyeri haid. Menurunnya kadar progesterone
akan menyebabkan terjadinya peningkatan sintesis prostaglandin.
4. Nilai VAS (visual analogue scale)
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswi kelas XI SMA 56 Jakarta,
didapatkan hasil bahwa responden dengan nilai VAS (visual analogue scale) berat-sangat
berat pada kejadian dismenorea sebanyak 41 responden (62,1%). Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p value = 0,020<0,05 berarti disimpulkan ada hubungan nilai VAS
(visual analogue scale) dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta.
Pada penelitian ini terdapat sebagian besar siswi mengalami dismenorea berat, dismenorea
berat terjadi karena adanya peningkatan prostaglandin berlebih sehingga menyebabkan
sangat nyeri dan kemungkinan dapat terjadi karena adanya kelainan pada organ genitalia
dalam rongga pelvis sehingga seseorang yang mengalami dismenorea nyeri berat sebaiknya
melakukan pemeriksaan pada tenaga kesehatan agar diketahui penyebab dari terjadinya
dismenorea berat (Badziad, 2003).
Kelly (2007) intensitas nyeri setiap individu berbeda dipengaruhi oleh deskripsi
individu tentang nyeri, persepsi dan pengalaman nyeri. Nyeri dismenorea terjadi karena ada
peningkatan produksi prostaglandin. Peningkatan ini akan mengakibatkan kontraksi uterus
dan vasokonstriksi pembuluh darah maka aliran darah yang menuju ke uterus menurun
sehingga tidak mendapat suplai oksigen yang adekuat sehingga menyebabkan nyeri.
44

[Type text]

A. Tingkat Absensi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswi kelas XI SMA 56
Jakarta,

didapatkan hasil bahwa responden dengan tingkat absensi yang pernah absen

pada kejadian dismenorea sebanyak 3 responden (4,5%). Hasil analisis statistik


menunjukkan nilai p value = 0,783>0,05 berarti disimpulkan tidak ada hubungan tingkat
absensi dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta. Penelitian
Poureslami (2001) hampir 10 % remaja yang dismenorea mengalami absence rate satu
sampai tiga hari perbulan atau ketidakmampuan remaja dalam melakukan tugasnya seharihari akibat nyeri hebat. Sulastri (2006) bahwa akibat dismenorea berdampak pada gangguan
aktivitas sehari-hari sehingga menyebabkan absen sekloah 3 hari. Sedangkan pada
penelitian ini siswi yang pernah absen dari sekolah karena

dismenorea sebanyak 3

responden (4,5%), hal ini belum bisa mewakili siswi kelas XI SMA 56 Jakarta dikarenakan
dalam penelitian ini dibutuhkan kejujuran dari responden. Menurut penelitian oleh Schwarz
(1989), bahwa dismenorea adalah penyebab utama absen dari sekolah jangka pendek pada
remaja wanita. Pada kegiatan seperti olahraga dismenorea dapat menyebabkan mereka tidak
dapat mengikuti kegiatan tersebut. Selain itu dapat menurunkan konsentrasi belajar siswi.
B. Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswi kelas XI SMA 56
Jakarta, didapatkan hasil bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang buruk pada
kejadian dismenorea sebanyak 39 responden (59,1%).Hasil analisis statistik menunjukkan
nilai p value = 0,001<0,05 berarti disimpulkan ada hubungan tingkat pengetahuan dengan
kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta. Pengetahuan responden yang
sudah baik dapat disebabkan karena responden sudah mendapatkan informasi, slah satunya
melalui pelajaran biologi yang telah mereka dapatkan sejak di sekolah menengah atas
(SMA). Namun sebagian besar masih banyak responden tingkat pengetahuannya buruk yang
belum sepenuhnya mengerti dan memahami mengenai dismenorea kemungkinan
diakibatkan karena jumlah isiswi kelas IPS lebih banyak dibandingkan dengan kelas IPA
sehingga kurangnya informasi mengenai dismenorea.
Pengetahuan tentang menstruasi sangat penting diberikan pada remaja karena akan
mempengaruhi psikis remaja dalam menghadapi menstruasi sesuai dengan pendapat
Hanifah (1994), bahwa pengetahuan akan mempengaruhi psikis reamaja dalam menghadapi
45

