Anda di halaman 1dari 37

RANCANGAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM


No. .................................
TENTANG
PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN BENDUNGAN
UKURAN KECIL BESERTA WADUKNYA
_____________
MENTERI PEKERJAAN UMUM
Menimbang :
a.

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat (3) Peraturan Pemerintah


No. ..... Tahun ........ tentang Bendungan, pembangunan dan
pengelolaan bendungan ukuran kecil beserta waduknya diatur
dengan Peraturan Menteri ;

b.

bahwa untuk menindak lanjuti ketentuan sebagaimana dimaksud


pada butir a, dipandang perlu penetapannya dengan Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum.

Mengingat :
1.

Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 32
Tambahan Lembaran Republik Indonesia No. 4377) ;

2.

Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4437) ;

3.

Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 66,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 4723) ;

4.

Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2004 tentang Pembagian Urusan


Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
dan Pemerintahan Daerah Kabupaten / Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 No. 82, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia No. 4737) ;

5.

Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan


Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 No. 42, Tambahan Lembaran Negara No. 4828) ;

6.

Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 No. 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No.
4858) ;

7.

Peraturan Pemerintah No. .... Tahun ..... tentang Bendungan


(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun ..... No. .....,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. ...... ) ;

8.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 7 Tahun 1998 tentang


Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha Swasta dalam
Pembangunan dan Pengelolaan Infrastruktur ;

9.

Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005 tentang


Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
M E M U T U S K AN

Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG
PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN BENDUNGAN
UKURAN KECIL BESERTA WADUKNYA
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1.

Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan


batu, beton, dan / atau pasangan batu yang dibuat untuk menahan air,
limbah atau bahan cair lainnya sehingga terbentuk waduk.

2.

Bendungan ukuran kecil beserta waduknya yang untuk selanjutnya


disebut :bendungan kecil adalah bendungan dengan tinggi kurang
dari 10 meter diukur dari dasar pondasi terdalam dan dengan panjang
puncak bendungan kurang dari 500 meter, atau daya tampung waduk
kurang dari 500.000 meter kubik, atau debit banjir maksimal yang
diperhitungkan kurang dari 1000 meter kubik per detik.

3.

Waduk adalah wadah buatan untuk menampung air, limbah atau


bahan cair lainnya yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya
bendungan kecil.

4.

Bangunan pelengkap adalah bangunan berikut komponen dan


fasilitasnya yang secara fungsional berkaitan dengan bendungan
kecil.

5.

Kegagalan bendungan kecil adalah keruntuhan sebagian atau seluruh


bendungan kecil atau bangunan pelengkapnya, dan / atau kerusakan
yang mengakibatkan tidak berfungsinya bendungan kecil.

6.

Pengamanan bendungan kecil adalah kegiatan yang secara sistematis


dilakukan untuk mencegah atau menghindari kemungknan terjadinya
kegagalan bendungan kecil.

7.

Pemilik bendungan kecil adalah instansi pemerintah, pemerintahan


provinsi, pemerintahan kabupaten / kota atau badan hukum, yang
bertanggung jawab atas pembangunan dan pengelolaan bendungan
kecil.

8.

Pembangun adalah instansi pemerintah atau badan hukum yang


ditunjuk oleh Pemilik bendungan kecil untuk menyelenggarakan
kegiatan pembangunan bendungan kecil.

9.

Pengelola adalah instansi pemerintah atau badan hukum yang


ditunjuk oleh Pemilik bendungan kecil untuk menyelenggarakan
pengelolaan bendungan kecil.

10. Pengelolaan adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Pengelola


yang meliputi pengoperasian dan pemeliharaan, konservasi sumber
daya air, pendayagunaan, pengendalian daya rusak air, perubahan
dan / atau rehabilitasi, dan penghapusan fungsi bendungan kecil.

11. Unit pengelola bendungan kecil adalah unit yang di tetapkan oleh
Pemilik bendungan kecil yang merupakan baian dari pengelola
untuk melaksanakan pengelolaan bendungan kecil.
12. Instansi teknis terkait keamanan bendungan adalah instasni untuk
membantu Menteri dalam penanganan keamanan bendungan kecil.
13. Unit pelaksana teknis bidang keamanan bendungan kecil adalah unit
yang dibentuk untuk memberikan dukungan teknis kepada instansi
teknis terkait keamanan bendungan kecil.
14. Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang
kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
15. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan
perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
16. Menteri adalah menteri yang membidangi sumber daya air.
17. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan
hidup untuk mendukung peri kehidupan manusia dan makhluk hidup
lain.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Pengaturan pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil
dimaksudkan
untuk
mewujudkan
tertib
penyelenggaraan
pembangunan dan pengelolaannya agar sesuai dengan daya dukung
lingkungan hidup, kelayakan teknis dan ekonomis serta
keamanannya.
(2) Pengaturan pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil
bertujuan untuk mewujudkan berfungsinya secara baik bendungan
kecil yang dibangun dalam meningkatkan manfaat fungsi sumber
daya air, pengawetan air, pengendalian daya rusak air, dan fungsi
pengamanan tampungan limbah dan bahan cair lainnya.

Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
(1) Ruang lingkup peraturan ini meliputi pengaturan :
a. pembangunan bendungan kecil
b. pengelolaan bendungan kecil
(2) Pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil yang diatur dalam
peraturan menteri ini adalah bendungan kecil sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1 butir 2.
BAB II
PEMBANGUNAN BENDUNGAN KECIL
Bagian Kesatu
Fungsi bendungan kecil
Pasal 4
(1) Fungsi pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil dalam
meningkatkan manfaat fungsi sumber daya air sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) adalah untuk penyediaan air baku,
penyediaan air irigasi, pengglontoran, pengendalian banjir dan / atau
pembangkitan tenaga listrik.
(2) Bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (1) juga berfungsi
sebagai penampungan limbah dan bahan cair lainnya.
(3) Limbah sebagaimana dimaksud ayat (2) adalah limbah tambang,
limbah industri dan sebagainya.
(4) Bahan cair sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah bahan cair yang
kekentalannya melebihi air seperti lumpur dan sebagainya.
Pasal 5
(1)` Pembangunan bendungan kecil hanya dapat dilakukan oleh instansi
pemerintah atau badan hukun yang bertindak sebagai Pembangun.
(2) Instansi pemerintah atau badan hukum sebagaimana dimaksud ayat
(1) dalam melaksanakan pembangunan wajib melibatkan penyedia

jasa dan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan ketrampilan di


bidang konstruksi bendungan kecil sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pembangunan bendungan kecil
meliputi tahapan :
a.
b.
c.

sebagaimana dimaksud ayat (1)

perencanaan pembangunan
pelaksanaan konstruksi
pengisian awal waduk
Bagian Kedua
Perencanaan Pembangunan
Pasal 6

(1) Perencanaan
pembangunan
mempertimbangkan :

bendungan

kecil

harus

a. status wilayah sungai, diwilayah mana bendungan kecil akan


dibangun ;
b. rencana dan program pengelolaan sumber daya air di wilayah sungai
tersebut, yang telah di tetapkan oleh pejabat yang berwenang ;
c. keberadaan masyarakat ;
d. benda bersejarah ;
e. daya dukung lingkungan hidup ;
f. rencana tata ruang
(2) Berdasarkan pertimbangan sebagaimana
Pembangun mempersiapkan :
a.
b.
c.

