Anda di halaman 1dari 4

TUGAS STRUKTUR

ILMU NUTRISI TERNAK

NAMA: INDRA PUJI MAULANA


NIM: D1E013006
KELAS: A

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


MIKROORGANISME RUMEN
1. pH
Dalam kondisi anaerobik serta suhu diantara 39 - 40C, keasaman rumenberkisar antara
5,5 - 7,0. Keasaman lambung atau rumen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
macam pakan serta waktu setelah makan.Macam pakan akan mempengaruhi hasil akhir
fermentasi, yaitu asam lemak terbang (VFA) serta konsentrasi bikarbonat dan fosfat yang
disekresikan oleh hewan yang bersangkutan dalam bentuk saliva. Konsentrasi VFA pada
umumnya menurun dengan menignkatnya keasaman rumen. Untuk menjaga agar pH
rumen tidak menurun atau meningkat secara drastis maka perlu adanya hijauan didalam
ransum dalam proporsi yang memadai ( 40 persen dari total ransum atau dengan kadar
serat kasar sekitar 20 persen) dimana 70 persen dari serat kasar ini harus dalam bentuk
polisakarida berstruktur untuk dapat merangsang produksi saliva selama proses
ruminasi.Akibat terjadinya perubahan keasaman rumen, komposisi mikroba akan
berubah. Apabila pH rumen mendekati 6, jumlah bakteri asam laktat (misalnya gram
positif batang) akan meningkat sehingga konsentrasi asam laktat didalam rumen akan
meningkat.
2. Temperatur
Temperatur rumen dikatakan normal apabila berada pada kisaran antara 39
41oC. Segera setelah makan, temperatur rumen biasanya akan meningkat sampai dengan
41oC, terutama selam proses fermentasi terjadi didalam rumen. Sebaliknya temperatur
akan menurun sampai dibawah suhu normal bila ternak minum air dingin.Kondisi ini
akan dapat mempengaruhi populasi mikroba rumen terutama pada spesiesspesiestertentu
yang sangat peka yang tidak dapat bertahan hidup pada suhu diatas 40C (Hungate,
1966). Demikian pula penurunan suhu rumen dibawah suhu normal setelah hewan minum
air dingin akan mempengaruhi aktivitas mikroba ini.
3. Kandungan bahan kering
Konsumsi bahan kering (DMI) dipengaruhi oleh kualitas pakan dan PBHH dipengaruhi
oleh efisiensi pemanfaatan nutrien dalam proses metabolisme di dalam jaringan
hidup.Komposisi pakan sangat menentukan terhadap hasil akhir fermentasi serta
lajupengenceran (dilution rate) isi rumen. Jika ransum basal mengandung serat kasar
tinggi maka bakteri selulolitik akan dominan karena kehadirannya menentukan terjadinya
proses fermentasi selulosa. Sebaliknya protozoa akan berkurang jumlahnya. Jamurrumen

karena sifatnya adalah selulolitik akan meningkat jumlahnya pada kondisi ini. Keadaan
yang sebaliknya akan terjadi jika proporsi konsentrat meningkat dalam pakan.Dengan
meningkatnya frekuensi makan (karena bertambahnya frekuensi suplai makan) fluktuasi
pH rumen akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan populasi mikroba. Peningkatan
populasi protozoa dari 1,15 x 106 menjadi 3,14 x 106 telah dilaporkan jika frekuensi
pemberian pakan ditingkatkan dari satu kali menjadi empat kali sehari.Konsumsi sukarela
(voluntary intake) ransum dapat ditingkatkan tiga sampai empat kali kebutuhan hidup
pokok apabila konsentrat diberikan dalam ransum. Dengan eningkatnya konsumsi,
volume rumen dan sekresi saliva ke rumen serta laju pengeluaran digesta dari rumen akan
meningkat
4. Potensial reduksi-oksidasi
Mikroba mempunyai derajat sensitifitas tertentu terhadap potensial oksidasireduksi dari medium pertumbuhannya. Potensial oksidasi-reduksi dari suatu substrat
adalah nilai kemudahan substrat tersebut dalam mengeluarkan atau memperoleh electron.
Potensial oksidasi-reduksi suatu system disimbolkan Eh. Mikroba aerob memerlukan Eh
negative.
Beberapa bakteri biasanya memerlukan kondisi reduksi untuk pemulaan tumbuh (Eh
sekitar-200mv) misalnya clostridium, sedangkan yang lain ada yang perlu positif Eh,
misalnya bacillus mikroba yg tumbuh dibawah kondisi reduksi disebut mikroaerofil
(lactobacilli, streptococci)
5. Pengaruh osmotik
Tidak seperti protozoa, bakteri relatif tahan terhadap perubahan tekanan osmotik.
Hal ini antara lain disebabkan adanya kemampuan bakteri untuk mempertahankan
konsentrasi beberapa ion yang terdapat didalam sel.
6. Macam pakan
Pakan Komposisi pakan sangat menentukan terhadap hasil akhir fermentasi serta
laju pengenceran (dilution rate) isi rumen. Jika ransum basal mengandung serat kasar
tinggi maka bakteri selulolitik akan dominan karena kehadirannya menentukan terjadinya
proses fermentasi selulosa. Sebaliknya protozoa akan berkurang jumlahnya. Jamur karena
sifatnya

adalah

selulolitik

akan

meningkat

jumlahnya

pada

kondisi

ini.

Keadaan yang sebaliknya akan terjadi jika proporsi konsentrat meningkat dalam pakan.
Dengan meningkatnya frekuensi makan (karena bertmbahnya frekuensi suplai
makan) fluktuasi pH rumen akan berkurang. Hal ini akan meningkatkan populasi
mikroba. Peningkatan populasi protozoa dari 1,15 x 106 menjadi 3,14 x 106 telah

dilaporkan jika frekuensi pemberian pakan ditingkatkan dari satu kali menjadi empat kali
sehari.
Konsumsi sukarela (voluntary intake) ransum dapat ditingkatkan tiga sampai
empat kali kebutuhan hidup pokok apabila konsentrat diberikan dalam ransum. Dengan
meningkatnya konsumsi, volume rumen dan sekresi saliva ke rumen serta laju
pengeluaran digesta dari rumen akan meningkat.
SUMBER:
http://masdhuhaa-nurdiansyah.blogspot.co.id/2012/12/makalah-mikroba-rumenkelompokc4.html
http://dithanovi-ub.blogspot.co.id/2011/06/mikroba-rumen.html

Anda mungkin juga menyukai