[Type text]

menstruasi. Pengetahuan tentang menstruasi, dismenorea, dan cara penanggulangannya


menyebabkan remaja lebih siap karena mengetahui apa yang terjadi pada diri mereka
selama mengalami menstruasi dan dismenorea. Selain itu, remaja juga dapat melakukan
upaya meredakan dismenorea dengan pengetahuan yang sudah mereka ketahui. Hai ini
sesuai dengan domain kognitif yaitu aplikasi dimana seseorang mengaplikasikan sesuatu
yang ia ketahui dalam mengahadapi suatu kondisi (Notoatmodjo, 2003).
Adanya responden yang mempunyai pengetahuan yang baik tetapi mengalami
dismenorea (40,9%) dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor hormonal,
neurologis, alergi dan sebagainya. Pengetahuan yang baik akan memberikan kemampuan
bagi remaja untuk beradaptasi terhadap dismenorea sebaliknya pengetahuan yang kurang
akan mempengaruhi emosi remaja dalam menghadapi menstruasi sehingga dapat
merangsang respon simpatis yang akan meningkatkan respon terhadap dismenorea.
Setelah dilakukan post test didapatkan tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 85
orang (88, 6%) dan tingkat pengetahuan yang masih buruk sebanyak 11 orang (11,4 %).
Artinya masih ada siswi yang pengetahuannya buruk setelah dilakukan penyuluhan, hal
tersebut sangat bergantung kepada sikap perhatian siswi saat diberikan penyuluhan dan
kondisi ruangan yang kurang kondusif karena pada saat dilakukan penyuluhan siswa lakilaki ikut didalamnya.
C. Sikap
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswi kelas XI SMA 56 Jakarta,
didapatkan hasil bahwa responden dengan sikap yang buruk pada kejadian dismenorea
sebanyak 46 responden (69,7%). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p value = 0,006
<0,05 berarti disimpulkan ada hubungan sikap dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas
XI di SMA 56 Jakarta. Sedangkan hal ini sejalan dengan pernyataan Baron (2004) sikap
tumbuh diawali dari pengetahuan yang dipersepsikan sebagai suatu hal yang baik (positif)
maupun tidak baik (negatif), kemudian di internalisasikan ke dalam dirinya. Sikap yang
ditunjukkan oleh remaja putri dalam penelitian ini tergantung dari pengetahuan yang
dimiliki. Pengetahuan dismenorea sangat berpengaruh terhadap sikap dalam menangani
dismenorea.

46

[Type text]

Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit tingkat pengetahuan maka semakin
kurang sikap dalam menangani keluhan nyeri haid. Sikap seseorang terhadap suatu objek
menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan. Hal ini dapat
diartikan bahwa sikap yang baik dan buruk terbentuk dari komponen pengetahuan dan hal
ini akan mempengaruhi perilaku seseorang. Semakin banyak pengetahuan yang didapat
tentang dismenorea maka sikap remaja putri dalam menangani dismenorea juga semakin
baik. Sehingga ada hubungan antara sikap dengan kejadian dismenorea.
D. Perilaku Penanganan Dismenorea
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada siswi kelas XI SMA 56 Jakarta,
didapatkan hasil bahwa responden dengan perilaku penanganan dismenorea yang buruk
pada kejadian dismenorea sebanyak 46 responden (69,7%). Hasil analisis statistik
menunjukkan nilai p value = 0,000<0,05 berarti disimpulkan ada hubungan perilaku
penanganan dismenorea dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56
Jakarta. Berdasarkan adanya hubungan antara perilaku penanganan dismenorea dengan
kejadian dismenorea sangat penting disaat siswi harus mengetahui cara penanganan
dismenorea secara benar sehingga tidak memperberat nyeri haidnya.
Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2007) adalah bentuk respon seseorang
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Dari pernyataan yang dikemukakan oleh Notoatmodjo tersebut,
yang dimaksud dengan perilaku penanganan dismenorea adalah bentuk respon seseorang
terhadap keluhan dismenorea yang dirasakannya untuk menangani keluhan tersebut.
Beragam cara penanganan dismenorea telah dilakukan oleh sebagian besar siswi. Dari
hasil wawancara dengan responden, penanganan dismenorea dilakukan untuk mengurangi
rasanya nyeri agar tidak semakin parah sehingga tidak mengganggu aktifitas keseharian
mereka. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Kartono (2006), bahwa penanganan yang
kurang tepat membuat remaja putri selalu mengalaminya setiap siklus menstruasinya.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta
belum melakukan perilaku penanganan dismenorea dengan baik. Perilaku penanganan
dismenorea didasarkan oleh cara berfikir dan bersikap positif tentang keluhan
dismenorea yang dialaminya, sehingga terbentuk perilaku berupa pemberian kompres
hangat, olah raga teratur dan istirahat, pengkonsumsian