dimaksud

ayat

(1)

studi kelayakan
studi pengadaan tanah
penyusunan desain

(3) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a mencakup :


a.
b.
c.
d.
e.

kelayakan teknis, ekonomis, sosial dan lingkungan ;


kesiapan masyarakat untuk menerima rencana kegiatan ;
keterpaduan antar sektor
kesiapan pembiayaan
kesiapan kelembagaan

(4) Studi kelayakan untuk pembangunan bendungan kecil sebagaimana


dimaksud ayat (2) paling sedikit memuat :
a.

analisis kondisi topigrafi untuk tapak rencana bendungan kecil,


jalan akses, quarry dan borrow pit, penyimpanan material,
tempat pembuangan galian, dan daerah genangan ;

b.

analisis geologi yang berkaitan dengan tapak bendungan kecil,


lokasi material dan daerah genangan ;

c.

analisis hidrologi daerah tangkapan air ;

d.

analisis kependudukan di daerah tapak bendungan kecil dan


rencana genangan serta daerah penerima manfaat bendungan
kecil ;

e.

analisis sosial, ekonomi dan budaya pada daerah tapak


bendungan kecil dan rencana genangan, serta daerah penerima
manfaat bendungan kecil ;

f.

analisis kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan ;

g.

pra desain bendungan ;

h.

rencana penggunaan sumberdaya air yang disusun berdasarkan


rencana dan program pengelolaan sumber daya air di wilayah
sungai yang bersangkutan sebagaimana dimaksud ayat (1)
huruf b.

(5) Studi kelayakan sebagaimana dimaksud ayat (2) dilakukan melalui


kegiatan survai dan investigasi.
(6) Kegiatan survai dan ivestigasi sebagaimana dimaksud ayat (5)
dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai
topografi, kondisi geologi, hidrologi, hidroorologi, tutupan vegetasi,
erositivitas, kependudukan, sosial ekonomi dan budaya.
Pasal 7
Berdasaarkan studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2), pejabat yang berwenang menerbitkan izin prinsip pembangunan
bendungan kecil.

Pasal 8
(1) Penyusunan desain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)
huruf c bertujuan untuk mendapatkan gambar teknis, spesifikasi
teknis, metoda pelaksanaan dan rencana anggaran biaya pelaksanaan
konstruksi.
(2) Desain sebagaimana dimaksud ayat (1) paling sedikit memuat :
a. gambar teknis rencana bendungan kecil beserta bangunan
pelengkapnya dan fasilitas terkait, dan peta genangan ;
b. nota desainnyang berisi kriteria yang dipergunakan dalam
menyusun desain dan perhitungan-perhitungan gambar teknis
sebagaimana dimaksud pada huruf a ;
c. spisifikasi teknis yang meliputi ukuran-ukuran yang harus
dipenuhi untuk mencapai kualitas pekerjaan yang dipersyaratkan
dan peralatan yang di pergunakan dalam pelaksanaan konstruksi ;
d. metoda pelaksanaan yang antara lain meliputi cara pengelakan
aliran sungai, penimbunan tubuh bendungan, dan pemasangan
peralatan hidromekanikal ;
e. rencana anggaran biaya pelaksanaan konstruksi yang meliputi
perhitungan volume pekerjaan dan biaya.
(2) Penyusunan desain dilakukan melalui kegiatan survai dan investigasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (6).
Pasal 9
(1) Desain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) harus
mendapat persetujuan dari Menteri setelah mendapatkan
rekomendasi dari instansi teknis terkait dengan keamanan
bendungan.
(3) Desain yang telah memperoleh persetujuan dari Menteri sebagaimana
dimaksud ayat (1), merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
izin pelaksanaan konstruksi.

Bagian Ketiga
Pengadaan Tanah
Pasal 10
(1) Serempak dengan kegiatan perencanaan pembangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 sampai dengan Pasal 9, Pembangun
memproses pengadaan tanah yang diperlukan untuk pembangunan
bendungan kecil.
(2) Pengadaan tanah yang diperlukan untuk pembangunan bendungan
kecil sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi luasan tanah untuk
tapak bendungan kecil, bangunan pelengkap, waduk, akses jalan dan
fasilitas lainnya yang berkaitan dengan pembangunan bendungan
kecil.
(3) Mendahului proses pengadaan tanah sebagaimana dimaksud ayat (1)
Pembangun melakukan studi pengadaan tanah yang cakupannya
paling sedikit meliputi :
a.
b.
c.
d.

lokasi tanah yang diperlukan ;


peta dan luasan tanah ;
status dan kondisi tanah ;
rencana pembiayaan.
Pasal 11

(1) Proses pengadaan tanah dilakukan sesuai dengan ketentuan


Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 36 Tahun 2005 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
(2) Sasaran proses pengadaan tanah sebagaimana dimaksud ayat (1)
adalah diperolehnya kepastian bahwa luasan tanah yang dimohon
oleh Pembangun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2)
telah memperoleh ketetapan sebagai lokasi pelaksanaan
pembangunan bendungan kecil, yang ditetapkan oleh Bupati /
Walikota atau Gubernur.
(3) Berdasarkan ketetapan sebagaimana dimaksud ayat (2) Pembangun
dapat melaksanakan pengadaan tanah dengan pemberian ganti rugi.
(4) Bentuk ganti rugi dapat berupa :

10

a.
b.
c.

uang ; dan/atau
tanah pengganti ; dan/atau
pemukiman kembali

(5) Penetapan oleh Bupati / Walikota sebagaimana dimaksud ayat (3)


merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan izin pelaksanaan
konstruksi.
Bagian Keempat
Pemukiman kembali penduduk
Pasal 12
(1) Dalam hal pembangunan bendungan kecil memerlukan tanah pada
kawasan permukiman, Pembangun diwajibkan melakukan studi
pemukiman penduduk.
(2) Studi pemukiman kembali penduduk sebagaimana dimaksud ayat (1)
paling sedikit memuat :
a.

data jumlah penduduk yang akan dimukimkan kembali ;

b.

kondisi sosial, ekonomi, budaya penduduk yang akan


dimukimkan kembali ;

c.

kondisi lokasi tempat dimana penduduk akan dimukimkan


kembali ;

d.

kondisi sosial, ekonomi, budaya penduduk di sekitar lokasi


rencana pemukiman kembali ;

e.

rencana tindak ;

(3) Dalam melaksanakan studi pemukiman penduduk, Pembangun


berkonsultasi secara aktif dengan Dinas Kependudukan setempat.
Bagian Keempat
Konsultasi Publik
Pasal 13

11

(1) Serempak dengan kegiatan studi pengadaan tanah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3), Pembangun mempersiapkan
program konsultasi publik.
(2) Penyusunan program konsultasi publik dilaksanakan sebagai berikut:
a. Dalam hal bendungan kecil akan dibangun di wilayah sungai
nasional, program disusun dengan berkonsultasi aktif dengan
Balai Besar Wilayah Sungai atau Balai Wilayah Sungai ;
b. Dalam hal bendungan kecil akan dibangun di wilayah sungai
provinsi, program disusun dengan berkonsultasi aktif dengan
Dinas Sumber Daya Air provinsi.
c. Dalam hal bendungan kecil akan dibangun di wilayah sungai
kabupaten / kota, program disusun dengan berkonsultasi aktif
dengan Dinas Kabupaten / Kota yang membidangi urusan
Sumber Daya Air.
Pasal 14
Penyelenggaraan konsultasi publik dapat dilaksanakan setelah dipenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a.

