PENDAHULUAN
Vertigo adalah keluhan yang sering dijumpai pada praktek sehari-hari dan
sangat menggangu aktivitas yang digambarkan sebagai rasa berputar, atau pusing
(dizziness). Deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak dikacaukan
dengan nyeri kepala atau sefalgia, terutama karena di kalangan awam kedua istilah
tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Vertigo berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, diartikan
sebagai sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistem keseimbangan. Berbagai macam
defenisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi yang paling tua dan sampai
sekarang banyak dipakai adalah yang dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893
yaitu setiap gerakan atau rasa (berputar) tubuh penderita atau obyek- obyek di sekitar
penderita yang bersangkutan dengan kelainan keseimbangan.
Penyebab terjadinya vertigo adalah dikarenakan adanya gangguan pada sistem
keseimbangan tubuh. Gangguan ini dapat berupa trauma, infeksi, keganasan,
metabolik, toksik, vaskuler atau autoimun.
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign Paroxysmal
Positional Vertigo (BPPV) adalah adalah gangguan keseimbangan perifer yang sering
dijumpai terutama pada usia dewasa muda hingga usia lanjut. BPPV termasuk vertigo
perifer karena kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem vestibularis
perifer. BPPV pertama kali dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. Gejala yang
dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala.
Beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan
keluhan vertigo. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya
beberapa detik saja walaupun penderita merasakannya lebih lama. Keluhan dapat
disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga penderita merasa khawatir akan
timbul serangan lagi. Hal ini yang menyebabkan penderita sangat berhati-hati dalam
posisi tidurnya.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama
: NY. NA
Umur
: 62 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sigli
Agama
: Islam
Status Perkawinan
: Menikah
Suku
: Aceh
Nomer CM
: 1069121
Pekerjaan
: IRT
: Saraf
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Kepala terasa pusing berputar sejak kurang lebih lima hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan kepala terasa pusing sejak 5 hari yang lalu,
pusing dirasakan pasien seperti berputar-putar terutama ketika kepala bergerak atau
berpindah posisi secara tiba-tiba misalnya ketika bangun dari tempat tidur. Keluhan
pusing dirasakan pasien semakin hari semakin memberat yang membuat pasien sulit
dalam beraktivitas sehari-hari. Menurut keterangan pasien keluhan pusing berputar
dirasakan hanya sebentar selama kurang lebih 1 menit, mual dikeluhkan pasien ketika
pusing tetapi muntah tidak dikeluhkan. Telinga berdengung tidak dikeluhkan pasien,
3
Buang air besar tidak ada keluhan riwayat BAB berdarah tidak ada Buang air kecil
tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak memiliki penyakit dengan keluhan yang sama sebelumnya.
Riwayat sakit jantung disangkal, riwayat pusing kepala berputar sebelumnya
disangkal, riwayat trauma disangkal, riwayat infeksi pada telinga disangkal, riwayat
hipertensi disangkal, diabetes melitus disangkal. Sebelumnya pasien pernah
mengalami riwayat nyeri pada lutut.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga pasien yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Pemakaian Obat
Pasien sebelumnya mengonsumsi obat-obatan yang dibeli di apotek untuk
menghilangkan rasa pusing namun pasien tidak mengingat nama obatnya.
Riwayat Kebiasaan/Sosial
Pasien sehari-harinya merupakan ibu rumah tangga, dan beraktivitas seperti
biasanya tidak ada pekerjaan berat yang dilakukan pasien, Selain itu, pasien juga
mengaku sering mengkonsumsi makanan berlemak dan manis-manis.
