Rapermen Bendungan Kecil
Rapermen Bendungan Kecil
b.
Mengingat :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG
PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN BENDUNGAN
UKURAN KECIL BESERTA WADUKNYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
11. Unit pengelola bendungan kecil adalah unit yang di tetapkan oleh
Pemilik bendungan kecil yang merupakan baian dari pengelola
untuk melaksanakan pengelolaan bendungan kecil.
12. Instansi teknis terkait keamanan bendungan adalah instasni untuk
membantu Menteri dalam penanganan keamanan bendungan kecil.
13. Unit pelaksana teknis bidang keamanan bendungan kecil adalah unit
yang dibentuk untuk memberikan dukungan teknis kepada instansi
teknis terkait keamanan bendungan kecil.
14. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
15. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
16. Menteri adalah menteri yang membidangi sumber daya air.
17. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup
lain.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Pengaturan pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil
dimaksudkan
untuk
mewujudkan
tertib
penyelenggaraan
pembangunan dan pengelolaannya agar sesuai dengan daya dukung
lingkungan hidup, kelayakan teknis dan ekonomis serta
keamanannya.
(2) Pengaturan pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil
bertujuan untuk mewujudkan berfungsinya secara baik bendungan
kecil yang dibangun dalam meningkatkan manfaat fungsi sumber
daya air, pengawetan air, pengendalian daya rusak air, dan fungsi
pengamanan tampungan limbah dan bahan cair lainnya.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
(1) Ruang lingkup peraturan ini meliputi pengaturan :
a. pembangunan bendungan kecil
b. pengelolaan bendungan kecil
(2) Pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil yang diatur dalam
peraturan menteri ini adalah bendungan kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 butir 2.
BAB II
PEMBANGUNAN BENDUNGAN KECIL
Bagian Kesatu
Fungsi bendungan kecil
Pasal 4
(1) Fungsi pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil dalam
meningkatkan manfaat fungsi sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) adalah untuk penyediaan air baku,
penyediaan air irigasi, pengglontoran, pengendalian banjir dan / atau
pembangkitan tenaga listrik.
(2) Bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berfungsi
sebagai penampungan limbah dan bahan cair lainnya.
(3) Limbah sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah limbah tambang,
limbah industri dan sebagainya.
(4) Bahan cair sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah bahan cair yang
kekentalannya melebihi air seperti lumpur dan sebagainya.
Pasal 5
(1)` Pembangunan bendungan kecil hanya dapat dilakukan oleh instansi
pemerintah atau badan hukun yang bertindak sebagai Pembangun.
(2) Instansi pemerintah atau badan hukum sebagaimana dimaksud ayat
(1) dalam melaksanakan pembangunan wajib melibatkan penyedia
perencanaan pembangunan
pelaksanaan konstruksi
pengisian awal waduk
Bagian Kedua
Perencanaan Pembangunan
Pasal 6
(1) Perencanaan
pembangunan
mempertimbangkan :
bendungan
kecil
harus
dimaksud
ayat
(1)
studi kelayakan
studi pengadaan tanah
penyusunan desain
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Pasal 8
(1) Penyusunan desain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf c bertujuan untuk mendapatkan gambar teknis, spesifikasi
teknis, metoda pelaksanaan dan rencana anggaran biaya pelaksanaan
konstruksi.
(2) Desain sebagaimana dimaksud ayat (1) paling sedikit memuat :
a. gambar teknis rencana bendungan kecil beserta bangunan
pelengkapnya dan fasilitas terkait, dan peta genangan ;
b. nota desainnyang berisi kriteria yang dipergunakan dalam
menyusun desain dan perhitungan-perhitungan gambar teknis
sebagaimana dimaksud pada huruf a ;
c. spisifikasi teknis yang meliputi ukuran-ukuran yang harus
dipenuhi untuk mencapai kualitas pekerjaan yang dipersyaratkan
dan peralatan yang di pergunakan dalam pelaksanaan konstruksi ;
d. metoda pelaksanaan yang antara lain meliputi cara pengelakan
aliran sungai, penimbunan tubuh bendungan, dan pemasangan
peralatan hidromekanikal ;
e. rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi yang meliputi
perhitungan volume pekerjaan dan biaya.
(2) Penyusunan desain dilakukan melalui kegiatan survai dan investigasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).
Pasal 9
(1) Desain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) harus
mendapat persetujuan dari Menteri setelah mendapatkan
rekomendasi dari instansi teknis terkait dengan keamanan
bendungan.