Hamparan tanah yang akan ditetapkan sebagai lokasi


pembangunan telah memperoleh Surat Keputusan Penetapan
Lokasi yang di tetapkan oleh Gubernur atau Bupati / Walikota
berdasarkan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Presiden No. 36 Tahun
2005 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan
untuk Kepentingan Umum.

b.

Terhadap desain konstruksi bendungan kecil yang akan


dibangun, telah memperoleh persetujuan Menteri berdasarkan
rekomendasi dari instansi terkait keamanan bendungan.

d. Telah memiliki rencana pemukiman kembali penduduk


berdasarkan hasil studi pemukiman kembali penduduk.
e.

Rencana pemukiman kembali penduduk sebagaimana dimaksud


huruf e telah memperoleh persetujuan dari Kepala Daerah
berdasarkan rekomendasi dari Dinas Kependudukan Daerah.

12

Pasal 15
Penyelenggaraan konsultasi publik dapat dilakukan dengan metoda
sebagai berikut :
a.

Didalam ruangan dengan pemberian penjelasan satu arah dilanjutkan


dengan tanya jawab ;

b.

Mendatangi masyarakat satu demi satu atau kelompok demi


kelompok masyarakat ;

c.

Metoda lain sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah


Pasal 16

Kelompok masyarakat yang dapat diikut sertakan dalam konsultasi publik


adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Kelompok masyarakat yang lahan huniannya akan terkena


pembangunan bendungan kecil ;
Kelompok masyarakat yang nantinya akan memperoleh manfaat dari
keberadaan bendungan kecil ;
Instansi teknis daerah terkait ;
Pengurus Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa atau dengan sebutan
lain ;
Kader Pemberdayaan Masyarakat ;
Kader PKK
Pengurus Lembaga Kemasyarakatan ;
Pengurus Kelompok Masyarakat ;
Tokoh Masyarakat Adat ;
Tokoh Agama
Perangkat Pemerintahan Desa ;
Anggota Dewan Perwakilan Desa :
Tokoh masyarakat lainnya di Desa / Kelurahan setempat.
Bagian Kelima
Pelaksanaan Konstruksi
Pasal 17

(1) Pelaksanaan konstruksi diawali dengan pembersihan dan penyiapan


lahan yang akan digunakan serbagai lokasi pembangunan bendungan
kecil.

13

(2) Pembersihan dan penyiapan lahan sebagaimana dimaksud ayat (1)


diikuti dengan mobilisasi tenaga kerja, bahan, peralatan dan fasilitas
pendukung lainnya.
(3) Mobilisasi tenaga kerja sebagaimana dimaksud ayat (3) dilaksanakan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan mobilisasi
bahan, peralatan dan fasilitas lainnya dilaksanakan dengan
menghindarkan sejauh mungkin terjadinya gangguan keamanan dan
kenyamanan masyarakat sekitar.
Pasal 18
(1) Pelaksanaan konstruksi bendungan kecil harus sesuai dengan desain
yang telah memperoleh persetujuan Menteri sebagaimana dimaksud
Pasal 143 huruf b.
(2) Pelaksanaan konstruksi sebagaimana
mengutamakan pemanfaatan teknologi
sumber daya lokal.

dimaksud ayat (1)


dengan memanfaatkan

Pasal 19
(1) Selama pelaksanaan konstruksi dilakukan kegiatan yang meliputi :
a.
b.
c.
d.
(2)

pembersihan lahan yang akan tergenang ;


pemindahan / pemukiman kembali penduduk ;
penyelamatan benda bersejarah / situs-situs purbakala ;
penyelamatan / pemindahan satwa / tumbuhan langka yang
dilindungi.

Kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) harus sudah


selesai sebelum pengisian awal waduk.
Pasal 20

(1) Serempak dengan pelaksanaan konstruksi, Pembangun wajib


mempersiapkan dokumen :
a.
b.
c.
d.
e.

laporan akhir pelaksanaan konstruksi bendungan kecil ;


rencana pengisian awal waduk ;
rencana pengelolaan bendungan kecil ;
rencana pembentukan unit pengelola bendungan kecil ;
rencana tindak darurat.

14

(2) Untuk bendungan kecil penampung limbah, kewajiban Pembangum


untuk menyiapkan dokumen sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
berupa pedoman pemeliharaan bendungan kecil dan pola pengisian
limbah serta pengeluaran air.
(3) Dokumen sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) merupakan
syarat untuk mendapatkan persetujuan pengisian waduk dari Menteri
atau pejabat yang ditunjuknya setelah memperoleh rekomendasi dari
instansi teknis rerkait keamanan bendungan.
Pasal 21
Rencana pengisian awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1)
huruf b memuat :
a.
b.
c.
d.

rencana pelaksanaan pengisian awal ;


rencana pemantauan selama pengisian awal ;
rencana pengawasan ;
rencana pengendalian.
Pasal 22

(1) Rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud dalam


Pasal
20 ayat (1) huruf c memuat pedoman operasi dan
pemeliharaan bendungan kecil.
(2) Pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan kecil sebagaimana
dimaksud ayat (1) paling sedikit memuat tata cara pengoperasian dan
pemeliharaan fasilitas bendungan kecil.
(3) Dalam hal bendungan kecil ditujukan untuk pengelolaan sumber
daya air, rencana pengelolaannya termasuk pola operasi waduk..
(4) Pola operasi waduk sebagaimana dimaksud ayat (3) paling sedikit
memuat tata cara pengeluaran air dari waduk didasarkan pada
kondisi volume air waduk dan / atau elevasi air waduk, serta
kapasitas sungai di hilir bendungan.
Pasal 23
(1) Rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (1) huruf c disusun sete;ah melalui konsultasi publik

15

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 dan Pasal
16.
(2) Untuk mewujudkan keserasian dengan program pengelolaan sumber
daya air di wilayah sungai yang bersangkutan, rencana pengelolaan
bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (1) dikonsultasikan
dalam wadah koordinasi pengelolaan sumber daya air wilayah
sungai yang bersangkutan.
(3) Rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat
(2) ditetapkan oleh Menteri, Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai
denganb kewenangannya.
(4) Dalam hal wadah koordinasi
pengelolaan sumber daya air
sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak ada atau belum terbentuk,
rencana pengelolaan bendungan kecil dapat langsumg di tetapkan
oleh Menteri, Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(5) Untuk bendungan kecil penampung limbah, penetapan rencana
pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (2) harus
disertai dengan rekomendasi teknis dari instansi yang membidangi
urusan lingkungan hidup.
Pasal 24
Tata cara penyusunan rencana pengalolaan bendungan kecil akan diatur
lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
Bagian Keenam
Pembentukan Unit Pengelola Bendungan Kecil
Pasal 25
(1) Pembentukan unit pengelola bendungan kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 butir 11 paling sedikit memuat :
a. susunan organisasi / uraian tugas
b. kebutuhan sumber daya manusia
c. sumber pendanaan
(2) Ketentuan tentang pembentukan unit pengelola bendungan kecil
akan diatur dalam peraturan tersendiri.