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4M6V5
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 87 x/menit
Suhu
: 36,4 oC
Pernafasan
: 20 x/menit
Berat Badan
: 60 kg
4
Tinggi Badan
: 160 cm
Status Gizi
: baik
Kulit
Warna
: Sawo matang
Turgor
: Cepat kembali
Parut cacar
: negatif
Sianosis
: negatif
Ikterus
: negatif
Oedema
: negatif
Anemia
: negatif
Kepala
Bentuk
: normochepali, simetri
Nyeri tekan
: (-)
Rambut
Wajah
Mata
(-/-),
lagoftalmus
(-/-),
Gigi Mulut
strabismus (-/-)
: Simetris , septum deviasi (-), deformitas (-),
sekret (-/-)
: normotia, pendengaran normal, nyeri tekan tragus dan
mastoid (-)
: karies gigi (+), perdarahan gusi (-), oral hygiene cukup
Lidah
Tenggorokan
baik.
: Tremor (-), hiperemis (-), parestesia (-) papil atrofi (-)
: normal, tidak hiperemis, tonsil T1-T1
Hidung
Telinga
Leher
Inspeksi
Palpasi
Thorax
Inspeksi
Statis
Dinamis
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kanan
Depan
Fremitus N
Fremitus N
Belakang
Fremitus N
Fremitus N
Kanan
Kiri
Depan
Sonor
Sonor
Belakang
Sonor
Sonor
Batas paru-hepar
Auskultasi
Kiri
: ICS IV dekstra
Kanan
Kiri
Depan
Vesikular
Vesikular
Belakang
Vesikular
Vesikular
Palpasi
Perkusi
: Batas-batas jantung
Atas
Kiri
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Ginjal
: Ballotement (-)
Perkusi
Genitalia
Tidak diperiksa
Anus
Tidak diperiksa
Tulang Belakang
Bentuk
Kelenjar Limfe
Pembesaran KGB
: Tidak dijumpai
Ekstremitas
- Superior
- Inferior
Status Psikiatri
Sikap dan tingkah laku: dalam batas normal
Persepsi dan pola pikir: dalam batas normal
: E4 M6 V5 = 15
Pupil
Refleks Cahaya
Kaku kuduk
: (-)
Laseque
Kernig
Brudzinski I
Kanan
Kiri
Nervus II (visual)
-
Visus
Kesan normal
Kesan normal
Lapangan pandang
Kesan normal
Kesan normal
Melihat warna
Kesan normal
Kesan normal
Pemeriksaan fundus
Tidak dilakukan
Ukuran
pupil
3 mm
3 mm
Bentuk pupil
bulat
bulat
RCL
positif
positif
RCTL
positif
positif
Nistagmus
negatif
negatif
Strabismus
negatif
negatif
Ptosis
negatif
negatif
Lateral
positif
positif
8
Atas
positif
positif
Bawah
positif
positif
Medial
positif
positif
Diplopia
negatif
negatif
Kelompok Motorik
Nervus V (fungsi motorik)
-
Membuka Mulut
Mengerutkan dahi
Menutup mata
Menggembungkan pipi
Memperlihatkan gigi
Sudut bibir
Bicara
Refleks menelan
Mengangkat bahu
Memutar kepala
Artikulasi lingualis
Menjulurkan lidah
Kelompok Sensoris
Nervus I (fungsi penciuman)
: kesan normal
: kesan normal
9
Badan
Motorik
-
Gerakan Respirasi
: Thorako Abdominal
: Kesan simetris
Sensibilitas
-
Rasa Suhu
Rasa nyeri
: tidak nyeri
Rasa Raba
Kanan
Kiri
Pergerakan
positif
positif
Kekuatan
5555
5555
Tonus
positif
positif
Reflek
Kanan
Kiri
Bisceps
positif
positif
Trisceps
positif
positif
Motorik
Kanan
Kiri
Pergerakan
positif
positif
Kekuatan
5555
5555
10
Tonus
positif
Refleks
Fisiologis
positif
Kanan
Kiri
Biseps
(+)
(+)
Triseps
(+)
(+)
Patella
(+)
(+)
(+)
(+)
Hoffman Tromer
(-)
(-)
Babinski
(-)
(-)
Dalam
Chaddock
(-)
(-)
normal
Openheim
(-)
(-)
Gordon
(-)
(-)
Schaeffer
(-)
(-)
Achilles
Patologis
Keterangan
Sensibilitas
-
Rasa suhu
Rasa nyeri
Rasa raba
Gerakan Abnormal
: negatif
Fungsi Vegetatif
-
Miksi
Defekasi
Keringat
2.6 Resume
Identitas
11
batas
: Sakit ringan
Kesadaran
: Compos mentis
GCS
: E4M6V5
Tekanan Darah
: 130/80 mmHg
Nadi
: 87 x/menit
Suhu
: 36,4 oC
Pernafasan
: 20 x/menit
Berat Badan
: 60 kg
Tinggi Badan
: 160 cm
Status Gizi