makanan

bergizi,
47

[Type text]

pengkonsumsian obat analgetik. Hal itu sesuai


bahwa,

untuk

menurunkan

Wiknjosastro

(2007)

angka kejadian dismenorea dan mencegah keadaan

dismenorea tidak bertambah berat,


penerangan

pendapat

beberapa

usaha

dapat

dilakukan

seperti

dan nasihat, pemberian obat analgesik, pola hidup sehat, terapi hormonal

dan terapi obat nonsteroid antiprostaglandin sesuai dengan petunjuk dokter.


Namun berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswi melakukan kompres
hangat untuk menangani dismenorea

yang

dirasakan

secara

mandiri.

Kompres

hangat tersebut dilakukan di daerah yang dirasakan nyeri, yaitu daerah perut bagian
bawah dan pinggang sebelah belakang. Hal ini sesuai dengan pendapat Turana (2003)
bahwa kompres hangat dapat membantu merilekskan otot-otot dan sistem saraf.
Semakin lama melakukan kompres hangat maka, semakin baik dan merasa rileks.
Pada tabel 14, diketahui bahwa sebanyak 41 (42,7 %) siswi telah melakukan
perilaku

yang baik untuk menangani

dismenorea.

Perilaku

yang baik tersebut

ditunjukkan dari kesadaran siswi untuk selalu memperhatikan rasa

nyeri

yang

dirasakannya ketika menstruasi. Dari kesadaran muncullah rasa ketertarikan untuk


mengetahui penyebab dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menangani keluhan
dismenorea yang mereka rasakan sehingga pada akhirnya mereka dapat menerima kondisi
tersebut. Seperti yang diungkapkan Notoatmodjo (2007) bahwa perilaku penanganan
dismenorea yang dilakukan oleh para siswi terbentuk karena adanya suatu proses tahapan
awareness (kesadaran), interest (merasa senang), evaluation (menimbang- nimbang), trial
(mencoba), adaptation (menerima) pada diri seseorang.

48

[Type text]

BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Gambaran tingkat absensi pada siswi kelas XII di SMA 56 Jakarta yang tidak
hadir ke sekolah karena dismenorea sebanyak 4 (4,2 %) siswi dimana sebelum
dilakukan konseling dengan jumlah10 hari tidak hadir pada 4 siswa tersebut
dikarenakan dismenorea. Namun setelah dilakukan konseling didapatkan hanya
2 siswi dengan jumlah 3 hari tidak hadir karena dismenorea di bulan Agustus.
Terdapat satu siswi diduga dikarenakan dismenorea sekunder sehingga
disarankan untuk konsultasi dengan dokter spesialis kandungan agar dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable karakteristik menstruasi seperti
siklus menstruasi, usia menarche, lama menstruasi tidak didapatkan hubungan
dengan kejadian dismenorea, sedangkan untuk variable nilai VAS (visual
analogue scale)

didapatkan hubungan dengan kejadian dismenorea dimana

sebagian besar siswi yang mengalami derajat nyeri haid berat-sangat berat pada
kejadian dismenorea sebanyak 41 responden (62,1%).
49