16

Bagian Ketujuh
Rencana Tindak Darurat
Pasal 26
(1) Rencana tindak darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat
(1) huruf e disususn oleh Pembangun secara terkoordinasi dengan
Menteri, Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana tindak darurat sebagaimana
dimaksud ayat (1) akan diatur dalam peraturan tersendiri.
Bagian Kedelapan
Pengisian awal Waduk
Pasal 27
(1) Pengisian awal waduk dilakukan berdasarkan persetujuan pengisian
awal waduk yang dikeluarkan oleh Menteri setelah berkoordinasi
dengan Gubernur atau Bupati / Walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Persetujuan pengisian awal waduk sebagaimana dimaksud ayat (1)
diberikan berdasarkan permohonan yang diajukan oleh Pembangun
(3) Untuk bendungan kecil penampung limbah, persetujuan pengisian
awal waduk sebagaimana dimaksud ayat (1) disertai dengan
rekomendasi teknis dari instansi yang membidangi urusan
lingkungan hidup.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan pengisian awal waduk
persyaratan teknis dan persyaratan administrarif sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) akan diatur dalam peraturan
tersendiri.
Bagian Kesembilan
Kerjasama pembangunan bendungan kecil
Pasal 28
(1) Pemerintah, pemerintahan provinsi, dan pemerintahan kabupaten /
kota dapat melakukan kerjasama pembangunan bendungan kecil.

17

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan


meperhatikan kepentingan pemerintahan provinsi, dan / atau
pemerintahan kabupaten / kota dalam wilayah sungai yang
bersangkutan.
(3) Kerjasama pembangunan bendungan kecil antar tingkatan
pemerintahan dalam wilayah sungai yang bersangkutan, akan diatur
dalam peraturan tersendiri.
Pasal 29
(1) Pemerintah, pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten /
kota dapat melakukan kerjasama pembangunan bendungan kecil
dengan badan hukum.
(2) Kerjasama dengan badan hukum sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
BAB III
PENGELOLAAN BENDUNGAN KECIL
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 30
(1) Pengelolaan bendungan kecil ditujukan untuk menjamin kelestarian
fungsi dan manfaat, serta keamanan bendungan kecil.
(2) Pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem dan
daya dukung lingkungan hidup.
(3) Dalam hal pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat
(1) ditujukan untuk pengelolaan sumber daya air, harus pula
menjamin efektivitas dan efisiensi ketersediaan air.
Pasal 31
(1) Pengelolaan bendungan kecil diselenggarakan melalui kegiatan :

18

a.
b.
c.
d.
e.
f.

pelaksanaan rencana pengelolaan ;


operasi dan pemeliharaan ;
konservasi sumber daya air pada waduk ;
pendayagunaan waduk ;
pengendalian daya rusak air ;
penghapusan fungsi bendungan kecil.

(2) Kegiatan pengelolaan dilaksanakan pada bendungan kecil trmasuk


daerah sempadan waduk.
(3) Dalam hal pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat
(1) ditujukan untuk pengelolaan sumber daya air, kegiatannya
meliputi pula wilayah sabuk hijau.
Pasal 32
(1) Pengelolaan bendungan kecil menjadi tugas dan tanggung jawab
Pemilik.
a. Pemerintah atau pemerintahan provinsi atau pemerintahan
kabupaten / kota, atau
b. Badan hukum.
(2) Pemilik
sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengelolaan bendungan
kecil harus menunjuk unit pelaksana teknis pemerintah / pemerintah
daerah yang membidangi sumber daya air sebagai Pengelola
bendungan kecil.
(3) Pemilik dalam menunjuk unit pelaksana teknis sebagaimana
dimaksud ayat (2) menetapkan unit pengelola bendungan kecil
(4) Unit pengelola bendungan kecil sebagaimana di,aksud ayat (3)
merupakan bagian dari unit pelaksana teknis sebagaimana dimaksud
ayat (2).
(5) Dalam hal unit pelaksana teknis yang ditunjuk oleh Pemilik
sebagaimana dimaksud ayat (2) berbentuk BUMN atau BUMD atau
BUMS, penetapan unit pengelola bendungan kecil dilakukan oleh
direksi badan usaha yang bersangkutan.
(6) Pemilik yang berbentuk BUMS dapat menunjuk pihak lain sebagai
Pengelola dan unit pengelola bendungan kecil atas tanggung jawab
Pemilik.

19

Pasal 33
(1) Unit pengelola sebagaimana dimaksud dalam
dipimpin oleh kepala unit.

Pasal 32 ayat (3)

(2) Kepala unit sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memiliki sertifikat
keahlian bidang bendungan yang dikeluarkan oleh lembaga yang
berwenang sesuai peraturan perundang-undangan.
(3) Unit pengelola mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan seharihari bendungan kecil.
Bagian Kedua
Pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Pasal 34
(1) Rencana pengelolaan bendungan kecil dilaksanakan sesuai dengan
tujuan pembangunan bendungan kecil sebagaimana dimaksud dalam
Pasaal 30 ayat (1).
(2) Rencana pengelolaan bendungan kecil ditujukan sebagai acuan
dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan kecil.
(3) Rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat
(2) mempertimbangkan aspek keamanan bendungan kecil baik untuk
bendungan kecil pengelolaan sumber daya air, maupun bendungan
kecil untuk penampung limbah.
(4) Dalam hal bendungan kecil ditujukan untuk pengelolaan sumber
daya air, rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana
dimaksud ayat (2) ditujukan pula sebagai acuan bagi konservasi
sumber daya air pada waduk, pendaya gunaan dan pengendalian
daya rusak air.
(5) Dalam hal bendungan kecil ditujukan untuk penampung limbah,
rencana pengelolaan bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat
(2) ditujukan pula sebagai acuan untuk pengisian limbah dan
pengeluaran air.

20

Pasal 35
(1) Rencana pengelolaan bendungan kecil dilaksanakan dengan
memperhatikan kondsi sumber daya air dan lingkungan hidup.
(2) Dalam hal bendungan kecil ditujukan untuk pengelolaan sumber
daya air, pelaksanaan rencana pengelolaan bendungan kecil
sebagaimana dimaksud ayat (1) didasarkan pada :
a.
b.
c.
d.

ketersediaan sumber daya air ;


kebutuhan air ;
pengendalian banjir, dan / atau
kebutuhan daya air.