(3) Desain yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri sebagaimana
dimaksud ayat (1), merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
izin pelaksanaan konstruksi.
Bagian Ketiga
Pengadaan Tanah
Pasal 10
(1) Serempak dengan kegiatan perencanaan pembangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 9, Pembangun
memproses pengadaan tanah yang diperlukan untuk pembangunan
bendungan kecil.
(2) Pengadaan tanah yang diperlukan untuk pembangunan bendungan
kecil sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi luasan tanah untuk
tapak bendungan kecil, bangunan pelengkap, waduk, akses jalan dan
fasilitas lainnya yang berkaitan dengan pembangunan bendungan
kecil.
(3) Mendahului proses pengadaan tanah sebagaimana dimaksud ayat (1)
Pembangun melakukan studi pengadaan tanah yang cakupannya
paling sedikit meliputi :
a.
b.
c.
d.
10
a.
b.
c.
uang ; dan/atau
tanah pengganti ; dan/atau
pemukiman kembali
b.
c.
d.
e.
rencana tindak ;
11
b.
12
Pasal 15
Penyelenggaraan konsultasi publik dapat dilakukan dengan metoda
sebagai berikut :
a.
b.
c.
13
Pasal 19
(1) Selama pelaksanaan konstruksi dilakukan kegiatan yang meliputi :
a.
b.
c.
d.
(2)
14
15
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 dan Pasal
16.
(2) Untuk mewujudkan keserasian dengan program pengelolaan sumber
daya air di wilayah sungai yang bersangkutan, rencana pengelolaan
bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (1) dikonsultasikan
dalam wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah
sungai yang bersangkutan.
(3) Rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat
(2) ditetapkan oleh Menteri, Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai
denganb kewenangannya.
(4) Dalam hal wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air
sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak ada atau belum terbentuk,
rencana pengelolaan bendungan kecil dapat langsumg di tetapkan
oleh Menteri, Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(5) Untuk bendungan kecil penampung limbah, penetapan rencana
pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (2) harus
disertai dengan rekomendasi teknis dari instansi yang membidangi
urusan lingkungan hidup.
Pasal 24
Tata cara penyusunan rencana pengalolaan bendungan kecil akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
Bagian Keenam
Pembentukan Unit Pengelola Bendungan Kecil
Pasal 25
(1) Pembentukan unit pengelola bendungan kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 butir 11 paling sedikit memuat :
a. susunan organisasi / uraian tugas
b. kebutuhan sumber daya manusia
c. sumber pendanaan
(2) Ketentuan tentang pembentukan unit pengelola bendungan kecil
akan diatur dalam peraturan tersendiri.
16
Bagian Ketujuh
Rencana Tindak Darurat
Pasal 26
(1) Rencana tindak darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(1) huruf e disususn oleh Pembangun secara terkoordinasi dengan
Menteri, Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana tindak darurat sebagaimana
dimaksud ayat (1) akan diatur dalam peraturan tersendiri.
Bagian Kedelapan
Pengisian awal Waduk
Pasal 27
(1) Pengisian awal waduk dilakukan berdasarkan persetujuan pengisian
awal waduk yang dikeluarkan oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Persetujuan pengisian awal waduk sebagaimana dimaksud ayat (1)
diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pembangun
(3) Untuk bendungan kecil penampung limbah, persetujuan pengisian
awal waduk sebagaimana dimaksud ayat (1) disertai dengan
rekomendasi teknis dari instansi yang membidangi urusan
lingkungan hidup.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan pengisian awal waduk
persyaratan teknis dan persyaratan administrarif sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) akan diatur dalam peraturan
tersendiri.
Bagian Kesembilan
Kerjasama pembangunan bendungan kecil
Pasal 28
(1) Pemerintah, pemerintahan provinsi, dan pemerintahan kabupaten /
kota dapat melakukan kerjasama pembangunan bendungan kecil.
17
18
a.
b.
c.
d.
e.
f.
19
Pasal 33
(1) Unit pengelola sebagaimana dimaksud dalam
dipimpin oleh kepala unit.
(2) Kepala unit sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memiliki sertifikat
keahlian bidang bendungan yang dikeluarkan oleh lembaga yang
berwenang sesuai peraturan perundang-undangan.
(3) Unit pengelola mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan seharihari bendungan kecil.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Pasal 34
(1) Rencana pengelolaan bendungan kecil dilaksanakan sesuai dengan
tujuan pembangunan bendungan kecil sebagaimana dimaksud dalam
Pasaal 30 ayat (1).