: baik
Status Internus
Status Neurologis
GCS
: E4 M6 V5 = 15
Mata
: negatif
TIK
: negatif
Nervus Kranialis
Kelompok Optik
- Fungsi visual (N.II)
- Fungsi otonom
- Gerakan okuler (N.III, IV, VI)
Kelompok motorik
-
Fungsi Motorik
Superior
Inferior
- Pergerakan
+/+
+/+
- Kekuatan
5555/5555
5555/5555
- Tonus
N/N
N/N
- Refleks Fisiologis
+/+
+/+
- Refleks Patologis
-/-
-/-
Gerakan Abnormal
: negatif
Fungsi Otonom
2.7 Diagnosis
Diagnosis Klinis
Diagnosis Etiologi
: Vertigo Idiopati
Diagnosis Topik
: Vertigo Vestibular
13
Diagnosis Sekunder
:-
2.8 Terapi
Farmakologi
-
Edukasi
1. Penjelasan mengenai keadaan pasien dan Edukasi tentang vertigo: faktor resiko
yang harus dihindari.
2.9 PROGNOSIS
Qou ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad sanactionam
: bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness)
atau rasa pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak
14
dikacaukan dengan nyeri kepala atau chepalgia, terutama karena di kalangan awam
kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk pada
sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang, umumnya
disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan. Vertigo adalah setiap gerakan
atau rasa gerakan tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita bersangkutan
dengan kelainan system keseimbangan (ekuilibrium).
3.2 Epidemiologi
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan salah satu
gangguan Neurotologi dimana 17% pasien datang dengan keluhan pusing. Pada
populasi umum prevalensi BPPV yaitu antara 11 sampai 64 per 100.000 (prevalensi
2,4%).1,2,5,6 Dari kunjungan 5,6 miliar orang ke rumah sakit dan klinik di United
State dengan keluhan pusing didapatkan prevalensi 17% - 42% pasien didiagnosis
BPPV. Dari segi onset BPPV biasanya diderita pada usia 50-70 tahun. Proporsi antara
wanita lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 2,2 : 1,5. BPPV merupakan
bentuk dari vertigo posisional
3.4 Etiologi dan Patofisiologi
Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit.
Penyebab vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin ilmu.
1. Penyakit system vestibular perifer ( yaitu labirin, nervus VIII atau inti
vestibularis)
a) Telinga :
- Telinga luar : serumen, benda asing
- Telinga tengah : retraksi membrane timpani, otitis media purulenta akuta, otitis
media dengan efusi, labirintitis, koleastetoma, rudapaksa dengan perdarahan.
- Telinga dalam : Labirintis akuta toksika, trauma, serangan vascular, alergi,
hidrops labirin (morbus meniere), mabuk gerakan, vertigo postural.
b) Nervus VIII :
15
- Infeksi
- Trauma
- Tumor
c) Inti vestibularis (batang otak) :
- Infeksi ( meningitis, encephalitis, abses otak)
- Perdarahan
- Trombosis (arteri serebeli postero-inferior)
- Tumor
- Sklerosis multiple
2. Penyakit susunan saraf pusat
a) Vascular
- Iskemik otak
- Hipertensi kronis
- Arteriosklerosis
- Anemia
- Hipertensi kardiovascular
b) Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses.
c) Trauma
d) Tumor
Dalam kebanyakan kasus, pasien menderita BPPV idiopatik. Pada BPPV
sekunder, beberapa penyebab telah ditemukan, seperti: Trauma kepala, pasca operasi
telinga, neuronitis vestibular dan penyakit Mnire. Namun, beberapa studi telah
terkait terhadap perubahan metabolik dengan BPPV, atau bahkan diidentifikasi
perubahan tersebut sebagai penyebab BPPV sekunder.
ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA.
Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks
(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran
16
17
18
20
FISIOLOGI KESEIMBANGAN
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin),
terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara
umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat
keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin
membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin
tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang terdapat perilimfa, sedang
endolimfa terdapat di dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih
tinggi daripada cairan perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin
membran yang terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap
labirin terdiri dari 3 kanalis semi-sirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss
anterior (superior) dan kss posterior (inferior). Selain 3 kanalis ini terdapat pula
utrikulus dan sakulus.
21
22
memerlukan informasi posisi tubuh relatif terhadap lingkungan, selain itu diperlukan
juga informasi gerakan agar dapat terus beradaptasi dengan perubahan sekelilingnya.
Informasi tersebut diperoleh dari sistim keseimbangan tubuh yang melibatkan
kanalis semisirkularis sebagai reseptor, serta sistim vestibuler dan serebelum sebagai
pengolah infor-masinya; selain itu fungsi penglihatan dan proprioseptif juga berperan
dalam memberikan informasi rasa sikap dan gerak anggota tubuh. Sistim tersebut
saling berhubungan dan mempengaruhi untuk selanjutnya diolah di susunan saraf
pusat.
24
26
Sedangkan vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam
otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan
serebelum (otak kecil).
Tabel perbedaan vertigo vestibuler dan non vestibuler
3.6 Patofisiologi
Setiap orang tinggal di ruangan dan mampu berorientasi terhadap sekitarnya
berkat adanya informasi-informasi yang dating dari indera. Didalam orientasi ruangan
ini indera yang penting peranannya adalah system vestibular (statokinetik), system
penglihatan (visual/optic), dan rasa dalam (proprioseptik). Untuk bekerja secara
wajar, unit ini memerlukan normalitas fungsi fisiologi indera-indera tersebut sehingga
informasi yang ditangkap dari sekitarnya adalah proporsional dan adekuat. Informasi
ini dipertukarkan dan diproses lebih lanjut oleh suatu unit pemroses sentral dan
27
selanjutnya proses yang berlangsung dalam system saraf pusat akan bekerja secara
reflektorik.
Tetapi bila oleh sesuatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, maka unit proses
sentral tidak lagi dapat memproses informasi-informasi secara wajar/biasa, melainkan
menempuh jalur luar biasa. Hasil akhir yang didapat selain ketidak sempurnaan
adaptasi
otot-otot
mata
dan
ekstremitas
tersebut
juga
akan
memberikan
tanda/peringatan kegawatan. Tanda ini dapat dalam bentuk yang disadari ataupun
yang tidak disadari oleh penderita.
Yang disadari :
- Bersumber dari pusat vestibular ialah vertigo
- Bersumber dari system saraf otonom ialah mual, muntah, berkeringat, dll.
- Bersumber dari system motorik ialah rasa tidak stabil
Yang tidak disadari : terutama bersumber dari otot mata yaitu timbulnya nistagmus.
Penyimpangan proses yang wajar tersebut diatas dapat sebagai akibat
abnormalitas fungsi fisiologik salah satu atau lebih indera atau akibat informasi yang
tidak harmonis, atau tidak terkoordinasinya informasi-informasi yang datang dari
indera-indera ekuilibrium. Biasanya, bila abnormalitas itu bersumber dari sistem
visual akan menimbulkan rasa ringan dikepala, sedangkan bila bersumber dari system
vestibular akan menimbulkan rasa gerakan. Dikatakan dari semua indera itu, system
vestibularlah yang pegang andil paling besar terhadap ekuilibrium. Disamping ikut
andil dalam orientasi ruangan, system vestibular merupakan organ penting yang
bekerja otomatis mempertahankan dan menstabilkan posisi dan penglihatan. Sistem
ini dapat membangkitkan reflex otomatis, involuntar, gerakan paksaan yang hanya
bergantung
pada
kesadaran
seseorang.