(3) Dalam hal bendungan kecil ditujukan untuk penampungan limbah


atau bahan cair lainnya, pelaksanaan rencana pengelolaan bendungan
kecil didasarkan pada :
a.
b.

jenis limbah atau bahan cair lainnya ;


volume limbah atau bahan cair lainnya per satuan waktu.
Bagian Ketiga
Operasi dan Pemeliharaan
Pasal 36

(1) Operasi dan pemeliharaan bendungan kecil dilakukan untuk :


a.
b.

mengoptimalkan pendayagunaan air dan daya air ;


menjaga keamanan bendungan kecil.

(2) Pemeliharaan waduk pada bendungan kecil dilakukan untuk :


a.
b.

mempertahankan fungsi waduk sesuai dengan umur layan ;


menjaga kuantitas dan kualitas air waduk.
Pasal 37

(1) Pelaksanaan operasi bendungan kecil dilakukan berdasarkan


persetujuan operasi bendungan kecil yang dikeluarkan oleh Menteri
atau pejabat yang ditunjuknnya.

21

(2) Persetujuan operasi bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (1)


diberikan berdasarkan permohonan yang yang diajukan oleh
Pengelola.
(3) Ketentuan mengenai pemberian persetujuan operasi bendungan kecil
yang memuat persyaratan teknis dan persyaratan administratif yang
harus disertakan dalam permohonan sebagaimana dimaksud ayat (2)
akan diatur dalam peraturan tersendiri.
(4) Untuk bendungan kecil penampung limbah, persetujuan operasi
sebagaimana dimaksud ayat (2) disertai dengan rekomendasi teknis
dari instansi yang membidangi urusan lingkungan hidup.
Pasal 38
(1) Operasi dan pemeliharaan bendungan kecil dilakukan dengan
berpedoman pada rencana pengelolaan bendungan kecil
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (1).
(2) Operasi dan pemeliharaan bendungan kecil dilakukan untuk
memfungsikan dan merawat bendungan kecil termasuk memantau
perilaku bendungan kecil dan volume waduk agar terjaga keamanan
dan fungsinya.
(3) Pengukuran volume waduk sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat
dilakukan dengan pengukuran sedimentasi waduk.

(4) Pemantauan volume waduk sebagaimana dimaksud ayat (2)


dilakukan paling sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 39
(1) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan kecil yang
ditujukan untuk pengelolaan sumber daya air harus sesuai dengan
pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan kecil, dan pola
operasi waduk.
(2) Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan bendungan kecil penampung
limbah dan bahan cair lainnya harus sesuai dengan pedoman operasi
dan pemeliharaan bendungan kecil dan tata cara pengeluaran air
waduk.

22

(3) Bagi bendungan kecil yang ditujukan untuk pengelolaan sumber


daya air, pola operasi waduk harus ditinjau dan dievaluasi paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun, guna disesuaikan dengan
kondisi terakhir.
(4) hasil peninjauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (3)
menjadi dasar penyempurnaan pola operasi waduk.
(5) Pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan kecil sebagaimana
dimaksud Pasal 22 ayat (1) dapat ditinjau dan dievaluasi paling
sedikit 1 (satu) kali dalam waktu 5 (lima) tahun guna disesuaikan
dengan kondisi terakhir.
(6) Hasil peninjauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud ayat (5)
menjadi dasar penyempurnaan pedoman operasi dan pemeliharaan
bendungan kecil.
(7) Pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan kecil akan diatur
dalam peraturan tersendiri.
Bagian Keempat
Konservasi Sumber Daya Air pada Waduk
Pasal 40
(1) Konservasi sumber daya air pada waduk dilakukan untuk menjaga
kelestarian, daya dukung dan daya tampung waduk, serta kelestarian
fungsi sumber daya air pada waduk.
(2) Untuk mewujudkan konservasi sumber daya air pada waduk
sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan kegiatan :
a.
b.
c.

perlindungan dan pelestarian waduk ;


pengawetan air ; dan
pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air.
Pasal 41

(1) Perlindungan dan pelestarian waduk sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 40 ayat (2) huruf a dilakukan untuk menjaga agar waduk tetap
terpelihara kelestarian, daya dukung dan daya tampung waduk, serta
kelestarian fungsi sumber daya air pada waduk terhadap kerusakan

23

atau gangguan yang disebabkan oleh daya alam, maupun perbuatan


manusia.
(2) Perlindungan dan pelestarian waduk sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilaksanakan dengan menetapkan dan mengelola kawasan lindung
melalui metoda vegetatif ataupun metoda rekayasa teknik sipil.
(3) Perlindungan dan pelestarian waduk sebagaimana dimaksud ayat (1)
dilakukan melalui :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

pemeliharaan fungsi daerah tangkapan air ;


pengawasan penggunaan lahan daerah tangkapan air ;
pembuatan bangunan pengendali erosi dan sedimentasi ;
pengendalian pemanfaatan ruang pada waduk ;
pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu ;
pengaturan darah sempadan waduk ; dan
peningkatan kesadaran, partisipasi dan pemberdayaan para
pemangku kepentingan.
Pasal 42

(1) Dalam rangka pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu


sebagaimana dimaksud Pasal 41 ayat (3) huruf e, menteri,
berkoordinasi dengan menteri yang terkait dengan sumber daya air,
gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya :
a.
b.
c.
d.
e.

menetapkan kawasan di hulu sebagai daerah tangkapan air ;


menetapkan peraturan untuk melestarikan fungsi daerah
tangkapan air ;
mengelola daerah tangkapan air ;
menyelenggarakan program pelestarian fungsi daerah tangkapan
air ;
melaksanakan pemberdayaan masyarakat yang menghuni
daerah tangkapan air.

(2) Menteri berkoordinasi dengan menteri yang terkait dengan sumber


daya air, gubernur atau bupati / walikota
sesuai dengan
kewenangannya
melaksanakan pengawasan dan pemantauan
pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1).
(3) Dalam hal Pemilik bendungan kecil adalah badan hukum,
pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf d dan e,
diselenggarakan oleh Pemilik.

24

(4) Pelaksanaan kegiatan oleh Pemilik sebagaimana dimaksud ayat (3)


dikoordinasikan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan
sumber daya air, gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(5) Pemilik sebagaimana dimaksud ayat (3) melaksanakan pengawasan
penggunaan lahan pada daerah tangkapan air sebagaimana dimaksud
Pasal 42 ayat (1) huruf a.
Pasal 43
(1) Pembangunan bangunan pengendali erosi dan sedimentasi menjadi
tanggung jawab Menteri atau menteri yang terkait dengan sumber
daya air, gubernur atau bupati / walikota
sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Menteri atau menteri yang terkait dengan sumber daya air, gubernur
atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya :
a.
b.
c.

menunjuk lokasi bagunan pengendali erosi dan sedimentasi ;


menyelenggarakan pembangunannya ; dan
memberdayakan masyarakat dalam pembangunan bangunan
pengendali erosi dan sedimentasi.