(2) Rencana pengelolaan bendungan kecil ditujukan sebagai acuan
dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan kecil.
(3) Rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat
(2) mempertimbangkan aspek keamanan bendungan kecil baik untuk
bendungan kecil pengelolaan sumber daya air, maupun bendungan
kecil untuk penampung limbah.
(4) Dalam hal bendungan kecil ditujukan untuk pengelolaan sumber
daya air, rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana
dimaksud ayat (2) ditujukan pula sebagai acuan bagi konservasi
sumber daya air pada waduk, pendaya gunaan dan pengendalian
daya rusak air.
(5) Dalam hal bendungan kecil ditujukan untuk penampung limbah,
rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat
(2) ditujukan pula sebagai acuan untuk pengisian limbah dan
pengeluaran air.
20
Pasal 35
(1) Rencana pengelolaan bendungan kecil dilaksanakan dengan
memperhatikan kondsi sumber daya air dan lingkungan hidup.
(2) Dalam hal bendungan kecil ditujukan untuk pengelolaan sumber
daya air, pelaksanaan rencana pengelolaan bendungan kecil
sebagaimana dimaksud ayat (1) didasarkan pada :
a.
b.
c.
d.
21
22
23
24
(3) Menteri atau menteri yang terkait dengan sumber daya air, gubernur
atau bupati / walikota
sesuai dengan kewenangannya
menyelenggarakan
pengawasan dan pemantauan pelaksanaan
kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (2).
(4) Dalam hal Pemilik adalah badan hukum, pelaksanaan kegiatan
sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b dzn c diselenggarakan oleh
Pemilik.
(5) Pelaksanaan kegiatan oleh Pemilik sebagaimana dimaksud ayat (4)
dikoordinasikan oleh menteri atau menteri yang terkait dengan
sumber daya air, gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 44
(1) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud Pasal 41
ayat (3) huruf d meliputi daerah genangan waduk dan daerah
sempadan waduk.
25
mencegah kelongsoran ;
mengurangi laju erosi tanah ;
mengurangi tingkat sedimentasi pada waduk ; dan / atau
meningkatkan peresapan air kedalam tanah.
(4) Menteri atau menteri yang terkait dengan sumber daya air, gubernur
atau bupati / walikota
sesuai dengan kewenangannya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan
pengendalian pengolahan tanah dan tata guna tanah sebagaimana
dimaksud ayat (3).
26
(2)
27
(3)
28
Pasal 49
(1)
(2)
29
Pasal 51
(1) Penyediaan air dan daya air dilaksanakan sesuai dengan pola operasi
waduk sebagaimana dimaksud Pasal 22 ayat (4).
(2) Pola operasi waduk sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas :
a.
b.
c.
(3) Setiap tahun berdasarkan prakiraan curah hujan dari instansi yang
membidangi urusan meteorologi ditetapkan satu pola operasi waduk.
(4) Pola operasi waduk yang ditetapkan sebagaimana dimaksud ayat (3)
menjadi dasar bagi pelaksanaan penyediaan air dan daya air tahunan
Pasal 52
(1) Penggunaan air dan / atau daya air pada waduk selain Pemilik atau
Pengelola bendungan kecil, harus mendapat izin penggunaan sumber
daya air dari menteri, gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan :
a. sesuai dengan zona pemanfaatan dan peruntukan air pada waduk ;
b. sesuai dengan rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air
pada wilayah sungai berdasarkan pertimbangan tertulis dari
Pengelola bendungan kecil ; dan
c. menjamin keamanan dan kelestarian bendungan kecil.
Pasal 53
(1) Pengusahaan
bendungan
kecil
diselenggarakan
dengan
memperhatikan fungsi sosial, daya dukung lingkungan hidup,
kesehatan lingkungan dan kelestarian fungsi bendungan kecil.
(2) Pengusahaan bendungan kecil dapat dilakukan oleh perseorangan
atau badan usaha, atau kerja sama antar badan usaha berdasarkan
izin penggunaan sumber daya air dari Menteri, gubernur atau bupati /
walikota sesuai dengan kewenangannya.
30
(1) Pengendalian daya rusak air yang melalui waduk dilakukan untuk
mengurangi besaran banjir agar daya rusak air dapat terkendali.
(2) Pengendalian daya rusak air yang melalui waduk dilakukan dengan
cara mengatur pembukaan dan penutupan pintu bendungan kecil
dalam pelepasan air.