Termasuk
gerakan
bola
mata
28
bergerak dalam lumen dari salah satu kanal semisirkular. Kalsium karbonat dua kali
lebih padat dibandingkan endolimfe, sehingga bergerak sebagai respon terhadap
gravitasi dan pergerakan akseleratif lain. Ketika kristal kalsium karbonat bergerak
dalam kanal semisirkular (kanalitiasis), mereka menyebabkan pergerakan endolimfe
yang menstimulasi ampula pada kanal yang terkena, sehingga menyebabkan vertigo.
Arah dari nistagmus ditentukan oleh eksitasi saraf ampula pada kanal yang terkena
oleh sambungan langsung dengan otot ektraokular. Setiap kanal yang terkena
kanalitiasis memiliki karakteristik nistagmus tersendiri. Kanalitiasis mengacu pada
partikel kalsium yang bergerak bebas dalam kanal semisirkular. Sedangkan
kupulolitiasis mengacu pada kondisi yang lebih jarang dimana partikel kalsium
melekat pada kupula itu sendiri.
Konsep calcium jam pernah diusulkan untuk menunjukkan partikel kalsium
yang kadang dapat bergerak, tetapi kadang terjebak dalam kanal Alasan terlepasnya
kristal kalsium dari makula belum dipahami dengan pasti. Debris kalsium dapat
pecah karena trauma atau infeksi virus, tapi pada banyak keadaan dapat terjadi tanpa
trauma atau penyakit yang diketahui. Mungkin ada kaitannya dengan perubahan
protein dan matriks gelatin dari membran otolith yang berkaitan dengan usia. Pasien
dengan BPPV diketahui lebih banyak terkena osteopenia dan osteoporosis daripada
kelompok kontrol, dan mereka dengan BPPV berulang cenderung memiliki skor
densitas tulang yang terendah. Pengamatan ini menunjukkan bahwa lepasnya
otokonia dapat sejalan dengan demineralisasi tulang pada umumnya. Tetap perlu
ditentukan
apakah
terapi
osteopenia
atau
osteoporosis
berdampak
pada
29
30
dibutuhkan untuk terjadinya hal ini ditambah inersia asli dari partikel tersebut
menjelaskan periode laten yang terlihat selama manuver Dix-Hallpike.
b. Benign Paroxysmal Positional Vertigo Tipe Kanal Lateral
BPPV tipe kanal lateral adalah tipe BPPV yang paling banyak kedua. BPPV
tipe kanal lateral sembuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan BPPV tipe kanal
posterior. Hal ini dikarenakan kanal posterior tergantung di bagian inferior dan barier
kupulanya terdapat pada ujung yang lebih pendek dan lebih rendah. Debris yang
masuk dalam kanal posterior akan terperangkap di dalamnya. Sedangkan kanal lateral
memiliki barier kupula yang terletak di ujung atas. Karena itu, debris bebas yang
terapung di kanal lateral akan cenderung untuk mengapung kembali ke utrikulus
sebagai akibat dari pergerakan kepala.
Dalam kanalitiasis pada kanal lateral, partikel paling sering terdapat di lengan
panjang dari kanal yang relatif jauh dari ampula. Jika pasien melakukan pergerakan
kepala menuju ke sisi telinga yang terkena, partikel akan membuat aliran endolimfe
ampulopetal, yang bersifat stimulasi pada kanal lateral. Nistagmus geotropik (fase
cepat menuju tanah) akan terlihat. Jika pasien berpaling dari sisi yang terkena,
partikel akan menciptakan arus hambatan ampulofugal. Meskipun nistagmus akan
berada pada arah yang berlawanan, itu akan tetap menjadi nistagmus geotropik,
karena pasien sekarang menghadap ke arah berlawanan. Stimulasi kanal menciptakan
respon yang lebih besar daripada respon hambatan, sehingga arah dari gerakan kepala
yang menciptakan respon terkuat (respon stimulasi) merupakan sisi yang terkena
pada geotropik nistagmus.