(3) Menteri atau menteri yang terkait dengan sumber daya air, gubernur
atau bupati / walikota
sesuai dengan kewenangannya
menyelenggarakan
pengawasan dan pemantauan pelaksanaan
kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (2).
(4) Dalam hal Pemilik adalah badan hukum, pelaksanaan kegiatan
sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b dzn c diselenggarakan oleh
Pemilik.
(5) Pelaksanaan kegiatan oleh Pemilik sebagaimana dimaksud ayat (4)
dikoordinasikan oleh menteri atau menteri yang terkait dengan
sumber daya air, gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 44
(1) Pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud Pasal 41
ayat (3) huruf d meliputi daerah genangan waduk dan daerah
sempadan waduk.

25

(2) Menteri menetapkan pedoman / panduan umum pemanfaatan ruamg


pada daerah genangan waduk dan daerah sempadan waduk.
(3) Gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya
menetapkan tata guna ruang pada daerah genangan waduk dan
daerah sempadan waduk berdasarkan pedoman / panduan umum
sebagaimana dimaksud ayat (2).
(4) Menteri atau gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan
kewenangannya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan
pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3)
(5) Dalam hal Pemilik adalah badan hukum, dalam pengendalian
pemanfaatan ruang, pengawasan dan pemantauannya, Pemilik
diwajibkan mematuhi tata guna ruang yang ditetapkan oleh gubernur
atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.
(5) Pelaksanaan kegiatan oleh Pemilik sebagaimana dimaksud ayat (5)
dikoordinasikan oleh menteri atau gubernur atau bupati / walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 45
(1) Menteri menetapkan menetapkan pedoman / panduan umum
pengendalian pengolahan tanah di daerah hulu waduk.
(2) Gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya
menetapkan tata guna tanah di daerah hulu waduk.
(3) Pengendalian pengolahan tanah dan tata guna tanah di daerah hulu
waduk dilakukan untuk :
a.
b.
c.
d.

mencegah kelongsoran ;
mengurangi laju erosi tanah ;
mengurangi tingkat sedimentasi pada waduk ; dan / atau
meningkatkan peresapan air kedalam tanah.

(4) Menteri atau menteri yang terkait dengan sumber daya air, gubernur
atau bupati / walikota
sesuai dengan kewenangannya
menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan pelaksanaan
pengendalian pengolahan tanah dan tata guna tanah sebagaimana
dimaksud ayat (3).

26

(5) Dalam hal Pemilik adalah badan hukum, pengendalian pengolahan


tanah dan tata guna tanah, pengawasan dan pemantauannya, Pemilik
diwajibkan mematuhi tata guna tanah yang ditetapkan oleh gubernur
atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.
(6) Pelaksanaan kegiatan oleh Pemilik sebagaimana dimaksud ayat (5)
dikoordinasikan oleh menteri atau gubernur atau bupati / walikota
sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 46
(1) Pengaturan daerah sempadan waduk sebagaimana dimaksud Pasal 41
ayat (3) huruf f merupakan pengaturan kawasan perlindungan
waduk yang dibatasi oleh garis muka air waduk tertinggi dan garis
sempadan waduk.
(2) Garis sempadan waduk sebagaimana dimaksud ayat (1) merupakan
batas luasr perlindungan waduk.
(3) Kreiteria penetapan garis sempadan waduk dilakukan berdasarkan :
a. karakteristik waduk, dimensi waduk, morfologi waduk, dan
ekologi waduk ;
b. operasi dan pemeliharaan bendungan kecil ;
c. tinggi jagaan bendungan
(4) Penetapan garis sempadan waduk dilakukan oleh menteri atau
gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.
(5) Penetapan garis sempadan waduk sebagaimana dimaksud ayat (4)
dilakukan dengan memperhatikan rekomendasi teknis dari Pengelola
bendungan kecil.
Pasal 47
(1)

Menteri menetapkan pedoman / panduan umum pemanfaatan


daerah sempadan waduk sesuai dengan peraturan perundangundangan.

(2)

Gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya


menetapkan tata guna lahan di daerah sempadan waduk sesuai
dengan pedoman / panduan umum sebagaimana dimaksud ayat
(1).

27

(3)

Tata guna lahan di daerah sempadan waduk diperlukan untuk :


a. mencegah pembuangan air limbah yang tidak memenuhi baku
mutu, limbah padat dan limbah cair ;
b. mencegah pendirian bangunan dan pemanfaatan lahan yang
tidak sesuai dengan tata guna lahan ;
c. membudidayakan lahan di daerah sempadan waduk sesuai
dengan tata guna lahan yang sudah ditetapkan.

(4) Menteri atau gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan


kewenangannya menyelenggarakan pengawasan dan pemantauan
pengaturan daerah sempadan waduk.
(5) Dalam hal Pemilik adalah badan hukum, pengendalian pemanfaatan
daerah sempadan waduk. pengawasan dan pemantauannya, Pemilik
diwajibkan mematuhi tata guna lahan yang ditetapkan oleh gubernur
atau bupati / walikota sesuai dengan kewenangannya.
(6) Pelaksanaan kegiatan oleh Pemilik sebagaimana dimaksud ayat (5)
dikoordinasikan oleh menteri atau gubernur atau bupati / walikota
sesuai dengan kewenangannya.
(7) Menteri atau gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan
kewenangannya melaksanakan pemberdayaan masyarakat dalam
rangka partisipasi masyarakat dalam upaya pelestarian fungsi waduk
dan lingkungannya.
Pasal 48
(1) Pengawetan air waduk sebagaimana dimaksud Pasal 40 ayat (2)
huruf b dilakukan untuk menjaga ketersediaan air dalam kuantitas
dan kualitas yang sesuai dengan fungsi dan manfaatnya.
(2) Pengawetan air waduk sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
dengan cara :
a.
b.
c.

penyimpanan air dimusim hujan ;


efisiensi pemanfaatan air ;
pengendalian pemanfaatan air.

28

Pasal 49
(1)

Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf c dilakukan
untuk menjaga kualitas air waduk.

(2)

Pengelolaan kualitas air waduk sebagaimana dimaksud ayat (1)


dilakukan Pengelola melalui kegiatan :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

pemantauan kualitas air waduk ;


pengendalian kerusakan waduk ;
pencegahan dan penaggulangan pencemaran air waduk ;
aerasi pada waduk ;
pemanfaatan organisme dan mikroorganisme yang dapat
menyerap bahan pencemar pada air waduk ;
pengendalian gulma air.
Bagian Kelima
Pendayagunaan Waduk
Pasal 50

(1) Pendayagunaan waduk yang ditujukan untuk mengelola sumber daya


air dilakukan untuk meningkatkan kemanfaatan sumber daya air
untuk kepentingan daerah sekitar, termasuk lingkungan waduk dan
daerah hilir.
(2) Pendayagunaan waduk sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi
pendayagunaan ruang waduk untuk tampungan sedimen, penyediaan
air dan pengendalian banjir.
(3) Pendayagunaan waduk sebagaimana dimaksud ayat (1) mencakup
kegiatan :
a. penata gunaan ruang waduk sebagaimana dimaksud Pasal 44 ayat
(3) ;
b. penyediaan air dan daya air pada waduk ;
c. pemanfaatan air dan daya air pada waduk ;
d. pengusahaan bendungan kecil.
(4) Pendayagunaan waduk penampung limbah dan bahan cair lainnya
dilakukan khusus untuk menyediakan ruang bagi penampungan
limbah dan bahan cair lainnya.