[Type text]

3. Hasil penelitian mengenai tingkat absensi tidak didapatkan hubungan dengan


kejadian dismenorea kareana sebagian besar siswi

tidak pernah absen dari

sekolah karena dismenorea sebanyak 63 responden ( 95,5%), namun hal ini perlu
dikaji ulang karena penelitian ini terbatas pada kejujuran responden. Namun
berdasarkan data yang didapat dari guru bimbingan konseling sangat sedikit
siswi kelas XI yang tidak hadir karena dismenorea.
4.

Tingkat pengetahuan tentang dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56


Jakarta yang mengalami dismenorea, sebagian besar berada pada kategori buruk
yaitu 39 (59,1 %) responden. Kondisi ini disebabkan karena usia responden
yang masih remaja, faktor lingkungan yang kurang mendukung, dan sumber
informasi yang tidak beragam dan kurang dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Setelah dilakukan post test didapatkan tingkat pengetahuan yang
baik sebanyak 85 orang (88, 6%) dan tingkat pengetahuan yang masih buruk
sebanyak 11 orang (11,4 %). Faktor lain yang mendukung kurangnya perhatian
siswi saat diberikan penyuluhan dan kondisi ruangan yang kurang kondusif.

5. Sikap siswi terhadap kejadian dismenorea sebagian besar buruk sebanyak 46


responden (69,7%). Hal ini menunjukkan bahwa semakin sedikit tingkat
pengetahuan maka semakin kurang sikap dalam menangani keluhan nyeri haid.
6. Perilaku penanganan dismenorea

pada siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta,

sebagian besar berada pada kategori yang buruk sebanyak 46 responden


(69,7%). Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswi kelas XI di SMA 56
Jakarta belum melakukan perilaku penanganan dismenorea dengan baik.
Perilaku penanganan dismenorea didasarkan oleh cara berfikir dan bersikap
positif tentang keluhan dismenorea yang dialaminya, sehingga terbentuk
perilaku berupa pemberian kompres hangat, olah raga teratur dan istirahat,
pengkonsumsian makanan bergizi, pengkonsumsian obat analgetik.
7. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat pengetahuan,
sikap dan perilaku penanganan dismenorea dengan kejadian dismenorea pada
siswi kelas XI di SMA 56 Jakarta karena pengetahuan tentang dismenorea

50

[Type text]

mempengaruhi munculnya sikap siswi yang melandasi terbentuknya perilaku


untuk menangani dismenorea.

B. Saran
1.

Instansi SMA 56 Jakarta

Meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi wanita khusunya yang


berhubungan dengan penanganan dismenorea bagi pengelola UKS dan siswi
dengan pengadaan buku-buku bacaan tentang kesehatan dan pengadaan kegiatan
penyuluhan baik secara individu maupun kelompok yang bekerja sama dengan
tenaga instansi kesehatan setempat. Mengurangi angka absensi ke sekolah
dikarenakan dismenorea dengan penanganan yang tepat dan sesuai.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
Meningkatkan pelaksanaan program pemberian pendidikan kesehatan khusunya
kesehatan reproduksi remaja di lingkungan sekolah.

51

[Type text]

DAFTAR PUSTAKA

1.

Abidin, 2004, Nyeri Haid pada Remaja.


http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/dismenore-nyeri-pada-saatmenstruasi.html. Akses 20 juli 2015.

2.

Abin, Syamsudin Makmum. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Rosda Karya


Remaja.

3.

Admin. 2005. Menstruasi dan Penanganan Dismenorea. Cermin Dunia Kedokteran.


No 133/ 2005.

4.

Akatri, S. 1996. Penuntun Hidup Sehat Menurut Ilmu Kesehatan Modern. Surabaya:
Airlangga University Press.