Kupulolitiasis memiliki peranan yang lebih besar pada BPPV tipe kanal
lateral dibandingkan tipe kanal posterior. Karena partikel melekat pada kupula,
vertigo sering kali berat dan menetap saat kepala berada dalam posisi provokatif.
Ketika kepala pasien dimiringkan ke arah sisi yang terkena, kupula akan mengalami
defleksi ampulofugal (inhibitory) yang menyebabkan nistagmus apogeotrofik. Ketika
kepala dimiringkan ke arah yang berlawanan akan menimbulkan defleksi ampulopetal
(stimulatory), menghasilkan nistagmus apogeotrofik yang lebih kuat. Karena itu,
31
memiringkan kepala ke sisi yang terkena akan menimbulkan respon yang terkuat.
Apogeotrofik nistagmus terdapat pada 27% dari pasien yang memiliki BPPV tipe kanal
lateral.
dan
vertigo
mungkin
akan
timbul
namun
32
3.
Kepala
diputar
menengok
ke
kanan
450
(kalau
kanalis
33
b. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dix dan Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam air,
dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 300C, sedangkan suhu air panas adalah
440C. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 ml,
dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul.
Setelah telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan dengan air
dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga dalam. Pada tiaptiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien
diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).
c. Tes Supine Roll
Jika pasien memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV dan hasil tes Dix-Hallpike
negatif, dokter harus melakukan supine roll test untuk memeriksa ada tidaknya BPPV
kanal lateral. BPPV kanal lateral atau disebut juga BPPV kanal horisontal adalah
BPPV terbanyak kedua. Pasien yang memiliki riwayat yang sesuai dengan BPPV,
yakni adanya vertigo yang diakibatkan perubahan posisi kepala, tetapi tidak
memenuhi kriteria diagnosis BPPV kanal posterior harus diperiksa ada tidaknya
BPPV kanal lateral
34
badan
setelah
membungkuk.
Episode
vertigo
a. Manuver Epley
Manuver Epley adalah yang paling sering digunakan pada kanal vertikal. Pasien
diminta untuk menolehkan kepala ke sisi yang sakit sebesar 450, lalu pasien
berbaring dengan kepala tergantung dan dipertahankan 1-2 menit. Lalu kepala
ditolehkan 900 ke sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral
dekubitus dan dipertahan 30-60 detik. Setelah itu pasien mengistirahatkan dagu pada
pundaknya dan kembali ke posisi duduk secara perlahan.
36
b. Manuver Semont
Manuver ini diindikasikan untuk pengobatan cupulolithiasis kanan posterior.
Jika kanal posterior terkena, pasien diminta duduk tegak, lalu kepala dimiringkan 450
ke sisi yang sehat, lalu secara cepat bergerak ke posisi berbaring dan dipertahankan
selama 1-3 menit. Ada nistagmus dan vertigo dapat diobservasi. Setelah itu pasien
pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa kembali ke posisi duduk
lagi.
c. Manuver Lempert
Manuver ini dapat digunakan pada pengobatan BPPV tipe kanal lateral. Pasien
berguling 3600, yang dimulai dari posisi supinasi lalu pasien menolehkan kepala 900
ke sisi yang sehat, diikuti dengan membalikkan tubuh ke posisi lateral dekubitus.
Lalu kepala menoleh ke bawah dan tubuh mengikuti ke posisi ventral dekubitus.