(3) Pembukaan dan penutupan pintu bendungan dilakukan berdasarkan
pedoman dan manual operasional pintu bendungan kecil yang
bersangkutan.
(4) Pelepasan air sebagaimana dimaksud ayat (2) harus tetap
mempertimbangkan keperluan pencegahan kegagalan bendungan
kecil.
(5) Pelepasan air yang berasal dari bendungan kecil penampung limbah
ke perairan umum harus memenuhi baku mutu air.
Pasal 55
Pengendalian daya rusak air yang terjadi karena kegagalan bendungan
kecil dilakukan berdasarkan pedoman keamanan bendungan yang ada
pada bendungan kecil yang bersangkutan.
Bagian Ketujuh
Perubahan dan / atau Rehabilitasi
Pasal 56
(1) Perubahan bendungan kecil dilakukan dengan cara melakukan
perubahan pada struktur bendungan bendungan kecil.
31
32
(2) Dalam hal bendungan kecil tidak bermanfaat lagi atau kemungkinan
terjadi kegagalan bendungan,, Pemilik wajib melakukan
penghapusan fungsi bendungan.
(3) Penghapusan fungsi bendungan sebagaimana dimaksud ayat (2)
dilakukan dengan cara membongkar saeluruh bangunan atas biaya
Pemilik.
(4) Dalam hal pembongkaran bendungan kecil dapat menimbulkan
bahaya terhadap keamanan dan keselamatan fungsi lingkungan,
Pemilik dapat mempertahankan fisik bendungan kecil.
(5) Dalam hal penghapusan fungsi bendungan dilakukan dengan cara
mempertahankan fisik bendungan, Pemilik wajib menjaga,
memelihara dan mempertahankan keamanan bendungan kecil dan
lingkungannya.
(6) Penghapusan fungsi bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (3)
dan ayat (5) dilakukan berdasarkan izin penghapusan fungsi
bendungan dari Menteri setelah memperoleh rekomendasi teknis dari
instansi terkait keamanan bendungan dan instansi terkait lingkungan
hidup.
Pasal 69
(1) Dalam hal bendungan kecil telah dihapus fungsinya, Pemilik tetap
bertanggung jawab terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan.
(2) Pelaksanaan tanggung jawab sebagaimana dimaksud ayat (1)
membebani Pemilik untuk tetap wajib menyelenggarakan
pengelolaan pasca penghapusan fungsi bendungan kecil.
(3) Dalam hal penghapusan fungsi bendungan kecil harus dilakukan
dengan membongkar, namun Pemilik tidak melakukannya, Pemilik
wajib menyediakan biaya pembongkaran atau jaminan biaya pemb
ongkaran.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penghapusan fungsi
bendungan kecil dan pengelolaan pasca penghapusan fungsi
bendungan kecil, akan diatur dalam peraturan tersendiri.
33
BAB IV
KEAMANAN BENDUNGAN KECIL
Pasal 70
(1) Penyelenggaraan keamanan bendungan kecil dilakukan untuk
melindungi bendungan kecil dari kemungkinan kegagalan serta
melindungi jiwa, harta dan prasarana umum yang berada di wilayah
yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat kegagalan bendungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang keamanan bendungan kecil akan
diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
BAB V
PERIZINAN
Pasal 71
(1) Perizinan dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil,
meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
34
dokumen
dokumen perencanaan ;
dokumen studi AMDAL ;
dokumen pengadaan tanah ;
dokumen pelaksanaan konstruksi termasuk gambar terbangun ;
panduan operasi dan pemeliharaanh dan pemantauan perilaku
bendungan kecil, serta rencana tindak darurat ; dan
laporan pelaksanaan pengelolaan dan rencana pemantauan
lingkungan.
Pemilik ;
Pengelola ;
Unit Pengelola Bendungan kecil ;
Unit Pengelola Teknis bidang Keamanan Bendungan.
35
Pasal 73
(1) Pengelola harus membuat laporan berkala tentang keadaan
bendungan kecil kepada instansi terkait.
(2) Laporan berkala sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
Pemilik ;
Pengelola ;
Unit pengelola bendungan ;
Unit pelaksana teknis bidang keamanan bendungan.
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 74
36
f.
37
(1) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Peraturan
ini kan diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
(2) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal di tetapkan.
(3) Peraturan ini disebar luaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan
untuk diketahui dan dilaksanakan.
DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : ................................
MENTERI PEKERJAAN UMUM
DJOKO KIRMANTO