5.

Alimul, H. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Edisi II. Jakarta:
Salemba Medika.

6.

Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka


Cipta.

7.

Azwar, Syaifuddin. 2003. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Edisi ke-2.
Jakarta: Pustaka Pelajar.

52

[Type text]

8.

Azwar, Syaifudin. 2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Badziad, A. 2003. Endokrinologi dan Ginekologi. Edisi ke-2. Jakarta:Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas.

9.

Carey, C. S. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Widya Medika.

10.

Greenspan S. F & Baxter D. J. (1998). Endroklinologi Dasar dan Klinik. Edisi IV.
Jakarta: EGC.

11.

Hurlock, E.B. 2007. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

12.

Indriastuti, Dian Putri. 2009. Hubungan antara Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


dengan Perilaku Higienis Remaja Putri Pada saat Menstruasi. Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

13.

Kartono, K. 2006. Psikologi Wanita Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa.
Jilid I. Bandung: Mandar Maju.

14.

Llewellyn, D dan Jones. 2001. Dasar-Dasas Obstetri dan Ginekologi. Edisi VI.
Jakarta: Hipokrates.

15.

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid Pertama. Jakarta: Media
Aesculapius.

16.

Manuaba, I.G.B. 1999. Memahami Reproduksi Wanita. Jakarta: Arcan.

17.

Mardjono, M dan Sidharta, P. 2003. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Meliono, Irmayanti, 2007. Pengetahuan. http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan.
Akses 20 Juli 2015.

18.

Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo.

19.

Mujaddid. 2004. Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi IV. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

20.

Muliadi Nur. 2008. Sumber Pengetahuan.


http://muliadinur.wordpress.com/2008/04/15/sumber-pengetahuan. Akses 5 Agustus
2015
53

[Type text]

21.

Notoatmodjo. 2005. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Prelaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

22.

Poerwodarminto. 2003, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakartat: Balai Pustaka.


Rani. 2003. Pengaruh Pengetahuan dengan Penanganan Sindroma Para Haid pada

23.

Remaja Putri Kelurahan Notoprajan. Yogyakarta. STIKES Aisyiyah


Yogyakarta.

24.

Shirran, A. 2008. Evaluating Students. Jakarta: Gramedia.

25.

Soekanto. 2002. Sosiologi Sebagai Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali. Sugiyono.


2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta

26.

Taruna. 2003. Hipoterapi. http://www.medikaholistik.com/medika.html?


xmodule=document_detail&xid akses 5 agustus 2015

27.

Widayatun. 1999. Ilmu Perilaku. Jakarta: CV Sagung Seto.

28.

Wiknjosastro, H. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Wijayati. 2000. Tingkat Pengetahuan Mengenai Kesehatan Reproduksi pada Remaja

29.

Putri di Desa Bancak Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Semarang:


Universitas Diponegoro Semarang.

54

[Type text]

Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan antara Karakteristik Menstruasi, Tingkat Absensi, Pengetahuan,
Sikap dan Perilaku dengan Kejadian Dismenorea pada Siswi Kelas XI di SMA 56
Jakarta
Bulan Juli - September 2015
PRE TEST
Tanggal survey :
Nomor responden

A. Data Responden

Nama Responden
:
Umur
:
Tahun
Anak keberapa
:
dari
Sudah mengalami menstruasi : ya ( )

saudara
tidak ( )

Petunjuk pengisian :
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling tepat dengan memberikan tanda pada
jawaban yang telah disediakan.