37
Pasien kemudian menoleh lagi 900 dan tubuh kembali ke posisi lateral dekubitus lalu
kembali ke posisi supinasi. Masing-masing gerakan dipertahankan selama 15 detik
untuk migrasi lambat dari partikel-partikel sebagai respon terhadap gravitasi
38
c. Farmakologi
Penatalaksanaan dengan farmakologi untuk BPPV tidak secara rutin
dilakukan. Beberapa pengobatan hanya diberikan untuk jangka pendek untuk gejalagejala vertigo, mual dan muntah yang berat yang dapat terjadi pada pasien BPPV,
seperti setelah melakukan terapi PRM. Pengobatan untuk vertigo yang disebut juga
pengobatan suppresant vestibular yang digunakan adalah golongan benzodiazepine
(diazepam,
clonazepam)
dan
antihistamine
(meclizine,
dipenhidramin).
39
3.10
Prognosis
Fungsi vestibular perifer membaik kembali pada 50% dalam beberapa minggu
atau bulan. Pemulihan secara klinis biasanya berkembang cepat dan sering tidak
terkait dengan fungsi perifer yang utuh. sebagian besar pasien sudah aktif dalam
beberapa hari serta bebas gejala dalam beberapa minggu. Gejala kecil meliputi
oskolopsia dan gangguan keseimbangan selama gerakan kepala yang cepat kearah
sisi telinga yang terganggu. Kurang dari 20% pasien dapat mengalami gejala
kronis seperti disequilibrium kronik, inteleransi gerakan kepala dan kadang
ansietas sekunder. Tidak ditemukan serangan ulang pada sisi yang sama dengan
serangan yang pertama.
40
BAB IV
PEMBAHASAN
Seorang perempuan berusia 62 tahun datang ke Poliklinik Saraf, RSUDZA
Banda Aceh, pada tanggal 05 November 2015 dengan keluhan kepala terasa pusing
sejak 5 hari yang lalu, pusing dirasakan pasien seperti berputar-putar terutama ketika
kepala bergerak atau berpindah posisi secara tiba-tiba misalnya ketika bangun dari
tempat tidur. Keluhan pusing dirasakan pasien semakin hari semakin memberat yang
membuat pasien sulit dalam beraktivitas sehari-hari. Menurut keterangan pasien
keluhan pusing berputar dirasakan hanya sebentar selama kurang lebih 1 menit, mual
dikeluhkan pasien ketika pusing tetapi muntah tidak dikeluhkan. Telinga berdengung
tidak dikeluhkan pasien, Buang air besar tidak ada keluhan riwayat BAB berdarah
tidak ada Buang air kecil tidak ada keluhan.
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek; yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness, unsteadiness)
atau rasa pusing (dizziness); deskripsi keluhan tersebut penting diketahui agar tidak
dikacaukan dengan nyeri kepala atau chepalgia, terutama karena di kalangan awam
kedua istilah tersebut (pusing dan nyeri kepala) sering digunakan secara bergantian.
Penyebab terjadinya vertigo adalah dikarenakan adanya gangguan pada sistem
keseimbangan tubuh. Gangguan ini dapat berupa trauma, infeksi, keganasan,
metabolik, toksik, vaskuler atau autoimun. Vertigo sendiri sering terjadi pada usia
lanjut sehinga usia menjadisalah atu faktor resiko terjadinya BPPV, pada kasus
tersebut pasien merupakan usia tua dengan umur 62 tahun dan gejala-gejala klinis
yang dikeluhkan oleh pasien mendunkung ke arah penyakit vertigo dimana, kita
ketahui keluhan vertigo dapat terjadi tiba-tiba pada perubahan posisi kepala.
Beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi tertentu yang menimbulkan
keluhan vertigo. Biasanya vertigo dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya
41
beberapa detik saja walaupun penderita merasakannya lebih lama. Keluhan dapat
disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga penderita merasa khawatir akan
timbul serangan lagi. Pada pasien mengeluhkan ketika bangun dari tidur dimana
pasien merasakan lingkungan sekitarnya berputar.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit ringan,
kesadaran komposmentis koperatif dengan GCS 15 (E4M6V5). Tanda vital
ditemukan dalam batas normal. Status internus didapatkan dalam batas normal. Pada
status neurologis tidak ditemukan tanda rangsang meningeal tanda peningkatan
tekanan intrakranial. Pemeriksaan nervus cranialis tidak adanya kelainan. Pada
pemeriksaan fungsi motoric, fungsi sensorik dan otonom dalam batas normal. Pada
pemeriksaan ditemukan fungsi refleks fisiologis dalam batas normal dan tidak
ditemukan refleks patologis.