29

Pasal 51
(1) Penyediaan air dan daya air dilaksanakan sesuai dengan pola operasi
waduk sebagaimana dimaksud Pasal 22 ayat (4).
(2) Pola operasi waduk sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas :
a.
b.
c.

pola operasi tahun kering ;


pola operasi tahun normal ; dan
pola operasi tahun basah.

(3) Setiap tahun berdasarkan prakiraan curah hujan dari instansi yang
membidangi urusan meteorologi ditetapkan satu pola operasi waduk.
(4) Pola operasi waduk yang ditetapkan sebagaimana dimaksud ayat (3)
menjadi dasar bagi pelaksanaan penyediaan air dan daya air tahunan
Pasal 52
(1) Penggunaan air dan / atau daya air pada waduk selain Pemilik atau
Pengelola bendungan kecil, harus mendapat izin penggunaan sumber
daya air dari menteri, gubernur atau bupati / walikota sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pemberian izin sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan dengan
ketentuan :
a. sesuai dengan zona pemanfaatan dan peruntukan air pada waduk ;
b. sesuai dengan rekomendasi teknis dari pengelola sumber daya air
pada wilayah sungai berdasarkan pertimbangan tertulis dari
Pengelola bendungan kecil ; dan
c. menjamin keamanan dan kelestarian bendungan kecil.
Pasal 53
(1) Pengusahaan
bendungan
kecil
diselenggarakan
dengan
memperhatikan fungsi sosial, daya dukung lingkungan hidup,
kesehatan lingkungan dan kelestarian fungsi bendungan kecil.
(2) Pengusahaan bendungan kecil dapat dilakukan oleh perseorangan
atau badan usaha, atau kerja sama antar badan usaha berdasarkan
izin penggunaan sumber daya air dari Menteri, gubernur atau bupati /
walikota sesuai dengan kewenangannya.

30

(3) Pengusahaan bendungan kecil meliputi :


a.
b.
c.
d.

penggunaan air waduk yang telah dialokasikan ;


pemanfaatan bendungan kecil ;
pemanfaatan daya air waduk ;
pemanfaatan daertah sempadan waduk.
Bagian Keenam
Pengendalian Daya Rusak Air
Pasal 54

(1) Pengendalian daya rusak air yang melalui waduk dilakukan untuk
mengurangi besaran banjir agar daya rusak air dapat terkendali.
(2) Pengendalian daya rusak air yang melalui waduk dilakukan dengan
cara mengatur pembukaan dan penutupan pintu bendungan kecil
dalam pelepasan air.
(3) Pembukaan dan penutupan pintu bendungan dilakukan berdasarkan
pedoman dan manual operasional pintu bendungan kecil yang
bersangkutan.
(4) Pelepasan air sebagaimana dimaksud ayat (2) harus tetap
mempertimbangkan keperluan pencegahan kegagalan bendungan
kecil.
(5) Pelepasan air yang berasal dari bendungan kecil penampung limbah
ke perairan umum harus memenuhi baku mutu air.
Pasal 55
Pengendalian daya rusak air yang terjadi karena kegagalan bendungan
kecil dilakukan berdasarkan pedoman keamanan bendungan yang ada
pada bendungan kecil yang bersangkutan.
Bagian Ketujuh
Perubahan dan / atau Rehabilitasi
Pasal 56
(1) Perubahan bendungan kecil dilakukan dengan cara melakukan
perubahan pada struktur bendungan bendungan kecil.

31

(2) Dalam hal diperlukan perubahan untuk tindakan pengamanan


bendungan kecil, Pengelola diwajibkan melakukan perubahan pada
struktur bendungan kecil.
(3) Dalam hal diperlukan peningkatan fungsinya, Pengelola dapat
melakukan perubahan struktur bendungan kecil.
(4) Dalam melakukan perubahan struktur sebagaimana dimaksud ayat
(3), Pengelola diwajibkan terlebih dahulu memperoleh persetujuan
desain perubahan dari Menteri setelah mendapat rekomendasi teknis
dari instansi terkait keamanan bendungan.
(5) Desain sebagaimana dimaksud ayat (4) merupakan salah satu syarat
untuk memperoleh izin perubahan bendungan.
Pasal 67
(1) Rehabilitasi bendungan kecil mencakup perbaikan, perekayasaan dan
uji perilaku bendungan kecil yang mengalami kerusakan.
(2) Dalam rehabilitasi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pengelola terlebih
dahulu harus memperoleh persetujuan terhadap desain rehabilitasi
dari Menteri, setelah terlebih dahulu memperoleh rekomendasi
teknis dari instansi terkait keamanan bendungan.
(3) Rehabilitasi wajib dilakukan oleh Pengelola dalam hal bendungan
kecil memerlukan tindakan pengamanan.
(4) Desain rehabilitasi sebagaimana dimaksud ayat (3) merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh izin rehabilitasi.
(5) Ketentuan lebih lanjut tentang rehabilitasi dan / atau perubahan
bendungan kecil akan diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
Bagian Kedelapan
Penghapusan fungsi bendungan kecil
Pasal 68
(1) Penhapusan fungsi bendungan kecil dilakukan untuk menghentikan
fungsi bendungan kecil.

32

(2) Dalam hal bendungan kecil tidak bermanfaat lagi atau kemungkinan
terjadi kegagalan bendungan,, Pemilik wajib melakukan
penghapusan fungsi bendungan.
(3) Penghapusan fungsi bendungan sebagaimana dimaksud ayat (2)
dilakukan dengan cara membongkar saeluruh bangunan atas biaya
Pemilik.
(4) Dalam hal pembongkaran bendungan kecil dapat menimbulkan
bahaya terhadap keamanan dan keselamatan fungsi lingkungan,
Pemilik dapat mempertahankan fisik bendungan kecil.
(5) Dalam hal penghapusan fungsi bendungan dilakukan dengan cara
mempertahankan fisik bendungan, Pemilik wajib menjaga,
memelihara dan mempertahankan keamanan bendungan kecil dan
lingkungannya.
(6) Penghapusan fungsi bendungan kecil sebagaimana dimaksud ayat (3)
dan ayat (5) dilakukan berdasarkan izin penghapusan fungsi
bendungan dari Menteri setelah memperoleh rekomendasi teknis dari
instansi terkait keamanan bendungan dan instansi terkait lingkungan
hidup.
Pasal 69
(1) Dalam hal bendungan kecil telah dihapus fungsinya, Pemilik tetap
bertanggung jawab terhadap potensi bahaya yang ditimbulkan.
(2) Pelaksanaan tanggung jawab sebagaimana dimaksud ayat (1)
membebani Pemilik untuk tetap wajib menyelenggarakan
pengelolaan pasca penghapusan fungsi bendungan kecil.
(3) Dalam hal penghapusan fungsi bendungan kecil harus dilakukan
dengan membongkar, namun Pemilik tidak melakukannya, Pemilik
wajib menyediakan biaya pembongkaran atau jaminan biaya pemb
ongkaran.
(4) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara penghapusan fungsi
bendungan kecil dan pengelolaan pasca penghapusan fungsi
bendungan kecil, akan diatur dalam peraturan tersendiri.