B. Karakteristik Menstruasi
1. Kapan pertama kali anda haid pada usia berapakah?
> 12 tahun
12 tahun
2. Berapa lama kah waktu haid anda?
7 hari
55

[Type text]
>7 hari
3. Apakah anda pernah mengalami nyeri perut saat haid dalam 3 bulan terakhir?
Ya
Tidak
4. Berapa lama kah siklus menstruasi anda?
< 28 hari
28 hari
> 28 hari
Setiap tanggal bulan

C. Tingkat Absensi
1. Apakah anda pernah tidak masuk ke sekolah karena nyeri perut (haid) dalam 3 bulan
terakhir?
Ya, jika ya berapa kali tidak masuk kali
Tidak
2. Dari skala 0-10, manakah nyeri haid yang anda alami? (bulatkan salah satu gambar)

3. Apakah nyeri tersebut membuat anda absen dari sekolah?


Ya
Tidak

D. Tingkat Pengetahuan
1. Nyeri yang terjadi pada saat menjelang atau selama haid disebut :
a. Dismenore
b. Endometriosis
c. Tidak tahu
2. Nyeri haid biasanya ditandai dengan :
a. Rasa kram di perut bagian bawah
b. Rasa sakit pada bagian payudara
c. Tidak tahu
3. Wanita yang mengalami nyeri haid terjadi akibat:
a. Peningkatan aktivitas prostaglandin di uterus
b. Peningkatan asam lambung yang tidak terkoordinasi
c. Tidak tahu
4. Ada berapa jenis nyeri haid:
a. primer, sekunder
b. primer sekunder, tersier
c. tidak tahu
5. Nyeri haid primer adalah:
a. kram perut yang terjadi setelah wanita mendapatkan menstruasi
56

[Type text]

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

b. nyeri perut akibat adanya kelainan di organ tubuh saat menstruasi


c. tidak tahu
Nyeri haid sekunder adalah:
a. kram perut yang terjadi setelah wanita mendapatkan menstruasi
b. nyeri perut akibat adanya kelainan di organ tubuh saat menstruasi
c. tidak tahu
Nyeri haid sering disertai oleh :
a. Mual, muntah, sakit kepala
b. Muntah, penurunan kesadaran
c. Tidak tahu
Emosional yang tidak stabil dapat memicu terjadinya nyeri haid:
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
Hal-hal apa sajakah yang dapat mengakibatkan gejala nyeri haid :
a. Stres dan kecemasan
b. Terlalu banyak jalan kaki
c. Tidak tahu
Nyeri yang timbul saat haid dapat mengakibatkan :
a. Hilangnya kesadaran seseorang
b. Menurunnya kinerja atau terganggunya aktivitas seseorang
c. Tidak tahu
Selain mengkonsumsi obat penghilang rasa nyeri, biasanya hal yang dapat dilakukan
adalah :
a. Kompres panas pada bagian perut bawah
b. Melakukan pijat tradisional pada bagian perut bawah
c. Tidak tahu
Nyeri haid primer adalah gangguan haid yang tidak berbahaya bagi kesehatan :
a. Benar
b. Salah
c. Tidak tahu
Rasa nyeri haid biasanya menyebar pada :
a. Pinggang dan paha
b. Payudara dan punggung
c. Tidak tahu
Nyeri haid karena penyakit lain apakah dapat di lakukan tindakan operasi:
a. benar
b. salah
c. tidak tahu
Berapa lama nyeri haid terjadi saat menstruasi:
a. 1-2 hari
b. 3-4 hari
c. tidak tahu

E. Sikap
1. Pada nyeri haid perlu dilakukan pemeriksaan ke dokter atau tenaga kesehatan yang
lainnya
a.Setuju
b. Tidak setuju
2. Pada saat terjadi nyeri haid, para wanita selalu meninggalkan kegiatannya sehari-hari.
a. Setuju
57

[Type text]
b. Tidak setuju
3. Setiap wanita perlu mengetahui penanganan nyeri haid
a. Setuju
b. Tidak setuju
4. Saat mengalami nyeri haid, para wanita tidak perlu untuk mengkonsumsi obat- obatan
a.setuju
b.Tidak setuju
5. Setiap wanita perlu mengetahui tentang penyebab dari nyeri haid
a. Setuju
b.Tidak setuju
6. Untuk mengurangi nyeri haid dapat dilakukan kompres hangat pada bagian perut
bawah dan olahraga
a. Setuju
b. Tidak setuju
7. Wanita yang mengalami nyeri haid memerlukan istirahat yang cukup
a. Setuju
b.Tidak setuju
8. Saat terjadi nyeri haid wanita lebih memilih untuk bermalas-malasan
a. Setuju
b. Tidak setuju
9. Nyeri haid dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
a. Setuju
b. Tidak setuju
10. Saat terjadi nyeri haid seharusnya setiap wanita mengetahui apa yang harus dilakukan
a. Setuju
b. Tidak setuju