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis BPPV, karena ditemukan pada pasien ini
memenuhi kriteria untuk BPPV yaitu:
-
42
BAB V
KESIMPULAN
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) merupakan gangguan
vestibular dikarakteristikan dengan serangan vertigo yang disebabkan oleh perubahan
posisi kepala dan berhubungan dengan karakteristik nistagmus paroksimal. Untuk
mendiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari anamnesis pasien
biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik akibat
perubahan posisi kepala. Pemeriksaan fisik standar untuk BPPV antara lain tes DixHallpike, tes kalori, dan tes Supine Roll. Penatalaksanaan BPPV meliputi nonfarmakologis, farmakologis, dan operasi. Penatalaksanaan BPPV yang sering
digunakan adalah non-farmakologis yaitu terapi manuver reposisi partikel (PRM)
dapat secara efektif menghilangkan vertigo pada BPPV, meningkatkan kualitas hidup,
dan mengurangi risiko jatuh pada pasien. Tujuan dari manuver yang dilakukan adalah
untuk mengembalikan partikel ke posisi awalnya yaitu pada makula utrikulus.
43
DAFTAR PUSTAKA
Hesham
M.
2013.
Dizzines,
Vertigo,
and
Imbalance.
Gilman, Sid, William J Herdman, Hadi Manji, Sean Connolly, Neil Dorward,
Neil Kitchen, et. al. 2010. Oxford Medical Handbook of Neurology. Oxford
University Press.
9.
10. Haines, Duane. 2007. Fundamental Neuroscience for Basic and Clinical
Application. Elsevier: Philadelphia. p 351-360.
11. Goetz, Christopher. 2007. Textbook of Clinical Neurology Third Edition.
Saunders: Philadhelpia. p 253-258.
44
12. Braziz, Paul. Jose C Masdeu, 2007. Localization in Clinical Neurology, 5th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins: Florida. p 310-315.
13. Flaherty, Alice W & Natalia Rost. 2007. The Massachusetts General Hospital
Handbook of Neurology 2nd Edition. Lippincott Williams & Wilkins:
Massachusetts. p 128-129.
14. Lumbantobing, S.M. 2007. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta. hal 66-78.
15. Longo, D.L., kasper, D.L., Jameson, J.L., Fauci, A.S., Hauser, S.L. & Loscalzo, J.
2011. Harrisons Principle of Internal Medicine. 18th Edition. New York:
McGraw-Hill.
16. Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family
Physician March 15,2005:71:6.
17. Lumbantobing S.M. Neurologi Klinik, Pemeriksaan Fisik dan Mental. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, 2003.
18. Ginsberg L. Lecture Notes Neurologi Edisi Kelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta.
2008.
19. von Brevern M, Radtke A, Lezius F, Feldmann M, Ziese T, LempertT, et al.
Epidemiology of benign paroxysmal positional ver-tigo: a population based study.
J Neurol Neurosurg Psychiatry.2007;78:710-5.
20. Marsk E,Hammarstedt L,Berg et al. Early Deterioration in Bells palsy : Prognosis
and Effect of Prednisolone. Otology & Neurotology. 2010; 31: 1503-07.
21. Tanimoto H, Doi K, Nishikawa T, Nibu K. Risk factors for recur-rence of benign
paroxysmal positional vertigo. Jotolaryngol Head Neck Surg. 2008;37:832-5.
22. Kerber KA, Helmchen C. Benign paroxysmal positional ver-tigo: new
opportunities but still old challenges. Neurology.2012;78:154-6.
45