33

BAB IV
KEAMANAN BENDUNGAN KECIL
Pasal 70
(1) Penyelenggaraan keamanan bendungan kecil dilakukan untuk
melindungi bendungan kecil dari kemungkinan kegagalan serta
melindungi jiwa, harta dan prasarana umum yang berada di wilayah
yang terpengaruh oleh potensi bahaya akibat kegagalan bendungan.
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang keamanan bendungan kecil akan
diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
BAB V
PERIZINAN
Pasal 71
(1) Perizinan dalam pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil,
meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Izin kelayakan teknis desain ;


Izin prinsip pembangunan bendungan kecil baru ;
Izin pelaksanaan konstrusksi ;
Izin kelayakan pengisian awal ;
Izin Operasi dan Pemeliharaan Bendungan kecil ;
Izin perubahan dan / atau rehabilitasi bendungan kecil ;
Izin Penghapusan fungsi bendungan kecil.

(2) Balai Besar Wilayah Sungai atau Balai Wilayah Sungai


menyelenggarakan perizinan atas pembangunan dan pengelolaan
bendungan kecil yang berlokasi di wilayah sungai yang termasuk
dalam kewenangan pemerintah.
(3) Dinas Pendayagunaan Sumber Daya Air Provinsi ( Dinas PSDA
Provinsi ) menyelenggarakan perizinan atas pembangunan dan
pengelolaan bendungan kecil yang berlokasi di wilayah sungai yang
termasuk dalam kewenangan pemerintahan provinsi, kecuali wilayah
sungai yang sudah dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai atau
Balai Wilayah Sungai.
(4) Dinas Kabupaten / Kota yang membidangi urusan sumber daya air
menyelenggarakan perizinan atas pembangunan dan pengelolaan

34

bendungan kecil yang berlokasi di wilayah sungai yang termasuk


dalam kewenangan pemerintahan Kabupaten / Kota.
(4) Hal ikhwal yang menyangkut persyaratan teknis / administratif
penyelenggaraan perizinan dan pembagian kewenangan pemberian
izin akan diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
BAB VI
DOKUMENTASI DAN PELAPORAN
Pasal 72
(1) Pengelola wajib menyimpan dan memelihara
pembangunan dan pengelolaan bendungan kecil.

dokumen

(2) Dokumen sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :


a.
b.
c.
d.
e.
f.

dokumen perencanaan ;
dokumen studi AMDAL ;
dokumen pengadaan tanah ;
dokumen pelaksanaan konstruksi termasuk gambar terbangun ;
panduan operasi dan pemeliharaanh dan pemantauan perilaku
bendungan kecil, serta rencana tindak darurat ; dan
laporan pelaksanaan pengelolaan dan rencana pemantauan
lingkungan.

(3) Dokumen sebagaimana dimaksud ayat (2) wajib di simpan dan


dipelihara di kantor-kantor :
a.
b.
c.
d.

Pemilik ;
Pengelola ;
Unit Pengelola Bendungan kecil ;
Unit Pengelola Teknis bidang Keamanan Bendungan.

(4) Dokumen senagaimana dimaksud ayat (2) wajib disimpan sampai


jangka wakyu 20 (duapuiluh) tahun setelah penghapusan fungsi
bendungan.
(5) Dokumen yang telah mencapai jangka waktu sebagaimana dimaksud
ayat (4) wajib diserahkan Pemilik kepada instansi yang bertanggung
jawab menyimpan arsip secara nasional.

35

Pasal 73
(1) Pengelola harus membuat laporan berkala tentang keadaan
bendungan kecil kepada instansi terkait.
(2) Laporan berkala sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.

perilaku struktural dan operasional ;


hasil pembacaan instrumen dan intewrpretasinya, hasil inspeksi
dan evaluasi keamanan ;
perubahan dan / atau rehabilitasi ;
kejadian yang berhubungan dengan keamanan bendungan kecil
dan kejadian luar biasa ; dan
kondisi air waduk termasuk alokasi air.

(3) Dalam penyelenggaraan sistem pelaporan, Pengelola sesuai dengan


tanggung jawabnya :
a. mengumpulkan, mengolah dan menyediakan data / informasi
bendungan kecil yang dapat diakses oleh pihak yang
berkepentingan ;
b. melakukan pemutakhiran dan penerbitan informasi bendungan
kecil secara berkala ; dan
c. menyebarluaskan data dan informasi bendungan kecil yang ada
dalam pengelolaannya.
(4) Pengelola bertanggung jawab atas akorasi, kebenaran dan ketepatan
waktu informasi yang disampaikan.
(5) Informasi sebagaimana dimaksud ayat (2) wajib disimpan di kantor :
a.
b.
c.
d.

Pemilik ;
Pengelola ;
Unit pengelola bendungan ;
Unit pelaksana teknis bidang keamanan bendungan.
BAB VII
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 74

(1) Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk berperan


dalam proses pembangunan bendungan kecil.

36

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (1) ditujukan


untuk mewujudkan :
a.
b.
c.

kedudukan yang sama antar sesama pemangku kepentingan ;


transparansi dalam proses pembangunan bendungan kecil dan
pengelolaannya ;
rasa memiliki dan rasa tanggung jawab guna kelangsungan
fungsi bendungan kecil.

(3) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat


dilakukan dengan cara :
a. memberikan masukan dan saran dalam pembangunan bendungan
kecil dan pengelolannya ;
b. mengikuti program pemberdayaan masyarakat ;
c. mengikuti pertemuan konsultasi publik.
(4) Dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud ayat (2)
masyarakat mempunyai hak untuk :
a.
b.
c.
d.
e.

f.

memperoleh informasi mengenai rencana pembangunan


bendungan kecil dan rencana pengelolaannya ;
menyatakan keberatan terhadap rencana pembangunan
bendungan kecil yang sudah diumumkan disertai alasannya ;
memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang
dialaminya sebagai akibat pelaksanaan pembvangunan
bendungan kecil dan pengelolaannya ;
memperoleh manfaat atas pembangunan bendungan kecil dan
pengelolaannya ;
mengajukan laporan dan pengaduan kepada pihak yang
berwenang atas kerugian yang menimpa dirinya berkaitan
dengan penyelenggaraan pembangunan bendungan kecil dan
pengelolaannya ;
mengajukan gugatan perwakilan kepada pengadilan terhadap
berbagai masalah bendungan kecil yang merugikan
kehidupannya.
BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 75

37

(1) Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Peraturan
ini kan diatur lebih lanjut dalam peraturan tersendiri.
(2) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal di tetapkan.
(3) Peraturan ini disebar luaskan kepada pihak-pihak yang bersangkutan
untuk diketahui dan dilaksanakan.

DITETAPKAN DI : JAKARTA
PADA TANGGAL : ................................
MENTERI PEKERJAAN UMUM
DJOKO KIRMANTO

Anda mungkin juga menyukai