F. Perilaku
1. Apakah anda melakukan olahraga yang teratur terutama jalan kaki seminggu 3 kali selama 1530 menit sebelum terjadi nyeri haid dan saat nyeri haid?
Ya
Tidak
2. Apakah saat nyeri haid anda menghindari makanan mengandung kadar garam dan tidak
minum kopi?
Ya
Tidak
3. Apakah anda melakukan posisi menungging pada saat istrahat untuk mengurangi nyeri haid?
Ya
Tidak
4. Apakah anda melakukan istirahat yang cukup ketika mengalami nyeri haid?
Ya
Tidak
5. Apakah anda melakukan nafas dalam untuk mengurang nyeri?
Ya
Tidak
6. Apakah anda mandi dengan air hangat ketika nyeri haid?
58

[Type text]

7.

8.

9.

10.

Ya
Tidak
Apakah anda mengompres perut dengan botol yang berisi air hangat?
Ya
Tidak
Apakah anda melakukan posisi knee chest yaitu menelungkupkan badan di tempat datar. Lutut
ditekuk dan didekatkan ke dada saat nyeri haid?
Ya
Tidak
Apakah anda mengkonsumsi sayur dan buah untuk mencegah nyeri haid?
Ya
Tidak
Apakah anda minum obat penghilang obat nyeri jika tidak kuat menahan sakit?
Ya, obat apakah yang diminum
Tidak
LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN
(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama

Umur

Menyatakan bersedia dan tidak berkeberatan menjadi responden dalam penelitian ini,
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik menstruasi, tingkat absensi,
pengetahuan, sikap dan perilaku dengan kejadian dismenorea pada siswi kelas XI di SMA 56
Jakarta.
Surat persetujuan ini saya buat dengan kesadaran saya sendiri tanpa tekanan atau
paksaan dari mana pun.
Jakarta,

2015

(
)
Nama dan Tandatang

59

[Type text]

Lampiran 2

60

[Type text]

Lampiran 3

61

[Type text]
Usia Menarche * Kejadian Dismenorea Crosstabulation
Kejadian Dismenorea
ya
Usia Menarche

<12 tahun

Count
% within Usia Menarche

> 12 tahun

Total

16

51

68.6%

31.4%

100.0%

31

14

45

68.9%

31.1%

100.0%

66

30

96

68.8%

31.3%

100.0%

Count
% within Usia Menarche

Total

35

Count
% within Usia Menarche

tidak

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.001a

.978

.000

1.000

.001

.978

Fisher's Exact Test

1.000

N of Valid Cases

.577

96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.06.
b. Computed only for a 2x2 table

Lama Menstruasi * Kejadian Dismenorea Crosstabulation


Kejadian Dismenorea
ya
Lama Menstruasi

< 7 hari

Count
% within Lama Menstruasi

> 7 hari

Count
% within Lama Menstruasi

Total

Count
% within Lama Menstruasi

tidak

Total

46

21

67

68.7%

31.3%

100.0%

20

29

69.0%

31.0%

100.0%

66

30

96

68.8%

31.3%

100.0%

62

[Type text]
Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.001a

.976

.000

1.000

.001

.976

Fisher's Exact Test

1.000

N of Valid Cases

.587

96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.06.
b. Computed only for a 2x2 table

Siklus Menstruasi * Kejadian Dismenorea Crosstabulation


Kejadian Dismenorea
ya
Siklus Menstruasi

teratur

Count
% within Siklus Menstruasi

tidak teratur

Count
% within Siklus Menstruasi

Total

Count
% within Siklus Menstruasi

tidak

Total

28

13

41

68.3%

31.7%

100.0%

38

17

55

69.1%

30.9%

100.0%

66

30

96

68.8%

31.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

Likelihood Ratio

df

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.007a

.933

.000

1.000

.007

.934

Fisher's Exact Test


N of Valid Cases

Asymp. Sig. (2-

1.000

.554

96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.81.
b. Computed only for a 2x2 table

63

[Type text]
Nilai VAS * Kejadian Dismenorea Crosstabulation
Kejadian Dismenorea
ya
Nilai VAS

ringan

Count
% within Nilai VAS

berat

Count
% within Nilai VAS

Total

Count
% within Nilai VAS

tidak

Total

25

19

44

56.8%

43.2%

100.0%

41

11

52

78.8%

21.2%

100.0%

66

30

96

68.8%

31.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

5.383a

.020

4.406

.036

5.410

.020

Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test

.027

N of Valid Cases

.018

96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.75.
b. Computed only for a 2x2 table

Absensi Karena Dismenorea * Kejadian Dismenorea Crosstabulation


Kejadian Dismenorea
ya
Absensi Karena
Dismenorea

pernah

Count
% within Absensi Karena

tidak

Total

75.0%

25.0%

100.0%

63

29

92

68.5%

31.5%

100.0%

66

30

96

68.8%

31.3%

100.0%

Dismenorea
tidak pernah Count
% within Absensi Karena
Dismenorea
Total

Count
% within Absensi Karena
Dismenorea

64

[Type text]

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction

Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.076a

.783

.000

1.000

.079

.779

Fisher's Exact Test

1.000

N of Valid Cases

.630

96

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.25.
b. Computed only for a 2x2 table

Tingkat Pengetahuan * Kejadian Dismenorea Crosstabulation


Kejadian Dismenorea
ya
Tingkat Pengetahuan baik

Count
% within Tingkat Pengetahuan

buruk

Count
% within Tingkat Pengetahuan

Total

Count
% within Tingkat Pengetahuan

tidak

Total

27

23

50

54.0%

46.0%

100.0%

39

46

84.8%

15.2%

100.0%

66

30

96

68.8%

31.3%

100.0%

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

10.567a

.001

9.183

.002

11.020

.001

Fisher's Exact Test


N of Valid Cases

.002

.001

96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.38.
b. Computed only for a 2x2 table

65

[Type text]

Sikap * Kejadian Dismenorea Crosstabulation


Kejadian Dismenorea
ya
Sikap

baik

tidak

Count

buruk

20

18

38

% within Sikap

52.6%

47.4%

100.0%

% within Kejadian Dismenorea

30.3%

60.0%

39.6%

46

12

58

% within Sikap

79.3%

20.7%

100.0%

% within Kejadian Dismenorea

69.7%

40.0%

60.4%

66

30

96

68.8%

31.3%

100.0%

100.0%

100.0%

100.0%

Count

Total

Total

Count
% within Sikap
% within Kejadian Dismenorea
Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df
a

.006

6.415

.011

7.536

.006

7.606
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test

.007

N of Valid Cases

.006

96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.88.
b. Computed only for a 2x2 table

Perilaku * Kejadian Dismenorea Crosstabulation


Kejadian Dismenorea
ya
Perilaku

baik

Count
% within Perilaku

buruk

Count
% within Perilaku

Total

Count
% within Perilaku

tidak

Total

20

21

41

48.8%

51.2%

100.0%

46

55

83.6%

16.4%

100.0%

66

30

96

68.8%

31.3%

100.0%

66

[Type text]

Chi-Square Tests

Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio

df

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

.000

11.710

.001

13.413

.000

13.283
b

Asymp. Sig. (2-

Fisher's Exact Test


N of Valid Cases

.000

.000

96

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.81.
b. Computed only for a 2x2 table

67

Anda mungkin juga menyukai